Anda di halaman 1dari 17

8.

Penerapan Teknologi Pembelajaran dalam Penjas

Pengertian Penerapan Teknik Pembelajaran Jasmani

Langkah-langkah yang ditempuh seorang guru sebagai upaya penerapan gaya pembelajaran dalam
pendidikan jasmani melalui program penyetaraan dapat menguasai berbagai gaya pembelajaran
pendidikan jasmani.Ketepatan memilih dan menggunakan perlakuan gaya pembelajaran dan
kesesuaiannya dengan materi ajar pembelajaran pendidikan jasmani, terutama yang berhubungan
dengan pembelajaran gerak.Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam
kerangka system pendidikan nasional. ( Depdiknas, 2003 )

Tujuan dan fungsi pendidikan jasmani antara lain adalah :

a. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan
demokratis, melalui aktivitas jasmani.

b. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar
kelas (out door education)

Perlunya seorang guru menerapkan pembelajaran yang sesuai

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum yang di sesuaikan,
sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada masing-masing mata
pelajaran, dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.Agar tercapai tujuan
tersebut guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan
media maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri.Dengan strategi dan
pendekatan pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna
dan menyenangkan bagi siswa.Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa
mengalami apa yang dipelajarinya. Agar siswa dapat mengalami apa yang dipelajarinya, diperlukan
pendekatan yang tepat. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani,
ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral
melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Untuk dapat mencapai tujuan siswa dapat mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik,
dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus memiliki dan menerapkan berbagai strategi
pembelajaran maupun pendekatan, serta mampu menggunakan alat-alat pembelajaran yang tersedia,
maupun menciptakan atau memodifikasi bentuk-bentuk permainan yang menarik siswa dalam
mengikuti pembelajaran.Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan
berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai
(sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru dapat memberikan berbagai cara agar siswa termotivasi dan tertarik untuk
mengikuti pembelajaran. Cara pelaksanaan pembelajaran kegiatan dapat dilakukan dengan latihan,
menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan,sehingga siswa dapat memperoleh situasi dan
pengalaman pembelajaran yang lebih konkret, bermakna serta menyenangkan.

Macam-macam strategi pemebelajaran dengan metode pendekatan antara lain Pendekatan


konstektual,Pendekatan modifikasi,Pendekatan analisa gerak,Pendekatan bermain.

Pengertian Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Kontekstual

*Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

*Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat .Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Guru dituntut untuk dapat mengkaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka. Pendekatan ini disebut juga Contextual Teaching and Learning (CTL). Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang.dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

*Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah.
Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

Ciptakan masyarakat belajar.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

Lakukan refleksi di akhir pertemuan

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Pengertian Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Modifikasi

Pendekatan modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses
pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus
mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang
potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.Modifikasi pembelajaran pendidikan
jasmani dianggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan
mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan
bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa
menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi
pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga
akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan
harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.

Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program


pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas
ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat
membantu mendorong ke arah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai
dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau
kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.

Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik
individu dan mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.disini seorang guru pendidikan jasmani
harus memahami betul tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan modifikasi.

Apa yang dimodifikasi ?

Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan,karakteristik
materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.

Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi
lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang
dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan
dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan
jasmani yang sangat diperlukan.minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki
sekolah-sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan
dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani
yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi
disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti
pelajaran penjas yang diberikan. Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan
dan sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk
kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.

Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam
melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk
lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa
kata kunci pendidikan jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.

Mengapa Dimodifikasi ?

Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan
tujuan agar :

a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran

b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi

c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.

Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan :

a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;

b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi

cedera pada anak;

c) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding
dengan peralatan standar untuk orang dewasa

d) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam
situasi kompetitif.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu
alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini mempertimbangkan
tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani dengan senang dan gembira

Pengertian Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Analisa Gerak

Pendekatan analisa gerak adalah suatu pembelajaran melalui teknik partisipatif untuk membantu siswa
membiasakan diri untuk menganalisa gerak agar termotivasi untuk mampu mengoreksi gerakan siswa
dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dirasa perlu guru pendidikan jasmani membiasakan
diri menganalisa setiap gerak yang dilakukan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan khususnya
jasmani, agar termotivasi untuk mampu mengoreksi gerakan siswa dalam proses belajar
mengajar.pendekatan ini mungkin sangat khusus yang artinya model pembelajaran dengan cara
pendekatan analisa gerak tidak mungkin di terapkan pada anak tingkat sekolah dasar,melainkan pada
tingkat SLTP,SLTA maupun Perguruan Tinggi.

Pembelajaran ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh teknik pembelajaran partisipatif terhadap
kemampuan motorik dasar dan penguasaan keterampilan gerak, yakni dengan memanipulasi program
pendidikan jasmani melalui dua pendekatan teknik pembelajaran, yaitu dengan teknik demostrasi dan
teknik penggunaan alat bantu pandang (visual aids).

Pengertian Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain adalah suatu model pembelajaran aktifitas jasmani yang merupakan salah satu
metode yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun
sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran
tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.

Berikut cara penilaian seorang guru pendidikan jasmani dengan menggunakan model pembelajaran
dengan cara pendekatan bermain:

Prosedur penilaian

Siklus I
Dalam kegiatan siklus yang pertama dengan melaksanakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan
yaitu kegiatan olahraga tradisional.

1. Pemanasan

Dalam kegiatan pemanasan kita buat dalam bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan. Misalnya :
berlari kecil berkelompok sambil memegang bahu sambil bernyanyi bersama, berlari sambil
berpegangan tangan dengan bervariasi dari arah kanan ke arah kiri bergantian, berlari kecil sambil
meloncat dilakukan berpasangan berdua atau bertiga, bahkan dapat dilakukan dengan kelompok yang
lebih banyak asalkan jumlahnya ganjil, satu orang berada diantara kelompok sebagai pusat pegangan
dan masih banyak lagi bentuk kegiatan pemanasan sambil bermain.

2. Kegiatan inti

Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan out door games. Bentuk kegiatan out door games yang
pertama dilaksanakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada melatih kekuatan, kelincahan, kelenturan
tubuh disamping juga melatih unsur kognitif dan afektif siswa. Sebenarnya banyak sekali jenis out door
games yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan jasmani, kita ambil contoh yang sederhana yaitu
melaksanakan kegiatan bentengan.

Permainan ini berasal dari permainan anak-anak yang awalnya mempergunakan pohon atau tiang
sebagai sarana bentengnya. Supaya ada bentuk variasi lain maka kita kembangkan jenis permainan ini
dengan media lain.

Prasarana :

Berupa lapangan seluas lapangan basket.

Sarana :

Bekas botol plastik, bekas tempat bola tenis, dengan jumlah 5 sampai 10 buah, sebagai benteng yang
harus direbut dan dilarikan dari daerah musuh.
Cara bermainnya sama dengna permainan bentengan lainnya, hanya saja pada bentengan ini yang
diperebutkan adalah bekas tempat bola tenis, atau botol bekas minuman. Langkah pertama peserta
dibagi dua team dengan jumlah sama banyak. Benteng yang terbuat dari botol, atau gelas plastik berada
dibelakang team masing-masing. Tiap team dibagi dalam 3 kelompok masing-masing sebagai team
penyerang, pengecoh lawan dan yang mempertahankan benteng. Team pemenang adalah team yang
berhasil lebih dahulu merebut seluruh benteng lawan. Bila dibatasi dengan waktu maka team pemenang
adalah team yang paling banyak mengumpulkan benteng lawan.

Siklus II

Dalam siklus kedua dicobakan untuk aspek yang lain yaitu aspek aktivitas ritmik. Bentuk kegiatannya pun
sama seperti pada siklus I, hanya bedanya kegiatan ini dilaksanakan di dalam ruangan. Hal ini sambil
memantau semangat mereka dalam beraktivitas selama dilapangan ataupun dalam ruangan.

Dalam kegiatan pemanasan dibuat dalam bentuk-bentuk permainan sambil bergerak dan juga sambil
bernyanyi. Kemudian dalam kegiatan inti kita berikan contoh-contoh gerakan sambil mereka menirukan
dan biarkan mereka mengikuti sambil bernyanyi. Untuk itu kita pilih kaset-kaset yang lirik dan lagunya
disukai oleh anak-anak. Setelah itu dibuat kelompok-kelompok, biarkan mereka untuk bermain dan
berkreasi menciptakan gerakan-gerakan sesuai dengan ide dan gagasan mereka.

Siklus III

Pada siklus III kita cobakan jenis kegiatan aktivitas jasmani yang selama ini kurang disenangi oleh para
siswa yaitu atletik pada nomor lempar lembing. Pada kegiatan ini pun kita berlakukan mulai pemanasan
sampai kegiatan inti dengan pendekatan bermain. Pada saat pemanasan kita gunakan bola tenis dengan
jumlah yang cukup. Secara berkelompok ataupun berpasangan biarkan mereka bermain lempar tangkap
sambil main kucing-kucingan. Selama kegiatan pemanasan yang penting mereka melakukan gerakan ada
unsur lari, lempar tangkap baik itu berpasangan maupun kelompok.

Pada kegiatan inti mereka tidak langsung menggunakan lembing. Biarkan mereka tetap menggunakan
bola tetapi kita arahkan untuk lemparannya sudah menggunakan teknik lemparan lembing. Hal itu
dilakukan secara berulang-ulang biarkan mereka sambil bermain. Kalau sebagian besar teknik lemparan
sudah benar kita lombakan untuk melempar lebih jauh. Bagi yang mereka lemparannya jauh kita berikan
pujian. Bagi yang belum betul dan belum jauh, kita beri semangat supaya tidak kalah dengan yang lain.
Setelah mereka paham dan bisa membedakan teknik lemparan biasa dengan teknik lemparan lempar
lembing baru kita kenalkan dengan lembing yang sesungguhnya. Itupun kita buat dalam bentuk
bermain, tetapi untuk faktor keamanan dan keselamatan tetap kita perhatikan.

Sumber : https://ikadam23.wordpress.com/2009/11/06/penerapan-teknologi-pembelajaran-dalam-
penjas/

9.fh

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam abad ke 21 mempunyai ciri eksponensial
perkembangan teknologi semakin lama semakin cepat tidak terkendali, karena hasil dari suatu tahap
menjadi dasar dan alasan bagi tahap selanjutnya yang menjadikan perubahan lebih cepat.

Dilihat dari peran pendidikan teknologi merupakan pendorong utama bagi penciptaan nilai tambah
untuk kemudahan dalam pendidikan. Nilai tambah ini dinikmati oleh para pelaku pendidikan yang harus
memiliki kualitas yang baik, sehingga menaikkan kualitas pendidikan di daerahnya. Dengan naiknya
kualitas kehidupan maka semakin besar pula dorongan untuk penciptaan pendidikan yang modern dan
lebih memudahkan yang akan menerima pendidikan tersebut.

Tidak mengherankan nantinya bahwa bukan saja perkembangannya yang akan semakin cepat, akan
tetapi peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup masyarakat modern lama-kelaman
bertambah penting.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan aktif di segala bidang dalam hal ini pada
bidang pendidikan yang berada di Indonesia. Menurut Redhana(2019) Abad 21 dapat dikatakan sebagai
abad pengetahuan dengan yang mengedepankan hasil riset ditandai dengan terjadinya transformasi
besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri modern dan berlanjut pada
masyarakat yang berpengetahuan tinggi Proses perubahan ini juga ditandai dengan adanya seperangkat
perubahan sosial dan budaya masyarakat yang diakibatkan munculnya globalisasi dan derasnya arus
informasi yang semakin bebas.

Di tengah ketat dan ketidakpastian serta tantangan yang akan dihadapi setiap orang ini, dibutuhkan
perubahan paradigma berfikir dalam system pendidikan yang harus dapat menyediakan dengan
seperangkat keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam pendidikan guna
menghadapi setiap aspek kehidupan global dan secara luas.

Pada Laporan BSNP(2011) Di Indonesia kesadaran tentang pentingnya keterampilan pada abad 21
sendiri dapat ditemukandan dijelaskan dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Standar
Pendidikan tahun 2010 dengan menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan
kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan
masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri,
berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya”.
Kemudian Juga BNSP (2011) merumuskan paradigma pendidikan nasional abad 21 yang meliputi: (1)
pendidikan yang berorientasi pada lmu pengetahuan dengan keseimbangan yang wajar,(2) pendidikan
harus dibarengi dengan penanaman sikap-sikap luhur,(3) Pendidikan setiap jenjang harus memenuhi
frontliner ilmu; (4) perlu ditanamkan jiwa kemandirian,(5) perlu konvergensi ilmu,(6) perlu
memperhatikan aspek kebhinekaan,(7) pendidikan untuk semua, (8) perlu monitoring dan evaluasi
pendidikan.

Menurut Muslich dan Zainal, (2011) Pendidikan karakter adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam
upaya menghadapi berbagai tantangan pendidikan dengan pergeseran karakter yang dihadapi saat ini.
Pendidikan karakter memiliki tujuan pengembangan kemampuan seseorang untuk memberikan
keputusan yang memilih dengan keputusan yang tepat, memelihara apa yang baik dan terbaik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehar-hari dengan sepenuh hati tanpa mengedepankan
timbal balik dalam pengorbanan.

Menurut Redhana(2019)Persiapan dalam menjadikan sumber daya manusia yang menguasai


keterampilan abad ke-21 akan lebih efektif jika ditempuh melalui jalur Pendidikan dari setiap tingkat
dengan kemampuan yang dibekali. Perubahan kurikulum telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Pada jenjang sekolah menengah ke bawah telah diterapkan Kurikulum 2013 dengan berbagai
perbaikannya yang memakan waktu lama. Kurikulum 2013 sesungguhnya telah sebagian besar
mengakomodasi keterampilan abad ke-21, yang dilihat dari standar isi, standar proses, maupun standar
penilaian. Pada standar proses,misalnya pendidik diharuskan menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan saintifikhal itu juga dilakukan dalam pembelajaran Penjasorkes khususnya.

Masalah yang dihadapi kebanyakan pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang masih
berpusat pada pendidik (teacher-centered)atau dalam arti pembelajaran dengan metode ceramah.
Akibatnya, peserta didik tidak dapat menguasai keterampilan abad ke-21 secara optimal. Oleh karena
itu, SD N 1 Semarang melakukan reformasi pembelajaran khususnya pada Mata pelajaran PJOK.
Pembelajaran yang dirancang diharapkan dapat menggeser dari pembelajaran yang berpusat pada
pendidik ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Hal ini sejalan dengan upaya untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 pada peserta didik yang
pada kehidupan sekarang sudah mengetahui pengetahuan dan teknologi lebih dini. Karena adanya
teknologi yang memudahkan mengakses dan mengetaui segala hal yang ada. Pemanfaatan ICT dalam hal
ini adalah internet telah dimulai di sejumlah institusi pendidikan. Secara konsep pembelajaran dengan
ICT bisa di lakukan dengan kelas maya atau dalam arti Virtual learning memiliki potensi yang tidak
sederhana dalam meningkatkan kualitas.

Menurut Yusuf(2010) Pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan mutlak
dilakukan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta
mutu pendidikan. Kebijakan dan standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun
untuk mendukung pendidikan berbasis ICT yang efektif dan efisien. ***
Editor: Cosmas

← Mutasi Perangkat Desa di Sragen Geger

Apresiasi Sastra Lahirkan Profil Pelajar Pancasila →

Anda Juga Mungkin Suka

Lulusan Wisuda Tahfidz SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, Meningkat Tiga Kali lipat

Mei 17, 2022

Satu Abad Kanisius Cabang Surakarta Gelar Kirab Budaya dan Pentas Seni

Februari 25, 2018

Motivasi Prestasi di Era Disrupsi Teknologi

Maret 28, 2022

Poskita TV

Pemutar Video

00:00

01:15
ARSIP BERITA

ARSIP BERITA

Pilih Kategori

adsense

FEATURES

Pelangi Testimoni Citarum Harum

Features

Pelangi Testimoni Citarum Harum

April 3, 2022 Mascos

Spread the love

Spread the love BANDUNG, Poskita.co – Siang itu, bukit Cisanti yang merupakan hulu Sungai Citarum
cukup sejuk. Langit melukiskan suasana

Pos-pos Terbaru

HUT YPL, Peran Bunda Maria dalam Membangun Sekolah Ramah Anak

Selesai Akad Kaesang, Jokowi: Senang, Bahagia, Lega

Sampai Awal Desember 2022, Angka Perceraian di Klaten 1891 Kasus

PPDI Kabupaten Klaten Salurkan Langsung Bantuan ke Cianjur

Pernikahan Kaesang – Erina, Siapkan 400 Becak dan 35 Andong untuk Angkut Para Tamu

Kabar anget

Menghidupkan Lagi Press Room DPRD Solo

Politik Soloraya

Menghidupkan Lagi Press Room DPRD Solo


November 8, 2022 isna

Spread the love

Spread the love Solo, (poskita co) – Sempat mati suri, begitulah kondisi tempat atau ruangan khusus
untuk wartawan di DPRD

komentar pembaca

Cari

Pos-pos Terbaru

HUT YPL, Peran Bunda Maria dalam Membangun Sekolah Ramah Anak

Selesai Akad Kaesang, Jokowi: Senang, Bahagia, Lega

Sampai Awal Desember 2022, Angka Perceraian di Klaten 1891 Kasus

PPDI Kabupaten Klaten Salurkan Langsung Bantuan ke Cianjur

Pernikahan Kaesang – Erina, Siapkan 400 Becak dan 35 Andong untuk Angkut Para Tamu

Komentar Terbaru

ARSIP

Desember 2022

November 2022

Oktober 2022

September 2022

Agustus 2022

Juli 2022

Juni 2022

Mei 2022

April 2022
Maret 2022

Februari 2022

Januari 2022

Desember 2021

November 2021

Oktober 2021

September 2021

Agustus 2021

Juli 2021

Juni 2021

Mei 2021

April 2021

Maret 2021

Februari 2021

Januari 2021

Desember 2020

November 2020

Oktober 2020

September 2020

Agustus 2020

Juli 2020

Juni 2020

Mei 2020

April 2020

Maret 2020
Februari 2020

Januari 2020

Desember 2019

November 2019

Oktober 2019

September 2019

Agustus 2019

Juli 2019

Juni 2019

Mei 2019

April 2019

Maret 2019

Februari 2019

Januari 2019

Desember 2018

November 2018

Oktober 2018

September 2018

Agustus 2018

Juli 2018

Juni 2018

Mei 2018

April 2018

Maret 2018

Februari 2018
Januari 2018

Desember 2017

November 2017

Oktober 2017

September 2017

Agustus 2017

Kategori

Boyolali

Budaya

Features

Hukum

Karanganyar

Klaten

Klik!

KOLOM

Nasional

Olah raga

Pendidikan

Politik

Soloraya

Sragen

Sukoharjo

Wonogiri

Meta

Masuk
Feed entri

Anda mungkin juga menyukai