Anda di halaman 1dari 71

44

PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN


DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA SDN PELAIHARI 6 KECAMATAN
PELAIHARI KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang

dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson

Amipradono (2003) disebutkan bahwa pendidikan sebagai suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut timbul suatu interaksi

antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial-budaya. Warisan sosial budaya ini bermanfaat bagi tercapainya tingkat

perkembangan individu secara optimal yang dapat memajukan kesejahteraan umat

manusia.

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan

bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
45

pengetahuan dan keterampilan, sehat dan rohani, memiliki kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pedidikan, baik dari luar

maupun dari dalam pebelajar itu sendiri. Dalam diri pebelajar salah satunya

berasal dari minat dan motivasi belajar pebelajar. Sedangkan dari luar adalah yang

mendukung proses pembelajaran. Pembelajaran yang professional termasuk salah

satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Mengajar

adalah salah satu tugas seorang guru dalam pelaksanaan program kependidikan

disamping tugas kependidikan lainnya. Mengajar adalah suatu kegiatan yang

kompleks, kelemahan atau kekurangan kemampuan guru dalam mengajar selalu

dikaitkan dengan kualifikasi guru. Guru sebagai fasilitator pengetahuan harus

berusaha membentuk kebiasaan dan menciptakan suasana belajar yang kondusif

dan demokratis serta mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, supaya siswa

secara berangsur-angsur dapat memusatkan perhatian lebih lama dalam belajar.

Seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik,

sedangkan pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa,

artinya siswa harus aktif untuk membangun pengetahuannya berdasarkan

kematangan kognitifnya.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

tenaga penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan dapat memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai (Sardiman, 2007). Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada


46

beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi

belajar adalah factor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang khas

adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki inteligensi cukup

tinggi, mentok (boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi. Prestasi belajar

akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan

belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja

guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan

semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana

mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, faktor kedua yang

mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan adalah kualitas proses

pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang bagus atau profesional akan

menghasilkan out put yang bagus dan sebaliknya pembelajaran yang kurang bagus

akan menghasilkan out put yang kurang bagus pula.

Ardhana (dalam Mustadji, 2000) berpendapat bahwa kualitas proses dan

produk pembelajaran belum memadai, lebih-lebih kalau dikaitkan dengan upaya

mempersiapkan manusia Indonesia di masa depan. Salah satu bagian penting yang

terkait dengan pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai adalah kurikulum yang

digunakan dalam satuan pendididikan. Kurikulum sebagai suatu program

pendidikan yang direncanakan mempunyai komponen-komponen pokok, antara

lain menyangkut komponen metode atau strategi dan pendekatan pembelajaran,


47

serta komponen isi dan materi. Komponen metode atau proses belajar

berhubungan dengan bagaimana cara siswa memperoleh pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan. Metode atau strategi belajar mengajar dalam kurikulum

dalam keseluruhan proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat besar

khususnya dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Komponen isi berhubungan dengan segala sesuatu yang diberikan kepada

siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

supaya siswa memperoleh pengalaman belajar di sekolah. Khususnya di sekolah

Sokolah Dasar, komponen isi itu hakikatnya adalah pemilihan materi pelajaran

yang disusun sedemikian rupa sehingga diperkirakan dapat memberi bekal kepada

siswa setelah berhasil menyelesaikan program pendidikannya.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81)

metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena

metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi

kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya,

selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik

dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih

ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman

yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik

dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara
48

atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga

perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa

untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa

belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan

demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang

diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali

dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan

mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang

berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan

kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk

mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat

merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi,

kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan

dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil

percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5)

aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya

diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep

yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu

konsep.
49

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa

untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa

mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.

Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,

memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa

untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil

percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan

yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Bertolak dari tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki oleh masing-masing

siswa dalam proses pembelajaran, karakteristik pembelajaran, kelebihan yang

dimiliki oleh metode eksperimen apabila diterapkan dalam pembelajaran dan hasil

dari proses pembelajaran yang salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Metode eksperimen dan Motivasi terhadap Prestasi Belajar Siswa

SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode eksperimen pada SDN

Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut ?


50

2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut ?

3. Bagaimanakah pengaruh penggunaan metode eksperimen dan motivasi

terhadap prestasi belajar siswa pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ada di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode eksperimen pada SDN

Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa SDN Pelaihari 6

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen dan motivasi

terhadap prestasi belajar siswa pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Para Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru-guru

di SD dalam memperbaiki metode pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Tenaga Pendidik di SD

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang

tingkat efektivitas penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan


51

pembelajaran di SD. Di samping itu, para guru dapat memanfaatkan hasil

penelitian ini, khususnya mengenai bagaimana pengaruh motivasi dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

pada sekolah-sekolah, khususnya di SD dalam memilih dan memanfaatkan

penggunaan metode yang efektif yang dapat mendukung kelancaran proses

belajar mengajar di sekolah.

4. Bagi Orang Tua Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat dimanfaatkan oleh orang tua

siswa sebagai informasi tentang pentingnya motivasi dalam kegiatan

belajar anak-anaknya baik di rumah maupun di sekolah. Disamping itu

orang tua juga dapat memotivasi anak-anaknya pada saat mereka

melakukan kegiatan belajar di rumah.

5. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang sangat

berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dunia

pendidikan pada khususnya.


52

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Metode Eksperimen

2.1.1.1.Pengertian Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Djamarah, 994). Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru

(metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang

dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Surakhmad dalam Sandrifna,

2007)

Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat

prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan

pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai

tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode

ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode

ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik

pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang

berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.

Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dan metode dan teknik atau

prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode

atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari

strategi pengajaran. (Sandrifna, 2007)

9
53

Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed seperti yang dikutip

oleh Djamarah (994) mengemukakan lima macam factor yang mempengaruhi

penggunaan metode mengajara yaitu sebagai berikut.

a. Tujuan yang bermacam-macam jenis dan fungsinya;

b. Peserta didik yang bermacam-macam tingkat kematangannya;

c. Situasi yang bermacam-macam keadaannya;

d. Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya;

e. Pribadi guru serta kemapuan profesionalnya yang berbeda-beda.

2.1.1.2.Pengertian Metode Eksperimen

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995) metode eksperimen adalah cara

penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk

(1999) mengatakan bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara belajara

mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri

proses dan hasil percobaan. Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen

adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang

sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian

hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81)

metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena

metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi


54

kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya,

selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang

bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur

kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan

menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya

dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara

berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari

teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,

mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan

menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.

Dari uraian diatas maka terlihat bahwa metode eksperimen berbeda dengan

metode eksperimen berbeda dengan metode demonstrasi. Kalau metode

demonstrasi hanya menekankan pada proses terjadinya dan mengabaikan hasil,

sedangkan pada metode eksperimen penekanannya adalah kepada proses sampai

kepada hasil.

Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus

dilaksanakan didalam laboratoriom tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar.

Contoh : untuk mengetahui bahwa tumbuhan dapat menerima rangsanagan, siswa

anda dapat dibawa kehalaman sekolah yang ada tumbuhan sekejut (Mimosa
55

Spec). Daun patah tulang atau kamboja bila dipatahkan akan mengeluarkan getah.

Begitu pula dengan batang karet yang disadap. 

2.1.1.3.Ketentuan Pemakaian metode Eksperimen

Menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dikatakaa

tepat bila :

a) Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami

sendiri, mengikutisuatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,

membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek

keadaan atau proses tertentu

b) Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah

siswa dalam proses pembelajaran

c) Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu,

mengamati proses dan hasil percobaan

2.1.1.4.Kelebihan metode Eksperimen

a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran

atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya

menerima kata guru atau buku.

b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.


56

c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan

yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

d) Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam

melakukan eksperimen

e) Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang

diperlukan untuk percobaan.

f) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan

berfikir ilmiah

g) Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal

yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme

2.1.1.5. Kekurangan metode Eksperimen

a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik

berkesempatan mengadakan ekperimen.

b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik

harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

c) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam

bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan

d) Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena

guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen.

e) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam

bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.


57

2.1.1.6.Hal yang perlu diperhatikan

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka

jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap

siswa.

b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang

meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka

kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan

bersih.

c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati

proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama,

sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang

dipelajari itu.

d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka

perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh

pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa

dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek

eksperimen itu.

e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah

mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan

manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat,


58

sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya

belum ada.

2.1.1.7.Prosedur eksperimen

Menurut Roestiyah (2001:81) prosedur eksperimennya adalah :

a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus

memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.

b) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan

yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus

dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan

siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang

kesempurnaan jalannya eksperimen.

d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian

siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau

tanya jawab.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik

dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih

ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman

yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik

dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara
59

atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga

perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa

untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa

belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan

demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang

diperoleh selama pembelajaran.

2.1.1.8.Tahap Eksperimen

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1) Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan

yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan

dengan materi fisika yang akan dipelajari.

2) Pengamatan merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan

percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat

peristiwa tersebut.

3) Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara

berdasarkan hasil pengamatannya.

4) Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal

yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa

diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,


60

selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep , setelah siswa

merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam

kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah

dipelajari.

5) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu

siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui

apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun

aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki

kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,

dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

2.1.2. Motivasi Belajar

Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting. Motivasi

adalah sebagai pendorong siswa dalam belajar. Intensitas belajar siswa sudah

barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari

apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin siswa capai selama

belajar. karena siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah akhirnya

siswa terdorong untuk mempelajarinya.

Oleh karena itu, motivasi tidak bisa dipisahkan dari aktivitas belajar siswa.

Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya.

Kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang saling berhubungan. Sebab manusia

hidup pada dasarnya tidak tertlepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah
61

nantinya yang mendorong manusia untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu.

Menurut Morgan seperti yang dikutip oleh Djamarah (994), manusia memiliki

kebutuhan-kebutuhan, yakni kebutuhan untuk berbuat untuk suatu aktivitas,

kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan

kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

2.1.2.1.Pengertian Motivasi

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007), motivasi adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan oleh Dimyati dan

Mudjiono (2006), motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, meggerakkan,

menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar. sementara dalam Aqib

(2003) dijelaskan bahwa motivasi adalah suatu perubahan dalam diri seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian diatas, dalam motivasi terkandung tiga elemen

penting yaitu:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembanagan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam “neurophysiological” yang ada pada

manusia.
62

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,

afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.

Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

2.1.2.2.Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah

laku. Motivasi mempunyai nilai dalam memnentukan keberhasilan, demokratisasi

pendidikan, membina krativitas dan imajinasi guru, pembinaan disiplin kelas dan

menentukan efektivitas pembelajaran (Aqib, 2003).

Dalam Sardiman (2007) disebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.


63

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus,

tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan

waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi

dengan tujuan.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya

motivasi belajar ( Dimyati dan Mudjiono, 2006) adalah sebagai berikut.

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan belajar, yang dibandingkan dengan

teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa

belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan

berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa

dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau

misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar;

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja

(disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan;

individu dilatih untuk mengguankan kekuatannya sedemikian rupa

sehingga dapat berhasil.

Motiivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan

dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,

manfaat itu sebagai berikut.


64

a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tidak bersemangat;

meningkatkan, bila semangatnya timbul tenggelam; memelihara, bila

semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar.

b. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara

bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur,

teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.

c. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja pedagogis. Tugas guru adalah

membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantanagan

profesionalnya justru terletak pada mengubah siswa tak berminat

menjadi bersemangat belajar.

2.1.2.3.Sifat Motivasi

Motivasi seseorang dapat dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri, yang

dikenal sebagai motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang dikenal sebagai

motivasi eksternal. Disamping itu kita bisa membedakan motivasi instrinsik yang

dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Dan yang kedua adalah

motivasi ekstrinsik yaitu dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar

perbuatan yang dilakukannya (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Dalam Sardiman (2007) dijelaskan bahwa yang dimaksid dengan motivasi

intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfunsinya tidak perlu

dirancang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif


65

dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Kedua motivasi tersebut

akan berdampak terhadap prestasi atau hasil belajar yang dicapai siswa.

2.1.2.4.Prinsip-Rinsip Motivasi

Prinsip-prinsip motivasi adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam

rangka mendorong motivasi belajar peserta didik di sekolah yang mengandung

pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self

discipline. Kenneth H. Hover (dalam Hamalik, 2007) mengemukakan prinsip-

prinsip motivasi adalah sebagai berikut.

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat

menghentikan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah

dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya daripada hukuman.

b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang

bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c. Motivasi yang berada dari dalam individu lebih efektif daripada

motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan

yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri

peserta didik sendiri.

d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru

yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid

yang juga berminta tinggi dan antusias pula. Dengan demikian murid

yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.

e. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang

motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak


66

dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya

dorongannya.

f. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-

tugas itu dipaksakan oleh guru. Apbila murid diberi kesempatan

menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri maka akan

mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.

g. Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan

cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.

h. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif

untuk memelihara minat murid. Cara belajar yang bervariasi akan

menimbulkan situasi yang menantang dan menyenangkan seperti

halnya bermain dengan alat permainan yang berlainan.

i. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat

ekonomis.

j. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar siswa, sebab akan

mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain, sehingga

kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.

k. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi

secara cepat menuju ke demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu

maka akan menyebabkan murid-murid melakukan hal-hal yang tidak


67

wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung di dalam

dirinya.

l. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang

berlainan.

m. Tekanan kelompok murid (per group) kebanyakan lebih efektif dalam

motivasi tekanan/paksaan dari orang dewasa.

n. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

Dengan teknik mengajar tertentu motivasi murid-murid dapat

ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah

dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya

ujian yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah, dan lain-lain maka

kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.

Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam

rangka membangkitkan dan memelihara motivasi murid dalam belajar.

2.1.2.5.Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Disebutkan dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) ada 4 upaya untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu:

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar;

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran;

c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa; dan

d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar


68

Lebih lanjut dalam Hamalik (2007) dan Sardiman (2007) dijelaskan cara

untuk menggerakkan motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut.

a. Memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil

pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid

yang mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya

menjadi lebih besar, sebaliknya yang mendapat angka kurang,

mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong

agar belajar lebih baik.

b. Pemberian pujian. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang telah

dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong

belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.

c. Pemberian hadiah. Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-

batas tertentu.

d. Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok dimana siswa melakukan

kerjasama dalam belajar, kadang-kadang perasaan untuk

mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat

dalam perbuatan belajar.

e. Persaingan. Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan

motif-motif sosial kepada murid.

f. Tujuan dan level of aspiration. Dari keluarga akan mendorong

kegiatan siswa.
69

g. Penilaian. Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid

belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk

memperoleh hasil yang baik.

h. Karyawisata dan ekskursi. Cara ini dapat membangkitkan motivasi

belajar karena akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna

baginya. Selain itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek

yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan

kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan

yang ada sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih

menyenangkan.

i. Film pendidikan. Setiap siswa merasa senang menonton film.

Gambaran dan isi cerita lebih menarik perhatian dan minat siswa

dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan

suatu unit cerita yang bermakna.

2.1.3. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diusahakan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah

dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Sedangkan WJS.

Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai

(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud Khasan

Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan,

hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
70

Sementara Nasrun Harahap dkk., memberikan batasan, bahwa prestasi adalah

penilaianpendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan

dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai

yang terdapat dalam kurikulum (Djamarah, 994)

Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan

para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran

tertentu.Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru

sebagai pengajar , maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk

mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Berdasarkan batasan pengertian

prestasi belajar tersebut , dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang telah dicapai siswa melalui suatu kegiatan belajar.Kegiatan belajar dapat

dilakukan secara individu maupun dan secara kelompok.

Walberg dalam Wati (2007) mengemukakan bahwa prestasi belajar peserta

didik ditentukan oleh banyak faktor seperti usia, kemampuan dan motivasi,

jumlah dan mutu pengajaran, lingkungan alamiah di rumah dan kelas. Selain itu

Berliner dalam Wati (2007) kelihatannya mendukung Walberg mengatakan bahwa

iklim kelas yang ditandai dengan kehangatan, demokrasi, dan keramah tamahan

dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki prestasi belajar peserta didik.

Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima

aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap

dan keterampilan. Indikator dalam penelitian ini :

1) Kemampuan intelektual meningkat

2) Kemampuan strategi kognitif,


71

3) Informasi /wacana semakin banyak

4) Sikap positif

5) Keterampilan meningkat

2.2. Penelitian Terdahulu

Guna menunjang tinjauan pustaka pada penelitian ini disajikan hasil

penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Karnata (2007) yang berjudul “Pengaruh metode eksperimen

dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa di SMA Negeri di

Nusa Penida Bali” menyatakan bahwa secara simultan metode eksperimen dan

motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung yang mempunyai signifikansi kurang

dari 0,05. Demikian pula berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan

uji t diperoleh nilai t hitung untuk metode eksperimen dan motivasi belajar

siswa kesemuanya mempunyai tingkat signifikansi kurang dari 0,05. Pengaruh

secara simultan ditunjukkan oleh nilai Fhitung lebih kecil dari 0,05 dengan

koefisien determinasi ganda, (R squared) sebesar 0,387 dan 38,7% ini berarti

variabel bebas yakni metode eksperimen dan motivasi belajar siswa

mempunyai kontribusi sebesar 38,7% dan lainnya dipengaruhi oleh variabel

bebas lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi mempunyai

pengaruh paling besar diantara variabel yang lain, hal ini ditunjukkan oleh nilai

t hitung motivasi yang lebih besar dibanding variabel lain.


72

2. Sedangkan hasil penelitian Ridwan (2006) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh motivasi belajar siswa, metode eksperimen dan fasilitas sekolah

terhadap prestasi belajar siswa SD se Kecamatan Mantup”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara simultan motivasi belajar siswa, metode

eksperimen dan fasilitas sekolah mempunyai pengaruh signifikan positif

terhadap prestasi belajar siswa SD di Kecamatan Mantup. Hal ini ditunjukkan

oleh nilai uji F yang memiliki signifikansi kurang dari 0,05. Disamping itu,

hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial motivasi belajar siswa,

metode eksperimen dan fasilitas sekolah memiliki pengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar siswa SD di Kecamatan Mantup. Hal ini ditunjukkan

oleh nilai t hitung yang mempunyai signifikansi kurang dari 0,05. Hasil analisis

data juga menunjukkan bahwa motivasi mempunyai pengaruh dominan

terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri Kecamatan Mantup Kabupaten

Lamongan.
73

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran disebabkan

oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor metode yang digunakan dan

motivasi belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa dalam proses

pembelajaran. Disamping itu masih banyak faktor lain yang ada kaitannya dengan

prestasi belajar yang dicapai oleh siswa yang dapat dilihat dari faktor ekonomi,

faktor sosial dan faktor budaya.

Pemilihan dan penggunaan metode yang sesuai dalam pembelajaran untuk

mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya sangat diperlukan. Metode

yang sesuai yang digunakan dalam pembelajaran akan memberikan hasil yang

optimal sesuai yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebaliknya, penggunaan

metode yang kurang tepat dalam pembelajaran akan memberikan hasil yang tidak

sesuai dengan yang sudah direncanakan dan diharapkan. Salah satu metode yang

bisa diterapkan dalam pembelajaran adalah metode eksperimen yang memiliki

banyak kelebihan bila dibandingkan dengan metode yang lain. Penggunaan teknik

ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri

berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan

percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.

Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang

sedang dipelajarinya.
74

Motivasi merupakan penggerak dalam setiap aktivitas manusia

termasuk motivasi untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi dalam proses

pembelajaran. Adanya perbedaan latar belakang yang dimiliki oleh siswa sebagai
29
peserta didik dalam proses pembelajaran mengakibatkan perbedaan motivasi

dalam belajar. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, sedang dan

rendah. Perbedaan motivasi siswa dalam belajar selanjutnya akan mempengaruhi

prestasi belajar siswa yang dicapai dalam proses pembelajaran. Secara umum,

motivasi yang tinggi akan berpengaruh positif dan motivasi yang rendah dalam

belajar akan berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar dalam proses

pembelajaran. Tugas pendidik adalah berusaha semaksimal mungkin untuk

memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran untuk mendapatkan

prestasi yang tinggi. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk

memotivasi siswa diantaranya dengan pemberian angka atau nilai, pemberian

hadiah, pemberian pujian, dan sebagainya.

Dari uraian diatas diharapkan dengan penggunaan metode eksperimen

pada pembelajaran khususnya pada mata pelajaran biologi dan motivasi yang

dimiliki oleh siswa akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa yang tinggi setelah proses pembelajaran mengakibatkan

timbulnya kepuasan bagi semua pihak yang berkaitan dengan proses tersebut,

yaitu pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

dari gambar kerangka konseptual berikut :

Metode Eksperimen
75

Prestasi Belajar

Motivasi
3.2. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan metode eksperimen cukup efektif pada proses

pembelajaran pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten

Tanah Laut.

2. Motivasi belajar siswa cukup baik pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

3. Ada pengaruh penggunaan metode eksperimen dan motivasi

terhadap prestasi belajar siswa pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut


76
77

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu penelitian yang

digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan secara faktual, khususnya mengenai data tentang motivasi dan

hubungannya dengan prestasi belajar yang diperoleh setelah dilakukan proses

pembelajaran dengan penggunaan metode eksperimen pada SDN Pelaihari 6

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

Rancangan penelitian yang dipakai oleh peneliti sebagai berikut:

O X O2

O O2

Bagan 3. Rancanagan Penelitian


Keterangan:

O : Pemberian pretest

X : Perlakuan yang dieksperimenkan (Penggunaan metode


eksperimen dan motivasi)
O2 : Pemberian postest

Selanjutnya Tuckman (978) dalam Mudjtahidin (2003) menyebut

rancangan penelitian seperti ini dengan nama: Nonequivalent Control Group

Design, sedangkan Cook dan Compbeel (979) menyebutnya sebagai Quasi-

experiment Noneequivalent Control Group Design.

32
78

Bagan 3. menunjukkan bahwa penelitian ini diawali pemberian pretest

kepada kedua kelompok subjek penelitian. Preetest diberikan untuk mengetahui

kemampuan awal masing-masing kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sebelum mendapatkan perlakuan yang telah dirancang. Selain

itu untuk uji homogenitas yaitu apakah kedua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau tidak. Perolehan skor dari pretest

bagi masing-masing kelompok akan dijadikan indikator penentuan prestasi belajar

pada masing-masing kelompok. Dan perolehan skor dari posttest untuk masing-

masing kelompok akan dianalisis dengan statistik untuk menjawab permasalahan

yang ada dalam rumusan masalah dalam penelitian ini.

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1. Populasi

Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

siswa SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

4.2.2. Sampel

Menurut Arikunto (2006) sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Pelaihari 6

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

4.2.3. Teknik Sampling

Dalam pengambilan sampel yang diteliti pada penelitian ini digunakan

tehnik Purposive Sampling yaitu penentuan sample berdasarkan kelas yang

ada dan sudah ditentukan, termasuk pemilihan kelompok eksperimen dan


79

kelompok kontrol dengan pertimbangan seluruh sekolah tersebut dalam

menyusun kelas tidak mengklasifikasikan kelas baik, sedang dan kurang.

Akan tetapi masing-masing kelas kondisinya relative sama.

4.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

4.3.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Variabel bebas

Variabel bebas yang pertama adalah metode eksperimen dan variabel

bebas yang kedua adalah motivasi belajar.

2) Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.

4.3.2. Definisi Operasional Variabel

- Metode eksperimen (X1) adalah cara penyajian pelajaran dimana

siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari.

- Motivasi (X2) adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai. Indikator : Pemberian pujian.,Pemberian hadiah, Kerja

kelompok, Persaingan, kegiatan siswa, Penilaian, Karyawisata, Film

pendidikan.
80

- Prestasi Belajar (Y) adalah hasil atau nilai yang diperoleh siswa

setelah dilakukan proses pembelajaran. Indikator penelitian :

Kemampuan intelektual meningkat, Kemampuan strategi kognitif,

Informasi /wacana semakin banyak, Sikap positif, Keterampilan

meningkat

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Instrument dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data terbagi menjadi

tiga bagian yaitu :

4.4.1. Tes Kemampuan Awal (Pretest)

Tes kemampuan awal sebagaimana disebutkan diatas bertujuan

untuk melihat kemampuan awal masing-masing kelompok, baik

kelompok eksperimen maupun kelompok control. Kemampuan awal

diukur pada pertemuan pertama sebelum subyek mendapatkan perlakuan

selama 90 menit. Butir soal dalam tes akan disesuaikan dengan materi

yang ada dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir soal yang

akan diberikan adalah butir soal yang valid dan reliable karena

sebelumnya telah mengalami pengujian validitas dan reliabilitas secara

statistik, sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

4.4.2. Tes atau Angket Motivasi

Teknik angket digunakan untuk memperoleh data tentang

motivasi belajar siswa. Angket yang digunakan dalam pengumpulan data

ini adalah angket langsung, artinya responden yang mengisi tentang


81

keadaan dirinya yang sebenarnya. Jadi yang dimaksud dengan motivasi

belajar dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak dalam

diri siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar. motivasi belajar

dalam penelitian ini dibedakan menjadi motivasi belajar yang tinggi dan

motivasi belajar yang rendah. Motivasi belajar siswa akan diungkap

dengan menggunakan angket dengan jumlah butir sebanyak 25 soal

untuk diberikan kepada responden penelitian. Masing-masing butir item

disediakan alternatif jawaban yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak

pernah. Jawaban atau pernyataan: selalu diberi skor ; sering diberi skor

3; jarang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor (Anwar, 998 dalam

Amipradono, 2003). Dengan demikian skor motivasi belajar responden

dinyatakan tinggi apabila mereka mencapai skor antara 75-00; dan skor

motivasi responden dinyatakan rendah apabila mencapai skor 25-7. Kisi-

kisi dan item angket dapat dilihat pada lampiran . Keterangan

selengkapnya mengenai ketentuan pemberian skor dapat dilihat pada

table 3..

Tabel 3. Distribusi skor untuk pertanyaan angket tentang motivasi belajar.

Jawaban Selalu Sering Jarang Tak Pernah


Skor 4 3 2 1
Sumber: Anwar (2000) dalam Amipradono (2003)

4.4.3. Tes Prestasi Belajar (Posttest)

Test ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

anggota sample, yaitu siswa SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut. Prestasi belajar tersebut merupakan hasil yang


82

diperoleh siswa kelompok penelitian baik eksperimen maupun control

setelah kedua kelompok tersebut dikenai tes yang disusun sendiri oleh

peneliti. Materi test disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di

masing-masing SD.

Jumlah item tes adalah 35 butir soal. Bobot masing-masing item

soal yang dijawab dengan benar oleh siswa adalah 00/35, dan untuk item

yang dijawab salah diberi skor 0 (nol). Skor maksimal untuk jawaban

yang benar adalah 00, dan skor minimal adalah 0 (nol). Oleh karena itu

sebelum diujikan kepada responden penelitian yang sesungguhnya, test

yang elah dibuat tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu, untuk

memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang baik untuk penelitian yaitu

valid dan reliabel.

4.5. Teknis Analisis Data

4.5.1. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (2006)

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas suatu ukuran yang

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa ynag

seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen butir


83

soal dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment

(Riduwan, 200) adalah

rxy =

Keterangan

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah responden

ΣX = jumlah skor tiap butir item soal

ΣY = jumlah skor total (seluruh responden)

ΣXY = jumlah butir dikalikan skor total

Dengan membandingkan harga r hitung yang diperoleh pada penelitian

dengan r tabel akan diketahui apakah soal tersebut valid atau tidak.

Kaidahnya adalah jika r hitung > r tabel maka item soal tersebut

termasuk soal valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel maka item soal

tersebut adalah soal yang tidak valid.

Jika instrument itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai

indeks korelasinya (r) sebagai berikut.

Antara 0,800 sampai dengan ,000: sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,799: tinggi

Antara 0,00 sampai dengan 0,599: cukup tinggi

Antara 0,200 sampai dengan 0,399: rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,99: sangat rendah (tidak valid)

b. Uji Reliabilitas
84

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan hasil yang dapat

dipercaya apabila alat ukur itu diteskan berkali-kali.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas butir soal dilakukan dengan

menggunakan metode Kuder Richardson-20 (KR-20), yang dirumuskan:

r=

Dimana :

r = koefisien reliabilitas internal seluruh item

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab item yang salah

Σpq = jumlah hasil perkalian p dan q

k = baanyaknya item butir soal

Vt = Varians total dari tes

Interpretasi dari koefisien reliabilitas dapat dilihat pada table 3.2

Table 3.2. Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya nilai r Interpretasi


0,800-,000 Tinggi
0,600-0,800 Cukup tinggi
0,00-0,600 Agak Rendah
0,200-0,00 Rendah
0,000-0,200 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto, 1997.

4.5.2. Rancangan Tabulasi dan Analisis Data

1. Rancangan Tabulasi Data


85

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa data pada penelitian

ini bersumber dari tiga instrument yaitu tes kemampuan awal (pretest), tes

motivasi dan tes prestasi belajar (posttest), maka rancangan tabulasi data

dapat dibagi menjadi tiga yaitu (). Data hasil preetest kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen; (2). Data hasil test motivasi kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dan (3). Data hasil posstest atau prestasi

belajar biologi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Masing-masing tabulasi data tersebut memuat 6 bagian penting yaitu

nama sekolah, nama keompok penelitian, jumlah siswa masing-masing

kelompok, nilai atau skor tertinggi dan terendah masing-masing kelompok,

rataan dan standar deviasai (SD) pada masing-masing kelompok yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4.5.3. Analisis Data

a. Pengujian persyaratan analisis

1) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

populasi memiliki varians yang sama. Uji homogenitas yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan varians terbesar

dibanding varians terkecil menggunakan tabel F.

Varians terbesar
F hitung =
Varians terkecil

Sumber: Riduwan (2000)


86

Membandingkan nilai F hitung dengan F table dengan kriteria:

Jika F hitung ≥ F table, berarti tidak homogen dan

Jika F hitung ≤ F table, berarti homogen

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas

dilakukan dengan metode Chi-kuadrat (Riduwan, 200) dengan

rumus:

χ2 =

Dimana:

χ2 = Chi-kuadrat hitung

fe = frekuensi yang diharapkan

f0 = frekuensi hasil pengamatan

Membandingkan nilai χ2 hitung dengan χ2 table dengan criteria:

Jika χ2 hitung ≥ χ2 table, artinya distribusi data tidak normal dan

Jika χ2 hitung ≤ χ2 table, artinya distribusi data normal

b. Pengujian hipotesis

Untuk menganalisa data yang diperoleh, yang berupa nilai baik nilai

pretest, nilai motivasi belajar, dan nilai posttest penulis gunakan statistika.

Staistika yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah Uji beda t

untuk menguji hipotesis dan 2 dan Uji F (ANOVA) untuk menguji

hipotesis 3. kedua statistika tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.


87

a. Uji t

Uji beda t digunakan untuk mengetahui ada perbedaan yang signifikan

pada:

1) Mean hasil pretest pada kelompok eeksperimen dan kelompok

kontrol

2) Mean hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, hal ini terkait dengan hipotesis pertama dalam penelitian

ini.

3) Mean hasil posttes pada kelompok yang mempunyai motivasi

belajar tinggi dan yang mempunyai motivasi belajar rendah, baik

pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok control, hal

ini terkait dengan hipotesis kedua dalam penelitian ini.

Rumus untuk uji t (t-test) (Sugiyono, 2006) adalah:

t =

Keterangan:

= Nilai rata-rata data kelompok

= Nilai rata-rata data kelompok 2

t = harga dari uji beda t

r = harga dari korelasi Pearson Product Moment

s = varians data kelompok

s2 = varians data kelompok 2


88

N = banyaknya responden atau data kelompok

N2 = banyaknya responden atau data kelompok 2

d.b = (N + N2) - 2

Rumus Pearson Product Moment (r) (Riduwan, 200) adalah:

r =

Keterangan

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah responden

ΣX = jumlah skor tiap butir item soal

ΣY = jumlah skor total (seluruh responden)

ΣXY = jumlah butir dikalikan skor total

Kaidah yang dipakai dalam menentukan apakah hipotesis yang diajukan

diterima atau tidak adalah jika t hitung > t table baik yang berharga

positif maupun negative maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan

sebaliknya jika t hitung < t table baik yang berharga positif ataupun

negative maka hipotesis nol (Ho) diterima atau Ha ditolak.

b. Uji F

Analisis varians ini digunakan untuk mengetahui secara signifikan

adanya pengaruh antara metode eksperimen dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi, hal ini

terkait dengan rumusan masalah terakhir dalam penelitian ini. Kaidah

yang dipakai adalah jika F hitung > F table pada maka hipotesis
89

alternative (Ha) diterima dan sebaliknya jika F hitung < F table maka

Ha ditolak atau hipotesis nol (Ho) diterima.

BAB V

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Pelaihari 6 yang beralamat di Jalan

Pembangunan Kecamatan Pelaihari 70811 Kabupaten Tanah Laut. Jumlah

guru di SDN Pelaihari 6 sebanyak 28 guru dengan jumlah murid sebanyak

388. Sekolah ini berdiri diatas lahan seluas 3.512 m2.

Secara umum, visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi

manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab

tantangan zaman yang selalu berubah.

Sekolah Dasar merupakan jenjang satuan pendidikan yang paling

awal dalam program wajib pendidikan formal yang berlaku di Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Dalam satuan Pendidikan Sekolah Dasar


90

Pada umumnya adalah menjadi dasar kemampuan baik moral maupun

intelektual untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tingkat pendidikan ini, lulusannya diharapkan dapat memberikan bekal

kepada anak didik agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang bermoral dan berakal sesuai dengan cita-citanya.

5.1.2. Karakteristik Responden


44
Berikut data responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin,

usia, agama, ijazah Tk, asal sekolah, pendidikan ortu, dan pekerjaan orang

tua.

5.1.2.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini akan diuraikan mengenai jenis kelamin responden dapat

dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1: Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase

1 Laki-Laki 25 41.7
2 Wanita 35 58.3
Jumlah 60
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Berdasarkan tabel 5.1. diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang atau 41.7%, Sedangkan

responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 35 orang atau 58.3%.

Berdasarkan data tersebut, maka responden wanita lebih banyak

dibandingkan responden laki-laki.


91

5.1.2.2. Responden Berdasarkan Usia

Berikut ini karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat

pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2: Responden Berdasarkan Usia

No Usia (dalam Tahun) Jumlah Responden Prosentase


1 11 15 25.0
2 12 25 41.7
3 13 20 33.3
Jumlah 60 100.0
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas maka distribusi responden

berdasarkan usia dapat dijelaskan sebagai berikut

Responden yang berusia 11 tahun sebanyak 15 orang atau 25.0%,

Responden yang berusia 12 tahun sebanyak 25 orang atau 41.7%, dan

responden yang berusia 13 tahun sebanyak 20 orang atau 33.3%.

5.1.2.3. Responden Berdasarkan Agama

Berikut ini akan dijelaskan tentang agama responden dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 : Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Responden Prosentase


1 Islam 60 100.0
2 Katolik 0 0.0
92

3 Kristen 0 0.0
4 Protestan 0 0.0
Jumlah 60 100.0
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas bahwa, maka distribusi responden

berdasarkan agama dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Responden yang beragama islam sebanyak 60 orang atau 100.0%

2. Responden yang beragama katolik sebanyak 0 orang atau 0.0 %

3. Responden yang beragama kristen sebanyak 0 orang atau 0.0%

4. Responden yang beragama protestan sebanyak 0 orang atau 0.0 %

5.1.2.4. Responden Berdasarkan Ijazah TK

Berikut ini akan diuraikan responden berdasarkan ijazah TK dapat

dilihat pada tabel 5.4 berikut :

Tabel 5.4 Responden Berdasarkan Ijazah TK

No Ijazah TK Jumlah Responden Prosentase


1 Punya 58 96.7
2 Tidak punya 2 3.3
Jumlah 60 100.0
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Responden yang mempunyai ijazah TK sebanyak 58 orang atau

96.7%, dan responden yang tidak mempunyai ijazah TK sebanyak 2 orang

atau 3.3%.

5.1.2.5. Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

Berikut data responden berdasarkan pendidikan orang tua dapat

dilihat pada tabel 5.5 berikut:


93

Tabel 5.5 Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

No Pendidikan Orang Tua Jumlah Responden Prosentase


2 S1 30 50.0
3 SD 10 16.7
4 SMA 15 25.0
5 SMP 5 8.3
Jumlah 60 100.0
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas bahwa, maka distribusi responden

berdasarkan pendidikan orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Responden yang pendidikan orang tuanya S1 sebanyak 30 orang atau

50.0%

2. Responden yang pendidikan orang tuanya SD sebanyak 10 orang

atau 16.7%

3. Responden yang pendidikan orang tuanya SMA sebanyak 15 orang

atau 25.0%

4. Responden yang pendidikan orang tuanya SMP sebanyak 5 orang

atau 8.3%

5.1.2.6. Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Berikut data responden berdasarkan pekerjaan orang tua dapat

dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

No Pekerjaan Orang Tua Jumlah Responden Prosentase


1 Berdagang 25 41.6
2 Bertani 10 16.7
94

3 Guru 10 16.7
4 PNS 15 25.0
Jumlah 60 100.0
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas bahwa, maka distribusi responden

berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Responden yang pekerjaan orang tuanya berdagang sebanyak 25

orang atau 41.6%

2. Responden yang pekerjaan orang tuanya bertani sebanyak 10 orang

atau 16.7%

3. Responden yang pekerjaan orang tuanya Guru sebanyak 10 orang

atau 16.7%

4. Responden yang pekerjaan orang tuanya PNS sebanyak 15 orang

atau 25.0%

5.2. Analisis Statistik Diskriptif

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor-faktor

Motivasi belajar siswa dan Metode Eksperimen berpengaruh terhadap

Prestasi belajar siswa Pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut menurut presepsi responden menunjukkan hasil

sebagai berikut :

5.2.1. Metode Eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner

kepada responden diketahui bahwa distribusi Metode Eksperimen menurut


95

responden berdasarkan indikator tata hubungan antar individu, tata

hubungan antara pimpinan dengan guru, tata hubungan antar unit dan

sistem Metode Eksperimen dipersepsikan responden sebagai berikut :

Tabel 5.7. : Distribusi Frekuensi Metode Eksperimen (X1)

Sangat Setuju Cukup Kurang Tidak


No No. Item setuju setuju setuju setuju
 %  %  %  %  %
96

1 Menjelaskan 17 28.3 39 65.0 3 5.0 1 1.7 - -


tujuan Eksperimen
(X11)
2 Memahami 7 11.7 34 56.7 10 16.7 6 10.0 3 5.0
permasalahan yang
ada (X12)
3 Menjelaskan 22 36.7 30 50.0 5 8.3 1 1.7 2 3.3
tentang alat-alat
dan bahan-bahan
yang digunakan
dalam Eksperimen
(X13)
4 Melakukan control 18 30.0 27 45.0 7 11.7 6 10.0 2 3.3
yang ketat dalam
urutan Eksperimen
(X14)
5 Pengawasan 21 35.0 32 53.3 4 6.7 2 3.3 1 1.7
terhadap pekerjaan
siswa (X15)
6 Memberikan saran 26 43.3 28 46.7 5 8.3 1 1.7 - -
dan pertanyaan
yang menunjang
kesempurnaan
(X16)
7 Mengumpulkan 31 51.7 23 38.3 3 5.0 1 1.7 2 3.3
hasil penelitian
siswa,
mendiskusikan dan
mengevaluasi
(X17)
Sumber : Data Primer diolah, 2013

Menjelaskan tujuan Eksperimen (X11) sebanyak 17 responden

(28.3%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 39 responden (65.0%)

menyatakan setuju, sebanyak 3 responden (5.0%) menyatakan cukup

setuju, sebanyak 1 responden (1.7%) menyatakan kurang setuju dan

sebanyak 0 responden (0.0%) menyatakan tidak setuju.

Memahami permasalahan yang ada (X12) sebanyak 7 responden

(11.7%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 34 responden (56.7%)


97

menyatakan setuju, sebanyak 10 responden (16.7%) menyatakan cukup

setuju, sebanyak 6 responden (10.0%) menyatakan kurang setuju dan

sebanyak 3 responden (5.0%) menyatakan tidak setuju.

Menjelaskan tentang alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan

dalam Eksperimen (X13) sebanyak 22 responden (36.7%) menyatakan

sangat setuju, sebanyak 30 responden (50.0%) menyatakan setuju,

sebanyak 5 responden (8.3%) menyatakan cukup setuju, sebanyak 1

responden (1.7%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 2 responden

(3.3%) menyatakan tidak setuju.

Melakukan control yang ketat dalam urutan Eksperimen (X14)

sebanyak 18 responden (30.0%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 27

responden (45.0%) menyatakan setuju, sebanyak 7 responden (11.7%)

menyatakan cukup setuju, sebanyak 6 responden (10.0%) menyatakan

kurang setuju dan sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan tidak setuju.

Pengawasan terhadap pekerjaan siswa (X15) sebanyak 21

responden (35.0%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 32 responden

(53.3%) menyatakan setuju, sebanyak 4 responden (6.7%) menyatakan

cukup setuju, sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan kurang setuju dan

sebanyak 1 responden (1.7%) menyatakan tidak setuju.

Memberikan saran dan pertanyaan yang menunjang kesempurnaan

(X16) sebanyak 26 responden (43.3%) menyatakan sangat setuju, sebanyak

28 responden (46.7%) menyatakan setuju, sebanyak 5 responden (8.3%)


98

menyatakan cukup setuju, sebanyak 1 responden (1.7%) menyatakan

kurang setuju dan sebanyak 0 responden (0.0%) menyatakan tidak setuju.

Mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan dan

mengevaluasi (X17) sebanyak 31 responden (51.7%) menyatakan sangat

setuju, sebanyak 23 responden (38.3%) menyatakan setuju, sebanyak 3

responden (5.0%) menyatakan cukup setuju, sebanyak 1 responden (1.7%)

menyatakan kurang setuju dan sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan

tidak setuju.

5.2.2. Motivasi belajar siswa

Motivasi belajar siswa bagi Guru merupakan salah satu aspek

penting dalam menentukan Prestasi belajar siswa dalam bekerja. Secara

teori dikatakan bahwa semakin tinggi motivasi belajar siswanya maka

akan semakin tinggi pula Prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa akan

bisa ditingkatkan melalui peningkatan motivasi belajar siswa. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh data tentang tanggapan responden tentang

Motivasi belajar siswa:

Tabel 5.8. : Distribusi Frekuensi Motivasi belajar siswa (X2)

Sangat Setuju Cukup Kurang Tidak


No No. Item setuju setuju setuju setuju
99

 %  %  %  %  %
1 Pemberian pujian 26 43.3 25 41.7 3 5.0 2 3.3 4 6.7
(X21)
2 Pemberian hadiah 21 35.0 20 33.3 7 11.7 4 6.7 8 13.3
(X22)
3 Senang dengan 26 43.3 18 30.0 9 15.0 5 8.3 2 3.3
belajar kelompok
(X23)
4 Usaha untuk 31 51.7 19 31.7 5 8.3 3 5.0 2 3.3
memenangkan
persaingan (X24)
5 Mengikuti 23 38.3 24 40.0 9 15.0 1 1.7 3 5.0
kegiatan tambahan
(X25)
6 Pemberian 19 31.7 31 51.7 7 11.7 1 1.7 2 3.3
penilaian yang
obyektif (X26)
7 Mengikuti 22 36.7 22 36.7 10 16.7 2 3.3 4 6.7
karyawisata yang
diprogramkan
(X27)
8 Senang dengan 27 45.0 23 38.3 8 13.3 - - 2 3.3
film pendidikan
(X28)
Sumber : Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa motivasi belajar siswa para

guru dalam bekerja berpengaruh terhadap Prestasi belajar siswa

Pujian bila berprestasi (X21) sebanyak 26 responden (43.3%)

menyatakan sangat setuju, sebanyak 25 responden (41.7%) menyatakan

setuju, sebanyak 3 responden (5.0%) menyatakan cukup setuju, sebanyak

2 responden (3.3%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 4 responden

(6.7%) menyatakan tidak setuju.

Hadiah bila berprestasi (X22) sebanyak 21 responden (35.0%)

menyatakan sangat setuju, sebanyak 20 responden (33.3%) menyatakan

setuju, sebanyak 7 responden (11.7%) menyatakan cukup setuju, sebanyak


100

4 responden (6.7%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 8 responden

(13.3%) menyatakan tidak setuju.

Lebih senang dengan belajar kelompok (X23) sebanyak 26

responden (43.3%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 18 responden

(30.0%) menyatakan setuju, sebanyak 9 responden (15.0%) menyatakan

cukup setuju, sebanyak 5 responden (8.3%) menyatakan kurang setuju dan

sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan tidak setuju.

Berusaha memenangkan persaingan antar teman di sekolah dalam

hal prestasi akademik (X24) sebanyak 31 responden (51.7%) menyatakan

sangat setuju, sebanyak 19 responden (31.7%) menyatakan setuju,

sebanyak 5 responden (8.3%) menyatakan cukup setuju, sebanyak 3

responden (5.0%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 2 responden

(3.3%) menyatakan tidak setuju.

Kegiatan tambahan sekolah (X25) sebanyak 23 responden (38.3%)

menyatakan sangat setuju, sebanyak 24 responden (40.0%) menyatakan

setuju, sebanyak 9 responden (15.0%) menyatakan cukup setuju, sebanyak

1 responden (1.7%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 3 responden

(5.0%) menyatakan tidak setuju.

Penilaian dengan obyektif (X26) sebanyak 19 responden (31.7%)

menyatakan sangat setuju, sebanyak 31 responden (51.7%) menyatakan

setuju, sebanyak 7 responden (11.7%) menyatakan cukup setuju, sebanyak

1 responden (1.7%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 2 responden

(3.3%) menyatakan tidak setuju.


101

Mengikuti karyawisata yang diprogramkan sekolah (X27) sebanyak

22 responden (36.7%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 22 responden

(36.7%) menyatakan setuju, sebanyak 10 responden (16.7%) menyatakan

cukup setuju, sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan kurang setuju dan

sebanyak 4 responden (6.7%) menyatakan tidak setuju.

Dengan film pendidikan merasa lebih senang belajar (X28)

sebanyak 27 responden (45.0%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 23

responden (38.3%) menyatakan setuju, sebanyak 8 responden (13.3%)

menyatakan cukup setuju, sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan

kurang setuju dan sebanyak 0 responden (0.0%) menyatakan tidak setuju.

5.2.3 Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar siswa merupakan hasil kerja yang telah dilakukan

seseorang. Penelitian ini mengkaji tentang Prestasi belajar siswa yang

dilihat dari aspek Metode Eksperimen dan motivasi belajar siswa. Secara

teori dikatakan bahwa Prestasi belajar siswa dipengaruhi kemampuan dan

motivasi belajar siswa. Dalam penelitian ini kajiannya merupakan kajian

motivasi belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan maka akan semakin

tinggi pula Prestasi belajar siswa, demikian pula halnya semakin tinggi

motivasi belajar siswa akan meningkatkan kemampuannya juga.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tentang tanggapan responden

tentang Prestasi belajar siswa Pada SDN Negeri 6 Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut . Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data


102

tentang tanggapan responden tentang Prestasi belajar siswa sebagai

berikut:

Tabel 5.9. : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar siswa (Y)

Sangat Setuju Cukup Kurang Tidak


No No. Item setuju setuju setuju setuju
 %  %  %  %  %
1 Mengikuti 28 46.7 26 43.3 4 6.7 2 3.3 - -
bimbingan belajar
(Y11)
2 Memiliki strategi 22 36.7 31 51.7 6 10.0 1 1.7 - -
dalam
mengerjakan tugas
(Y12)
3 Informasi/wacana 25 41.7 20 33.3 7 11.7 6 10.0 2 3.3
yang semakin
banyak (Y13)
4 Sikap siswa lebih 31 51.7 25 41.7 2 3.3 2 3.3 - -
positif (Y14)
5 Peningkatan 29 48.3 22 36.7 6 10.0 2 3.3 1 1.7
ketrampilan siswa
(Y15)
Sumber : Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Prestasi belajar siswa

Pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut

dipersepsi responden sebagai berikut:

mengikuti bimbingan belajar kemampuan akademis semakin

meningkat (Y1.1) sebanyak 28 responden (46.7%) menyatakan sangat

setuju, sebanyak 26 responden (43.3%) menyatakan setuju, sebanyak 4

responden (6.7%) menyatakan cukup setuju, sebanyak 2 responden (3.3%)

menyatakan kurang setuju dan sebanyak 0 responden (0.0%) menyatakan

tidak setuju.
103

Dengan mengikuti bimbingan belajar, siswa memiliki strategi

tertentu dalam mengerjakan tugas sekolah (Y1.2) sebanyak 22 responden

(36.7%) menyatakan sangat setuju, sebanyak 31 responden (51.7%)

menyatakan setuju, sebanyak 6 responden (10.0%) menyatakan cukup

setuju, sebanyak 1 responden (1.7%) menyatakan kurang setuju dan

sebanyak 0 responden (0.0%) menyatakan tidak setuju.

Dengan mengikuti bimbingan belajar, Informasi / wacana siswa

semakin banyak (Y1.3) sebanyak 25 responden (41.7%) menyatakan sangat

setuju, sebanyak 20 responden (33.3%) menyatakan setuju, sebanyak 7

responden (11.7%) menyatakan cukup setuju, sebanyak 6 responden

(10.0%) menyatakan kurang setuju dan sebanyak 2 responden (3.3%)

menyatakan tidak setuju.

Dengan mengikuti bimbingan belajar sikap siswa lebih positif

(Y1.4) sebanyak 31 responden (51.7%) menyatakan sangat setuju, sebanyak

25 responden (41.7%) menyatakan setuju, sebanyak 2 responden (3.3%)

menyatakan cukup setuju, sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan

kurang setuju dan sebanyak 0 responden (0.0%) menyatakan tidak setuju.

Dengan mengikuti bimbingan belajar keterampilan siswa meningkat

(Y1.5) sebanyak 29 responden (48.3%) menyatakan sangat setuju, sebanyak

22 responden (36.7%) menyatakan setuju, sebanyak 6 responden (10.0%)

menyatakan cukup setuju, sebanyak 2 responden (3.3%) menyatakan

kurang setuju dan sebanyak 1 responden (1.7%) menyatakan tidak setuju.


104

5.3. Analisis Data Inferensial

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut :

Y = 2.411 + 0.441 X1 + 0.008 X2

Persamaan diatas mengandung arti bahwa apabila Metode

Eksperimen dan Motivasi belajar siswa sebesar nol, maka besarnya

Prestasi belajar siswa adalah 2.411, angka 0.441 merupakan koefisien

regresi untuk Metode Eksperimen. Makna dari koefisien regresi tersebut

adalah Metode Eksperimen mempunyai pengaruh positif terhadap Prestasi

belajar siswa, semakin baik Metode Eksperimen maka akan semakin baik

pula Prestasi belajar siswa, apabila ada peningkatan Metode Eksperimen

sebesar satu satuan maka akan meningkatkan Prestasi belajar siswa

sebesar 0.441 Demikian pula koefisien regresi untuk Motivasi belajar

siswa. Motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh positif terhadap

Prestasi belajar siswa, artinya apabila ada peningkatan Motivasi belajar

siswa guru sebesar satu satuan maka akan meningkatkan Prestasi belajar

siswa sebesar 0.008.

Berdasarkan persamaan diatas diketahui bahwa Metode

Eksperimen mempunyai pengaruh positif begitu juga dengan motivasi

belajar siswa yang mempunyai pengaruh positif terhadap Prestasi belajar

siswa.

Selanjutnya untuk menguji hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa Metode Eksperimen dan Motivasi belajar siswa guru secara


105

simultan berpengaruh terhadap Prestasi belajar siswa digunakan analisis

dengan menggunakan uji F. hasil analisis dengan uji F diperoleh nilai F

hitung sebesar 5.468 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.007 (lebih kecil

dari 0.05) yang berarti bahwa secara simultan Metode Eksperimen dan

Motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap Prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat pada table anova berikut :

Tabel 5.10 :
Hasil Analisis of Varian (ANOVA)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.339 2 1.169 5.468 .007a
Residual 12.191 57 .214
Total 14.530 59
Sumber : Data Primer diolah (2013 )

Tabel diatas menunjukkan bahwa secara simultan Metode

Eksperimen dan Motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap

Prestasi belajar siswa.

Pengujian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa secara parsial

Metode Eksperimen dan Motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan

terhadap Prestasi belajar siswa digunakan analisis dengan menggunakan

uji t. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS diperoleh

nilai t hitung sebagaimana dalam tabel berikut :

Table 5.11 :
Hasil analisis data tentang pengaruh Metode Eksperimen dan
Motivasi belajar siswa
106

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.411 .587 4.105 .000
Eksperimen .441 .152 .397 2.901 .005
Motivasi .008 .118 .010 .070 .944
Sumber : Hasil Analisis Data (lampiran, 2013 )

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Uji t diperoleh

nilai thitung untuk Metode Eksperimen sebesar 2.901 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.005 yang berarti bahwa secara parsial Metode

Eksperimen mempunyai pengaruh signfikan terhadap Prestasi belajar

siswa. Demikian pula dengan nilai thitung untuk Motivasi belajar siswa

sebesar 0.070 Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.944 yang berarti

bahwa secara parsial Motivasi belajar siswa berpengaruh tidak signifikan

terhadap Prestasi belajar siswa di Sekolah.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji t

sebagaimana uraian diatas diketahui bahwa secara parsial Metode

Eksperimen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

belajar siswa, sedangkan motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan

terhadap Prestasi belajar siswa. Dengan demikian hipotesis tidak

diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Eksperimen yang

baik akan mampu meningkatkan Prestasi belajar siswa, namun beda

dengan motivasi belajar siswa semakin tinggi motivasi belajar siswa maka

tidak akan mempengaruhi Prestasi belajar siswa.


107

Nilai t hitung untuk variabel metode eksperimen sebesar 2.901

merupakan nilai terbesar dibanding nilai uji t variabel lainnya dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.005 karena nilai signifikansi 0.005 (lebih

kecil dari 0,05), maka metode eksperimen mempunyai pengaruh dominan

terhadap Prestasi belajar siswa. Dengan demikian hipotesis yang

menyatakan bahwa motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh dominan

terhadap Prestasi belajar siswa pada SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut tidak diterima.

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Pembahasan
108

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada bab sebelumnya

diketahui bahwa Metode Eksperimen dan motivasi belajar siswa secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Prestasi belajar siswa. Hasil

penelitian ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 5.468 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.007. besarnya kontribusi metode eksperimen dan

motivasi belajar siswa adalah sebesar 16.1%.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sebagaimana diatas

dapat diketahui bahwa Metode Eksperimen mempunyai pengaruh

signifikan terhadap Prestasi belajar siswa, hal ini dapat diketahui dari nilai

t hitung yang mempunyai tingkat signifikansi kurang dari 0,05, besarnya

pengaruh metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa adalah sbesar

0.441 satuan, artinya apabila ada peningkatan dalam metode eksperimen

satu satuan maka akan meningkatkan prestasi belajar guru sebesar 0.441

satuan, begitu pula sebaliknya.

Metode eksperimen merupakan cara penyajian pelajaran dimana

siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

sesuatu yang dipelajari. Penggunaan metode ini dapat membuat anak didik

lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya

sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, selain itu Anak

didik juga dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi


62 ilmu dan teknologi, serta siswa dapat
eksplorasi (menjelajahi) tentang

lebih aktif daripada harus menerima materi didalam kelas.


109

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data dengan uji t

menunjukkan bahwa secara parsial motivasi belajar siswa berpengaruh

tidak signfikan terhadap Prestasi belajar siswa. Hasil analisis ini

ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 0.008 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0.944. yang artinya bahwa ada atau tidaknya peningkatan atau

penurunan motivasi belajar siswa maka tidak akan berpengaruh terdapat

prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan motivasi belajar siswa yang ada

di SDN Pelaihari 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut sudah

baik.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


110

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, sebagaimana pada

bab sebelumnya maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara simultan Metode Eksperimen dan Motivasi belajar siswa

berpengaruh signifikan terhadap Prestasi belajar siswa di Sekolah. Hal

ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 5.468 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.007. Adapun konstribusi Metode Eksperimen

dan Motivasi belajar siswa guru terhadap Prestasi belajar siswa sebesar

16.1%.

2. Secara parsial Metode Eksperimen berpengaruh signifikan terhadap

Prestasi belajar siswa di Sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t

hitung yang mempunyai signifikansi kurang dari 0,05.

3. Secara parsial motivasi belajar siswa berpengaruh tidak signifikan

terhadap Prestasi belajar siswa di Sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai t hitung yang mempunyai signifikansi lebih dari 0,05.

4. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Uji t maupun

koefisien korelasi parsial diketahui bahwa metode eksperimen

mempunyai pengaruh dominan terhadap Prestasi belajar siswa. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 2.901 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.005.

7.2. Saran-Saran
64
1. Guru perlu memperhatikan pembelajaran dengan Metode Eksperimen

serta motivasi belajar siswa kepada para siswa secara bersama-sama,


111

karena Metode Eksperimen dan motivasi belajar siswa secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Prestasi belajar siswa Pada SDN

Negeri 6 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

2. Upaya penerapan Metode Eksperimen serta mekanisme dan prosedur

Metode Eksperimen perlu ditata karena Metode Eksperimen

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Prestasi belajar siswa.

3. Mengingat motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap Prestasi belajar siswa Pada SDN Negeri 6

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, maka tidak perlu lagi

untuk ditingkatkan, hanya perlu dipertahankan saja supaya tidak

terjadi penurunan.

4. bagi peneliti mendatang perlu melakukan penelitian lanjutan dengan

memasukkan variabel lain serta menambah atau memperluas

responden supaya bisa digeneralisasi. Karena dalam penelitian ini

kontribusi metode eksperimen dan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar siswa hanya sebesar 16.1% dan masih ada 83.9% faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa yang belum terjawab dalam

penelitian ini.
112

DAFTAR RUJUKAN

Adrian, 2004. Artikel: Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa.


http://www.suaramerdeka.com

Ali, Muhammad. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinar Baru Algensindo

Amipradono, S. 2003. Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen dan


Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas II SMU Negeri I
Geger Dan SMU Negeri I Dagangan Tahun Pelajaran 2002-2003. Tesis,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Anonim, 2007. Metode eksperimen. http://himitsuqalbu.wordpress.com


/2011/11/03/metode-eksperimen/

Anonim, 2008. Strategi Dan Metode. www. pakguruonline.pendidikan.net.

Aqib, Z. 2003. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan


Cendekia

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Mencari Paradigma Baru Pemecahan


Masalah Belajar dari Keteraturan Menuju ke Kesemrawutan. Pidato
Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang, 30 November.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Bahasa dan Sastra


Indonesia. Jakarta: Direktorat PLP, Direktorat Jenderal Dikdasmen,
Depdiknas.

Depdiknas, 2008. Model-Model Pembelajaran Yang Efektif .Jakarta:


Depdiknas

Djamarah, S. B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:


Usaha Nasional

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka


Cipta.
113

Gofur, A. 2005. Pengembangan Rancangan Pembelajaran Berdasarkan


Pendekatan Konstruktivistik Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Negeri
1 Gresik Dan SMA Negeri 2 Surabaya Kelas XI IA. Tesis, Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya.

Hadisubroto, T. 2003. Pengajran Reflektif. Surabaya: Penerbit S I C kerjasama


LPM IKIP Surabaya

Hadiwariyantho. 2008. Pendekatan dan Metode Pembelajaran.


www.WordPress.com.

Hamalik, O. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harjanto, 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Meier, D. 2000. The Accelerated Learning Handbook. Diterjemahkan oleh


Astuti, R. 2002. Bandung: Kaifa.

Mudjtahidin, A. 2003. Pengaruh Strategi Pengorganisasian Isi Dan


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Terhadap Prestasi Hasil Belajar
Matematika Di SMU negeri 1 Wringinanom Gresik dan SMU Negeri 1
Kedamean Gresik. Tesis, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Mustadji, 2000. Pengembangan Desain Pembeljaran Dengan Pendekatan


Konstruktivistik Pada Mata Kuliah Difusi Inovasi Pendidikan. Tesis
Universitas Negeri Malang

Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution, S. 2001. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi


Aksara.

Purwanto, M.N. 2001. Prisip-prisip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pusat Kurikulum Balitbang. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi:


Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu


Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta

Sandrifna, 2007. Strategi dan Metode Belajar Mengajar. http://www.banjar-


jabar.go.id/redesign.
114

Sardiman, 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Soeharto, dkk. 2003. Teknologi Pembelajaran: Pendekatan Sistem, Konsepsi


dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media. Surabaya: S I C
(Surabaya Intelellectual Club).

Sudjana, N dan Ibrahim, 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.


Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.


Bandung: Alfabeta

Suhardjono. 2001. Penulisan Laporan Penelitian Pengembangan. Makalah


Disajikan pada Lokakarya Nasional Metodologi Penelitian
Pengembanagan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran Angkatan II Puslit
Pendidikan UM di Malang, 22-24 Maret.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius.

Usman, M.U. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya
Wati, R. 2007. Iklim Kelas dan Prestasi Belajar. ai.elcom.umy.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai