Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pembangunan di era global ini ditentukan oleh kualitas sumber

daya manusia yang kompetitif dan berkualitas. Peran pendidikan sangat penting

untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh

karena itu pembaharuan pendidikan selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan nasional (A. Yuli dan Sunarni: 2015).

Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah semua warga

negara. Artinya, seluruh satuan pendidikan yang ada harus memberikan

kesempatan kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan tertentu agar

menjadi warga belajar atau peserta didik tanpa membedakan status sosial,

ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan UUD 1945

Pasal 31 ayat (1) berbunyi: “Tiap – tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran” Dasar–dasar Ilmu Pendidikan (Pers, 2013. hal. 126. Pf.3).

Pendidikan dasar merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan menengah

dan perguruan tinggi.Oleh sebab itu kualitas pembelajaran di sekolah dasar harus

ditingkatkan.Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran salah satunya tidak

terlepas dari motivasi siswa dan kreativitas guru dalam menyajikan materi

pelajaran. Melalui berbagai metode, alat, bahan dan model pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal (A. Yuli dan Sunarni: 2015).

1
Pelajaran IPA adalah interaksi antara komponen–komponen pembelajaran

dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk

kompetensi yang telah ditetapkan. Pelajaran IPA merupakan rumpun ilmu, yang

memiliki karakteristik khusus, yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual,

baik berupa kenyataan atau kejadian, dan hubungan sebab akibatnya. Unsur utama

IPA meliputi, sikap, proses dan aplikasi. Proses pembelajaran IPA dipengaruhi

oleh (1) masukan peserta didik, (2) masukan instrumental, kurikulum, guru,

metode, dan medi a, (3) masukaan sosial dan alamia. Dengan cara penyelidikan

IPA meliputi observasi, eksperimen, matematika, objek atau bidang kajian IPA,

(Asih W dan Eka S, 2013 :76).

Observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD YPK Tanas ditemukan

beberapa permasalahan yang berakitan motivasi dan hasil belajar siswa khusunya

pada mata pelajaran IPA. Permasalahan yang ditemukan diantaraya siswa tidak

antusias serta kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan pasif hal ini

disebabkan karena pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa kurang

bersemangat serta kurangnya varisai model pembelajara yang menarik perhatian

sehinngga siswa kurang antusias dan tidak mempunyai kemauan untuk mengikuti

pelajaran. Hal ini akan berdamapak pada hasil belajar siswa yang menyebabkan

proses pembelajaran kurang menyenangkan bagi siswa sehinga keaktifan

siswapun kurang Selain itu ada beberapa siswa yang takut bertanya langsung

kepada guru jika ada suatu hal yang belum mereka mangerti dan pahami. Jika hal

ini dibiarkan maka akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan data yang didapat dari guru kelas IV bahwa hasil belajar dan

motivasi IPA di kelas IV SD YPK Tanas Merauke dari 6 siswa hanya 2 orang

2
siswa yang tuntas dan 19 orang siswa belum tuntas karna memperoleh nilai

kurang dari 60, sedangkan nilai KKM untuk pelajaran IPA adalah 60. Melihat

kondisi ini penulis tertarik untuk melakukan penilitian tindakan kelas dengan

menggunakan metode bermain peran dalam pelajaran khususnya pada

matapembelajaran IPA materi sifat-sifat benda. Menggunakan model Snowball

Throwing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu model pemeblajaran yang ingin digunnkan dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran snowball throwing ,meupakan sebuah model

pembelajaran yang mengali potensi kepemiminan siswa dalam berkelompok dan

ketrampilan membuaat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan

imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari 2010: 67). Dengan

mengunakan model pembelajaran snowball Throwing dalam pembelajaran IPA

pemebelajaran lebih menarik pehatian siswa akan tertarik dan temotivasi untuk

mengikuti pelajaran dan hasil belajar meningkat

Model Snowball Throwing merupakan salah satu alternatif dalam

pembelajaran dengan potensi menarik pehatian siswa.snowball throwing

merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran yang dapat mengali potensi

siswa dalam membuat dan menjawab pertenyaan melalui sebuah permainan

imajinatif membentuk dan melempar salju yang terbuat dari kertas

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, makarumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah dengam mengunakan model Snowball Throwing

dapat meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi sifat benda Pada

Siswa kelas IV SD YPPK Sta.Theresia Buti Merauke Tahun Ajaran 2020/2021

3
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah dengan mengunkan model Snowball

Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA materi sifat benda

pada siswa kelas IV SD YPK Tanas Merauke Tahun Aajaran 2020/2021

D. Manfaat penelitian

Manfaat diadakan penelitian ini yaitu:

1. Bagi peneliti dapat memiliki alternatif metode yang sesuai dengan

mata pelajaran yang ada serta dapat membantu penulis dalam proses

penelitian tindakan kelas.

2. Bagi siswa (subjek penelitian) dengan pelaksanan PTK ini siswa dapat

mengalami proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang aktif.

3. Bagi guru dengan pelaksanaan dan pelaporan PTK ini, para guru dapat

mempelajari metode eksperimen dan cara penerapannya, agar mereka

dapat menerapkan di dalam proses belajar mengajar.

4. Bagi sekolah, dengan pelaksanan PTK ini sekolah dapat meningkatkan

hasil belajar para siswa sebagai ketuntasan dari materi yang telah

diajarkan kepada siswa dan guru juga akan meningkat dalam

mengajarnya.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Motivasi Belajar

a. Motivasi

Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku

manusia, motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau

kebutuhan-kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan termot

ivasi untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga dapat

bertindak dan berbuat menurut cara-cara tertentu yang akan membawa ke arah

yang optimal. Motivasi mengacu kepada jumlah kekuatan yang menghasilkan,

mengarahkan dan mempertahankan usaha dalam perilaku tertentu. Motivasi

adalah konsep ringkasan yang kita gunakan untuk menjelaskan pola perilaku

tertentu yang diamati Motivasi kerja adalah sesuatu yang iumenimbulkan

dorongan atau semangat kerja

Menurut Weiner dalam Sutrisno (2010:51) motivasi adalah kondisi

internal yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong individu

mencapai tujuan tertentu dan membuat individu tetap tertarik dalam kegiatan

tertentu.

Menurut Uno (2011: 43), arti motivasi adalah dorongan internal dan

eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan

minat; dorongan adan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan

penghormatan. Pendapat serupa juga dipaparkan Henry (2011: 27), menurutnya

5
motivasi adalah sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu

akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan

imbalan atau hasil yang dikehendaki.

Menurut Anwar (2013 : 89), definisi motivasi adalah suatu kondisi yang

berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilakuh yang

berhubungan dengan lingkungan kerja. Motivasi adalah minat dan dorongan

dalam diri seseorang yang mendorong untuk mencapai cita-cita dan harapan

yang diinginkan Haldan (2013: 61),.

Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah suatu dorongan/ kondisi dari dalam maupun luar individu yang

mendorong atau membangkitkan diri seseorang berupa minat, hasrat

kebutuhan, harapan dan cita-cita dalam lingkungan kerja untuk mendapatkan

imbalan atau hasil berupa penghormatan dan penghargaan.

b. Belajar

Proses belajar terjadi melalui banyak cara, baik disengaja maupun tidak

disengaja dan berlangsung sepanjang waktu yangmenuju pada suatu perubahan

diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilakuh tetap

berupa pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kebiasaan, yang baru di

peroleh individu. Pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan

lingkungan sebagai sumber belajarnya, (Trianto2011:16-17).

Menurut Anurahman, (2010:35) belajar adalah suatu usaha sadar yang

dilakuakan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan

dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik, untuk memperoleh tujuan tertentu.

6
Anthony Robbins (Tirianto, 2011:15) mendifinisikan belajar sebagai

proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) dan sesuatu

(pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa

unsur, yaitu: (1) Penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang

sudah di pahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah proses menciptakan hubungan antar pengetahuan dan

sesuatu (pengetahuan) yang baru secara sadar, disengaja maupun tidak

disengaja untuk memperoleh pengetahuan baru melalui latihan dan

pengalaman.

c. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah suatu dorongan/ kondisi dari dalam maupun luar

individu yang mendorong atau membangkitkan diri seseorang berupa minat,

hasrat kebutuhan, harapan dan cita-cita untuk menciptakan hubungan antar

pengetahuan dan sesuatu (pengetahuan) yang baru secara sadar, disengaja

maupun tidak disengaja sehingga memperoleh pengetahuan baru melalui

latihan dan pengalaman untuk mendapatkan imbalan atau hasil berupa

penghormatan dan penghargaan.Menurut Sudirman (2012 :75) mengemukakan

bahwa dalam kegiatan belajar,motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya pengereak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga

tujun yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Selain itu

menururt Khodijah,( 2014:150-151), menjelaskan definisi motivasi belajar

sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri sesorang ke dalam

bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat lain juga di

7
ungkapakan oleh Damanyati (2009:85) pentingnya motivasi belajar adalah

sebagai berikut

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang

dibandingkan dengan teman sebaya

3) Megarahkan kegiatan belajar

4) Membesarkan semnagat belajar

5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar kemudian bekerja

yang berkesinambungan

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi belajar, Pada intinya motivasi

belajar merupakan suatu dorongan di dalam dirisiswa yang dapat menjamin

keberlangsungan aktivitas belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinnya baik

pengetahuan ketrampilan maupun sikap dan tingkah lakunya, serta tercapainya

tujuan yang dikehendaki.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar. Hasil belajar tidak

dapat diperoleh tanpa belajar. Kegunaan yang diperoleh dari belajar disebut

dengan belajar.Berikut ini merupakan pengertian belajar menurut para ahli :

Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis (Slameto, 2010: 3). Dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia (2013: 729) menyebutkan belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaiaan atau ilmu tertentu dengan tergantung pada

kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu

dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan.

8
Menurut Sudjana (2010: 12) hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh

siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya

merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktifitas, sedangkan belajar

merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni

perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun

aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilahyang digunakan untuk

menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah

melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam

bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Selanjutnya Purwanto (2010: 44) berpendapat tentang hasil belajar bahwa

hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahuisejauh mana

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Menurut Hamalik (2001: 30)

hasil belajar adalah bilaseseorang telah belajar akan terjadiperubahan tingkah

laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar

sebagaimana yang dikemukakan oleh Soemanto (2012: 117) bahwa pengenalan

seorang terhadap hasil belajar atau kemajuan belajarnya adalah hal yang penting,

karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapainya, seseorang akan

lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya. Menurut Rusyan (2000:

65) hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia

melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima

pengajaran dari seorang guru pada suatu saat.

9
Secara umum, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang

setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya diberikan

dalam bentuk nilai atau angka. Untuk mendapatkan hasil belajar bisa dilakukan

dengan cara tes maupun non tes, bisa melalui ulangan, tugas dan sebagainya.

3. Model Snowball Throwing

a. Pengertian Model Snowball Throwing

Menurut komalasari (2010: 67), Model Snowball Throwing adalah model

pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan

ketrampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan

imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

Menurut Kisworo (Patmawati, 2012:45) mengemukakan pengertian model

Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa

dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing

kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru kemudian

masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas

pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Menurut Uno (2011:102), model pembelajaran Snowball Throwing adalah

model kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan individu untuk

berpendapat, kemudian dipadukan secara berpasangan, berkelompok dan yang

terakhir secara klasikal untuk mendapatkan pandangan dari seluruh siswa atau

siswa di kelas.

Menurut Rahman (2015 :73), Snowball Throwing merupakan salah satu

metode pembelajaran, dimana siswa diberikan kesempatan dan kebebasan untuk

10
membangun maupun menciptakan suatu pengetahuan. Menciptakan suatu

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mencoba memberikan arti atau makna

pada pengetahuan yang telah dialaminya.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model Snowball

Throwing salah satu model pembelajaran berupa permainan yang dibentuk

secara berkelompok dan memiliki ketua kelompok untuk mendapat tugas dari

guru, kemudian setiap kelompok membuat pertanyaan dan akan dilempar pada

kelompok lain untuk menjawab

b. Langkah-langkah penerapan Model Snowball Throwing

Langka-langkah pembelajaran Snowball Throwing menurut Agus

Suprijono (2009:128), sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,

untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyakut materi yang

sudah dijelaskan oleh ketua kelompoknya

5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan

dilempar dari satu siwa ke siswa lain selama 15 menit.

6. Setelah semua siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis

dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

11
7. Evaluasi

8. Penutup

c. Kelebihan dan Kekurangan Model snowball Throwing

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing

Model snowball Throwing memilki kelebihan dan

kelemahan.Menururt Huda (2014) kelebihan snowball throwing antara lain:

1. Melatih kesiapaan siswa dalam merumusakan pertanyaan dengan

bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan

pengetahuan.

2. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam materi

pemeblajran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat

penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru

serta mengarahkan pengliahatan, pendengaran, menulis dan berbicara

mengenai materi yang didiskusikan kelompok.

3. Dapat membangkitkan kebranian siswa dalam mengemukakan

pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya

dengan baik.

5. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik

yang sedang dibicarakan dalam pembelajaran tersebut.

6. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman atau

guru

7. Siswa akan lebih mengerti makna kerja sama dalam menemukan

pemecahan suatu masalah

12
8. Siswa akan memahami makan tangung jawab dan siswa akan lebih

menerima keragaman atau heterogenitas suku,sosial,budaya dan bakat

9. Siswa akan terus termotiovasi untuk meningkatakn kemapuanya.

Adapun kelemahan dari model snowball throwing adalah :

a. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu

menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi

sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa

mendiskusikan materi pembelajaran.

b. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

c. Memerlukan waktu yang panjang dan siswa yang nakal cenderung

untuk membuat onar.

4. Materi

 Sifat-sifat Benda

Berdasarkan jenisnya benda dibagi menjadi 3 jenis yaitu benda padat,

cair dan gas, (buku paket guru SD ,2019 : 81). Berikut ini merupakan

penjelasannya.

a. Benda Padat

Sifat-sifat benda padat adalah

1. Bentuk benda padat tetap, tidak mengikuti bentuk wadahnya

2. Bentuk benda padat dapat diubah

a. Bentuk benda padat tetap, tidak dipengaruhi oleh bentuk

wadahnya.

b. Bentuk benda padat dapat diubah dengan perlakuan tertentu

13
b. Benda Cair

Sifat-sifat benda cair

1. Bentuk benda cair mengikuti bentuk wadahnya

2. Bentuk permukaan benda cair yang tenang selalu datar

3. Benda cair mengalir ke tempat rendah

4. Benda cair menekan ke segala arah

5. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil

c. Benda Gas

Sifat-sifat benda gas

1. Bentuk benda gas tidak tetap karena mengisi seluruh ruangan yang

ditempatinya.

2. Benda gas menekan ke segala arah

3. Benda gas mengalir

 Benda Dapat Melarutkan Benda lain

Beberapa benda padat dapat dilarutkan dalam benda cair

 Perubahan Wujud Benda

Berbagai benda padat mengalami perubahan wujud yaitu:

1. Perubahan Wujud Benda Padat Menjadi benda Cair

2. Perubahan Wujud Benda Cair Menjadi benda Padat

3. Perubahan Wujud Benda cair Menjadi benda Gas

4. Perubahan Wujud Benda Gas Menjadi benda Cair

5. Perubahan Wujud Benda Padat Menjadi benda Gas

14
B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis mengkaji

beberapa penelitian terdahulu untuk memperkaya pengetahuan mengenai tata cara

penelitian, metodologi serta untuk menghindari kesamaan objek dalam penelitian.

Adapun kajian pustaka yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

1. Dedi Rizkia Saputra Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan

Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, Skripsi

Penerapan Model Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi siswa

dalam pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kecemen,

Manisrenggo, Klaten dinyatakan hasil belajar siswa meningkat dengan

menggunakan Model Snowball Throwing). Pada siklus I siswa memperoleh

nilai rata-rata 68 dengan ketentuan klasikal sebesar 70%. Kemudian dalam

pelaksanaan siklus II peroleh rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi

79 dengan ketuntasan klasikal sebesar 89%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Akbarleni Mahasiswa Fakultas Ilmu

Pendidikan Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas

Satya Wacana, Salah Tiga, pada tahun 2017. Skripsi Penerapan Model

Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi siswa dalam

pemebelajaran IPA Pada Siswa Kelas Vdi SDN Bringin 02

Semarang.Motivasi siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan

pada tiap siklus. Pada siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 64 dengan

ketentuan klasikal sebesar 67%. Kemudian dalam pelaksanaan siklus II

peroleh rata-rata hasil belajar siswa meningkat 76 dengan ketuntasan klasikal

sebesar 87%.

15
C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di SD YPK Tanas Merauke saat ini masih cenderung

konvensional. Guru kelas IV belum menggunakan variasi metode pembelajaran

dan cenderung masih menggunakan metode ceramah terutama pada pembelajaran

IPA. Dampak yang timbulkan adalah berkurangnya motivasi dan semangat siswa

dalam pembelajaran IPA yang kemudian berdampak terhadap hasil belajar siswa

yang rendah. Guru menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru memiliki peranan penting sebagai

penyampai materi pembelajaran.Dengan demikian guru bertanggung jawab pada

hasil pengajaran.

Hasil belajar yang baik dapat diwujudkan jika siswa memiliki motivasi

belajar.untuk menambah motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti

pembelajaran salah satunya dengan penciptaan suasana belajar yang

menyenangkan.Dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat

melalui penggunaan metode dan media bantu yang menarik perhatian siswa.

Penggunaan model Snowball throwing dapat menjadi salah satu wujud penerapan

pembelajaran yang variatifdan menarik.Metode pembelajaran ini menyajikan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Penerapan model Snowball

Throwing peran menciptaka kesan tersendiri bagi siswa dalam kegiatan

pembelajaran dari awal sampai akhir.

Dengan model Snowball Throwing yang sesuai dengan materi, siswa lebih

semangat dalam pembelajaran dan termotivasi untuk meningkatkan hasil

belajarnya. Karena bermain peran dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa, semakin baik peran yang dimainkan, maka siswa akan lebih

16
memahami materi yang sedang dipelajari sehingga hasil belajar yang dipeoleh

akan semakin baik pula. Hasil belajar IPA siswa kelas IV tersebut diukur

berdasarkan aspek kognitif. Model pembelajaran Snowball Throwing memiliki

kelebihan tersendiri dibandingkan metode belajar lain dan diharapkan dengan

penerapan metode ini selain mampu menambah motivasi siswa yang akhirnya

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka kerangka pikir dalam penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut

Kondisi Hasil belajar IPA siswa rendah dan


Awal kurangnya motivasi siswa dalam belajar

Guru hanyan mengunakan metode


Faktor
ceramah
penyebab
Guru Kurangnya memvariasi model
pembelajaran
Solusi Guru mengunkan model Snwoball
Throwing

Motivasi dan hasil belajar


kondisi
meningkat mengunakan model Snowball
akhir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penilitian ini adalah PTK dengan menggunakan dua bentuk desain

penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang terdiri dari

empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi: (Arikunto

2011:93).
Perencanaa
n

Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Menurut Kemmis dan Taggart

18
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian ini akan di SD YPK TANAS dan waktu penilitian

direncanakan pada semester ganjil tahun akademik 2020/2021

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas IV SD YPK

TANAS yang berjumlah 6 orang terdiri dari 5 siswa dan 1 siswi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dapat dilaksanakan melalui empat langkah

utama tindakan yaitu:

Siklus 1

1. Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi sifat benda padat,

cair dan gas.

b. Membuat dan menyiapkan siswa dalam proses pelaksanaan Snowball

Throwing.

c. Menyiapkan tempat untuk melaksanakan permainan snowball throwing.

d. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru

e. Meyusun lembar tes atau evaluasi akhir

2. Tindakan

a. Guru menjelaskan cara memainkan Snowball Throwing

b. Guru memilih ketua tiap kelompok

c. Guru menjelaskan materi kepada tiap ketua kelompok

d. Ketua kelompok menjelaskan materi pada anggota kelompok

e. Setiap individu menyiapkan jawaban dan pertanyaan untuk temannya.

19
3. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran dengan

menggunakan lembar observasi meliputi:

a. Setiap siswa melempar dan menagkap sebuah pertanyaan dan jawaban

b. Hasil belajar siswa

c. Kemampuan siswa dalam menulis pertanyaan dan menjawab pertanyaan

4. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I

mengenai hasil belajar dalam pembelajaran IPA.Hasil kajian siklus I ini

selanjutnya untuk dipikirkan dan dicari serta ditetapkan beberapa alternatif

tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar

IPA.Alternatif tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus

selanjutnya atau siklus I

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data dan informasi tentang proses pembelajaran dalam pelaksanaan penelitian.

Dalam penelitian ini instrument penelitian yang digunakan peneliti adalah lembar

observasi, lembar kerja siswa (LKS), dan lembar evaluasi. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data hasil belajar siswa. Selain data

hasil belajar siswa, juga dikumpulkan data hasil observasi berupa data aktivitas

siswa dan guru serta respon siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :

20
a. Lembar tes (pengetahuan )

Lembar tes ini dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang

bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.Tes

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda tes ini digunakan

untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada kompetensi pengetahuan.

b. Lembar Observasi

Dalam observasi ini pedoman yang digunakan adalah pedoman

observasi yang telah dibuat peneliti, kemudian observer yang mengamati sikap

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini digunakan

untuk mengamatiaktivitas atau kegiatan siswa dan guru sekaligus sebagai

penilaian hasil belajar pada kompetensi yakni lembar observasi aktivitas siswa

dan guru

1. Lembar observasi aktifitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa untuk mengambil informasi

bagaimana sikap siswa selama kegiatan belajar sesusai dengan lembar

observasi yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan

rencana.

2. Lembar observasi aktivitas guru

Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran digunakan untuk

memenuhi aktivitas fisik yang dilakukan oleh guru selama proses mengajar

berlangsung.pegisian lembar pengamatan dilakukan degan menggunakan

tanda chek-listdalam kolom. Lembar observasi diberikan kepada pengamat

untuk mengamati setiap kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Lembar motivasi siswa

21
c. Angket Respon Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap model

pembelajaran berupa Lembar kuesioner disusun untuk memperoleh gambaran

langsung tentang motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas. Pada akhir pengamatan, siswa dibagikan lembar

kuesioner untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar siswa dalam proses

pembelajaran

2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperoleh langsung dari lokasi penelitian, khususny

pada proses pelaksanaan tindakan kelas, pengumpulan data yang digunakan

adalah:

a. Tes

Tes berupa data hasil tes setiap akhir siklus yaitu soal pilihan ganda

berjumlah 10 soal pada setiap siklus.

b. Observasi (guru dan siswa)

Observasi berupa lembar observasi aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar

menggunakan model pembelajaran snowball throwing. Adapun kriteria yang

harus diperhatikan adalah

Tabel 3.1 Kategori ketuntasan siswa

Ketuntas Kriteri
an` a

22
70-100 Sangat
baik

65-80 Baik

55-60 Cukup

40-59 Kurang

Sumber; Anas Sudjiono (2011:81)

c. Angket Respon Siswa


Lembar kuesioner disusun untuk memperoleh gambaran

langsung tentang motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas. Pada akhir pengamatan, siswa dibagikan lembar

kuesioner untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar siswa dalam

proses pembelajaran. Begitu juga pada akhir siklus I dan siklus II peneliti

memberikan lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa.

Adapun komplikasi final pada pilihan jawaban yang

peneliti

sediakan, skala dirakit menggunakan pilihan berupa bintang hal ini

untuk menarik perhatian siswa memudahkan untuk menjawab kuesioner,

di antaranyameliputi sangat setuju ( ), setuju ( ), tidak setuju

( ), dan sangat tidak setuju ( ). Pilihan jawaban yang peneliti

sediakan memakai bintang sebagai sebuah point, bahwa semakin banyak

bintang menandakan sangat setuju ( ) dan apa bila

bintang semakin kecil menandakan sangat tidak setuju ( ). Hal ini peneliti

lakukan untuk mempermudah terlebih untuk siswa kelas II saat memilih

jawaban. Pilihan jawaban tetap mengacu pada skala Likert yang terdapat

23
dalam Arifin (2015 :161). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap

siswa dengan pernyataan- pernyataan positif maupunpernyataan-

pernyataan negatif.

24
Ketentuan skor dalam skala Liker dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.3 Ketentuan skor dalam skala Likert

Pilihan F Unfav
Jawaban avorable orable
(item (item
positif) negatif)
Sangat 4 1
Setuju
Setuju 3 2
Tidak 2 3
Setuju
Sangat 1 4
tidak Setuju

Berdarsarkan keterangan tabel di atas dapat di ketahui bahwa terdapat

posedur pemberian skor dalam pengisian lembar kuisioner.Untuk item positif

(favorablle), siswa yang memiliki jawaban yang sangat setuju ( )

mendapatkan nilai 4, setuju ( ) mendapatkan nilai 3, tidak setuju ( )

mendapat niai 2, dan sangat tidak setuju ( ) mendapat nilai 1. Sementara itu

untuk item negative (unfavorable), siswa yang memilih jawaban sengat setuju ( )

mendapat nilai 1, setuju ( ) mendapat nilai 2, tidak setuju ( ) mendapat

nilai 3, dan sangat tidak setuju ( ) mendapat nilai 4.

Berikut pedoman kisi-kisi kuesioner motivasi belajar dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

25
Tabel 3.4 Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa

V Indikator N F U J
aria o o av nf u
bel m or av m
o ab or l
r el a a
S be h
o l
a
l
Adanya
hasrat
1 dan 1 1 2 2
keinginan ,2
Mo Berhasil
tivasi
Adanya
dorongan
2dan 3 3 4 2
kebutuhan , 4
dalam
Belajar
Adanya
harapan
3 dan cita- 5 5 6 2
cita ,6
masa
depan
Adanya
4 Pengharga 7 7 - 2
an ,8 ,8
dalam
belajar
Adanya
kegiatan
5 yang 9 1 9 2
menarik , 10 0
dalam
belajar
Adanya
Lingkunga
n
belajar
yamg
kondusif,

26
6 Sehingga 1 1 1 2
1, 12 2 1
Memungki
nkan
siswa
dapat
belajar
dengan
Baik

Pada kisi-kisi kuesioner motivasi belajar terdapat 12 item yang

kemudian dikelompokkan menjadi enam indikator. Pengelompokan item

menjadi enam indikator dilakukan untuk mempermudah melakukan

penilaian untuk setiap siswa. Berikut adalah lembar kuesioner motivasi

belajar siswa.

27
S
N Pernyataan kor
o.

A Adanya hasrat dan keinginan berhasil


.
1 Saya bertanya pada guru apa bila
. belum memahami materi dengan mengunakan
model snowball throwing sehinnga saya
termotivasi untuk ingin mengetahuinya

2 Dengan adanya variasi model


. pemebelajaran saya termotivasi untuk
mengingat apa yang di sampaika guru

B Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar


.
3 Dengan adanya variasi model
. pembelajaran yaitu dengan mengunakan
snowball throwing saya ingin memotivasi
diri untuk belajar secara mandiri
4 Rasa ingin tau dan antusias Bertanya
. pada orang lain tentang materi yang diajarkan

C Adanya harapan dan cita-cita masa depan


.
5 Saya termotivasi mempunyai cita-cita
. yang harus digapai yaitu dengan mendapat
nilai yang baik dari materi yang diajarkan
6 Dengan model pemblajaran snowball
. throwing saya ingin mempertahankan prestasi
belajar dalam mata pelajaran IPA
D Adanya penghargaan dalam pembelajaran
.
7 Ketika mendapat pujian atas pekerjaan
. sendiri membuat saya termotivasi untuk lebih
giat dalam mengikuti pembelajaran di kelas
8 Saya akan beusaha mendapat nilai baik
.
E Adanya kegiatan menarik
.
9 Saya merasa malas mengikuti
. pembelajaran menggunakan

28
gambar
1 Saya sangat antuisias dan tertarik
0. untuk mengikuti pemeblajaran yang berkaitan
dengan model pemblajaran snowball throwing
F Adanya lingkungan belajar kondusif
1 Saya mengobrol dengan teman
1. sebelah ketika guru menjelaskan sehingga
suasana kelas menjadi gaduh
1 Saya menyukai situasi kelas yang
2. bersih sehingg fokus dalam Belajar

TOTAL

Keterangan :

: Sangat TidakSetuju

: Tidak Setuju

: Setuju

: Sangat Setuju

Tes adalah alat pengumpul informasi untuk mengukur kemampuan siswa

dan keberhasilan program pengajaran (Arikunto, 2012: 47). Pengisian lembar

kuesioner ini menggunakan skala sikap yang mengacu pada skala likert untuk

mengukur motivasi belajar siswa dengan menyediaka empat pilihan jawaban

seperti yang ada di bawah ini.

29
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kuesioner Siswa

Pilihan Jawaban S
kor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Setelah setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan,

kemudian dapat dilihat kriteria penskoran. Penskoran diberikan untuk

melihat sejauh mana motivasi belajar Siswa yang dapat diukur sangat

negatif (sangat rendah),sampai dengan sangat positif (Sangat tinggi).

Berikut kriteria penskoran motivasi belajar yang digunakan untuk

menilai kriteria motivasi belajar siswa.

Tabel 3.7 Kriteria Penskoran

Rentang Skor Skor


81-100 Sangat
Tinggi
66-80 Tinggi
56-65 Cukup
46-55 Rendah
0-45 Sangat
Rendah

Berdasarkan kriteria penskoran di atas, peneliti menyederhanakan

dan memodifikasi kriteria mengenai motivasi belajar menjadi tiga bagian.

Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan mengingat dan penggunaannya

lebih simpel. Berikut tabel yang telah dimodifikasi oleh peneliti mengenai

motivasi belajar siswa.

30
Tabel 3.8 Kategori Penskoran Motivasi Siswa

Rentang Skor Skor


66-100 Tinggi
56-66 Sedang
0-55 Rendah

F. Teknik Analisis Data

Menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklus dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap putaran siklus.

Analisis dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

a. Menghitung Hasil Belajar siswa

Menghitung hasil belajar siswa dengan menggunakan satistik sederhana yaitu

untuk menilai tes formatif. Peneliti melakukan penjumlahan nilai tes formatif

dilakukan dengan hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dengan persentase

jawaban yang benar. Tes formatif dapat dirumuskan:

R
S= X 100
N

Keterangan:

S= Nilai yang diharapkan

R= Iumlah skor yang benar

N= Skor maksimum

31
b. Menghitung nilai rata-rata siswa

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata kelas. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:

∑X
N
∑N

Keterangan:
N = Rata-Rata
∑X= Jumlah nilai
∑N =Jumlah siswa

c. Ketuntasan Hasil Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor

65, dan kelas tersebut tuntas belajar bila dikelas tersebut 80% yang telah

mencapai KMM. Untuk menghitung proses ketuntasan belajar digunakan

rumus yaitu:Y =
∑ siswa yang tuntas belajar X 100 %
∑ jumlah siswa
Keterangan:

Y= Persentase siswa yang tuntas

d. Analisis Aktivitas Siswa dan Guru

Mengetahui aktivitas siswa dan guru dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut:

32
∑x
N¿ x 100
∑n

N= Nilai Rata-Rata

∑X = Jumlah Nilai

∑n = Jumlah Aspek

e. Analisi motivasi belajar siswa

1. Nilai motivasi

Untuk menghitung nilai motivasi siswa dapat digunkan rumus

sebagai berikut:

jumlah skor yang diperoleh siswa


Nilai motivasi= x 100
skor maksimal

(Sumber: adposi dari purwanto, 2008:12)

Selanjutnya nilai yang diperoleh di kategorikan berdasarkan table

dibawah ini

Table 3.7 kriteria penskoran

Rentang Skor Skor

81-100 Sangat
Tinggi
66-80 Tinggi
56-65 Cukup
46-55 Rendah
0-45 Sangat
Rendah
(Sumber: adaptasi dari kemedikbud 2013:7)

2. Presentase keberhasilan motivasi belajar siswa digunakan rumus sebagai

berikut:

33
siswa yang mencapai kategori dengan baik
P= x 100 %
⅀ siswa

(Sumber: adaptasi dari aqib, dkk, 2011:41)

Selanjutnya, nilai yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori


tingkat motivasi belajar dibawah ini

Tabel 3.8 Kategori Penskoran Motivasi Siswa

Rentang Skor Skor


66-100 Tinggi
56-66 Sedang
0-55 Rendah

34
G. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai

berikut :

1. Siswa memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu persentase 85%

2. Terjadinya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

3. Tercapainya ketuntasan klasikal yaitu minimal 85% siswa mencapai atau

melebihi KKM atau X ≥ 60

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD YPK TANAS Merauke dengan

jumlah siswa sebanyak 6 siswa yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 3

siswa perempuan. Peneliti dan guru kelas IV menentukan jadwal

penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian dilaksanakan 6 kali sesuai

dengan jadwal yang telah disepakati oleh peneliti dan guru. Jadwal

pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

P
S Hari/
ertemua Jam Materi Pembelajaran Keterangan
iklus Tanggal
n
1. kamis, 07.30
1 Wujud
– bendamenggunaan model
oktober 08.45 padat,cair dan pembelajaran Snowball
2020 WIT gas throwing
2. Senin, 5 Bentuk bendamenggunaan Model
07.30 –
0ktober padat tetap, tidak pembelajaran Snowball
08.45
2020 mengikuti bentuk throwing
WIT
wadahnya.
I 3. Kamis, 8 07.30 – Tes menggunakan lembar LKS
0ktober 2020 08.45 Tes Siklus I
WIT
4. Senin, 12 Refleksi bersama guru wali
09.00-
0ktober 2020 kelas untuk membahas
09.15 Refleksi Siklus I
kekurangan dalam
WIT
pembelajaran pada siklus 1
1. Kamis, 15
07.0 08.45 Benda yang menggunaan Model
oktober WIT dapat melarutkan pembelajaran snowball
2020 benda lain throwing

36
2. Senin, 19
07.30 Perubahan
– wujudmenggunaan Model
Oktober 08.45 benda pembelajaran Snowball
II 2019 WIT throwing
3. Kamis, 22 07.30 – Tes menggunakan LKS
Oktober 2020 08.45 Tes Siklus II
WIT
4. Senin, 26 Refleksi bersama guru wali
Oktober 202008.00 - kelas untuk membahas
Refleksi Siklus II
selesai kekurangan dalam
pembelajaran siklus II

1.Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan tiga kali pertemuan

menggunakan media pembelajaran Snowball throwing. Pertemuan siklus I

dimulai pada tanggal 1, 5, dan 8 Oktober 2020. Sebelum melakukan

siklus II peneliti bersama guru kelas melakukan refleksi pada tangggal 12

Oktoberber 2020.

a. Perencanaan Siklus I

Pada tahap ini peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang digunakan pada siklus I , Lembar Kerja Siswa

(LKS), Lembar Observasi Aktivitas Siswa (LOAS), Lembar Observasi

Aktivitas Guru (LOAG) dan Lembar Tes Evaluasi Siklus I dan lembar.

Rencana pembelajaran untuk tiga kali pertemuan disusun dengan mengacu

pada Muatan IPA materi menggunakan sufat-sifat perubahan benda model

pembelajaran Snowball throwing, menyusun Soal Tes Siklus I.

b. Pelaksanaan Siklus I

1) Pertemuan pertama Siklus I

37
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 oktober 2020 di

kelas IV SD YPK Tanas Merauke yang berjumlah 6 siswa, dengan alokasi

waktu 2 x 35 menit. Pada pertemuan tersebut guru melakukan

pembelajaran muatan IPA sesuai RPP yang telah disusun sebelumnya.

Pada kegiatan pendahuluan diawali dengan sambutan ucapan salamat saat

guru masuk ruangan serta beberapa kegiatan rutin siswa untuk berdo’a

yang dipimpin oleh guru, absensi kehadiran siswa, kemudian siswa

mempersiapkan buku pelajaran dan alat tulisnya di atas meja sesuai

dengan muatan yang akan dipelajari.

Tahapan kedua yaitu kegiatan inti, pada kegiatan ini peneliti

menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa serta memberikan

pengertian tentang wujud benda padat,cair dan gas untuk mengingatkan

dan memancing nalar siswa. Pada tahap kegiatan inti ini, peneliti

menyiapkan media gamabar yang berisi materi serta gambar wujud benda

padat, cair dan gas yang akan ditunjukkan pada siswa didepan kelas,

kemudian peneliti menjelaskan satu persatu bagian wujud benda padat,cair

dan gas dengan mengunakan media gambar yang di tempelkan di depan

kelas, mengingatkan kembali kepada siswa bahwa wujud benda padat,

cair dan gas wajib dipelajari, diketahui serta dipatuhi.

Langkah selanjutnya peneliti membagi siswa dalam kelompok yang

terdiri dari 3 siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda. Setelah

kelompok dibentuk, peneliti memgunakan model pembelajaran snowball

throwing membagi bola yang suda di sediakan oleh peneliti setiap siswa

38
mendapatkan 1 bola,setela itu siswa di beri tugas untuk pada setiap

kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama dengan teman

kelompoknya. Sebelumnya siswa memperhatikan slede soal yang di

tampilkan oleh peneliti di dipan kelas, Selama diskusi kelompok

berlangsung peneliti memantau kerja siswa disetiap kelompok dan juga

membantu kelompok yang masih kesulitan dalam mengerjakan soal.

Soal yang telah dikerjakan oleh siswa pada LKS, selanjutnya peneliti

meminta perwakilan dari masing-masing kelompok yang bisa menjadi

pertanyaan dari soal yang diberikan. Siswa yang ditunjuk maju ada yang

percaya diri menjelaskan dan ada yang masih malu dan ragu dengan

hasilnya. Tahap akhir dari pertemuan pertama adalah penutup yang terdiri

atas tahap refleksi dan tahap penguatan.

Pada tahap akhir pertemuan, peneliti mengajak siswa untuk bersama-

sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Tidak lupa peneliti

memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada perwakilan

kelompok yang berani maju kedepan kelas dengan hasil kerjanya, dan

memberi semangat pada kelompok yang belum berani maju kedepan kelas

untuk menampaikan hasilnya. Peneliti kemudian menutup pertemuan

dengan mengucapkan salam dan ucapan terimakasih.

Berdasarkan hasil observasi dengan observer, aktivitas siswa pada

pertemuan pertama siklus I tergolong masih rendah dan belum sesuai

dengan harapan. Masih banyak siswa yang belum bisa menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru. Namun, pada saat guru memberikan

39
penjelasan mengenai bagiang-bagian tumbuhan semua siswa mendengar

dan memperhatikan dengan aktif.

2) Pertemuan Kedua Siklus I

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 15 oktober 2020 dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit. Diawali dengan pemberian motivasi kepada

siswa. Guru menjelaskan tahapan pembelajaran selanjutnya dilakukan

sesuai dengan RPP menggunakan model pembelajaran snowball throwing,

sedangkan siswa memperhatikan kemudian ikut serta dalam kegiatan

proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru menggunakan model

snowball throwing. Hasil observasi oleh observer bahwa masih ada siswa

yang belum mengetahui Bentuk-bentuk benda padat,cair dan gas. Untuk

memecahkan masalah tersebut, guru memberikan penjelasan kembali dan

meminta beberapa siswa untuk maju kedepan kelas untuk menunjukan dan

menyebutkan bentuk-bentuk benda padat, cair dan gas yang ditempelkan

gambar di depan kelas.

3) Pertemuan ketiga Siklus I

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 oktober 2020 dengan

alokasi waktu 4 x 35 menit. Pada pertemuan ketiga guru melakukan tes

evaluasi dengan lembaran tes evaluasi. Guru memberikan soal tes evaluasi

yang berupa lembar LKS kemudian siswa mengerjakan secara individu

dengan baik sebelum dikumpulkan untuk mengetahui kemajuan hasil

siswa.

c. Observasi Hasil Belajar Siswa

40
Berdasarkan persentase pencapaian kelas IV SD YPK Tanas pada

siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan dalam penjelasan dan

pembelajaran kembali menggunakan model Snowball Throwing kepada

siswa. Hal ini dikarenakan belum tercapainya indikator keberhasilan.

Sebanyak 3 siswa (50%) dari 6 siswa masih belum mencapai KKM yang

ditentukan. Penelitian ini dikatakan berhasil dan siklus akan berakhir jika

85% dari jumlah siswa kelas IV SD YPK Tanas Mearuke, memproleh

hasil tes dengan tingkat pencapaian cukup baik, baik, dan sangat baik.

Maka dilakukan siklus ke II dengan harapan pencapaian hasil belajar siswa

mencapai ≥60%.

Hasil tes sudah dilaksanakan tindakan pada siklus I, sudah ada 3 siswa

(50%) yang mencapai tingkat pencapaian ketuntasan. Sedangkan jumlah siswa

yang masih mencapai tingkat pencapaian kurang sebanyak 3siswa (50%). Hasil

belajar siswa dapat dilihat pada tabel taraf keberhasilan belajar siswa berikut

Tabel 4.2 Ketuntasan Klasikal Siklus I

No Skor Frekuensi persentase (%)


1 Tuntas ≥60 3 50%
2 Tidak Tuntas ≤60 3 50%
Jumlah 6 100 %

Untuk lebih jelasnya dapat pula dilihat pada diagram 4.1 ketuntasan
klasikal dibawah ini:

41
Ketuntasan Klasikal Siklus I
60%
50%
40% Tuntas
Column1
30%
20%
10%
0%
Tidak Tuntas Tuntas

1) Observasi Aktifitas Siswa

Indikator keberhasilan aktivitas siswa sesuai dengan harapan adalah

jika aktivitas siswa dilakukan lebih dari aktivitas yang tidak dilakukan.

Berdasarkan berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dari pertemuan

pertama dari 3 aktivitas yang menjadi acuan guru, keaktifan,

tanggungjawab. Skor aktifitas siswa pada siklus 1 pertemuan pertama (37)

53,33% dengan kategori “kurang”, dan meningkat pada pertemuan kedua

menjadi (41) 68,33% dengan kategori nilai “Baik”.

Tabel 4.3 Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus I

No Pertemuan Skor Persentase Kategori

1. Pertemuan I 37 53,33 % kurang

2. Pertemuan II 41 68,33 % Baik

Hasil tersebut dapat dibaca dalam diagram hasil persentase aktivitas

siswa sebagai berikut:

42
Hasil persentasi Aktivitas Siswa Siklus 1
100.%
90.%
80.%
70.%
60.% Column1
Pertemuan 2
50.%
40.%
30.%
20.%
10.%
0.%
Pertemuan 1 Pertemuan 2

Diagram 4.2 Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus I

2) Observasi Aktivitas Guru

Skor aktifitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan

pertama adalah sebesar (40) 67% ddengan kategori “Baik”. kemudian naik

menjadi (45) 75 %, dengan kategori “ Baik”. Pada pertemuan kedua

menunjukkan bahwa aktifitas guru meningkat dalam menerapkan rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan metode demonstrasi berbantuan media

gambar. Meningkatnya aktifitas guru pada siklus I pertemuan pertama dan

pertemuan kedua dapat dilihat pada sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil Persentase Aktivitas Guru Siklus I

No Pertemuan Skor Persentase Kategori

1. Pertemuan I 40 67% Baik

2. Pertemuan II 48 75% Baik

43
Diagram berikut memeperlihatkan secara jelas meningkatnya aktivitas

guru pada pertemuan pertama dan kedua.

Hasil persentasi Aktivitas Guru Siklus 1


100%
90%
80%
70%
Column1
60%
Pertemuan 2
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2

3) Motivasi belajar IPA

Hasil kuensioner siklus 1 pertemuan 1dan 2 dapat dilihat pada tabel

berikut

N Pertemu Skor yang


Istrumen Kriteria
o an Diperoleh
1 Pertama Lembar
Motivasi Belajar
2 Kedua Lembar
Motivasi Belajar
Rata-Rata

Hasil konsioner tersebut dapat dilihat pada grafik berikut

44
Hasil motivasi Siswa Siklus 1
100%
90%
80%
70% 0.66 0.66
60% Column1
Pertmuan 2
50%
40%
30%
20%
10%
0%
pertemuan 1 Pertmuan 2

d). Refleksi Pelaksanakan Tindakan Siklus I

Refleksi dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2020 bersama guru kelas

untuk membahas masalah kekurangan yang dihadapi selama pelaksanaan

siklus I pertemuan pertama dan kedua. Pada siklus I khususnya pertemuan

pertama, aktifitas siswa berlangsung seperti biasanya. Belum nampak

perubahan dari sebelumnya. Siswa masih banyak diam pada saat

pembelajaran dan tidak mengajukan pertanyaan tentang materi yang

kurang dipahami dikarenakan siswa masih kurang memahami sifat-sitat

benda . Aktivitas siswa mulai meningkat saat guru menjelaskan

mengunakan model snoball throwing pada pertemuan kedua, saat

penjelasan berlangsung siswa menunjukkan respon positif pada

pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa mulai paham dengan sifat-

sifat benda, sehingga siswa lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru di depan kelas.

45
Berdasarkan hasil tes siklus I menunjukkan nilai yang didapat oleh

siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, hingga

perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran dengan memperhatikan hal

berikut:

a). Motivasi guru terhadap siswa, petingnya materi pembelajaran yang

akandipelajari untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

b). Sebelum mengerjakan LKS, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya

tentang materi yang belum dipahami.

c). Melakuakan pendekatan kepada siswa yang dirasa kurang atau belum

mampu memahami materi tentang sifat-sifat benda menggunakan model

snoball throwing.

Rencana
Permasalahn Perbaikan
Perbaikan

1. Siswa banyak a).Motivasi guru a) guru


yang bermain terhadap siswa, memotivasi siswa
saat proses petingnya materi tentang pentingnya
pembelajaran pembelajaran yang mengenal sifat-sifat
sedang akandipelajari benda
berlangsung untuk digunakan b). memancig
dalam kehidupan siswa agar bertanya
sehari-hari. sebelum di berikan sol
b).Sebelum tes
mengerjakan LKS, c). berkeliling
siswa diberikan memantau keadaan
kesempatan untuk siswa saat

46
bertanya tentang mengerjakan tugas
materi yang belum dan memberi
dipahami. pemahaman jika
c).Melakuakan belum paham.
pendekatan kepada
siswa yang dirasa
kurang atau belum
mampu memahami
materi tentang
sifat-sifat benda
menggunakan
model snoball
throwing.

2. Siswa masih Guru menyiapkan Model snoball


banyak yang model strowing yang dapat
tidak fokus saat pembelajaran membuat siswa aktif
guru snoball throwing dan fokus untuk
menjelaskan mengikuti pross
materi pembelajaran

3. Ada 3 siswa Setiap pertemuan Menyiapkan


yang belum bisa sesalu di bombing
membaca dengan oleg guru buku bacaan untuk
lancar
dibaca

4. Masih banyak Mengingatkan kepada Guru terlibat


siswa yang masing-masing
mengerjakan siswa agar langsung didalam
soal di LKS mengerjakan soal
tampa bersama-sama kelompok agarsiswa
melibatkan kelompoknya
angota dapat fokus untuk
kelompoknya
bekerja sama dalam

mengerjakan soal

LKS

5. Penjelasan yang Memperlambat Menyusun


diberikan guru penjelasan agar
masih terlalu siswa mudah RPP pembelajaran
cepat sehingga mengerti
siswa kurang
mengerti

47
2. Siklus II

a. Perncanaan Siklus II

Dalam tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar tes evaluasi,

lembar observasi aktifitas siswa, lembar observasi aktifitas guru dan

lembar motivsi siswa. Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tiga

pertemuan disusun dengan mengacu pada muatan IPA materi sifat-sifat

benda menggunakan model snoball throwing.

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan masukan dari guru kolaborator yang dilakukan beberapa

tindakan perbaikan seperti melakukan pendekatan kepada siswa yang

belum mencapai nilai yang ditentukan, dan guru melakukan

pendampingan khusus untuk 3 orang siswa yang belum bisa membaca,

peneliti juga memperbaik media sebelumnya yang melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran. Siklus II dilakukan tiga kali pertemuan yaitu pada

tanggal 15, 19, dan 22 oktober ,refleksi dilaksanakan pada tanggal 26

oktober 2020

Pelaksanaan tindakan tetap mengacu pada rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun sebelumnya. Tindakan ini diawali

dengan beberapa kegiatan rutin seperti siswa berdo’a bersama dan

pemberian salam kepada guru, absensi kehadiran siswa, menyanyikan lagu

nasional kemudian para siswa menyiapkan buku yang akan dipelajari.

48
Pelaksanaan pembelajarann dilakukan tiga kali pertemuan dan dibahas

secara rinci sebagai berikut:

1). Pertemuan Pertama Siklus II

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15 oktober 2020 dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada pertemuan tersebut guru melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang disusun sebelumnya. Pada kegiatan

pendahuluan dimulai dengan sambutan ucapan selamat saat guru masuk

kedalam kelas dengan beberapa kegiatan rutin siswa antara lain, berdoa

yang dipimpin oleh salah satu siswa, absensi kehadiran yang dilakukan

oleh guru, menyanyikan lagu “Burung kaka Tua” kemudian siswa

mempersiapkan buku dan alat tulisnya di atas meja .

Tahapan kedua yaitu kegiatan inti, dalam kegiatan ini peneliti

menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi kepada siswa serta

memberikan pemahaman tentang materi yang akan diajarkan yaitu Benda

yang dapat melarutkan benda lain dengan menggunakan model snoball

throwing diterapkan dalam peosen pembelajaran, kemudian peneliti

menjelaskan tentang benda yang dapat melarutkan benda lain yang harus

di ketahui oleh siswa, pada refleksi siklus I terdapa 3 siswa yang belum

bisa membaca sehingga pada siklus II ini peneliti akan melakukan

pendekata kepada siswa-siswa tersebut.

Langkah selanjutnya peneliti membagi siswa dalam 3 kelompok, 1

kelompok terdiri dari 2 orang siswa yang mempunya kemampuan yang

berbeda-beda. setelah itu peneliti membagi Lembar Kerja Siswa (LKS)

49
pada setiap kelompok dan di kerjakan bersama kelompoknya masing-

masing.

Pada saat siswa mengerjakan soalnya peneliti memantau kerja siswa di

setiap kelompok dan membantu kelompok yang kesulitan dalam mengerjakn

soalnya.

Pada tahap akhir pertemuan, peneliti mengajak siswa bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari, peneliti juga memberikan

kesempatan bagi siswa yang mau bertanya tentang materi, peneliti menutup

bembelajaran dengan doa.

Pada siklus ini juga terlihat siswa yang pada siklus I mendapat nilai tinggi/

tuntas namun pada siklus II mendapat rendah. Hal tersebut terjadi sebab pada

siklus I siswa tersebut menjiplak jawaban milik temannya, akan tetapi pada siklus

II guru lebih aktif memantau saat siswa mengerjakan soal evaluasi sehingga

diperoleh siswa yang benar-benar tuntas dan tidak tuntas.

2). Pertemuan Kedua Siklus II

Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 19 oktober 2020 dengan

alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 35 menit. Kegiatan di awali dengan

berdo’a bersama, pemberian motivasi pada siswa sambil

menginformasikan materi hari ini tentang perubahan wujud benda yang

akan menggunakan model pembelajaran snowball throwing,

menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya absensi kehadiran siswa,

berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa.

50
Tahap selanjutnya kegiatan inti sesuai RPP mengunakan model

snoball throwing, siswa kemudian ikut serta dalam proses pembelajaran

yang diterapkan oleh guru di kelas menggunakan model snoball throwing.

Peneliti membagi siswa dalam 3 kelompok yang memiliki kemampuan

yang berbeda-beda, sedangkan 3 siswa yang belum bisa membaca pada

siklus I, sekarang pada siklus II sudah bisa membaca walupun hanya

mengeja kata, sesudah kelompok di bentuk peneliti menyampaikan

langkah-langkah dalam mengerjakan soal, kemudia peneliti membagi

lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok untuk mengerjakan soal

secara bersama-sama teman kelompoknya.

Pada pertemuan akhir Hasil observasi yang dilakukan obsever pada

pertemuan pertama siklus II siswa menunjukkan sikap tanggungjawab,

percaya diri dan semangat terhadap penjelasan guru dalam pembelajaran,

dan hasil tes menunjukan siswa sudan mencapai KKM yang di tentukan.

Dengan kata lain, tidak terdapat kendala dalam proses pembelajran pada

pertemuan kedua siklus II ini siswa lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran.

3). Pertemuan ketiga Siklus II

Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 22 oktober 2020 dengan

alokasi waktu 2 x35 menit. Pada pertemuan ke 3 Peneliti melakuan tes

evaluasi dengan lembar tes evaluasi, kemudian peneliti membagi soal tes

evaluasi siswa mengerjakan soal tes evaluasi secara individu sesuai

51
langkah-langkah yang terdapat pada lembar tes. Sesuadah selesai

mengerjakan soal tes di kumpulkan agar peneliti mengetahui sejauh mana

kemajuan hasil siswa dalam mengerjakan soal tes evaluasi.

c. Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Hasil tes yang dilakukan pada siklus II, sebanyak 6siswa (100%) mencapai

ketuntasan. Berdasarkan persentase hasil pencapaian siswa kelas IV SD YPK

Tanas Merauke pada tindakan siklus II, menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh

siswa telah mencapai indikator keberhasilan yaitu terdapat 6 siswa (50%) telah

mencapai ketuntasan yang sesuai dengan KKM. Meningkatnya hasil belajar siswa

pada siklus II dapat dilihat pada tabel taraf keberhasilan siswa sebagai berikut.

Tabel 4.6 Ketuntasan Klasikal Siklus II

No Skor frekuensi Persentase (%)


1 Tuntas ≥60 6 100 %
2 Tidak Tuntas ≤60 - 0%
Jumlah 32 100%

Persentase
Ketuntasan Klasikal Siklus II
100%
1 meningkatnya nilai
80% Series 1
60% ketuntasan hasil
40%
20% 0 belajar siswa siklus
0%
Tidak Tuntas Tuntas
II dapat dilihat pula

pada diagram sebagai berikut.

52
Diagram 4.4 Ketuntasan klasikal siklus II

1). Data Aktifitas Siswa Siklus II

Berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa pada pertemuan pertama

siklus II, skor yang diperoleh meningkat menjadi 40 (67%) telah aktif

dalam pembelajaran. Sementara skor pada pertemuan II lebih meningkat

lagi menjadi 49 (82%), yang berarti bahwa semua aktifitas sudah

dilakukan sesuai dengan harapan.

Tabel 4.7 Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus II

No Pertemuan Skor Persentas Kategori

1. Pertemuan I 40 67 % Sangat Baik

2. Pertemuan II 49 82 % Sangat Baik

Untuk lebih jelas, perhatikan diagram Persentase aktivitas siswa siklus


II dibawah ini.

Persentase Aktivitas Siswa Siklus II


100%
90%
80%
70% Pertemuan 2
60% Pertemuan 1
50%
0.82
40% 0.67
30%
20%
10%
Pertemua 1 Pertemua 2

53
Diagram4.5 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II

2). Data Aktifita Guru Siklus II

Skor aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II


pertemuan pertama sebesar 50 (83,33%), sedangkan pertemuan kedua
meningkat menjadi 53(88,33%) dengan kategori “ Sangat Baik”. Hal
tersebut menunjukkan bahwa aktifitas guru sudah sesuai dengan penerapan
rencana pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing

Tabel 4.8 Hasil Persentase Aktivitas Guru Siklus II

N Perte Skor Persen Kategori

o muan tase

1 Pertemuan I 50 83,33% Sangat

. Baik

2 Pertemuan II 53 88,33% Sangat

. Baik

Meningkatnya aktivitas guru pada siklus II dapat dibaca pada diagram

Persentase Aktivitas Guru sebagai berikut.

54
Persentase Aktivitas Guru Siklus II
100%
0.88
90% 0.83
80%
70%
Pertemuan 1
60%
Pertemuan 2
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2

Diagram4.6 Persentase Aktivitas Guru Siklus II


Data yang diperoleh untuk aktivitas guru siklus II diatas
menunjukkan bahwa aktivitas guru meningkat dan dalam kategori “Sangat
Baik”. Meningkatnya aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada diagram perbandingan berikut:

Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II


100%
88.33%
83.33%
80% 75.00%
67.00%
60% Tidak Tuntas
Tuntas

40%

20%

0%
Siklus I Sikluss II

55
Diagram 4.7 Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Klasikal
Siklus I dan Siklus II

3) Motivasi belajar IPA Siklus II

Hasil kuensioner siklus II pertemuan 1dan 2 dapat dilihat pada tabel

berikut

N Pertemu Skor yang


Istrumen Kriteria
o an Diperoleh
1 Pertama Lembar
85%
Motivasi Belajar
2 Kedua Lembar
95%
Motivasi Belajar
Rata-Rata

Hasil konsioner tersebut dapat dilihat pada grafik berikut

56
Hasil motivasi Siswa Siklus 2
100% 0.95
90% 0.85
80%
70%
60% Column1
Pertmuan 2
50%
40%
30%
20%
10%
0%
pertemuan 1 Pertmuan 2

Berdasarkan gambar ……terlihat bahwa data kondisi siklus 1 diperoleh

skor siswa sebesar……..(rendah) setelah dilakukan penelitian siklus 2 mengalami

peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 95%. Hal ini membuktikan bahwa

model pembelajaran soball terowing dapat meningkatkan motivasi hasil belajar

siswa

d. Refleksi pelaksaan siklus II

Refleksi dilaksanakan pada tanggal 26 oktober 2020 bersama guru

kelas untuk membahas peningkatan nilai siswa setelah pelaksanaan siklus

II. Pada siklus II pertemuan pertama menunjukkan siswa sudah aktif

dalam pembelajaran, namun masih ada beberapa siswa yang belum aktif.

Keaktifan siswa meningkat pada pertemuan kedua, siswa menunjukkan

respon baik terhadap pembelajaran saat guru memberikan beberapa

pertanyaan dan memberikan kesempatan bertanya. Berdasarkan hasil tes

siklus II, menunjukkan bahwa siswa telah mencapai indikator ketuntasan

57
belajar sesuai yang ditetapkan, sehingga pelaksanaan siklus berakhir pada

siklus II.

Hasil tes pada siklus II menunjukkan 6 siswa (82%) sudah mencapai

KKM, sedangkan 3 siswa (8,57%) belum mencapai KKM yang ditetapkan.

Hasil observasi siklus II, di peroleh persentase nilai rata-rata yaitu dengan

skor 54 (90,63%) dengan kategori “Sangat Baik”.

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan penelitian siklus II sudah

mencapai indikator keberhasilan, terdapat peningkatan nilai pada siklus II.

Ketuntasan Klasikal mencapai lebih dari sama dengan 80% dari jumlah

siswa yang mencapai KKM yang telah ditetapkan, serta terjadinya

peningkatan aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II sehingga

penelitian ini dihentikan pada siklus II dan tidak perlu dilanjutkan kembali

pada siklus berikutnya.

A. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua (2) siklus dengan

masing-masing siklus terdiri atas tiga (3) pertemuan. Setelah pelaksanaan

tindakan siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode demonstrasi

berbantuan media gambar, hasil penelitian menunjukkan terdapat

peningkatan hasil belajar, peningkatan aktifitas siswa, dan peningkatan

aktifitas guru. Hasil belajar siswa SD Yapis I Merauke dalam

pembelajaran PKn dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan

media gambar mengalami peningkatan yang baik.

58
Hasil pencapaian siswa setelah dilakukan tindakan siklus I mengalami

peningkatan. Siswa kelas VA SD Yapis I Merauke yang mencapai

ketuntasan sebanyak 23 siswa (65,71%), sedangkan siswa yang belum

mencapai ketuntasan berjumlah 12 siswa (34,29%). Hambatan yang di

alami pada siklus I adalah: 1) siswa masih takut atau malu untuk bertanya;

2) siswa belum percaya diri untuk aktif di depan kelas; 3) Pada saat

pelaksanaan tes evaluasi terdapat siswa yang tidak percaya diri dengan

jawabannya sehingga menjiplak/meniru jawaban temannya.

Dengan melihat hal tersebut, peneliti kemudian menyusun rencana

perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II. Rencana perbaikannya adalah:

1) guru memotivasi siswa untuk tidak malu atau tidak takut untuk

bertanya; 2) melakukan pendekatan pada siswa agar percaya diri untuk

aktif; 3) memberi penguatan terhadap siswa agar mengerjakan soal

evaluasinya dengan percaya diri; 4) guru lebih teliti dalam memantau

kegiatan siswa terutama saat pelaksanaan evaluasi untuk memperoleh hasil

yang benar-benar dari jawaban siswa itu sendiri tanpa melihat jawaban

teman. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti mempersiapkan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS, dan Lembar Tes Evaluasi.

Kemajuan hasil belajar siswa dilakukan tindakan siklus II. Siswa kelas VA

SD Yapis I Merauke yang mencapai tingkat ketuntasan meningkat dari 23

siswa (65,71%) pada siklus I menjadi 32 siswa (91,43%), pada siklus II.

Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan menurun dari 12 siswa

(34,29%) pada siklus I menjadi 3 siswa (8,57%) pada siklus II.

59
Meskipun masih 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan sesuai

dengan KKM, tingkat kemajuan yang banyak yang di alami oleh siswa

lainnya memberikan keyakinan bahwa metode demonstrasi berbantuan

media gambar meningkatkan hasil belajar PKn siswa SD Kelas VA Yapis

I Merauke. Hasil penelitian menunjukkan aktifitas siswa dalam

pembelajaran selama siklus I sampai dengan siklus II mengalami

peningkatan. Pada siklus I berjumlah 23 siswa (65,71%) menjadi 32 siswa

(91,43%) pada siklus II. Sedangkan aktifitas guru dalam pembelajaran

selama tindakan siklus I dan siklus II meningkat, pada siklus I (84,38%)

meningkat menjadi (90,63%) pada siklus II terdapat dalam kategori

“Sangat Baik atau Sangat Aktif”. Hal tersebut menunjukkan bahwa,

melalui metode demonstrasi berbantuan media gambar dapat

meningkatkan hasil belajar, aktifitas belajar siswa dan guru.

Dari observasi dan refleksi yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan

pembelajaran PKn materi peraturan peundang-undangan tingkat pusat

tentang rambu-rambu lalu lintas menggunakan metode demonstrasi

berbantuan media gambar sudah sesuai harapan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran

meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan oleh

Tatik Murwani Hadiati (2016). Metode demonstrasi berbantuan media

gambar mempunyai prestasi yang sangat baik dibandingkan siswa

diberikan pembelajaran hanya dengan metode ceramah. Oleh sebab itu,

60
metode ceramah harus didukung dengan metode demonstrasi berbantuan

media gambar yang relevan.

Penelitian ini berhubungan dengan penelitian Titik Murwani Hadiati

(2016), dan Wida Hartanti (2010). Dari kedua penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa, metode belajar yang menarik dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Sehingga guru harus menginovasikan pembelajaran

agar siswa semangat belajar. Dari uraian di atas penulis menyimpulkan

bahwa penggunaan metode demonstrasi berbantuan media gambar

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Yapis I Merauke tahun

ajaran 2018/2019.

61
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Henry. 2011. Pembelajaran Yang Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Prestasi
Pustaka Raya.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Dengan Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
A. Yuli dan Sunarni: 2015.Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV Yapi Merauke. Jurnal FKIP 1-2
Eka, S dan Asih W. 2013. Komponen Pembelajaran IPA. Jakarta: Erlangga
Hamalik, O.2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: BumiAksara.

Hamdani, 2011 Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia


Huda, Anwar. 2013. Model-Model Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2003.Jakarta: Balai Pustaka.
Muhamad, S.2015, Analisis Data dan Perskoran. Jakarta: Cipta Pustaka
Purwanto, N.2010, Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusyan, A. T. 2010. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. 2009 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Soemanto, W. 2012. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Karya.
Slameto,2010 Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sutrisno,2010, Memotivasi Peserta Didik. Jakarta: Cipta Karya


Uno Hamza. B. 2011. Perencanaan Pembelajaran Jakarta Bumi Aksara

62
63
64
65

Anda mungkin juga menyukai