Anda di halaman 1dari 11

PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 9 – Nomor 1, Juni 2014, (99-109)


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras

Pengaruh Pendekatan PMRI terhadap Motivasi Berprestasi, Kemampuan Pemecahan


Masalah, dan Prestasi Belajar

Wahidin 1), Sugiman 2)


1
SMP Negeri 1 Luragung, Jl. Raya Luragung No.03 Dukuhmaja, Luragung, Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat 45581, Indonesia. Email: wahidinudin71@yahoo.com
2
Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No. 1, Karangmalang,
Yogyakarta 55281, Indonesia. Email: sugiman_uny@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan pengaruh pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan pendekatan konvensional serta keefektifan pendekatan
PMRI dan pendekatan konvensional ditinjau dari motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan
masalah, dan prestasi belajar siswa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Luragung. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Luragung, semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas
delapan kelas. Sampel dipilih sebanyak dua kelas dari 8 kelas dengan menggunakan teknik cluster
sampling. Perbedaan pengaruh dianalisis menggunakan uji multivariat (MANOVA) dan keefektifan
dianalisis dengan uji one sample t test dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan PMRI dan pendekatan
konvensional ditinjau dari motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah, dan prestasi belajar
siswa dan pendekatan PMRI efektif ditinjau dari motivasi berprestasi.
Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia, pendekatan konvensional,
motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah, prestasi belajar.

The Effect of the IRME Approach on the Achievement Motivation, Problem Solving Skills,
and Learning Achievement

Abstract
This study aimed to describe (1) Differentiation the effect of Indonesian Realistic Mathematics
Education (IRME) and the conventional approach and (2) Effectiveness of IRME approach and the
conventional approach on achievement motivation, problem solving skills, and learning achievement
of the eighth grade students of SMP Negeri 1 Luragung. This study was a quasi-experimental study
(quasi-experiment). The population of this research was all the eighth grade students of SMP Negeri 1
Luragung, semester I academic year 2013/2014 consisting of eight classes. Two classes was chosen
from 8 classes by using cluster sampling technique as samples. The effect of IRME were analyzed
using multivariate test (MANOVA), and effectiveness were analyzed using one sample t test with a
significance level of 0.05. The results show that there is a significant difference effect between IRME
approach and the conventional approach on achievement motivation, problem solving skills, and
students learning achievement. IRME approach effective on achievement motivation in the subject
system linear equations in two variables in SMP Negeri 1 Luragung.
Keywords: Indonesian Realistic Mathematics Education (IRME) approach, the conventional
approach, achievement motivation, problem solving skills, learning achievement.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 100
Wahidin, Sugiman

dalam pembelajaran, sebagaimana yang diung-


PENDAHULUAN
kapkan oleh Slavin (2006, p.316) “motivation is
Permendiknas RI nomor 41 tahun 2007 one of the most critical components of
tentang standar proses, menyatakan bahwa learning.“ Hal senada juga disampaikan dalam
pelaksanaan pembelajaran harus secara inter- OECD (2010, p.122) “student’s motivation is an
aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, important aspect of their learning.” Motivasi
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi proses belajar siswa.
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai de- Secara umum, menurut Elliot, et al.
ngan bakat, minat dan perkembangan fisik serta (2000, p.332) orang yang memiliki motivasi
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan lebih tinggi akan meraih hasil yang lebih
secara sistematis dan sistemik melalui proses baik. Bahkan Orlich, et al. (2007,p.18)
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pernyata- menyatakan “teachers can teach only if the
an tersebut dipertegas oleh Permendikbud No learner has some desire to learn. We call that
81A tahun 2013 tentang implementasi kuriku- desire is motivation.” Ini menunjukkan betapa
lum pedoman umum pembelajaran. Dinyatakan pentingnya motivasi dalam pembelajaran.
bahwa untuk mencapai kualitas yang telah Motivasi didefinisikan sebagai suatu ke-
dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan adaan internal yang membangkitkan kita untuk
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang bertindak, mendorong kita ke arah tertentu, dan
(1) berpusat pada peserta didik, (2) mengem- membuat/mempertahankan kita terlibat dalam
bangkan kreativitas peserta didik, (3) mencip- kegiatan tertentu, sebagaimana yang dinyatakan
takan kondisi menyenangkan dan menantang, oleh Elliot, et al. (2000, p.332) “motivation is
(4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan defined as an internal state that arouses us to
kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman action, pushes us in particular directions, and
belajar beragam melalui penerapan berbagai keeps us engaged in certain activities.” Hal
strategi dan metode belajar yang menyenangkan, senada juga diungkapkan oleh Dai & Sternberg
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. (2004, p.11) yang menyatakan bahwa “motiva-
Slavin (2006, p.243), mengemukakan tion is indicated by the intensity (or energy),
“One of the most important principles of edu- direction, and persistence of a goal-directed
cational psychology is that teachers cannot behavior or action.” Artinya motivasi ditandai
simply give students knowledge. Student must dengan intensitas, arah, dan ketekunan yang
construct knowledge in their own mind.“ Dalam diarahkan pada tujuan. Santrock (2011, p.438)
pandangan psikologi pendidikan prinsip yang menyatakan bahwa motivasi sebagai sesuatu
paling penting adalah guru tidak dapat memberi- yang memberi energi, mengarahkan, dan mem-
kan begitu saja pengetahuan pada siswa. Dengan pertahankan perilaku.
kata lain guru harus berperan sebagai fasilitator, Brophy (2010, p.2) mengemukakan bah-
pembimbing, dan inspirator yang dapat mem- wa motivasi mencerminkan alasan di balik
bangkitkan keinginan siswa untuk belajar. Siswa pilihan dan tindakan yang kita lakukan. Keya-
harus diberi ruang dan kesempatan untuk bisa kinan tentang alasan-alasan ini melandasi
mengkonstruksi pengetahuan dalam dunianya. pemahaman mengenai motivasi seseorang, dan
Selanjutnya Slavin (2006, p.243) mem- kita cenderung melihat orang lain saat kita
berikan petunjuk bagaimana guru dapat me- mencoba untuk memahami motivasi dalam di-
nyediakan ruang dan kesempatan bagi siswa. Pe- ri mereka. Lebih lanjut, dalam konteks belajar,
ran guru sebagai fasilitator harus mampu mem- Brophy (2010, p.3) menyatakan bahwa konsep
buat informasi atau pengetahuan menjadi ber- motivasi siswa digunakan untuk menjelaskan
makna dan relevan bagi siswa, kemudian guru sejauh mana siswa menginvestasikan perhatian
juga harus memberi siswa kesempatan untuk dan usaha dalam berbagai kegiatan. Motivasi
menemukan dan menerapkan idenya sendiri. siswa berakar pada pengalaman subjektif siswa,
Tugas guru adalah menyediakan tangga bagi khususnya yang berhubungan dengan kesediaan
siswa untuk dijadikan sarana menggapai dan alasan mereka untuk terlibat dalam aktivitas
pemahaman yang lebih tinggi. pembelajaran.
Pembelajaran yang dilaksanakan harus Motivasi berprestasi matematika adalah
mampu menumbuhkan motivasi peserta didik dorongan yang menggerakkan, mengarahkan,
untuk berpartisipasi secara aktif. Motivasi ber- dan mempertahankan perilaku siswa dalam
prestasi merupakan komponen yang paling kritis kegiatan belajar matematika, yang timbul baik

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 101
Wahidin, Sugiman

dari dalam diri siswa maupun dari luar diri merupakan suatu aspek yang sangat penting
siswa, yang tercermin dari usaha dan ketekunan dalam proses belajar dan pengembangan mate-
siswa untuk mencapai hasil belajar sebaik matika, sehingga pembelajaran matematika di
mungkin. Seseorang yang belajar matematika sekolah seharusnya berfokus pada peningkatan
dengan motivasi yang tinggi akan melaksanakan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, matematika yang meliputi pengetahuan konsep-
penuh semangat dan bergairah, serta mengerah- tual, prosedural, strategi, komunikasi, dan aku-
kan segala perhatian dan kemampuan yang rasi. Kemampuan pemecahan masalah mendapat
dimilikinya. Sebaliknya siswa yang belajar perhatian yang serius dalam pembelajaran mate-
dengan motivasi yang rendah, usaha yang dila- matika. Kemampuan pemecahan masalah men-
kukannya tidak maksimal, akan menjadi malas jadi fokus dalam pembelajaran matematika,
bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang karena kemampuan tersebut bisa digunakan sis-
berhubungan dengan pelajaran. wa tidak hanya untuk memecahkan masalah
Fakta di lapangan menunjukan adanya matematika tapi juga bisa digunakan dalam
permasalahan terhadap motivasi siswa. Pada pelajaran lain, dan yang terpenting bisa
penelitian pendahuluan ditemukan fakta bahwa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
motivasi berprestasi siswa kelas VIII SMP Ne- Waters and Logan (2004, p.7) mengung-
geri 1 Luragung secara umum tergolong sedang. kapkan bahwa “problem solving at the heart of
Dengan perincian 3% kategori sangat tinggi, mathematics. The main reason for studying
32% kategori tinggi, 35% kategori sedang dan mathematics is to solve problems. Without the
30% termasuk kategori bermotivasi rendah. ability to solve problems, the usefulness and
Salah satu strategi untuk meningkatkan effect of mathematical ideas, knowledge and
motivasi belajar siswa adalah melalui pelaksana- skills are severely limited.” Pemecahan masalah
an pembelajaran kontekstual. “The students’ berada di jantung matematika. Alasan utama
interest and motivation in mathematics class- belajar matematika adalah untuk memecahkan
room towards the subject as a whole may be masalah. Tanpa kemampuan pemecahan masa-
increased by using and applying mathematics” lah, kegunaan dan pengaruh ide-ide matematika,
(Maaz & Odonoghue, 2011, p.45). Pemanfaatan pengetahuan dan kemampuan sungguh terbatas.
berbagai contoh di kehidupan sehari-hari dapat Banyak manfaat yang bisa diperoleh sis-
membangkitkan motivasi siswa. wa dari keterampilan memecahkan masalah,
NCTM (2000, p.29) menyatakan bahwa diantaranya dengan belajar memecahkan masa-
kemampuan pemecahan masalah (problem solv- lah siswa belajar cara berpikir, terbiasa berperi-
ing) sebagai salah satu kemampuan dasar yang laku tekun, selalu ingin tahu dan mempunyai
harus dimiliki siswa. Permendiknas Republik rasa percaya diri dalam menghadapi situasi yang
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006, tentang stan- tidak biasa dihadapi, baik situsai di dalam mate-
dar isi mata pelajaran matematika untuk semua matika itu sendiri, dalam pelajaran lain dan
jenjang pendidikan dasar dan menengah men- terutama dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
cantumkan kemampuan pemecahan masalah se- yang dikemukakan dalam NCTM (2000, p.52)
bagai salah satu tujuan mata pelajaran mate- Selain manfaat di atas, terdapat manfaat
matika di sekolah. Dalam dokumen tersebut lain yang bisa dipetik dari pemecahan masalah
dinyatakan bahwa siswa harus mampu meme- yaitu pemecahan masalah memberikan siswa
cahkan masalah yang meliputi kemampuan me- kesempatan untuk membangun konten penge-
mahami masalah, merancang model matematika, tahuannya selama proses memecahkan masalah.
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi Siswa dapat belajar banyak hal dari proses pe-
yang diperoleh. mecahan masalah diantaranya untuk mempel-
Kemampuan pemecahan masalah dipan- ajari dan mempraktekkan berbagai strategi
dang sebagai tujuan utama dalam pembelajaran pemecahan masalah. Disamping itu siswa juga
matematika di sekolah. Perkembangan pendidik- dapat mengaitkan atau membuat koneksi antar
an matematika sekarang ini menekankan konten matematika, sehingga siswa bisa me-
pentingnya pengembangan kemampuan siswa mahami matematika sebagai bagian yang utuh
dalam memecahkan masalah (NCTM, 2000, (NCTM, 2000, p.335)
p.1). “the main reason for studying mathematics Hasil penelitian pendahuluan menunjuk-
is to solve problems.” kan bahwa kemampuan pemecahan masalah
Sugiman, Kusumah, & Sabandar, (2009, siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Luragung masih
p.1), mengatakan bahwa pemecahan masalah tergolong rendah, dengan nilai rata-rata hanya

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 102
Wahidin, Sugiman

34,69. Siswa yang memiliki kemampuan peme- mengukur apa yang telah diepelajari atau
cahan masalah dengan kategori tinggi hanya 4%, keahlian apa yang dikuasai siswa.
kategori sedang 33%, kategori rendah 25% dan Berdasarkan uraian prestasi belajar terse-
sisanya 38% tergolong sangat rendah. but dapat disimpulkan prestasi belajar adalah
Perlu usaha maksimal dari semua pihak hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pro-
yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk ses belajar dalam kurun waktu tertentu, prestasi
membantu siswa dalam mencapai tujuan pem- belajar berupa pengetahuan, pemahaman, dan
belajaran matematika seperti yang diharapkan. keterampilan. Prestasi belajar dalam penelitian
Guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan ini diperoleh melalui pelaksanaan tes berupa
harus dapat memilih dan menerapkan berbagai ulangan harian yang dilaksanakan di akhir
strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai pembelajaran.
dengan kondisi siswa. Penerapan pendekatan UN merupakan salah satu representasi
pembelajaran yang sesuai diharapkan dapat hprestasi belajar siswa. Hasil UN tahun 2012
membuat siswa memahami konsep matematika menunjukkan prestasi matematika SMP Negeri
dengan baik dan mampu mengembangkan 1 Luragung belum menggembirakan. SMP
kemampuan pemecahan masalah matematika. Negeri 1 Luragung menempati ranking 51 dari
Mengingat peran motivasi dan kemam- 90 sekolah yang mengikuti UN baik negeri
puan pemecahan masalah yang begitu penting maupun swasta, dan menempati ranking 41 dari
dalam pembelajaran matematika maka motivasi 76 sekolah negeri yang mengikuti UN di
dan kemampuan pemecahan masalah perlu Kabupaten Kuningan. Daya serap untuk KD
mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan. sistem persamaan linier dua variabel ternyata
Motivasi dan kemampuan pemecahan masalah juga masih rendah. Daya serap KD tersebut
memberikan dampak langsung pada hasil belajar hanya 33,10 lebih kecil dibandingkan dengan
siswa. daya serap kabupaten (48,03), daya serap pro-
Prestasi belajar digunakan sebagai indika- pinsi (72,22) dan daya serap nasional (73,97).
tor keberhasilan peserta didik dalam suatu mata Dari uraian tersebut dapat diidentifikasi
pelajaran. Prestasi belajar juga digunakan seba- beberapa masalah antara lain pembelajaran ma-
gai indikator kualitas penyelenggaraan institusi sih berpusat pada guru, siswa kurang terampil
pendidikan tertentu. Gage & Berliner (1984, dalam meyelesaikan soal-soal aplikasi, masih
p.82) mendefinisikan prestasi belajar sebagai rendahnya kemampuan siswa dalam memecah-
suatu hasil yang telah diperoleh siswa yang kan masalah, motivasi berprestasi siswa masih
mencerminkan sejauh mana siswa dapat men- rendah, prestasi belajar siswa masih rendah,
capai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap daya serap KD Sistem Persamaan Linier Dua
jenjang studi. Variabel masih rendah, pembelajaran yang
Presatasi belajar merupakan bagian dari dilaksanakan kurang memberikan kesempatan
hasil belajar. Prestasi belajar diperoleh melalui pada siswa untuk mengembangkan kemampuan
suatu kegiatan pengukuran dengan mengguna- pemecahan masalah, dan pembelajaran yang
kan tes prestasi belajar. Menurut Klausmeier & dilaksanakan kurang menggugah motivasi siswa.
Goodwin (1966, p.605) tes prestasi belajar dide- Salah satu alternatif yang dianggap tepat
sain untuk mengukur perkembangan yang diper- untuk merespon berbagai masalah yang telah
oleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajar- terpapar tersebut adalah dengan menerapkan
an. Prestasi belajar mengukur tingkat pemaham- pendekatan pembelajaran yang variatif. Pende-
an fakta, konsep, kemampuan pemecahan masa- katan pembelajaran yang digunakan harus me-
lah dan ketrampilan psikomotor. Prestasi belajar nempatkan siswa sebagai subjek, memberi siswa
lebih mencerminkan kemampuan kognitif kesempatan yang luas, dan mengkaitkan dengan
peserta didik. kehidupan nyata.
Informasi prestasi belajar yang akurat, Pendekatan pembelajaran PMRI meng-
diperoleh dari alat ukur/tes yang memenuhi gunakan dunia nyata sebagai starting point.
kriteria tertentu, seperti kevalidan dan reliabili- Pembelajaran PMRI dimulai dengan menyajikan
tas. Gregory dalam Santrock (2011, p.521) masalah kontekstual, kemudian siswa diberi
menyebutkan “an achievement test is intended kesempatan secara bebas untuk dapat mendis-
to measure what student has learned or what kripsikan, menginterpretasikan dan menyelesai-
skills the student has mastered” yang artinya tes kan masalah kontekstual tersebut dengan cara
prestasi sebagai tes yang dimaksudkan untuk mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki. Proses penjelajahan, interpretasi, dan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 103
Wahidin, Sugiman

penemuan kembali dalam PMRI menggunakan an. Siswa diberi kebebasan untuk menyelesai-
konsep matematisasi horizontal dan vertikal, kan masalah tersebut dengan caranya sendiri
yang diinspirasi oleh cara-cara pemecahan baik secara individu maupun dalam kelompok
informal siswa (Freudenthal, 1991, p.14). kecil. Kemudian dengan bimbingan guru siswa
Landasan filosofi yang melekat pada Pen- diarahkan untuk dapat merumuskan penyelesai-
didikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) an masalah tersebut dalam bentuk matematika
adalah Realistic Mathematics Education (RME). formal.
Freudenthal (1991, p.14) menyatakan bahwa Terkait dengan uraian tersebut maka pe-
matematika merupakan aktivitas insani dan nelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
harus dikaitkan dengan realitas. Pembelajaran perbedaan pengaruh pendekatan Pendidikan
matematika tidak dapat dipisahkan dari sifat Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan
matematika seseorang dalam memecahkan pendekatan konvensional serta keefektifan pen-
masalah, dan mengorganisasi atau matematisasi dekatan PMRI dan pendekatan konvensional
materi pelajaran. Siswa tidak dapat dipandang ditinjau dari motivasi berprestasi, kemampuan
sebagai penerima pasif matematika yang sudah pemecahan masalah, dan prestasi belajar siswa
jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Luragung.
pada penggunaan berbagai situasi dan kesempat-
METODE
an yang memungkinkan siswa menemukan
kembali (reinvention) matematika berdasarkan Jenis Penelitian
usaha mereka sendiri. Penelitian ini menggunakan metode ekpe-
Pengertian masalah nyata dalam hal ini rimen semu, dengan rancangan penelitian meng-
bisa benar-benar masalah yang disajikan berasal gunakan nonequivalent groups pretest-posttest
dari kehidupan sehari-hari, namun bisa juga design (Trochim, 2006, p.1), atau dalam buku
berupa suatu masalah yang dapat dibayangkan lain (Ary, 2009, p.316) dinamakan nonrandom-
dalam benak siswa. Hal ini juga dapat dikate- ized control group pretest-posttest design.
gorikan sebagai masalah nyata. Panhuizen
(2001, p.3) mengatakan bahwa dunia formal Subjek Penelitian
matematika pun dapat dijadikan sebagai masalah Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
konstektual sepanjang hal itu nyata dalam benak kelas VIII SMP Negeri 1 Luragung tahun pel-
siswa. ajaran 2013/2014, Kabupaten Kuningan yang
Berbeda dengan pembelajaran konvensio- terdiri atas 8 kelas paralel. Teknik pengambilan
nal pembelajaran PMRI tidak dimulai dari defi- sampel yang digunakan adalah Cluster
nisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya Sampling. Ary (2009, p.154) Dari 8 kelas dipilih
diikuti dengan contoh-contoh soal dan penerap- secara acak dua kelas, kemudian dari dua kelas
annya. Namun sifat-sifat, definisi, teorema itu ditentukan secara acak kelas eksperimen dan
diharapkan ditemukan kembali oleh siswa mela- kelas kontrol. Setelah dilakukan pengundian
lui kegiatan pembelajaran pemecahan masalah terpilih kelas VIII 2 sebagai kelas eksperimen
dengan konteks yang relevan (Wijaya, 2012, dan kelas VIII 6 sebagai kelas kontrol.
p.28).
PMRI adalah pendekatan pembelajaran Prosedur Penelitian
yang diadopsi dari RME, sehingga memiliki Proses penelitian dimulai dengan melaku-
ciri-ciri yang hampir sama dengan ciri-ciri yang kan tes awal (pretest). Pretest dilakukan sebe-
dimiliki RME (Wijaya, 2012, pp.21-23), yaitu lum perlakuan untuk mengetahui pengetahuan
sebagai berikut. (1) penggunaan masalah kon- awal siswa yang berkaitan dengan variabel ter-
tekstual, (2) penggunaan model,(3) pemanfaatan ikat. Melaksanakan perlakuan berupa pembel-
hasil konstruksi siswa, (4) interaktif, dan (5) ajaran. Kelas eksperimen diberi perlakuan de-
keterkaitan ngan pembelajaran menggunakan pendekatan
Secara teoritis pendekatan PMRI dapat PMRI dan kelas kontrol dengan pembelajaran
memberikan jawaban untuk permasalahan moti- konvensional. Memberikan tes akhir (posttest)
vasi, kemampuan pemecahan masalah dan pres- yang dilaksanakan setelah perlakuan dengan
tasi belajar. Alasan dugaan tersebut adalah kare- tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan
na PMRI merupakan pendekatan pembelajaran yang diberikan. Posttest untuk prestasi belajar
matematika sekolah yang dilaksanakan dengan berisi soal-soal yang ekuivalen dengan soal pre-
menepatkan masalah nyata (konstektual), dan test, sedangkan untuk angket motivasi dan tes
lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajar-

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 104
Wahidin, Sugiman

kemampuan pemecahan masalah menggunakan Teknik Analisis Data


soal yang sama.
Data yang diperoleh dari pengukuran
Instrumen Penelitian pada variabel penelitian (variabel terikat) yaitu
prestasi belajar, kemampuan pemecahan masa-
Ada dua jenis instrumen yang digunakan
lah, dan motivasi berprestasi siswa selanjutnya
dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan peme-
dianalisis. Analisis deskriptif yang digunakan
cahan masalah, tes prestasi belajar, dan angket
dalam penelitian ini adalah rata-rata, skor mini-
motivasi berprestasi. Instrumen tes terdiri atas
mum, skor maksimum, standar deviasi, dan
soal tes awal dan soal tes akhir yang setara. Soal
varian.
tes awal diberikan kepada peserta didik untuk
Data tentang prestasi belajar matematika
mengetahui kemampuan awal peserta didik
diperoleh melalui pengukuran dengan instrumen
sebelum diberikan perlakuan dan soal tes akhir
tes yang berbentuk pilihan ganda yang terdiri
diberikan kepada peserta didik setelah peserta
atas 30 soal. Skor yang diperoleh selanjutnya
didik diberikan perlakuan.
dikonversi sehingga menjadi nilai dengan
Instrumen angket penelitian terdiri atas 30
rentang 0 sampai 100.
butir pernyataan yang diajukan kepada siswa
Data tentang motivasi berprestasi siswa
untuk mengumpulkan data tentang motivasi
diperoleh dengan menggunakan instrument
berprestasi. Pernyataan yang ada dalam angket
nontes yang berbentuk checklist dengan skala
merupakan pernyataan positif dan negatif.
Likert. Penskoran untuk motivasi memiliki
Angket ini disusun berdasarkan skala Likert.
rentang antara 30 sampai dengan 150. Untuk
Validitas isi diperoleh melalui analisis
menentukan kriteria hasil pengukuran digunakan
rasional terhadap isi instrumen oleh ahli (expert
klasifikasi berdasarkan rata-rata ideal (Mi) dan
judgment). Ada dua tipe validitas isi, yaitu vali-
standar deviasi ideal (Si) dengan konversi data
ditas tampilan dan validitas logis (Allen & Yen,
kuantitatif ke kualitatif dengan skala lima
1979, p.95). Validitas logis diperoleh melalui
(Azwar, 2011, p.108). Selanjutnya dihitung
pemeriksaan terhadap item instrumen untuk
persentasenya untuk masing-masing kategori,
membuat kesimpulan bahwa instrumen meng-
yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
ukur aspek yang relevan. Validitas tampilan
sangat rendah.
dilihat dari format tampilan instrumen.
Data yang diperoleh sebelum perlakuan
Sedangkan untuk validitas konstruk
dan setelah perlakuan dianalisis dengan uji mul-
dibuktikan dengan melakukan analisis faktor
tivariat. Uji multivariat yang digunakan adalah
dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows
uji Manova dua kelompok. Sebelum dianalisis,
terhadap data hasil angket motivasi siswa yang
data harus memenuhi asumsi normalitas homo-
diperoleh pada kelas uji coba. Validitas konstruk
genitas multivariat, seperti yang dinyatakan
mengacu pada sejauh mana suatu instrumen
Stevens (2009, p.218) Uji normalitas multivariat
mengukur trait atau konstruk teoretik yang
yang digunakan yaitu dengan uji Box’s M,
hendak diukurnya. Kriteria yang digunakan
sedangkan uji homogenitas digunakan perhi-
adalah nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
tungan jarak mahalanobis secara manual.
Sampling Adequacy (KMO). Apabila nilai
Uji normalitas dilakukan secara manual
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
dengan menentukan nilai jarak kuadrat (maha-
Adequacy (KMO) < 0,5 maka item-item tersebut
dikeluarkan secara bertahap dari yang paling lanobis) untuk setiap titik pengamatan pada
kecil sampai memperoleh nilai KMO > 0,5. setiap kelas. Kriterianya adalah jika pada tiap
Reliabilitas menunjuk kepada keajegan kelas sekitar 50% nilai p;0,5 =

pengukuran. Instrumen dikatakan reliabel apa- berarti data berdistribusi normal (Johnson
bila dengan tes yang sama diberikan kepada & Wichern, 2007, pp.177-187).
kelompok peserta didik yang berbeda, atau tes Uji homogenitas dilakukan untuk menge-
yang berbeda diberikan pada kelompok yang tahui homogenitas matriks varians-kovarians
sama akan memberikan hasil yang sama. Per- dua kelompok dengan tiga variabel terikat seca-
hitungan koefisien reliabilitas instrumen peneli- ra simultan. Pengujian dilakukan dengan uji
tian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach Box-M. Uji homogenitas dilakukan dengan
(Ebel, 1986, p.78). Setelah diperoleh koefisien bantuan program SPSS 16.0 for window. Homo-
reliabilitas instrumen dengan formula Alpha gen jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05.
Cronbach, dilakukan penghitungan SEM untuk Setelah asumsi terpenuhi, selanjutnya data
masing-masing instrumen. tes awal dianalisis dengan menggunakan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 105
Wahidin, Sugiman

MANOVA (Multivariate Analysis of Variance). pada kriteria tinggi. Rata-rata skor motivasi
Analisis dilakukan untuk mengetahui kesamaan siswa setelah diberikan perlakuan pada kelas
rata-rata dari variabel yang diamati. Analisis PMRI 109,36 dan kelas kontrol 101,68. Rata-
dilakukan dengan bantuan program SPSS. Kri- rata skor motivasi setelah perlakuan pada kedua
teria keputusan, H0 ditolak jika nilai signifikansi kelas berada pada interval skor 100 X 120,
≤ 0,05, pada tingkat kepercayaan 95% . yaitu termasuk pada kriteria tinggi.
Prestasi belajar dikatakan efektif jika nilai Gain pada kelas PMRI sebesar 17% lebih
rata-rata yang diperoleh lebih dari KKM sekolah tinggi jika dibandingkan gain pada kelas kontrol
untuk materi sistem persamaan linier dua varia- yang hanya sebesar 2%. Hal ini mengindikasi-
bel yaitu 70, sedangkan untuk variabel kemam- kan pengaruh pendekatan PMRI lebih baik jika
puan pemecahan masalah dan motivasi berpres- dibandingkan dengan pengaruh pendekatan
tasi dikatakan efektif jika telah mencapai kate- konvensional.
gori yang ditetapkan oleh peneliti karena di Frekuensi dan persentase banyaknya
sekolah tempat penelitian pengukuran terhadap siswa pada setiap kriteria motivasi berprestasi
kemampuan pemecahan masalah dan motivasi dihitung berdasarkan rentang skor yang telah
berprestasi belum pernah dilakukan. ditentukan. Distribusi frekuensi dan persentase
Setelah menentukan hipotesis yang diuji motivasi berprestasi siswa sebelum dan setelah
selanjutnya untuk melihat keefektifan masing- diberikan perlakuan disajikan pada Tabel 2.
masing model pembelajaran terhadap motivasi Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
berprestasi, kemampuan pemecahan masalah, sebelum diberi perlakuan, dari 25 siswa pada
dan prestasi belajar dilakukan uji t one sample pada kelas PMRI,13 siswa (52%) berada pada
pada taraf signifikansi 5%. kriteria sedang, 11 siswa (44%) berada pada
kategori tinggi, dan 1 siswa (4%) berada pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
kategori sangat tinggi. Dari 24 siswa kelas kon-
Motivasi berprestasi siswa diukur meng- trol, banyaknya siswa yang berada pada kategori
gunakan angket. Angket motivasi berprestasi ini sedang adalah 11 siswa (46%) dan 13 siswa
terdiri atas 30 pernyataan berupa pernyataan po- (54%) pada kategori motivasi tinggi.
sitif dan negatif. Skor minimal 30 dan maksimal Data setelah perlakuan pada kelas PMRI
150. Angket ini diberikan baik sebelum maupun terjadi pergeseran banyaknya siswa dari kategori
setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan sedang ke kategori tinggi. Kategori sedang men-
kelas kontrol. Data hasil pengukuran motivasi jadi 12% dan kategori tinggi bertambah menjadi
berprestasi tersebut disajikan pada Tabel 1. 76% dan sisanya 12% kategori sangat tinggi.
Berdasarkan data pada Tabel 1, rata-rata Jika dibandingkan dengan sebelum perlakuan,
motivasi berprestasi siswa sebelum diberikan dapat dilihat bahwa secara umum terjadi pening-
perlakuan pada kelas PMRI adalah 100,80 dan katan persentase siswa pada kategori tinggi dan
kelas kontrol 100,71 Rata-rata skor motivasi kategori sangat tinggi pada kelas eksperimen.
sebelum perlakuan pada setiap kelas berada
pada interval skor 100 X 120, yaitu termasuk
Tabel 1. Skor Motivasi Berprestasi
Kelas PMRI Kelas Kontrol
Ukuran Statistik
Pretest Posttest Gain Pretest Posttest Gain
Banyak Siswa 25 25 24 24
Rata-rata 100,80 109,36 17% 100,71 101,63 2%
Simpangan Baku 9,28 7,78 7,95 8,16
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Berprestasi
PMRI (n =) Kontrol (n =)
Interval Skor Kriteria sebelum Setelah Sebelum Setelah
F % F % F % f %
120 X 150 Sangat Tinggi 1 4% 3 12% 0 0% 0 0%
X 120 Tinggi 11 44% 19 76% 13 54% 13 54%
X 100 Sedang 13 52% 3 12% 11 46% 11 46%
60 X 80 Rendah 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
30 X 60 Sangat Rendah 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 106
Wahidin, Sugiman

Tabel 3. Skor Kemampuan Pemecahan Masalah


Kelas PMRI Kelas Kontrol
Ukuran Statistik
Pretest Posttest Gain (%) Pretest Posttest Gain (%)
Banyak siswa 25 25 24 24
Rata-rata 13,83 45,32 37% 13,98 29,51 18%
Simpangan Baku 5,48 15,24 5,81 11,00
Tabel 4. Rata-rata skor tiap aspek Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Kelas PMRI Kelas Kontrol
Aspek
Ideal Pretest Posttest Gain Pretest Posttest Gain
Pemahaman 4 0,43 1,89 41% 0,44 1,55 31%
Strategi 4 0,25 1,72 39% 0,39 0,93 15%
Akurasi 4 0,98 1,82 28% 0,85 1,06 7%
Tabel 5. Skor Prestasi Belajar Sebelum dan Setelah Perlakuan
Kelas PMRI Kelas Kontrol
Pretest Posttest Gain Pretest Posttest Gain
Banyak Siswa 25 25 24 24
Rata-rata 24,20 68,40 58% 23,54 61,04 49%
Simpangan Baku 12,05 10,18 10,98 10,53

Tes kemampuan pemecahan masalah Tes prestasi belajar terdiri atas 20 soal
terdiri atas 4 soal uraian. Sebelum dan setelah pilihan ganda. Tes prestasi belajar dilakukan dua
diberikan perlakuan diberikan tes baik pada ke- kali, yaitu pretest yang diberikan sebelum
las eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil tes perlakuan dan posttest yang diberikan setelah
kemampuan pemecahan masalah tersebut disaji- perlakuan. Data prestasi belajar sebelum (pre-
kan pada Tabel 3. test) dan setelah diberi perlakuan (posttest) pada
Berdasarkan Tabel 3, rata-rata skor ke- kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan
mampuan pemecahan masalah siswa sebelum pada Tabel 5. Rata-rata prestasi belajar siswa
diberikan perlakuan pada pada kelas PMRI ada- kelas PMRI, dan kelas kontrol sesudah perlaku-
lah 13,83 dan kelas kontrol 13,98 Rata-rata skor an, berturut-turut adalah 68,40 dan 61,04. Secara
kemampuan pemecahan masalah setelah diberi- deskriptif, hasil posttest kelas PMRI lebih tinggi
kan perlakuan pada kelas PMRI adalah 45,32 daripada kelas kontrol. Setelah diberi perlakuan,
dan kelas kontrol 29,51. Terjadi peningkatan terjadi peningkatan pada kedua kelas, yaitu 58%
rata-rata skor pada kelas PMRI sebesar 37% dan pada kelas PMRI, dan 49% pada kelas kontrol.
pada kelas kontrol 18%. Terlihat bahwa pada Untuk menjawab hipotesis penelitian
kedua kelas terjadi peningkatan rata-rata skor maka akan dilakukan analisis inferensial. Sebe-
kemampuan pemecahan masalah jika dibanding- lum melakukan analisis, himpunan data yang
kan antara rata-rata skor sebelum perlakuan diperoleh harus dipastikan homogen dan ber-
dengan rata-rata skor setelah perlakuan. distribusi normal. Hasil uji normalitas multi-
Skor kemampuan pemecahan masalah variat disajikan pada Tabel 6.
dibagi dalam tiga aspek yaitu pemahaman, stra-
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas
tegi, dan akurasi. Rata-rata skor tiap aspek ke-
mampuan pemecahan masalah disajikan dalam nilai
Kelas
Tabel 4. Dari Tabel 4 tersebut nampak siswa Pretest Posttest
yang mengikuti pembelajaran dengan pende- PMRI 52% 48%
katan PMRI memiliki rata-rata skor yang lebih Kontrol 46% 54%
baik dibandingkan siswa yang mengikuti pem- Data hasil uji normalitas pada masing-
belajaran dengan pendekatan konvensional pada masing kelas menunjukkan nilai yang kurang
semua aspek kemampuan pemecahan masalah. dari 2,366 berkisar pada nilai 50%, maka dapat
Peningkatan tertinggi di kelas PMRI terjadi pada disimpulkan data berdistribusi normal multi-
aspek pemahaman, begitu juga pada kelas kon- variat. Jadi asumsi normalitas multivariat sebe-
trol. Namun jika dicermati dari peningkatan lum dan setelah perlakuan terpenuhi. Sedangkan
nilain pretest dan posttest maka keas PMRI
mengalami peningkatan yang lebih tinggi.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 107
Wahidin, Sugiman

untuk hasil uji homogenitas disajikan pada pendekatan PMRI lebih dari siswa yang belajar
Tabel 7. dengan pendekatan konvensional. Adapun hasil
uji lanjut dipaparkan pada Tabel 9.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas
Tabel 9. Hasil Uji Lanjut
Nilai Box’M Signifikansi
Sebelum Perlakuan 7,386 0,333 Variabel Terikat thit ttab Keputusan
Setelah Perlakuan 11,236 0,107 Motivasi Berprestasi 3,395 2,012 H0 ditolak
Nilai signifikansi yang diperoleh dari Kemampuan
4,149 2,012 H0 ditolak
hasil uji homogenitas sebelum dan setelah Pemecahan Masalah
perlakuan nilainya lebih dari 0,05, maka dapat Prestasi Belajar 2,488 2,012 H0 ditolak
disimpulkan data tersebut homogen. Berarti Berdasarkan data pada Tabel 9 H0 ditolak
asumsi homogenitas multivariat terpenuhi. untuk ketiga variabel terikat. Hal ini berarti pe-
Setelah asumsi awal terpenuhi maka uji nerapan pendekatan PMRI memberikan penga-
hipotesis siap dilaksanakan. Pengujian dilakukan ruh yang lebih baik dibandingkan dengan pen-
dengan menggunakan uji manova. Kriteria yang dekatan konvensional untuk ketiga variabel
digunakan adalah H0 diterima jika nilai terikat yang diamati.
signifikansi lebih dari 0,05. Hasil uji manova Selanjutnya akan diuji keefektifan pende-
disajikan dalam Tabel 8. katan PMRI dan pendekatan konvensional
Tabel 8. Hasil Uji Manova sehingga diketahui kebenaran hipotesis yang
telah ditetapkan. Uji yang digunakan adalah uji t
Nilai F Signifikansi one sample dilakukan dengan perhitungan
Sebelum Perlakuan 0,026 0,994 manual. Kriteria yang digunakan adalah lebih
Setelah Perlakuan 8,094 0,000 dari 100 untuk variabel motivasi berprestasi,
Nilai signifikansi yang diperoleh hasil uji lebih dari 41,67 untuk variabel kemampuan pe-
manova sebelum perlakuan adalah 0,994 sehing- mecahan masalah, dan lebih dari 70 untuk
ga H0 diterima. Hasil uji hipotesis ini meng- variabel prestasi belajar. Uji t one sample ini
indikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan dilakukan secara manual dengan taraf signifi-
prestasi belajar, kemampuan pemecahan masa- kansi 0,05, dengan kriteria tolak H0 jika thitung ≥
lah, dan motivasi berprestasi antara kelompok ttabel. Hasil perhitungan uji t one sample secara
eksperimen dan kelompok kontrol. ringkas disajikan pada Tabel 10.
Nilai signifikansi yang diperoleh hasil uji Berdasarkan Tabel 10, pada kelas PMRI,
manova setelah perlakuan adalah 0,000, berarti untuk variabel motivasi berprestasi thitung > ttabel
H0 ditolak. Hasil uji hipotesis ini mengindikasi- berarti H0 ditolak, untuk variabel kemampuan
kan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pene- pemecahan masalah thitung < ttabel berarti H0 dite-
rapan pendekatan pembelajaran yang digunakan rima, dan untuk variabel prestasi belajar thitung <
terhadap variabel yang diamati antara kelompok ttabel berarti H0 diterima. Dengan demikian,
eksperimen dan kelompok kontrol. pembelajaran dengan pendekatan PMRI efektif
Uji lanjut diperlukan untuk mengetahui ditinjau dari motivasi berprestasi dan tidak
pendekatan mana yang berpengaruh terhadap efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan
variabel terikat motivasi berprestasi. Hipotesis masalah dan prestasi belajar.
yang diajukan adalah rata-rata motivasi berpres-
tasi siswa yang mendapat pembelajaran dengan
Tabel 10. Hasil Uji Keefektifan Pendekatan PMRI dan Konvensional
Variabel Terikat Kelas thitung ttabel Keputusan
PMRI 6,015 2,064 H0 ditolak
Motivasi Berprestasi
Konvensional 0,979 2,069 H0 diterima
PMRI 1,196 2,064 H0 diterima
Kemampuan Pemecahan Masalah
Konvensional -5,549 2,069 H0 diterima
PMRI -0,786 2,064 H0 diterima
Prestasi Belajar
Konvensional -4,177 2,069 H0 diterima

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 108
Wahidin, Sugiman

SIMPULAN DAN SARAN Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007,
Simpulan
tentang Standar Proses.
Pendekatan PMRI efektif ditinjau dari Ebel, R. L., & Frisbie, D. A. (1986). Essentials
motivasi berprestasi, tapi tidak efektif ditinjau of educational measurement (4th ed.).
dari kemampuan pemecahan masalah, dan pres- Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
tasi belajar siswa. Terdapat perbedaan pengaruh
Elliot, S. N., et al. (2000). Education
yang signifikan antara siswa yang mengikuti
psychology: effective teaching, effective
pembelajaran dengan pendekatan PMRI diban-
learning. Third Edition. Boston: Mcgraw-
dingkan dengan siswa yang mengikuti pembel-
Hill Higher Education.
ajaran secara konvensional ditinjau dari prestasi
belajar, kemampuan pemecahan masalah, dan Freudenthal, H. (1991). Revisiting mathematics
motivasi berprestasi. Pendekatan PMRI mem- education Dordrecht: Kluwer Academic
berikan pengaruh yang lebih baik dalam me- Publisher.
ningkatkan motivasi berprestasi, kemampuan Gage, N. L. & Berliner, D. C. (1984).
pemecahan masalah, dan prestasi belajar siswa. Educational psychology (third ed.).
London: Houghton Mifflin Company.
Saran
Johnson, R. A. & Wichern, D. W. (2007).
Pendekatan PMRI perlu diterapkan dalam Applied multivariate statistical analysis.
skala lebih luas sebagai salah satu alternatif New Jersey: Pearson Prentice Hall.
pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
Klausmeier, H. J. & Goodwin, W. (1966).
motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan
Learning and human abilities:
masalah, dan prestasi siswa sekolah menengah
Educational Psychology. New York:
pertama. Selama proses pembelajaran dengan
Harper & Row, Publisher.
pendekatan PMRI untuk meningkatkan motivasi
berprestasi siswa, disarankan guru lebih banyak Maaz, J. & Odonoghue, J.(2011). Real-World
menggunakan masalah kontekstual yang mena- problems for secondary school
rik bagi siswa. Untuk meningkatkan kemampu- mathematics students. Rotterdam: Sense
an pemecahan masalah dapat digunakan pen- Publisher.
dekatan PMRI dipadukan dengan LKS yang NCTM (National Council of Teacher of
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan Mathematics). (2000). Principles and
keadaan siswa. Pendekatan PMRI dapat dijadi- standards for school mathematics.
kan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran Reston, VA: Author.
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Orlich, et al. (2007). Teaching Strategies: a
DAFTAR PUSTAKA Guide of effective instruction, Ninth
Edition. Boston: Wadswort.
Allen, M. J., & Yen, W. M. (1979) Introduction
Panhuizen, M. H. (2001). Realistic mathematics
to measurement theory. Bakersfield, CA:
education as work in progress,
Brooks/Cole Publishing Company.
Proceedings of 2001 The Netherlands and
Ary, D., et al (2009). Introduction to research in Taiwan Conference on Mathematics
education (8th ed.). Belmont: Wadwort Education, Taipei, Taiwan, 19 – 23
Cengage Learning. November 2001
Azwar, S.(2011). Reliabilitas dan validitas. OECD. (2010). Mathematics teaching and
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. learning strategies in PISA. Corrigenda to
Brophy, J. (2010). Motivating student to learn, OECD publications.
(third ed.). New York: Routledge. Santrock, J. W. (2011). Educational
Dai, D. Y, & Sternberg, J. R. (2004). psychology, (5 th ed.). New York:
Motivation, emotion and cognition. McGrawhill.
Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates, Slavin, R. E. (2006). Educational Psychologi:
Inc. Theory and practice, 8th Edition. Boston:
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pearson.
Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, Stevens, J. P. (2009). Applied multivariate
tentang Standar Isi. statistics for the social science. New
York: Routledge.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (1), Juni 2014 - 109
Wahidin, Sugiman

Sugiman, Kusumah, Y.S., & Sabandar,J. (2009). http://www.socialresearchmethods.net/kb/


Pemecahan Masalah Matematik Dalam quasnegd.php.
Matematika Realistik, Makalah. Wijaya, A. (2012). Pendidikan matematika
Trochim,W. M. K. (2006). The non equivalent realistik: Suatu alternatif pendekatan
group design. Diambil tanggal 12 Maret pembelajaran matematika. Yogyakarta:
2014, dari Graha Ilmu.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538

Anda mungkin juga menyukai