Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan konseling dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar siswa setelah diberikan konseling behavioral teknik modeling. Subjek
pelaksanaan penelitian konseling behavioral teknik modeling ini adalah siswa kelas VIII 6 SMPN 2
Singaraja Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 yang memiliki motivasi belajar rendah. Siswa
yang diberikan konseling behavioral teknik modeling sebanyak 8 orang siswa. Hasil tersebut diperoleh
dari data primer atau data utama yaitu kuesioner dari pra siklus sampai siklus II. Metode observasi dan
wawancara juga digunakan sebagai metode komplementer yang mendukung data primer tersebut. Data
primer dalam bentuk kuesioner yang diperoleh dari responden dikumpulkan dan diolah dengan teknik
analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap identifikasi,
diagnosa, prognosa, konseling/treatment, evaluasi/follow up, dan refleksi. Hasil analisis menunjukkan
adanya peningkatan motivasi belajar siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hal ini dilihat dari
hasil peningkatan sebelum tindakan dari 58.58% menjadi 68.83%. dan diperoleh peningkatan dari
68.83% menjadi 85.17% pada siklus II dengan kategori tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
konseling behavioral teknik modeling dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin baik pemberian konseling behavioral teknik modeling melalui konseling kelompok
digunakan dalam menangani siswa yang memiliki motivasi belajar rendah semakin baik hasil yang
didapatkan.
Abstract
This action research in counseling aimed at identifying the improvement of students’ motivation after
given counseling behavioral modeling technique. The subjects of the implementation of counseling
behavioral modeling technique were VIII 6 class of SMPN 2 Singaraja in the even semester in academic
year 2013/2014 who had low learning motivation. There were eight students who were given counseling
behavioral modeling technique. The data collection method used was questionnaire. Data obtained from
primer data or main data which was questionnaire from pre-cycle to cycle II. The observation method and
interview were also used as a complementary method that supported the primer data. The primer data in
the form of questionnaire gained from the respondents were collected and analyzed by descriptive
analysis. This research was conducted in two cycles, each cycle consisted of the identification, diagnose,
prognose, counseling/ treatment, evaluation/ follow-up, and reflection. The results of the analysis showed
that there was an improvement of the students' motivation before and after the action. It can be seen
from the result before the action that were 58.50% to 68.83% and there were improvement from 68.83%
to 85.17% in cycle II which categorized as high. The results of the study showed that counseling
behavioral modeling technique can enhance students' motivation in learning. Therefore, it can be
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
concluded that, the better counseling behavioral given through counseling group modeling technique
which were used in dealing with students who have low motivation in learning, the better results obtained.
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
memiliki motivasi tinggi. Seorang siswa baik melalui teknik-teknik yang akan
yang memiliki motivasi belajar tinggi digunakan nantinya.
cenderung untuk selalu berusaha mencapai Gerald Corey, (dalam E. Koeswara,
apa yang diinginkan walaupun mengalami 1988:197) menyatakan bahwa
hambatan dan kesulitan dalam merainya. behaviorisme adalah suatu pandangan
Begitu juga sebaliknya, seorang siswa ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil
yang motivasi belajarnya kurang atau dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu
rendah, mereka akan melakukan aktivitas tertib dan bahwa eksperimen yang
belajar dengan tidak semangat, sehingga dikendalikan dengaan cermat akan
mereka akan mencapai hasil belajar yang menyiapkan hukum-hukum yang
rendah dibawah harapan sekolah. Siswa- mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme
siswa yang seperti ini disebut dengan siswa menitik beratkan pada perilaku individu.
yang mengalami motivasi belajar yang Menurutnya, perilaku individu ada karena
rendah. dibawah harapan sekolah. Siswa- adanya stimulus (rangsangan eksternal).
siswa yang seperti ini disebut dengan siswa Reaksinya berupa gerak dan perubahan
yang mengalami motivasi belajar yang jasmani yang bisa diamati secara objektif,
rendah. serta bisa dipelajari dari luar. Manusia
Berdasarkan hasil observasi peneliti dikatakan sebagai mahluk kebiasaan
di SMP Negeri 2 Singaraja dan hasil belaka sehingga dia bisa dijadikan
wawancara dengan wali kelas, guru bidang sedemikian rupa, dengan jalan memberi
studi dan guru BK, ternyata ada beberapa perangsang-perangsang yang tepat dan
siswa khususnya siswa kelas VIII 6 yang moment yang baik, sehingga ada proses
menunjukkan gejala-gejela motivasi belajar pelajaran dan berlatih.
rendah dalam mengikuti pelajaran di kelas Dalam penelitian ini, akan menggunakan
terlihat ketika guru menjelaskan, sikap satu diantara beberapa teknik konseling
siswa cenderung mengobrol dengan teman, behavioral yaitu teknik modeling. Rosjidan,
apabila diberi latihan soal yang sulit, siswa (1988:251) menyatakan bahwa penerapan
tidak mengerjakan soal tersebut dan tidak teknik modeling menunjuk pada proses
ada harsat keinginan berhasil untuk dimana tingkah laku individu atau kelompok
menyelesaikan soal tersebut, siswa kurang (contoh) bertindak sebagai stimulus yang
aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas, mempengaruhi pikiran, sikap, dang tingkah
tidak percaya diri ketika ditunjuk guru untuk laku pengamatan (konseli). Model konseling
tampil di depan teman-temannya, rasa takut behavioral dengan teknik modeling ini,
dan malu yang mengakibatkan motivasi merupakan teknik konseling sebagai proses
belajarnya kurang. Berbeda dengan siswa belajar melalui observasi dimana tingkah
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi laku dari seorang individu atau kelompok,
dalam mengikuti pelajaran di kelas seperti: sebagai model, berperan sebagai
lebih giat dan bersemangat dalam rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-
mengikuti pelajaran, memiliki rasa ingin sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari
tahu yang tinggi, terlibat aktif dalam individu yang mengobservasi model yang
mengikuti pelajaran di kelas, memiliki ditampilkan.
kesabaran dan daya juang yang tinggi. Hal Penggunaan teknik modeling dalam
ini dapat dilihat dari perilaku siswa dalam konseling behavioral bertujuan untuk
proses belajar sehari-hari dalam mengikuti mempelajari tingkah laku baru dengan
pelajaran di kelas. mengamati model dan mempelajari
Salah satu usaha yang dapat keterampilan yang dimiliki oleh sang model.
dilakukan untuk meningkatkan motivasi yang berperan sebagai rangsangan bagi
belajar adalah dengan model konseling pikiran-pikiran, sikap-sikap, perubahan
behavioral. Keunggulan dari konseling tingkah laku. Dalam modeling, individu
behavioral lebih menekankan pada mengamati seorang model dan kemudian
perubahan tingkah laku kearah yang lebih diperkuat untuk mencontoh tingkah laku
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
wali kelas, dan guru mata pelajaran. Dalam pernyataan negatif diberi skor item SL=1,
penelitian ini tidak seluruh siswa kelas VIII 6 SR=2, KD=3, JR=4, TP=5. Skor responden
yang dijadikan subjek penelitian, melainkan siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor
hanya siswa yang mencapai presentase yang diperolah siswa untuk setiap item.
dibawah 65% atau berada pada kategori Sebelum melakukan penyebaran
motivasi belajar rendah yang berjumlah 8 kuesioner terlebih dilakukan terlebih dahulu
orang siswa yang di tetapkan sebagai uji validitas yaitu uji validitas dan validitas
subjek yang akan dikenakan tindakan butir. Dari uji validitas tersebut diperoleh
bimbingan hasil bahwa dari 35 butir kuesioner ternyata
Penelitian ini terdiri dari dua variabel 30 butir kuesioner yang dianggap valid
yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat sehingga 30 butir kuesioner tersebut yang
(Y). Yang dimaksud dengan variabel bebas disebar untuk kelas subyek. Karena sudah
(X) dalam penelitian ini adalah konseling didapatkan 30 butir soal yang sudah valid,
behavioral teknik modeling, sedangkan analisis dilanjutkan pada uji reliabilitas.
variabel terikatnya (Y) adalah motivasi Untuk menguji reliabilitas ini mengunakan
belajar. Penelitian ini akan dilaksanakan metode koefisien Alpha (α) atau r alpha.
dengan cara konseling kelompok. Dari hasil pengujian reliabilitas output
Penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) analisis menggunakan Microsoft Excell,
tahap yaitu: 1) tahap awal, 2) tahap instrumen tersebut dinyatakan reliabel
tindakan, dan 3) tahap akhir. Tahap awal karena r alpha = 0,854 lebih besar dari r
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, ialah: tabel =0,213, didapat dari N=82 dengan
(a) mengurus ijin penelitian, (b) melakukan taraf signifikan 5%. Jadi instumen tersebut
uji instrument, (c) menyebarkan koesioner layak dan dapat dipercaya untuk digunakan
awal, dan (d) merencanakan tindakan. sebagai alat pengumpul data dalam
Pada tahap tindakan penelitian ini penelitian ini.
dirancang dalam 2 siklus yang masing- Data penelitian ini dianalisis dengan
masing siklus terdIri dari beberapa tahap. analisis deskriptif. Analisis deskriptif
(1) kegiatan perencanaan yang terdiri dari digunakan untuk menganalisis dengan
tahap identifikasi, tahap diagnosa dan membandingkan persentase yang dicapai
tahap prognosa, (2) kegiatan pelaksanaan sebelum dan sesudah diadakan tindakan.
yang terdiri dari tahap konseling/treatment, Rumus yang digunakan adalah
(3) kegiatan pengamatan terdiri dari tahap X
evaluasi/follow up, (4) tahap refleksi. P 100%
SMI
Sedangkan pada tahap akhir, peneliti
(Nurkancana, 1990:126)
melakukan analisis data dari hasil
Keterangan :
penyebaran kuesioner yang diberikan
P = Persentase pencapaian
kepada siswa yang menjadi subjek
X = Skor mentah
penelitian
SMI = Skor maksimal ideal
Untuk mengetahui peningkatan
motivasi belajar siswa, digunakan teknik
Data hasil motivasi belajar siswa
pengumpulan data dengan memakai
dengan statistik deskripstif dengan
metode kuesioner. Kuesioner yang
kualifikasi menggunakan pedoman konversi
dikembangkan dalam penelitian menjadi 6
penilaian acuan patokan (PAP) skala lima
indikator, dengan jumlah item instrument
dan kriteria sebagai berikut: 90%-100%
yang berjumlah 35 item. Kuesioner yang
(sangat tinggi), 80%-89% (tinggi), 65%-79%
digunakan adalah kuesiomer model skala
(cukup), 40%-64% (rendah), dan 0%-39%
likert dengan 5 alternatif pilihan yaitu Selalu
(sangat rendah). Penelitian ini dikatakan
(SL), sering (SR), kadang-kadang (KD),
berhasil secara kuantitatif jika berada pada
jarang (JR), tidak pernah (TP). Pemberian
pencapaian persentase diatas 65%.
skor pada setiap item SL=5, SR=4, KD=3,
(Dantes, 2012:190)
JR=2, TP=1 untuk pernyataan positif. Untuk
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Dari delapan siswa yang diberikan diminta sebagai motivator dan model dalam
konseling behavioral teknik modeling pelaksanaan konseling yang selanjutnya.
melalui konseling kelompok, maka ada 5 Hasil tes akhir siklus II menunjukkan
(lima) siswa diantaranya sudah memenuhi bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar
syarat ketuntasan dalam motivasi belajar dengan rata-rata peningkatan sebesar
dan 3 (tiga) siswa yang lainnya masih 16.33% pada siklus II. Adapun peningkatan
belum memenuhi syarat ketuntasan. Untuk hasil motivasi belajar siswa disajikan dalam
itu maka 3 siswa tersebut dianggap perlu tabel 02 berikut:
dinyatakan motivasi belajarnya meningkat,
Tabel 02 Presentase Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Siklus II)
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Setelah diketahui hasil tes siklus II, motivasi belajar dapat dilihat pada tabel dan
peneliti dapat melihat perbandingan grafik peningkatan motivasi belajar berikut:
motivasi belajar sebelum dan sesudah
dilakukan treatment. Untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada siswa dalam
100
90 Data Awal
80
Data Siklus I
70
60 Data Siklus II
50
10040
9030 Data Awal
20
80
10 Data Siklus I
70
0 Data Siklus II
60
ARW JA ISW DDW RYS ANT EJ YH
50
40 Gambar 03 Grafik Peningkatan Motivasi belajar Siswa (Siklus II)
30
20 Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
10
0
ARW JA ISW DDW RYS ANT EJ YH
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Pembahasan
Treatment diberikan sebanyak 3 kali
Penelitian ini menggunakan layanan pada siklus I dan 3 kali pada siklus II.
konseling kelompok untuk mengetahui Ketika siswa memenuhi kriteria secara
peningkatan MOTIVASI belajar siswa kelas kuantitatif dan kualitatif, maka ia telah
VIII 6 SMP Negeri 2 Singaraja melalui memiliki peningkatan motivasi belajar. Pada
penerapan Konseling Behavioral dengan siklus I ternyata terjadi peningkatan
teknik modeling. Dari penyebaran kuesioner motivasi belajar siswa awal 58.50% menjadi
awal di dapatkan subjek penelitian 68.83% pada siklus I, dan dari 68.83%
sebanyak 8 orang siswa. Ke 8 orang inilah menjadi 85.17% pada siklus II. yang
nantinya akan mendapatkan treatmen dicapai oleh 8 orang siswa diantaranya
dalam pemberian konseling kelompok. ARW, JA, ISW, DDW, RSY, ANT, EJ, YH
Pada tahap awal peneliti melakukan pada siklus I mereka sudah menunjukkan
observasi guna mengetahui penyebab dari menunjukkan sudah memiliki kesadaran
rendahnya motivasi belajar yang dialami akan pentingnya motivasi belajar ini dapat
siswa. Berdasarkan pengamatan tersebut, dilihat dari usaha siswa dalam belajar
dapat disimpulkan bahwa secara umum seperti aktifan dikelas, lebih disiplin dalam
siswa yang memiliki motivasi beljar dilihat belajar dan memiliki kepercayaan diri dalam
dari enam indikator yaitu adanya hasrat dan berpendapat., sedangkan 3 orang yaitu
keinginan berhasil, dorongan dan ISW, EJ, YH pada siklus I masih belum
kebutuhan belajar, adanya harapan dan mampu menumbuhkan motivasinya secara
cita-cita masa depan, kegiatan yang maksimal, usaha dan keinginan berhasil
menarik dan lingkungan yang kondusif dalam belajar masih rendah. ISW masih
dalam belajar. Siswa memperlihatkan gejal terlihat takut dan malu saat menjawab
seperti, terlihat ketika guru menjelaskan, pertanyaan yang diberikan oleh guru. EJ
sikap siswa cenderung mengobrol dengan dan YH kurang aktif mengikuti pelajaran
teman, apabila diberi latihan soal yang sulit, dikelas. sehingga ke 3 siswa masih berada
siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan dibawah 65% sehingga dilanjutkan ke siklus
tidak ada harsat keinginan berhasil untuk II. Pada siklus II 3 orang siswa yaitu
menyelesaikan soal tersebut, siswa kurang ISW,EJ,YH yang masih memiliki skor di
aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas, bawah 65% diberikan kembali konseling
tidak percaya diri ketika ditunjuk guru untuk kelompok dengan teknik teknik modeling
tampil di depan teman-temannya, rasa takut dengan melibatkan siswa yang sudah
dan malu yang mengakibatkan motivasi memiliki motivasi belajar pada siklus I yang
belajarnya kurang. akan dijadikan model dan motivator untuk
Selanjutnya peneliti juga melakukan membantu meningkatkan motivasi belajar.
wawancara secara terstruktur dengan Dari proses konseling kelompok di
pedoman wawancara yang telah dibuat. siklus II terjadi peningkatan pada 3 orang
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, siswa ISW, EJ, YH yang sudah mencapai
memperoleh data secara umum, seperti: skor di atas 65% dengan kategori motivasi
Dalam proses pembelajaran belum belajar tinggi.
menguasai materi yang diberikan, masih Dari hasil tindakan diketahui bahwa
kurang percaya diri dalam menyampaikan peningkatan motivasi belajar siswa
pendapatnya, belum menunjukkan bervariasi. Peningkatan motivasi belajar
keaktifan dalam proses pembelajaran yang dicapai siswa disebabkan karena
dikelas, belum bisa belajar baik dirumah. keantusiasan siswa mengikuti konseling
Berdasarkan hasil observasi dan kelompok untuk dapat meningkatkan
wawancara tersebutlah peneliti motivasi belajarnya. Meraka juga
mendapatkan data-data pendukung untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman
ditindak lanjuti dalam treatment. melalui model yang ditampilkan baik
symboliik model maupun live model. Selain
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK
Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Ejournal.undiksha.ac.id/JSO/JJBK