Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN

GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA


MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP

Dwi Avita Nurhidayah


Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Email : danz_atta@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik, motivasi berprestasi tinggi, sedang atau
rendah, dan gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik serta untuk mengetahui ada atau
tidaknya interaksi antara motivasi berprestasi dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rancangan faktorial 3x3 dengan sel tak sama dengan bantuan program
minitab. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP se kecamatan kota
Ponorogo, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
1 Ponorogo, SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo dan SMP Ma’arif Ponorogo yang diambil
secara acak. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi,
motivasi berprestasi sedang, dan motivasi berprestasi rendah memiliki prestasi belajar
matematika yang berbeda. Dari uji lanjut pasca analisis variansi antar baris diperoleh:
motivasi berprestasi tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada motivasi
berprestasi sedang, motivasi berprestasi tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih
baik daripada motivasi berprestasi rendah, motivasi berprestasi sedang memberikan
prestasi belajar yang lebih baik daripada motivasi berprestasi rendah. Ketiga tipe gaya
belajar memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika, yaitu
berdasarkan prestasi belajar matematika siswanya tidak ada perbedaan atau memberikan
prestasi belajar yang sama.Tidak ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan tipe
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Dengan demikian karena tidak
ada interaksi, maka karakteristik perbedaan jenis gaya belajar siswa akan sama pada
setiap motivasi berprestasi

Kata Kunci: Motivasi Berprestasi, Gaya Belajar, Prestasi Siswa

PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam belajar pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
dipengaruhi dari dalam maupun dari luar banyak tergantung pada proses belajar
diri orang yang belajar. Seorang akan yang dialami oleh siswa. Keberhasilan
berhasil dalam belajar jika pada dirinya seorang siswa dalam belajar dapat
ada keinginan untuk belajar. Belajar dilihat dari prestasi belajarnya. Hasil
sangat diperlukan bagi setiap individu, yang diharapkan adalah prestasi belajar
terutama bagi seorang anak akan yang baik karena setiap orang
memperleh pengetahuan mengenai apa menginginkan prestasi yang tinggi, baik
yang mereka pelajari. Selain itu, belajar siswa, guru, sekolah maupun orang tua
juga dapat membuat anak lebih dewasa hingga masyarakat. Akan tetapi antara
baik dalam berpikir maupun bertingkah siswa yang satu dengan yang lain
laku, karena belajar merupakan suatu berbeda dalam pencapaian prestasi
proses yang menyebabkan suatu belajar. Berkaitan dengan proses
perubahan dalam tingkah laku dan atau interaksi belajar mengajar ada beberapa
kecakapan. faktor yang perlu diperhatikan antara
Dalam keseluruhan proses lain, yaitu motivasi belajar dan metode
belajar mengajar disekolah, kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar
belajar merupakan kegiatan yang paling merupakan faktor penting dalam proses

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 13


belajar mengajar, karena diperlukan 1. Motivasi Berprestasi
untuk menumbuhkan minat terhadap Motivasi berprestasi merupakan
pelajaran yang diajarkan guru. suatu keinginan untuk menyelesaikan
Prestasi belajar tidak hanya pekerjaan yang menantang. Orang yang
dipengaruhi oleh motivasi tetapi juga memiliki motivasi berprestasi biasanya
dipengaruhi oleh gaya belajar siswa bekerja secara mandiri dan cepat serta
dalam mengikuti proses pembelajaran. senang berkompetisi (Klein, 1983: 35).
Untuk meraih kesuksesan maka motivasi Selanjutnya indikator motivasi
berprestasi sangatlah diperlukan. berprestasi adalah senang mengerjakan
Disamping itu setiap siswa mempunyai tugas yang menantang, bekerja secara
kecenderungan terhadap satu gaya cepat, senang berkompetisi dan bekerja
belajar tertentu. Motivasi berprestasi secara mandiri.
dalam belajar erat kaitannya dengan McClelland (dalam Uno, 2007:
prestasi belajar yang diperoleh siswa. 47) menekankan pentingnya kebutuhan
Prestasi belajar merupakan hasil berprestasi, karena orang berhasil dalam
maksimal yang diperoleh siswa setelah bisnis dan industri adalah orang yang
melalui proses belajar. berhasil meyelesaikan segala sesuatu
Semakin tinggi motivasi yang ditandai tiga motivasi utama, yaitu
berprestasi siswa maka semakin baik penggabungan, kekuatan dan prestasi.
pula prestasi belajarnya, begitu juga Seorang siswa akan jika mereka
sebaliknya seakin rendah motivasi mendapat motivasi dalam belajarnya,
berprestasi maka semakin rendah hasil sehingga motivasi berperan untuk
prestasi yang diperolehnya. Berdasarkan mempengaruhi, mengarahkan dan
hasil pengamatan yang dilakukan pada memelihara perilaku untuk
siswa SMP swasta se kecamatan kota menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Ponorogo mengindikasikan prestasi Untuk menumbuhkan motivasi belajar
belajar rendah. Indikasi rendahnya yang tinggi perlu diciptakan suatu
prestasi belajar siswa-siswa SMP swasta lingkungan belajar yang kondusif,
se kecamatan kota Ponorogo tersebut sehingga dapat menunjang belajarnya
adalah rendahnya motivasi belajar dengan baik.
siswa, siswa malas belajar, perhatian Menurut Purwanto (1990: 60)
siswa terhadap materi yang disampaikan bahwa motif adalah segala sesuatu yang
guru rendah, dan ada beberapa siswa mendorong seseorang untuk bertindak
yang enggan mengerjakan tugas yang melakukan sesuatu. Menurut Ibrahim
diberikan oleh guru. dan Nana (1996: 27-28) motif adalah
dorongan yang ada dalam diri individu
RUMUSAN MASALAH untuk mencapai tujuan. Menurut
Berdasarkan paparan yang Dimyati (1990: 80) motivasi adalah
dikemukakan diatas, perumusan masalah kekuatan mental yang mendorong
dalam penelitian ini adalah: terjadinya sesuatu. Selanjutnya menurut
1. Manakah yang memberikan Suryabrata (1993: 70) motif merupakan
prestasi belajar matematika yang keadaan dalam pribadi seseorang yang
lebih baik, motivasi berprestasi mendorong individu melakukan
tinggi, motivasi berprestasi aktivitas-aktivitas tertentu guna
sedang atau motivasi berprestasi mencapai suatu tujuan. Sehingga dapat
rendah? disimpulkan bahwa motivasi merupakan
2. Manakah yang memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu demi
prestasi belajar matematika yang tercapainya tujuan yang diharapkan.
lebih baik, siswa dengan gaya Jenis-jenis motivasi belajar
belajar visual, gaya belajar menurut Sardiman (2001: 88-90),
auditorial atau gaya belajar motivasi dibagi menjadi dua tipe atau
kinestetik? kelompok yaitu:
3. Adakah interaksi antara motivasi 1) . Motivasi instrinsik merupakan
berprestasi dan gaya belajar siswa motif-motif yang menjadi aktif
terhadap prestasi belajar atau dapat berfungsi tidak perlu
matematika? dirangsang dari luar, karena
dalam diri individu sudah ada
KAJIAN PUSTAKA dorongan untuk melakukan

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 14


sesuatu. Contohnya jika Gaya belajar visual (visual
seseorang yangs senang learner) menitikberatkan ketajaman
membaca tidak usah disuruh , ia penglihatan, artinya bukti-bukti konkrit
sudah rajin membaca buku- harus diperlihatkan terlebih dahulu agar
buku. siswa paham. Ciri-ciri siswa yang
2) . Motivasi ekstrinsik merupakan memiliki gaya belajar visual adalah
motif-motif yang aktif dan kebutuhan yang tinggi untuk melihat
berfungsi karena pengaruh dari dan menangkap informasi secara visual
luar. Contohnya seseorang sebelum ia memahaminya.
belajar karena tahu besok ada
ujian dengan harapan akan b. Gaya Belajar Auditorial
mendapatkan nilai yang bagus Gaya belajar auditori mempunyai
atau mendapatkan hadiah. kemampuan dalam hal menyerap
informasi dari pendengaran. Metode
2. Gaya Belajar pembelajaran yang tepat untuk siswa
Kemampuan seseorang dalam model seperti ini harus memperhatikan
memahami dan menyerap pelajaran pasti kondisi fisik dari siswa. Siswa yang
berbeda antara satu dengan yang lain. mempunyai gaya belajar auditori dapat
Ada yang cepat, sedang dan ada juga belajar lebig cepat dengan menggunakan
yang lambat, sehingga mereka seringkali diskusi verbal dan mendengarkan apa
harus menempuh cara yang berbeda yang guru katakan.
untuk bisa memahami pelajaran yang
sama. Hal ini tidak hanya dipengaruhi c. Gaya Belajar Kinestetik
oleh motivasi belajar, tetapi juga gaya Gaya belajar kinestetik
belajar siswa dan juga lingkungan merupakan aktivitas belajar dengan cara
belajar yang kondusif. bergerak, bekerja dan menyentuh. Siswa
Menurut Winkel (2005: 164) gaya seperti ini mempunyai keunikan dalam
belajar merupakan cara belajar yang belajar selalu bergerak, aktivitas panca
khas bagi siswa. Apapun cara yang indera dan menyentuh. Siswa seperti ini
dipilih, perbedaan gaya belajar sulit duduk diam berjam-jam karena
menunjukkan cara tercepat dan terbaik keinginan mereka untuk beraktivitas dan
bagi setiap orang untuk bisa menyerap eksplorasi sangatlah kuat.
sebuah informasi dari luar dirinya. Jika
kita bisa memahami bagaimana 3. Prestasi Belajar
perbedaan gaya belajar setiap orang, Prestasi belajar adalah hasil
mungkin akan lebih mudah bagi kita jika yang dicapai oleh seseorang setelah ia
suatu saat kita harus memandu melakukan perubahan belajar, baik
seseorang yang mendapatkan gaya dimaupun di luar sekolah. Muhibbin
belajar yang tepat dan memberikan hasil (2003: 141) mengemukakan bahwa
yang maksimal bagi dirinya (Uno, dkk: prestasi adalah tingkat keberhasilan
2004:212). siswa mencapai tujuan yang telah
Menurut Bobbi DePorter dan ditetapkan dalam sebuah program.
Mike Hernacki (2000: 110-112) bahwa Selanjutnya, Djamarah (2008: 156)
gaya belajar merupakan suatu kombinasi menyatakan bahwa prestasi merupakan
dari bagaimana seseorang menyerap dan hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
kemudian mengatur serta mengolah yang mengakibatkan perubahan dalam
informasi. Gaya belajar bukan hanya diri individu sebagai hasil dari aktivitas
berupa aspek ketika menghadapi dalam belajar.
informasi, melihat, mendengar, menulis Prestasi belajar siswa pada
dan berkata tetapi juga aspek hakikatnya adalah perubahan tingkah
pemrosesan informasi sekunsial, laku, sehingga prestasi belajar dapat
analitik, global atau otak kiri-otak diartikan nilai dari suatu kegiatan yang
kanan, aspek lain adalah ketika telah dikerjakan setiap individu atau
merespon sesuatu atas lingkungan kelompok. Prestasi juga merupakan
belajar. hasil usaha atau hasil belajar yang
dicapai seseorang dalam belajar
2.2.1 Macam-macam Gaya Belajar maksimal dan hasil usahanya tersebut
a. Gaya Belajar Visual dapat bersifat sementara dan dapat pula

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 15


menetap. Berdasarkan beberapa c. Tahap pengolahan dan analisis
pengertian diatas, dipahami bahwa data
prestasi diperoleh apabila seseorang d. Tahap penyusunan laporan
telah melakukan kegiatan. Jadi prestasi 3. Jenis Penelitian
belajar adalah suatu hasil yang telah Jenis penelitian ini
dicapai siswa setelah melakukan menggunakan penelitian kuantitatif
kegiatan pembelajaran. dengan Anava yang dilaksanakan di
SMP Swasta se Kecamatan Kota
4. Hipotesis Ponorogo. Data yang terkumpul akan
Berdasarkan rumusan dianalisis menggunakan program
masalah, kajian teori, dan kerangka minitab.
berpikir di atas dapat dirumuskan 4. Rancangan Penelitian
hipotesis sebagai berikut. Penelitian menggunakan
1. Prestasi belajar siswa yang rancangan faktorial 3x3 dengan sel
mempunyai motivasi berprestasi tak sama, yaitu model rancangannya
tinggi dan motivasi berprestasi seperti pada Tabel 3,2 berikut.
sedang lebih baik dibandingkan Tabel 3.2. Rancangan Penelitian
prestasi belajar siswa yang Dengan Faktorial 3 x 3
mempunyai motivasi berprestasi Motivasi Gaya Belajar (B)
rendah, sedangkan prestasi
Berprestasi Visual Auditorial Kinestetik
belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi sedang (A) (b1) (b2) (b3)
lebih baik dibandingkan prestasi
belajar siswa yang mempunyai Motivasi
motivasi berprestasi rendah. (ab)11 (ab)12 (ab)13
Tinggi (a1)
2. Prestasi belajar siswa yang
memiliki gaya belajar auditorial
dan visual lebih baik Motivasi
(ab)21 (ab)22 (ab)23
dibandingkan siswa yang Sedang (a2)
memiliki gaya belajar kinestetik
sedangkan prestasi belajar siswa Motivasi
(ab)31 (ab)32 (ab)33
yang memiliki gaya belajar Rendah (a3)
auditorial lebih baik
dibandingkan siswa yang
memiliki gaya belajar visual. 5. Populasi dan Sampel Penelitian
3. Ada interaksi antara motivasi Pada penelitian ini,
berprestasi dan gaya belajar populasinya adalah seluruh siswa
siswa terhadap prestasi belajar kelas VIII SMP swasta se
matematika kecamatan kota Ponorogo tahun
ajaran 2013/2014. Sampel
METODE PENELITIAN penelitian ini adalah SMP
1. Tempat dan Subjek Penelitian Muhammadiyah 1 Ponorogo, SMP
Penelitian ini dilaksanakan di muhammadiyah 2 Ponorogo, SMP
SMP Swasta di Kecamatan kota Ma’arif Ponorogo, kemudian
Ponorogo Provinsi Jawa Timur. diacak sebanyak 65 siswa.
Subjek penelitian ini adalah siswa 6. Variabel Penelitian
kelas VIII SMP swasta se a. Variabel Bebas
kecamatan kota Ponorogo Variabel bebas pada penelitian
semester genap tahun ajaran ini adalah motivasi berprestasi
2013/2014. dan gaya belajar siswa.
2. Waktu Penelitian b. Variabel Terikat
Penelitian ini dilaksanakan Variabel terikat pada penelitian
pada semester genap tahun ini adalah prestasi belajar siswa,
pelajaran 2013/2014. Adapun yakni diambil berdasarkan nilai
tahapan pelaksanaan penelitian ini ujian akhir semester.
sebagai berikut. 7. Teknik Pengumpulan Data
a. Tahap perencanaan a. Metode Dokumentasi
b. Tahap pelaksanaan

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 16


Dokumen yang diambil analisis data yang lain yaitu: uji
dalam penelitian ini adalah data anava, metode Lilliefors dan
jumlah SMP dan kelas-kelasnya. metode Bartlett. Uji anava satu
Selain itu metode dokumentasi jalan dengan sel tak sama
digunakan untuk mendapatkan digunakan untuk menguji
data hasil ujian akhir semester keseimbangan rata-rata antara
mata pelajaran matematika dari kelompok eksperimen dan
siswa yang menjadi sampel kelompok kontrol setelah dilakukan
dalam penelitian ini. uji prasyarat homogenitas dan
b. Metode Angket normalitas. Metode Lilliefors
Metode angket dalam digunakan untuk menguji
penelitian ini digunakan untuk persyaratan analisis, yaitu uji
mengumpulkan data tentang normalitas sedangkan metode
motivasi beprestasi dan gaya Bartlett digunakan untuk menguji
belajar siswa. persyaratan analisis, yaitu uji
homogenitas.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas
2. Uji Coba Instrumen Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
a) Instrumen angket 1. Hasil Uji Coba Instrumen
Langkah-langkah dalam 1.1 Hasil Uji Coba Angket
menyusun instrumen angket a. Analisis Validitas Isi
motivasi berprestasi dan gaya Sebelum instrumen angket gaya
belajar pada penelitian ini belajar siswa digunakan dalam
sebagai berikut. penelitian, angket yang dibuat
a. Menentukan kisi-kisi angket peneliti terlebih dahulu
b. Menentukan jenis dan bentuk dikonsultasikan kepada validator,
angket yang kemudian dilakukan validitas
c. Menyusun angket isi untuk instrumen angket tersebut.
d. Pengidentifikasian motivasi Adapun saran yang diberikan oleh
berprestasi siswa ketiga validator sebagai berikut.
e. Pengidentifikasian gaya 1. Secara umum kedua validator
belajar siswa menyarankan bahwa butir-butir
angket dapat digunakan sebagai
alat ukur.
3. Uji Validitas Isi 2. Kata-kata yang sulit dipahami
Kriteria penelaahan dalam dalam kalimat pernyataan oleh
validitas isi angket gaya belajar siswa diganti dengan kata-kata
siswa pada penelitian ini yang mudah dipahami, seperti
meliputi hal-hal berikut. kata verbal diganti dengan kata
a. Butir angket sesuai dengan lesan.
kisi-kisi angket. 3. Pengetikan kata perlu
b. Materi pada butir angket diperhatikan
sesuai dengan indikator yang b. Analisis Uji Konsistensi
diukur. Internal
c. Kalimat pada butir angket Dari hasil perhitungan uji
sudah dapat dipahami siswa. Konsistensi Internal angket gaya
d. Kalimat pada butir angket belajar berdasarkan tipenya diperoleh
tidak memberikan hasil seperti pada Tabel 1 berikut.
interpretasi ganda.
4. Uji Reliabilitas

9. Teknik Analisa Data


Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik statistik dengan
analisis variansi dua jalan 3 x 3
dengan sel tak sama. Selain analisis
variansi, digunakan pula tiga jenis

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 17


Tabel 1. Hasil Uji Konsistensi Internal Untuk Masing-Masing Tipe
Gaya Belajar
Nomor Butir Nomor Butir
Tipe Gaya Belajar Nomor Butir
No. Angket yang Angket yang
Siswa Angket
Baik Tidak Baik

Gaya Belajar
1. 1-14 1-14 Tidak ada
Visual

Gaya Belajar
2. 15-28 15-16, 18-28 17
Auditorial

Gaya Belajar
3. 29-42 29-34, 36-42 35
Kinestetik

a. Analisis Uji Reliabilitas


Dari hasil perhitungan Uji diperoleh hasil nilai seperti pada
Reliabilitas instrumen angket gaya Tabel 2 berikut
belajar berdasarkan tipenya,
.
Tabel 2. Nilai Reliabilitas Untuk Masing-Masing Tipe Gaya Belajar

Reliabilitas Kriteria r11 Keputusan


No. Tipe Gaya Belajar
Alpha (r11) terhadap 0,7 Instrumen

1. Gaya Belajar Visual 0,7041 > 0,7 Reliabel

2. Gaya Belajar Auditorial 0,7295 > 0,7 Reliabel

3. Gaya Belajar Kinestetik 0,7546 > 0,7 Reliabel

2. Data Hasil Angket Motivasi


Berprestasi dan Gaya Belajar berprestasi dan gaya belajar. Jumlah
Sebelum dilakukan dilakukan tes siswa berdasarkan motivasi berprestasi
hasil belajar, siswa diminta mengisi dan tipe gaya belajar, diperoleh hasil
terlebih dahulu angket motivasi seperti pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Banyaknya Siswa Pada Motivasi Berprestasi dan Gaya Belajar


Gaya Belajar
Motivasi Berprestasi Jumlah
Visual Auditorial Kinestetik

Tinggi 12 4 4 20

Sedang 14 8 5 27

Rendah 6 8 4 18

Jumlah 32 20 13 65

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 18


berprestasi dan tipe gaya belajar,
diperoleh hasil seperti pada tabel 4
berikut.
3. Data Hasil Tes Prestasi Belajar
Matematika
Rerata prestasi belajar matematika
berdasarkan kelompok motivasi
Tabel 4. Rerata Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Motivasi
Berprestasi dan Gaya Belajar
Gaya Belajar Rerata
Motivasi Berprestasi
Visual Auditorial Kinestetik Marginal

Tinggi 85,3 81,75 81 83,75

Sedang 80,21 81,25 76,6 79,85

Rendah 75,83 75,13 74,75 75,28

Rerata Marginal 81,31 78,9 77,38

4. Uji Prasyarat software Mini Tab dengan uji normalitas


1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan dengan
Pada penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 5%.
perhitungan menggunakan bantuan

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Nilai Tes Prestasi Belajar

Keputusan Data
Populasi Siswa p-value
Uji Berdistribusi

Motivasi Berprestasi Tinggi > 0,150 H0 diterima Normal

Motivasi Berprestasi Sedang > 0,150 H0 diterima Normal

Motivasi Berprestasi Rendah > 0,150 H0 diterima Normal

Gaya Belajar Visual > 0,150 H0 diterima Normal

Gaya Belajar Auditorial > 0,150 H0 diterima Normal

Gaya Belajar Kinestetik > 0,150 H0 diterima Normal

Berdasarkan keputusan uji pada a. Uji Homogenitas Variansi


Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan Motivasi Berprestasi
bahwa keenam populasi siswa Hasil perhitungan
berdistribusi normal. menggunakan minitab pada uji
Bartlett’s menunjukkan bahwa
2. Uji Homogenitas Variansi p-value = 0, 107 >  = 0,05. Ini
berarti bahwa varians-varians
Pada penelitian ini perhitungan nilai motivasi berprestasi tinggi,
menggunakan bantuan software motivasi berprestasi sedang dan
MiniTab dengan Uji Bartlett dan dengan motivasi berprestasi rendah
tingkat signifikansi 5%. relatif homogeny

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 19


Setelah dilakukan uji normalitas
b. Uji Homogenitas Variansi dan uji homogenitas variansi sebagai
Tipe Gaya Belajar syarat untuk analisis variansi dan
Hasil perhitungan diperoleh semua populasi berdistribusi
menggunakan minitab pada uji normal dan variansi populasi siswa
Bartlett’s menunjukkan bahwa homogen, maka dilakukan uji
p-value = 0, 115 >  = 0,05. Ini selanjutnya yaitu analisis variansi. Pada
berarti bahwa varians-varians penelitian ini analisis variansi yang
nilai gaya belajar visual, gaya digunakan analisis variansi dua
belajar auditorial dan gaya jalan dengan sel tak sama dengan taraf
belajar kinestetik relatif signifikansi 5%. Perhitungan analisis
homogen. variansi dua jalan menggunakan
MINITAB dengan metode Tukey.
5. Hasil Penelitian
1. Analisis Variansi

————— 26/07/2014 14:06:38 ————————————————————

General Linear Model: Nilai versus Motivasi; Gaya Belajar

Factor Type Levels Values


Motivasi fixed 3 R; S; T
Gaya Belajar fixed 3 A; K; V

Analysis of Variance for Nilai, using Adjusted SS for Tests

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P


Motivasi 2 680,22 448,71 224,36 14,66 0,000
Gaya Belajar 2 90,81 80,09 40,04 2,62 0,082
Motivasi*Gaya Belajar 4 59,02 59,02 14,76 0,96 0,434
Error 56 856,93 856,93 15,30
Total 64 1686,98

S = 3,91182 R-Sq = 49,20% R-Sq(adj) = 41,95%

Pada tampilan rangkuman 3. Tidak ada interaksi antara


analisis variansi dua jalan sel tak sama motivasi berprestasi dan gaya
diatas diperoleh untuk Motivasi dengan belajar terhadap prestasi belajar
p = 0,000 <  berarti H0A ditolak, untuk siswa.
Gaya Belajar didapatkan p = 0,082 >  2. Uji Lanjut Pasca Analisis
berarti H0B diterima dan untuk interaksi Variansi
antara Motivasi dan Gaya Belajar Dari analisis variansi dua jalan
didapatkan p =0,434 >  maka H0AB diputuskan bahwa H0A ditolak,
diterima. H0B diterima dan H0AB diterima
Sehingga dapat disimpulkan : maka perlu dilakukan uji
1. Motivasi berprestasi komparasi ganda, yaitu uji
berpengaruh terhadap prestasi komparasi rerata antar baris
belajar siswa. untuk H0A ditolak
2. Gaya Belajar tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
a. Uji Komparasi Rerata Antar Baris
One-way ANOVA: Tinggi; Sedang; rendah

Source DF SS MS F P
Factor 2 680,2 340,1 20,94 0,000
Error 62 1006,8 16,2
Total 64 1687,0

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 20


S = 4,030 R-Sq = 40,32% R-Sq(adj) = 38,40%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled


StDev
Level N Mean StDev +---------+---------+---------+---------
Tinggi 20 83,750 4,051 (----*----)
Sedang 27 79,852 4,638 (---*----)
rendah 18 75,278 2,824 (----*-----)
+---------+---------+---------+---------
73,5 77,0 80,5 84,0

Pooled StDev = 4,030

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons

Individual confidence level = 98,08%

Tinggi subtracted from:

Lower Center Upper ---+---------+---------+---------+------


Sedang -6,756 -3,898 -1,040 (-----*-----)
rendah -11,620 -8,472 -5,325 (-----*-----)
---+---------+---------+---------+------
-10,0 -5,0 0,0 5,0

Sedang subtracted from:

Lower Center Upper ---+---------+---------+---------+------


rendah -7,522 -4,574 -1,626 (-----*-----)
---+---------+---------+---------+------
-10,0 -5,0 0,0 5,0

Dari rangkuman di atas dapat dijelaskan b. Uji Komparasi Rerata Antar


bahwa Kolom
Dari analisis variansi dua jalan
Motivasi Sedang < Tinggi , karena tidak diputuskan bahwa H0B diterima,
memuat nol dan center negatif sehingga tidak perlu dilakukan uji
Motivasi Rendah < Tinggi, karena tidak lanjut pasca analisis variansi.
memuat nol dan center negatif Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Motivasi Rendah < Tinggi, karena tidak antara gaya belajar visual, gaya
memuat nol dan center negatif belajar auditorial dan gaya belajar
Kesimpulannya: kinestetik berdasarkan prestasi
1. Motivasi berprestasi tinggi belajar matematika siswa tidak ada
memberikan prestasi belajar perbedaan atau memberikan prestasi
yang lebih baik daripada belajar matematika siswa yang sama.
motivasi berprestasi sedang.
2. Motivasi berprestasi tinggi c. Uji Komparasi Rerata Antar Sel
memberikan prestasi belajar Pada Baris dan Kolom yang Sama
yang lebih baik daripada Dari analisis variansi dua jalan
motivasi berprestasi rendah. diputuskan bahwa H0AB diterima,
3. Motivasi berprestasi sedang sehingga tidak perlu dilakukan uji
memberikan prestasi belajar lanjut pasca analisis variansi.
yang lebih baik daripada Berdasarkan kesimpulan hipotesis
motivasi berprestasi rendah antar baris dan hipotesis antar kolom,
maka dapat disimpulkan:

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 21


1) Pada masing-masing tipe gaya belajar visual, gaya belajar auditorial,
belajar siswa menunjukkan dan gaya belajar kinestetik
bahwa prestasi belajar siswa berdasarkan prestasi belajar
dengan motivasi berprestasi matematika siswanya tidak ada
tinggi dan motivasi berprestasi perbedaan atau memberikan prestasi
sedang lebih baik dibanding belajar matematika yang sama. Hal
dengan prestasi belajar siswa ini tidak sama dengan hipotesis
dengan motivasi berprestasi kedua yang peneliti ambil. Dengan
rendah. Prestasi siswa dengan demikian dari hasil penelitian ini,
motivasi berprestasi tinggi lebih menunjukkan bahwa prestasi belajar
baik dibanding prestasi siswa siswa yang memiliki gaya belajar
dengan motivasi berprestasi auditorial maupun visual tidak lebih
sedang. baik dibandingkan siswa yang
2) Pada masing-masing motivasi memiliki gaya belajar kinestetik serta
berprestasi disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki
antara siswa dengan gaya belajar gaya belajar auditorial tidak lebih
visual, gaya belajar auditorial, baik dibandingkan siswa yang
dan gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar visual.
memberi pengaruh yang sama Hasil ini sesuai dengan kesimpulan
terhadap prestasi belajar hasil penelitian Jauhari (2014), yaitu
matematika. siswa yang mempunyai gaya belajar
visual mempunyai prestasi belajar
5. Pembahasan Hasil Penelitian matematika yang sama dibanding
1. Hipotesis Pertama dengan siswa yang mempunyai gaya
Berdasarkan analisis variansi belajar auditorial dan kinestetik,
dua jalan dengan sel tak sama begitu juga siswa yang mempunyai
disimpulkan H0A ditolak yang berarti gaya belajar auditorial mempunyai
bahwa siswa-siswa yang mempunyai prestasi belajar matematika yang
motivasi berprestasi tinggi, motivasi sama dibanding dengan siswa yang
berprestasi sedang, dan motivasi mempunyai gaya belajar kinestetik.
berprestasi rendah memiliki prestasi 3.Hipotesis ketiga
belajar matematika yang berbeda. Berdasarkan analisis variansi
Dari uji lanjut pasca analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
antar baris diperoleh kesimpulan: disimpulkan bahwa tidak ada
1. Motivasi berprestasi tinggi interaksi antara motivasi berprestasi
memberikan prestasi belajar dengan tipe gaya belajar siswa
yang lebih baik daripada terhadap prestasi belajar matematika.
motivasi berprestasi sedang. Dari kenyataan bahwa tidak ada
2. Motivasi berprestasi tinggi interaksi itu, dapat disimpulkan
memberikan prestasi belajar bahwa karakteristik perbedaan antara
yang lebih baik daripada siswa siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah. motivasi berprestasi tinggi, motivasi
3. Motivasi berprestasi sedang berprestasi sedang dan motivasi
memberikan prestasi belajar berprestasi rendah untuk setiap tipe
yang lebih baik daripada gaya belajar siswa sama.
motivasi berprestasi rendah Karakteristik tersebut sama dengan
2. Hipotesis Kedua karakteristik marginal (secara umum,
Berdasarkan analisis variansi dilihat dari rerata marginal)
dua arah dengan sel tak sama perbedaan motivasi berprestasi.
disimpulkan bahwa ketiga tipe gaya Demikian juga karena interaksi tidak
belajar memberikan efek yang sama ada, maka karakteristik perbedaan
terhadap prestasi belajar matematika. jenis gaya belajar siswa akan sama
Dari analisis variansi dua arah pada setiap motivasi berprestasi.
diputuskan bahwa H0B diterima, Dari kenyataan tidak ada
sehingga tidak perlu dilakukan uji interaksi maka berdasar hipotesis
lanjut pasca analisis variansi. Jadi pertama dan kedua dapat
dapat disimpulkan bahwa antara gaya disimpulkan sebagai berikut.

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 22


a. Pada masing-masing motivasi ke salah satu gaya belajar. Hal ini sesuai
berprestasi, siswa dengan gaya dengan eksistensi teori gaya belajar
belajar visual, gaya belajar siswa, bahwa siswa belajar melalui
auditorial dan gaya belajar berbagai macam cara. Akibatnya, dalam
kinestetik memiliki prestasi penelitian ini diperoleh bahwa antara
belajar yang sama baik. Hasil gaya belajar visual, gaya belajar
penelitian ini tidak sesuai dengan auditorial dan gaya belajar kinestetik
hipotesis penelitian bahwa berdasarkan prestasi belajar matematika
prestasi belajar siswa yang siswanya tidak ada perbedaan atau
memiliki gaya belajar auditorial memberikan prestasi belajar matematika
dan visual lebih baik yang sama.
dibandingkan siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik KESIMPULAN
sedangkan prestasi belajar siswa Berdasarkan analisis dari hasil
yang memiliki gaya belajar penelitian maka dapat disimpulkan
auditorial lebih baik dibandingkan sebagai berikut:
siswa yang memiliki gaya belajar a. Bahwa siswa-siswa yang
visual. mempunyai motivasi berprestasi
tinggi, motivasi berprestasi
6. Keterbatasan Penelitian sedang, dan motivasi berprestasi
Ketidaksesuaian hipotesis kedua rendah memiliki prestasi belajar
bahwa prestasi belajar siswa yang matematika yang berbeda. Dari
memiliki gaya belajar auditorial dan uji lanjut pasca analisis variansi
visual lebih baik dibandingkan siswa antar baris diperoleh kesimpulan:
yang memiliki gaya belajar kinestetik 1) Motivasi berprestasi
sedangkan prestasi belajar siswa yang tinggi memberikan
memiliki gaya belajar auditorial lebih prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan siswa yang memiliki baik daripada motivasi
gaya belajar visual disebabkan karena berprestasi sedang.
mungkin dalam penelitian ini, proses 2) Motivasi berprestasi
pembelajaran yang diterima siswa tinggi memberikan
membuat siswa belajar melalui prestasi belajar yang lebih
kombinasi berbagai macam gaya belajar baik daripada motivasi
yang dimiliki diri siswa sendiri, berprestasi rendah.
sehingga ketiga gaya belajar tersebut 3) Motivasi berprestasi
dimanfaatkan dalam proses sedang memberikan
pembelajaran. Siswa belajar 4) Prestasi belajar yang lebih
menggunakan gaya belajar visual, gaya baik daripada motivasi
belajar auditorial dan gaya belajar berprestasi rendah
kinestetik, meskipun ada kecenderungan
siswa, bahwa siswa belajar melalui b. Ketiga tipe gaya belajar
berbagai macam cara. Akibatnya, dalam memberikan efek yang sama
penelitian ini diperoleh bahwa antara terhadap prestasi belajar
gaya belajar visual, gaya belajar matematika. Antara gaya belajar
auditorial dan gaya belajar kinestetik visual, gaya belajar auditorial,
berdasarkan prestasi belajar matematika dan gaya belajar kinestetik
siswanya tidak ada perbedaan atau berdasarkan prestasi belajar
memberikan prestasi belajar matematika matematika siswanya tidak ada
yang sama. perbedaan atau memberikan
Keterbatasan lain adalah peneliti prestasi belajar matematika yang
tidak dapat mengontrol bagaimana sama.
kejujuran siswa dalam menjawab angket c. Tidak ada interaksi antara
tipe gaya belajar, karena itu peneliti motivasi berprestasi dengan tipe
menganggap semua siswa berlaku jujur. gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika. Dari
kenyataan bahwa tidak ada
interaksi itu, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik perbedaan

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 23


antara siswa siswa yang Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi
mempunyai motivasi berprestasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
tinggi, motivasi berprestasi Grafindo Persada
sedang dan motivasi berprestasi
rendah untuk setiap tipe gaya Uno, Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan
belajar siswa sama. Karakteristik Pengukurannya. Jakarta: Bumi
tersebut sama dengan Aksara
karakteristik marginal (secara
umum, dilihat dari rerata
marginal) perbedaan motivasi
berprestasi. Demikian juga
karena interaksi tidak ada, maka
karakteristik perbedaan jenis

REFERENSI
A.M, Sardiman. 2001. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Bobby DePorter dan Mike Hernacki,
2005. Quantum Learning.
Bandung: Kaifa
Dimyati, dan Mujiono. 1990. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri.2000. psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful. 2008. Rahasia
Sukses Belajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 1996.
Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Klein, Stephen B. 1983. “Achievement
Motivation” dalam Mtivaion
Bioscial Approaches. New York:
Mc Graw-Hill Book Company
Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakkarya
Sardiman, A.M.2004. interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 | 24

Anda mungkin juga menyukai