Anda di halaman 1dari 30

Pengaruh Motivasi Belajar dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terkait dengan dunia pendidikan, untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan
berprestasi tinggi maka siswa harus memiliki prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan
tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu
yang telah ditentukan bersama.
Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indicator yang penting untuk
mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi
rendahnya prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain disamping proses pengajaran itu
sendiri. (Arikunto, 1990)
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi tetapi juga dipengaruhi oleh disiplin.
Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya
penggerak dari subyek untuk melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2000).
Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan diikuti dengan munculnya disiplin diri
dimana disiplin tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang
terhadap bentuk-bentuk aturan. Atau pada garis besarnya motivasi menentukan tingkat berhasil atau

gagalnya kegiatan belajar siswa, pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat, yang ada pada diri
siswa. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan kedisiplinan kelas. Motivasi merupakan bagian
dari prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran karena motivasi menjadi salah satu faktor yang turut
menentukan pembelajaran yang efektif. (Djamarah, 2000)
Didalam pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan suatu masalah penting. Tanpa adanya
kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya pengajaran
tidak mungkin mencapai target yang maksimal.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMK TI Airlangga
Samarinda menerangkan bahwa tingkat kedisiplinan belajar siswanya masih rendah, yang dapat
dilihat dari data yang ada seperti hasil yang diperoleh dari nilai ulangan harian dan beberapa data
dari BK tentang kedisiplinan para siswa, ada beberapa siswa yang tidak menaati tata tertib, tidak
mengerjakan tugas, belajar jika akan menghadapi tes dan berpengaruh pada prestasi yang kurang
dari hasil yang diharapkan dan motivasi belajarnya dapat diketahui dari hasil wawancara ada
beberapa siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah yang diberikan dan tidak
memperhatikan serta mencatat materi yang diberikan sehingga dirasa masih kurang mendukung
terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Motivasi dan disiplin yang terdapat pada diri siswa
menjadi faktor utama untuk pencapaian prestasi belajar yang baik. Tetapi pada kenyataannya faktor
dari dalam diri saja tidak sepenuhnya menunjang dalam proses prestasi belajar tanpa adanya
dukungan dari guru sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti bahwa nilai rata-rata prestasi belajar
siswa kelas X SMK TI Airlangga semester II pada mata pelajaran matematika sebesar 69
termasuk kategori cukup dan sudah memenuhi standar ketuntasan belajar (SKB) yaitu 63,
namun prestasi belajar matematika tersebut masih dinilai kurang memenuhi target yang
ditetapkan

sekolah yaitu

minimal

Hal ini terjadi dimungkinkan karena kurang mempunyai motivasi berprestasi,


disiplin belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Kelas X Semester II Tahun Pembelajaran 2009/2010

70.

Kelas

Nilai rata-rata Kelas

Kelas X RPL 1

71

Kelas X RPL 2

67

Kelas X TKJ 1

69

Kelas X TKJ 2

70

Kelas X MM 1

69

Kelas X MM 2

68

Rata-rata kelas

69

(Sumber: SMK TI Airlangga)


Dalam proses belajar mengajar matematika dibutuhkan kemampuan guru untuk
menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan mudah dipahami sehingga dapat
membangkitkan motivasi untuk berdisiplin belajar matematika yang pada akhirnya akan
memunculkan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi, disiplin belajar dalam pembelajaran terhadap mata pelajaran matematika tentu
prestasi belajarnya lebih baik, dibandingkan dengan yang kurang
atau tidak mempunyai motivasi dan disiplin dalam pembelajaran.
SMK TI Airlangga berkonsentrasi pada bidang Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak serta
Teknik Komputer dan Jaringan. Menurut data dari sekolah pada tahun pembelajaran

2009/2010 SMK TI Airlangga memiliki jumlah siswa kelas I sebanyak 170 siswa, yang terbagi
dalam 6 kelas yaitu 2 kelas multimedia, 2 kelas Rekayasa Perangkat Lunak(RPL) serta Teknik
Komputer dan Jaringan (TKJ).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dalam penelitian
ini mengambil judul Pengaruh Motivasi Belajar dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas X SMK TI
Airlangga Samarinda Tahun Pembelajaran 2010/2011
B. Batasan Masalah
Masalah - masalah yang dikemukaan di atas merupakan masalah yang luas. Sehingga tidak mungkin
untuk diteliti dalam satu kesempatan sekaligus.

Agar pembahasan lebih mendalam dan terpusat pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan untuk
mendapatkan hasil yang optimal, perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Disiplin belajar siswa yang berhubungan dengan waktu, tempat dan peraturan yang ada dalam kegiatan
pembelajaran siswa di sekolah dan dirumah.
2. Motivasi belajar adalah Keseluruhan daya penggerak baik dari dalam maupun dari luar diri yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah kegiatan belajar.
3. Hasil belajar siswa yang dibatasi pada nilai ulangan Bab 1 semester I
mata pelajaran Matematika kelas X SMK TI Airlangga tahun pembelajaran 2010/2011.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1.

Apakah

terdapat pengaruh antara motivasi belajar dan

disiplin belajar

secara

simultan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK TI Airlangga Samarinda?
2.

Apakah

terdapat pengaruh antara motivasi belajar dan

disiplin belajar

secara parsial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK TI


Airlangga Samarinda?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.

Untuk

mengetahui

seberapa

besar

pengaruh

motivasi belajar dan

disiplin belajar

secara

simultan terhadaphasil belajar matematika siswa kelas X semester I SMK TI Airlangga Samarinda.
2.

Untuk

mengetahui

seberapa

besar

pengaruh

motivasi belajar dan

disiplin belajar secara parsial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X
semester I SMK TI Airlangga Samarinda.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:
1. Bagi siswa dapat digunakan sebagai tolak ukur hasil prestasi dalam belajar
sehingga siswa dapat melihat hasil yang telah diraihnya dan untuk dapat
lebih meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.

2. Bagi Guru sebagai informasi agar lebih dapat meningkatkan pengawasan dan proses belajar
mengajar.
3. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat
memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Motivasi belajar
Dalam diri seseorang pasti memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut ikut
berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi
(Jauhary,2008).
Pada dasarnya, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini ada pada diri seseorang yang menggerakkan guna
melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan
seseorang yang didasarkan pada dorongan tertentu mengandung pengertian sesuai dengan
motivasi yang mendasarinya.
Dalam pengertian lain, motivasi dapat pula dipahami sebagai perbedaan bisa melakukan
dan mau melakukan. Namun, motivasi lebih dekat dengan mau melakukan tugas atau tanggung
jawab yang dibebankan pada pundaknya agar tujuan dapat tercapai. Motivasi pada dasarnya
merupakan kekuatan baik dari dalam diri maupun dari luar diri anda yang mendorong anda untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal
yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat
dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2001).
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Manusia mempunyai
motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan
usia. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2003).

Motivasi menurut Djamarah (2000) adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu
dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan
segala upaya yang dapat dilakukan untuk mencapainya.
Motivasi menurut Nasution (1993) adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar, sehingga hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
meningkat. (Djamarah, 2000)
Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan
untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal
tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan.
Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi.
Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya
karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat
penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif sehingga mampu
menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam belajar.
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar siswa, karena motivasi akan
menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hawley dalam Yusuf (2003)
menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik
dibandingkan dengan para siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini berarti siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal
putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar.
Fungsi motivasi Menurut Sardiman (2004) adalah :
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi
dapat memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.

Dari pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan
suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat
mencapai hasil belajar yang optimal.
Jenis-jenis motivasi belajar, menurut Sardiman (2001) motivasi dibagi menjadi dua tipe atau
kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik :
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia
sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.
Motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong
dalam motivasi intrinsik adalah:
a. Belajar karena ingin mengetahui seluk-beluk masalah selengkap-lengkapnya.
b. Belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan
kebutuhan dan siswa berdaya upaya melui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini hanya
dapat dipenuhi dengan belajar giat.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan
harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi
tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannya itu.
Pentingnya motivasi bagi siswa menurut Diimyati dan Mudjiono, (1994) adalah :
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir belajar.
b. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibanding dengan teman sebaya sebagai ilustrasi,
terbukti kegiatan usahanya belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara efektif, maka ia
mengubah perilaku belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Gejala kurang motivasi belajar akan dimanifestasikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam tingkah laku. Beberapa ciri tingkah laku yang berhubungan dengan rendahnya
motivasi belajar :
a. Malas melakukan tugas kegiatan belajar, seperti malas mengerjakan PR, malas dalam membaca,
dan lain-lain.
b. Bersikap acuh tak acuh, menentang dan sebagainya
c. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang dicapai kelompoknya atau kelas.
d. Menunjukkkan tingkah laku sering membolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan
sebagainya.
e. Menunjukkan gejala emosional yang tidak wajar seperti pemarah, mudah
tersinggung
Menurut Djamarah (2000) yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam.
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan
jenjang.
f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar
merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri (Winkel, 2004).
Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang
menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan. Dorongan
seseorang untuk belajar menurut Maslow yang mengutip dari Sardiman (2002) sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga,
sekolah, kelompok).
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat
dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi belajar
siswa yang merupakan dorongan intrinsik. Menurut Sardiman (2001) beberapa cara menumbuhkan
motivasi belajar di sekolah adalah dengan: (a.) Memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya, (b.) Hadiah, (c.) Persaingan / kompetisi baik individu maupun kelompok, (d.) Egoinvoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga diri, (e.) Memberi ulangan, (f.)
Mengetahui hasil, (g.) Pujian, (h.) Hukuman, (i.) Hasrat untuk belajar, (j.) Minat, (k.) Tujuan yang
diakui
Motivasi akan jauh terasa lebih kuat apabila diikuti dengan sebuah cita-cita yang luhur serta
dijalankan dengan sunguh-sungguh agar terwujud di kemudian hari. Kita patut menyadari betapa
pentingnyamembangun motivasi di dalam setiap langkah kehidupan seseorang.
Dalam membangun sebuah motivasi di dalam diri seseorang sehingga tidak mudah luntur,
ada beberapa hal yang layak di cermati, yaitu dalam mewujudkan cita-cita, mewujudkan anganangan, dan dalam mewujudkan pencapaian target.
Menumbuhkan pencapaian target juga bagian dari menumbuhkan motivasi hidup lebih baik.
Bayangkan saja kita selalu dapat menghasilkan suatu seperti apa yang kita inginkan, bahagia
rasanya hati ini yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga.
Hadapilah nilai target pribadi yang dibuat dengan memberi perhatian lebih tinggi dibanding
nilai target orang lain. Percayalah kalau anda berusaha dengan keras pasti selalu ada jalan yang
lapang untuk mewujudkan apa yang kita inginkan.Bentuk atau konsep bisa apa saja dan bervariasi
tergantung selera, keinginan maupun kemampuan diri kita. Semua hal telah tersedia, tinggal anda
yang menentukan dan mengambil keputusan. Cobalah menjadi manajer minimal bagi diri kita
sendiri(jauhary,2008).
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan
aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang
bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka
akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun

mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam
belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan
kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadual belajar dan melaksanakannya dengan
tekun.
Indikator dari motivasi(Saputro, 2007), yaitu:
1. Cita-cita.
Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang
ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita
seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan
yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.
Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian
orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi
belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah
impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas
dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun
bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api
yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang
mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai
membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan
tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah
sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata
keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
Bagaimanakah jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung
semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah
namun kita tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti.
Alhasil, mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang rubuh atau
bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumah pun.
Fenomena seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada
beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka atau apa yang
akan mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak

tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memilih suatu jurusan
favorit di PTN tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu
potensi mereka, tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan di jurusan tersebut dan peluangpeluang yang dapat mereka raih kedepannya karena berkuliah di jurusan tersebut, sekedar ikutikutan teman, gengsi belaka, trend, karena mengikuti anjuran orang tua, atau bahkan asal pilih?
Yang terjadi selanjutnya adalah di saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada
merasa jurusan yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai
dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti ujian lagi di tahun depan atau
malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan
terhadap waktu, biaya dan tenaga.
Dahulu ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung
dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan
berbagai macam benda yang mewakili profesi seperti gitar (musisi), spidol (pengajar/guru), sarung
tinju (atlit), pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan benda
apakah yang pertama kali diambil oleh balita tersebut, jika ia mengambil terompet maka orang tua
akan beranggapan sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau berpotensi menjadi seorang
musisi. Namun tampaknya adat semacam ini jarang dilakukan lagi. Nilai yang dapat diambil dari
tradisi semacam ini adalah bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi
anaknya untuk mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya. Dan membantu untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah
tujuan

hidup.

Seperti

ada

seseorang

yang

bercita-cita

ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi


dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya.
2. Kemampuan belajar.
Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf
perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak
sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang
merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya

berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang
merasa tidak mampu akan merasa
malas untuk berbuat sesuatu.
Kemampuan belajar adalah bagaimana seorang anak bisa memahami, mengikuti dan
melaksanakan apa yang ia peroleh dalam pendidikan. Hal ini menyangkut bisa atau tidaknya anak
tersebut

mempelajari

sesuatu.

Faktor

gejala jiwa tersebut bias mempengaruhi kualitas kemampuan belajar


seorang anak. Misalnya:
1. Pengindraan dan Persepsi
Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama lain berbedabeda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa
ditangkap oleh siswa,
persepsi pun akan berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan
belajar.
2.

Memori

Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk
memunculkan kembali informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam
kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk
memasukkan, menyimpan, memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran misalnya)
mempengaruhi
kemampuan belajar si anak tersebut.
3. Berpikir
Berpikir biasanya terjadi pada orang yang mengalami masalah atau dihadapkan pada
masalah. Masalah di sini bisa kita analogikan dengan pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Kemampuan berpikir
siswa inilah yang juga mempengaruhi kemampuan belajar.
4. Intelegensi
Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para
ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan umum seseorang. Yaitu dalam

menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan
belajar seseorang.
5.

Emosi dan Motivasi

Sebagai manusia, emosi memberi warna dalam perilaku kita.


Anak didik pun demikian. Emosi mempengaruhi kemampuan belajarnya. Emosi yang positif dapat
membantu belajar siswa tetapi emosi yang buruk dapat menghambat. Motivasi belajar yang tinggi
tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses. Begitu pula sukses
belajar. Motivasi ini diperlukan agar menggiatkan aktivitas belajar siswa. Jadi, emosi dan motivasi
mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Dari gejala-gejala jiwa yang mempengaruhi kemampuan belajar seseorang anak tersebut,
yang menjadi masalah adalah ketika gejala jiwa yang buruk membuat kemampuan belajar siswa
tidak maksimal. Bahwa kemampuan belajar anak mempengaruhi kualitas hasil belajar yang dalam
hal ini terkait dengan kemungkinan tidak naik kelas. Hasil belajar itulah yang kemudian
menyebabkan anak tersebut naik atau tidak naik. Saya menyoroti bahwa kemampuan belajar
seorang anak dipengaruhi gejala-gejala jiwa pada anak tersebut. Jika gelaja jiwa tersebut positif,
maka akan cenderung seorang anak mempunyai kemampuan belajar yang baik (maksimal). Tetapi
jika gejala jiwa itu negatif maka kemampuan anak akan terpengaruhi sehingga menjadi kurang baik.
Kualitas gejala jiwa juga mempengaruhi, misalnya jika intelegensinya bagus maka kemampuan
belajar juga akan bagus. Kemudian berdampak pada hasil yang dicapai oleh anak didik. Dengan
demikian kemampuan belajar yang tidak maksimal tidak menutup kemungkinan siswa untuk tidak
naik kelas.
3. Kondisi siswa.
Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi
psikologis, karena siswa adalah mahkluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa
lebih cepat diketahui daripada kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas
menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.
a. Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran
Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran Matematika sangat berpengaruh
terhadap minat dan aktivitas belajarnya. Faktor kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan

tidak dalam keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam memusatkan perhatian
terhadap pelajaran. Sebab pelajaran Matematika memerlukan kegiatan mental yang tinggi, menuntut
banyak perhatian dan pikiran jernih. Oleh karena itu apa bila siswa mengalami kelelahan atau
terganggu kesehatannya, akan sulit memusatkan perhatiannya dan berpikir jernih.
4. Kondisi lingkungan siswa.
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan
dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan
emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi,
dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.
Situasi dan kondisi lingkungan turut memberi pengaruh terhadap minat belajar siswa dalam
pelajaran. Faktor situasi dan kondisi lingkungan yang dimaksud di sini adalah faktor situasi dan
kondisi saat siswa melakukan aktivitas belajar Matematika di sekolah, baik fisik ataupun sosial.
Faktor kondisi lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu,
kelembaban, kepengapan udara, pencahayaan dan sebagainya. Belajar Matematika pada keadaan
udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan
pengap, atau belajar pagi hari akan lebih baik dari pada belajar siang hari. Jadi, minat dan perhatian
siswa akan lebih baik jika jam pelajaran Matematika di letakkan di pagi hari.
Di samping itu, pengaturan cahaya yang kurang baik dapat mengganggu proses
pembelajaran Matematika di dalam kelas. Karena cara mengajar dan sistem pengajaran pada
umumnya sangat banyak menggunakan penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor kondisi lingkungan sosial dapat berupa manusia atau hal-hal lainnya.
Misalnya siswa yang sedang belajar memecahkan soal Matematika yang rumit dan membutuhkan
konsentrasi tinggi, akan terganggu apabila ada siswa lain yang mondar-mandir di dekatnya atau
bercakap-cakap keras di dekatnya.
Kondisi lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas,
gemuruh pasar dan sebagainya, juga berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian siswa saat
belajar Matematika. Karena itulah disarankan hendaknya lingkungan sekolah agar didirikan jauh dari
pabrik, keramaian lalu lintas dan pasar.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar.

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses belajar tidak
stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah
belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan
pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan siswa dalam belajar, secara garis besar
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Intern
Faktor ini meliputi :
a. Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran
Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran Matematika sangat berpengaruh terhadap
minat dan aktivitas belajarnya. Faktor kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan tidak
dalam keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap
pelajaran. Sebab pelajaran Matematika memerlukan kegiatan mental yang tinggi, menuntut banyak
perhatian dan pikiran jernih. Oleh karena itu apa bila siswa mengalami kelelahan atau terganggu
kesehatannya, akan sulit memusatkan perhatiannya dan berpikir jernih.
b. Pengalaman belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya
Pengalaman belajar sangat berkaitan dengan kemampuan awal (entry behavior). Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bloom, kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi, yang merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat mempelajari suatu pelajaran baru
atau lebih lanjut.
2. Faktor Ekstern
a. Metode dan gaya mengajar guru Matematika
Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat siswa dalam belajar
Matematika. Oleh karena itu hendaknya guru dapat menggunakan metode dan gaya mengajar yang
dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa.
b. Tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran Matematika
Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam memotivasi minat siswa pada
suatu pelajaran. Tersedianya fasilitas dan alat yang memadai dapat memancing minat siswa pada
mata pelajaran Matematika.
c. Situasi dan kondisi lingkungan

Situasi dan kondisi lingkungan turut memberi pengaruh terhadap minat belajar siswa dalam
pelajaran. Faktor situasi dan kondisi lingkungan yang dimaksud di sini adalah faktor situasi dan
kondisi saat siswa melakukan aktivitas belajar Matematika di sekolah, baik fisik ataupun sosial.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut di atas, secara garis besar dapat disimpulkan
bahwamotivasi belajar adalah segala sesuatu yang mendorong siswa untuk bertindak melakukan
sesuatu dalam rangka mencapai tujuan. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa
tercapai. Indikator indikator perilaku motivasi belajar yang akan diungkap adalah :
1)

Cita-cita/Aspirasi Siswa meliputi berusaha agar dapat mengerjakan soal matematika, belajar
dengan sungguh-sungguh, menyukai pelajaran matematika dan selalu manfaatkan waktu untuk
belajar.

2)

Kemampuan belajar meliputi berusaha keras mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain dan
berusaha memahami materi yang di berikan.

3) Kondisi Siswa meliputi selalu dapat mengikuti pelajaran matematika, selalu berkonsentrsi, mengejar
ketinggalan dari ketinggalan pelajaran dan mengerjakan sesuatu yang dapatmembantu proses
belajar.
4) Kondisi Lingkungan siswa meliputi keadaan orang yang tinggal sekitar siswa berada, teman dan
kondisi ekonomi.
5) Unsur-unsur

dinamis

dalam belajar

dan

pembelajaran meliputi

media-media yang dapat

membantu proses belajar siswa, persaingan dalam prestasi, konsentrasi dan ingatan yang baik.
B. Disiplin Belajar
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang
kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah
disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam
kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih memahami tentang disiplin belajar
terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa ahli.

1. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental
individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh
kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
2. Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya
hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan
ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari
luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat
menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang
ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian
berkembang menjadi siasat.
3. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas,1997), makna kata disiplin dapat dipahami
dalam kaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya
ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku.
Berdasarkan berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin diatas, dapat diketahui bahwa
disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan
nilai moral. Selanjutnya akan diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar.
1. Belajar menurut Winkel (dalam Max Darsono, 2000), adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
2. Belajar menurut Slameto (2003), ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdisiplin sangat penting bagi setiap siswa. Berdisiplin akan membuat seorang siswa
memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah
pembentukan watak yang baik.
Fungsi disiplin menurut Tulus Tuu (2004) adalah:
1. Menata kehidupan bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan
cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan
hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
2. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang
diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian
yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan
yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam
membangun kepribadian yang baik.
3. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian
juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
4. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa
yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata
tertib yang ada di sekolah tersebut.
5. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib
tersebut.
6. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan
lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas,1997), disiplin dapat terjadi dengan
cara:
1. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan
diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
2. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama
lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.

3. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu
mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak
lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan
kepadanya.
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalahmasalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman
(2000), contoh-contoh sumber pelanggaran disiplin antara lain:
Dari sekolah, contohnya:
1. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa
memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura
patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap
kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
2. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.
3. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah
libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang
kurang cermat, suasana
yang gaduh, dll
Dari keluarga, contohnya:
1. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa
bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
2. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan
lingkungan minuman keras.
Menurut Arikunto (1990) macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu:
a) perilaku kedisiplinan di dalam kelas,
b) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan
c) perilaku kedisiplinan di rumah.
Sulistyowati (2001) menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik ia harus
bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Disiplin dalam menepati jadwal belajar.

2. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar.
3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di
sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar.
4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan
bergizi serta berolahraga secara teratur.
Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan perilaku baik pengetahuan,
sikap dan tingkah laku kea rah kemajuan. Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh
banyak faktor. Terdapat banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi belajar. Suryabrata (1995:
249) mengklasifikasikan faktor faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor yang
berasal dari luar diri siswa dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
Disiplin turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat terlihat pada siswa yang
memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan teratur dan akan menghasilkan prsetasi
yang baik pula. Demikian sebaliknya faktor faktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat
disiplin individu. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan faktor faktor yang mempengaruhi belajar,
yaitu sebagai berikut :
1) Faktor yang berasal dari luar diri siswa
Faktor dari luar dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Faktor non sosial, seperti keadaan uadara, suhu udara, waktu, tempat dan alat alat yang dipakai
untuk belajar. Siswa yang memiliki tempat belajar yang teratur dan memiliki buku penunjang
pelajaran cenderung lebih disiplin dalam belajar. Tidak kalah pentingnya faktor waktu, siswa yang
mampu mengatur waktu dengan baik akan belajar secara terarah dan teratur.
b. Faktor soial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan
lingkungan kelompok. Siswa yang tinggal dalam lingkungan yang tertib tentunya siswa tersebut akan
menjalani tata tertib yang ada di lingkungannya. Seorang guru yang mendidik siswa dengan disiplin
akan cenderung menghasilkan siswa yang disiplin pula.
2) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dibagi menjadi
dua yaitu
a. Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain, pendengaran, penglihatan,
kesegaran jani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang di derita. Faktor fisiologis ikut

berperan dalam menentukan disiplin blajar siswa. Siswa yang tidak menderita sakit cenderung lebih
disiplin dibandingkan siswa yang menderita sakit dan bdannya keletihan.
b. Faktor Psikologis, Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar antara lain:
(1) Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang yang tinggi minatnya dalam
mempelajari sesuatu akan dapat meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang
tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.
(2) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar. Mempelajari sesuatu sesuai
dengan bakatnya akan memperoleh hasil yang lebih baik.
(3) Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada
seseorang daam belajar untuk mencapai tujuan.
(4) Konsentrasi
Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis yang dilakukan untuk suatu
kegiatan tertentu secara sadar terhadap suatu obyek (materi pelajaran).
(5) Kemampuan kognitif
Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun kemampuan
kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif
lebih diutamakan.
Faktor eksternal dan internal tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan sangat
diperlukan daklam belajar. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses belajar, maka dituntut
adanya keseimbangan di antara keduanya. Jika salah satu factor tersebut ada kekurangan akan
berpengaruh
pada hasil belajar yang dicapai.
Upaya Guru dalam Mengembangkan Disiplin Belajar Siswa
Guru sebagai pendidik mempunyai paranan penting dalam mengembangkan disiplin diri
siswa. Pada saat proses pembelajran berlangsung, para guru dituntut untuk dapat melakukan
kontrol ekstemal dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat membentuk"self disciplineft

siswa, sehingga diharapkan siswa dapat mentaati peraturan, norma dan batasan-batasan perilaku
dirinya. Upay untuk mengembangkan disiplin diri adalah melalui penanman dsiplin. Dengan
penanaman disiplin ini guru berusaha menciptakan situasi proses belajar mengajar yang dapat
mendorong siswa untuk berdisiplin diri dalam belajamya.
Pengembangan disiplin oleh guru cenderung dilakukan di dalam kelas, oleh karena itu
selanjutnya timbul pertanyaan: Kelas yang bagaimana yang dikatakan disiplin? Untuk mejawab
pertanyaan ini kita dapat menyimak apa yang dikatakan William Gnagey bahwa:
Good discipline refers to a situation in which your students are exerting an optimal amount of energy
trying to learn what you want to teach them instead of wasting it in various other counter productive
activities (Gnagey, 1981).
Pemyataan di atas memperlihatkan bahwa displin akan terbentuk apabila setiap siswa
memiliki motivasi yang kuat untuk melibatakan diri secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
perkataan lain, tanpa partisipasi siswa (melalui motivasi yang kuat), apapun yang diupayakan guru
dalammengembangkan disiplin belajar tidak akan berhasil secara optimal.
Dalam

rangka

mengembangkan

disiplin

diri

siswa

dalam

belajar,

Yusuf

(1989)

menegemukakan ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guru yaitu sebagai berikut:
1. Guru hendaknya menjadi model bagi siswa Guru hendaknya berperilaku yang mencerminkan nilainilai moral, sehingga ia menjadi figure sentral bagi siswa dalam menerjemahkan nilai-nilai tersebut
dalam perilakunya, seperti bel1aku jujur, berdisiplin dalam melaksanakan tugas, rajin belajar dan
bersikap optimis dalam menghadapi persoalan hidup.
2. Guru hendaknya memahami dan mengharagai pribadi siswa
a. guru hendaknya memahami bahwa setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangannya
b. Guru mau menghargai pendapat siswa
c. Guru hendaknya tidak mendominasi siswa
d. Guru hendaknya tidak mencemooh siswa, jika nilai pelajarannya kurang atau pekerjaan rumahnya
kurang memadai
e. Guru memberikan pujian kepada siswa yang berperilaku atau berprestasi baik.
3. Guru memberikan bimbingan kepada siswa
a. Mengembangkan yang bebas dari dan yang membantu siswa iklim kelas ketegangan bersuasana
perkembangan

b. Memberikan informasi tentang cara-cara beljar yang efektif


c. Mengadakan dialog tentang tujuan dan manfaat peraturan belajar yang ditetapkan sekolah (guru)
dengan siswa
d. Membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
e. Membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar
f. Membantu siswa yang mengalami masalah, terutama masalah belajar dan
g. Memberikan informasi tentang nilai-nilai yang bel1aku, dan mendorong
siswa agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Indikator dari disiplin yaitu:
1.

Menaati Tata Tertib Sekolah


Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak
akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang
berlaku di sekolahnya itu biasa disebutdisiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah. Yang dimaksud dengan aturan sekolah tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian,
ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala
diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran
terhadap

aturan,

meski

kadangkala

menjadi

kontroversi

dalam

menerapkan

metode

pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik dan kesalahan
perlakuan psikologis, sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock
dalam bukunya
Dangerous School (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan
disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2)
mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang

oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
baginya serta lingkungannya. Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk
menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika
seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang
termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif
untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, Discipline is management action to enforce organization
standarts dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif,
yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu
pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif,
yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi
sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti
aturan yang ada.
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku
negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya
sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang
motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat
merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun
pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang
merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti :
kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku
lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di
sinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah.
2.

Persiapan Belajar Siswa


Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respon or react.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri
seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Menurut Hamalik ( 1990 ) petunjuk-petunjuk yang harus diikuti oleh siswa sebelum, selama
dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut :
(1) sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut;
(2) mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan esok harinya;
(3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung;
(4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya berusaha menjawab
pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang hal hal yang dianggap masih kurang
jelas;
(5) mencatat materi pelajaran secara garis besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata
demi kata karena akan menganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman;
(6) mencatat persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal hal yang belum dipahami untuk
dipelajari di rumah dari buku bacaan;
(7) bila pelajaran telah berakhir dan guru memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan
teliti apakah sudah memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila anda belum memahami
maksud dan isi tugas maka tanyakan kepada guru yang bersangkutan. Setelah sampai dirumah,
kerjakanlah tugas tugas tersebut dengan sebaik baiknya, kemudian serahkan hasil pekerjaanya itu
tepat pada waktunya;
(8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan ini tergantung kepada masing-masing siswa . Jika
siswa

mau

melaksanakan

maka

kegiatan

akan berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk


melaksanakan kegiatan belajar di luar jam sekolah.
3.

Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran

Perhatian menurut Gazali dalam buku Slameto (2003) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itu pun semata mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa atau
menarik, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
4. Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu
Dalam hal ini siswa selalu mengumpulkan tugas tepat waktu, mengerjakan tugas sendiri tanpa
menyontek punya temannya, tetap turun dan masuk belajar meskipun takut di tegur atau di hukum

karena tidak mengerjakan tugas oleh guru serta bertanya kepada teman tugas yang di berikan jika
tidak
masuk.
Dari seluruh pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam
melaksanakan kewajiban belajar secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di
lingkungan sekolah maupun di rumah. Dari beberapa macam disiplin menurut pendapat para ahli di
atas, berikut diambil indikator disiplin belajar yang akan diungkap, yaitu:
1. Menaati tata tertib sekolah meliputi turun ke sekolah tepat waktu, mengikuti pelajaran dengan baik
dan tertib, mengerjakan tugas tepat waktu, ikut menjaga ketenangan kelas saat pelajaram
berlangsung, memberikan alasan jika tidak masuk sekolah, rapi dalam berpakaian dan tidak bolos.
2. Persiapan belajar siswa meliputi membuat jadwal pelajaran dirumah, masuk kelas sebelum guru
masuk dan belajar dirumah untuk menghadapi materi yang akan di pelajari selanjutnya.
3. Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran meliputi mengerjakan tugas meskipun tidak di periksa,
memperhatikan guru mengajar, respon terhadap guru yang sedang mengajar dan menanyakan
pelajaran yang di ajarkan jika
tidak masuk.
4. Menyelesaikan tugas tepat waktu meliputi tidak terlambat mengumpulkan
tugas, menanyakan tugas jika tidak masuk.
C. Hasil Belajar Matematika
Belajar, menurut Morgan dalam Mustaqim (2004) adalah perubahan tingkah laku yang relatif
tetap yang merupakan hasil pengamatan yang lalu. Sedangkan menurut Guilford, belajar adalah
perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan. Selain itu, belajar menurut Bourne adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Sehingga
secara umum, dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
terjadi karena patihan dan pengalaman.
Hasil belajar (Karso dkk, 1993) adalah tingkat penguasaan yang ingin dicapai oleh siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Sedangkan menurut
Sudjana (2006), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar ditandai dengan terjadinya perubahan dalam
struktur kognitif, Lewin dalam Mustaqim (2004). Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa. Namun karena pengungkapan perubahan tingkah laku di seluurh ranah itu dirasa cukup sulit,
maka yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai
hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta,
rasa maupun karsa.
Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasioanal, menurut Sudjana (2006),
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan

atau

ingatan,

pemahaman,

aplikasi,

analisis,

sintesis, dan evaluasi. Dua

aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan empat aspek selanjutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotoris berkaitan dengna hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Kriteria hasil belajar matematika adalah sebagai berikut.

Menurut Merson U. Sangalang yang dikutip oleh Saputro (2007) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara lain:
1. Faktor kecerdasan.

Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai
prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lainyang ada pada dirinya.
2. Faktor bakat.
Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan dalam pembelajaran
akan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
3. Faktor minat dan perhatian.
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan
mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa menaruh minat pada satu
pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian
yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.
4. Faktor motif.
Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat,
hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.
5. Faktor cara belajar.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar
yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara
belajar yang tidak efektif.
6. Faktor lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi
siswa. Terutama dalam hal mendorong, member semangat, dan memberi teladan yang baik kepada
anaknya.
7. Faktor sekolah.
Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem, dan organisasi yang
baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan
( saputro, 2007).
Syah (1999) menjelaskan secara global faktor faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar(approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran mater materi
pelajaran.
Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada
minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar
yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang
memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang
kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.
Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian
yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan
strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk
maju,

selain

itu

lingkungan

sekolah

yang

tertib,

teratur

dan

disiplin

merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar ( Tu`u,


2004).
Para siswa pada masa sekarang ini, menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan.
Prestasi yang dicapai dalam pembelajaran pun terhambat dan belum optimal. Menurut Slameto
(2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara lain :
1. Faktor faktor Intern
a. Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.
b. Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motif, Kematangan, Kesiapan.
c. Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani,Kelelahan rohani (bersifat psikis) yaitu kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh, kelelahan
rohani terliahat dengan adanya kebosanan sehingga minat belajar kurang.
2. Faktor faktor Ekstern
a. Faktor keluarga meliputi, Cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota keluarga, Suasana rumah,
Keadaan ekonomi keluarga, Pengertian orang tua, Latar belakang kebudayaan.

b. Faktor Sekolah meliputi, Metode mengajar, Kurikulum, Relasi guru dengan siswa, Relasi siswa
dengan siswa, Disiplin sekolah, Alat pelajaran, Waktu sekolah, Standart pelajaran di atas ukuran,
Keadaan gedung, Metode belajar, Tugas rumah
c. Faktor masyarakat mliputi, Kegiatan siswa dalam masyarakat, Mass media, Teman bergaul, Bentuk
kehidupan masyarakat
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil makna bahwa hasil belajar matematika
adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melaui kegiatan pembelajaran matematika yang
dinyatakan dalam skor.

Anda mungkin juga menyukai