Anda di halaman 1dari 8

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MEMPERBAIKI SISTEM KEMUDI MELALUI PEMBELAJARAN


KONTEKSTUAL INQUIRY PADA SISWA KELAS XII TKRO A
SMK NEGERI 3 SUKOHARJO SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Suroto
Guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Sukoharjo

ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk: (1) Meningkatan motivasi belajar Mata
Pelajaran Memperbaiki Sistem Kemudi melalui pembelajaran kontekstual inquiry pada siswa kelas
XII TKRO A SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Meningkatan
hasil belajar Mata Pelajaran Memperbaiki Sistem Kemudi melalui pembelajaran kontekstual inquiry
pada siswa kelas XII TKRO A SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester 2 Tahun pelajaran 2019/2020. (3)
Meningkatan motivasi dan hasil belajar Mata Pelajaran Memperbaiki Sistem Kemudi melalui
pembelajaran kontekstual inquiry pada siswa kelas XII TKRO A SMK Negeri 3 Sukoharjo Semester
2 Tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 3 Sukoharjo.
Penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu dari tanggal 1 Pebruari 2016 sampai dengan
tanggal 31 Mei 2016. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa SMK Negeri 3
Sukoharjo pada kelas XII TKRO A yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data dengan
observasi dan dokumentasi. Analisis Data dengan menggunakan cara deskriptif persentase dan
rerata hitung. Prosedur penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terdiri dari 2 (dua) siklus. Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: pada kondisi awal rata-
rata yang dicapai 65,57 di bawah rata-rata kelas yang ditetapkan yaitu 80,00. Siswa yang berhasil
mencapai KKM yaitu nilainya > 75 sebanyak 16 dari 35 siswa atau 46%, sementara siswa yang
hasil prestasinya di bawah KKM yaitu < 75 terdapat 19 siswa atau 54%. Pada Siklus I, jumlah siswa
tuntas 24 siswa atau 69% dan siswa tidak tuntas sebanyak 11 anak atau (31%). Nilai rata-rata
belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75 dan tingkat ketuntasan sebesar 69% belum
mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%. Sehingga siklus I belum berhasil. Hasil pada siklus II
nilai rata-rata 80,20, jumlah siswa tuntas 35 siswa atau 100% dan siswa tidak tuntas tidak ada atau
(0%). Nilai rata-rata sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80,00 dan tingkat ketuntasan
sebesar 100% sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%. Sehingga siklus II dinyatakan
berhasil.
Kata Kunci: Kontekstual Inquiry, Motivasi dan Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guru seringkali menggunakan


beberapa metode yang bervariasi. Pemilihan berbagai metode pembelajaran yang banyak
jenisnya tentu harus dipertimbangkan sebelum digunakan Pemilihan suatu metode perlu
memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran,
waktu yang tersedia dan siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Dalam penggunaan metode yang bervariasi kekurangan suatu metode dapat ditutup dengan
metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar
dalam melakukan proses belajar mengajar.
93
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kontekstual Inquiry
(Suroto)

Salah satu teknik dalam pembelajaran untuk membuat siswa aktif adalah dengan
pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL) komponen inquiry. Dalam
proses pembelajaran dengan pendekatan CTL inquiry lebih ditekankan pentingnya
lingkungan alamiah yang diciptakan dalam setiap kegiatan pembelajaran, agar kelas lebih
hidup dan lebih bermakna. Pembelajaran CTL inquiry tidak hanya menuntun siswa
mengukuti pembelajaran dengan konteks lingkungannya, namun juga menuntun siswa
mengeksplorasi makna konteks itu sendiri dimana tujuannya untuk menyadarkan siswa
bahwa mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mempengaruhi dan
membentuk susunan konteks yang beragam mulai dari keluarga, ruang kelas, kelompok,
tempat kerja, komunitas dalam suatu tatanan.

Beberapa alasan CTL inquiry dapat berhasil dalam pembelajaran karena sesuai
dengan kehidupan sehari-hari siswa, pendekatan CTL inquiry mampu mengaitkan informasi
baru dengan pengetahuan yang sudah ada, sesuai dengan cara kerja alam, sehingga
penerapan CTL inquiry diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih efektif dan efesien.

Materi yang diambil pada pembelajaran Pemeliharaan Chasis dan Sitem Pemindah
Tenaga Kelas XII TKRO A SMK Negeri 3 Sukoharjo pada semester 2 yaitu Kompetensi Dasar
Memelihara Sistem Kemudi.

Dalam pembelajaran Perbaikan Chasis, peneliti sering menggunakan model


pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa
dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan
mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan
pendapat tentang materi yang diberikan.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian tindakan sekolah ini sebagai berikut:

1. Apakah melalui pembelajaran kontekstual inquiry dapat meningkatan motivasi belajar


Mata Pelajaran Pemeliharaan Chasis dan Sitem Pemindah Tenaga Kompetensi Dasar
Memperbaiki Sistem Kemudi pada siswa-siswa kelas XII TKRO A SMK Negeri 3
Sukoharjo Semester2 Tahun pelajaran 2019/2020?

2. Apakah melalui pembelajaran kontekstual inquiry dapat meningkatan hasil belajar


Mata Pelajaran Pemeliharaan Chasis dan Sitem Pemindah Tenaga Kompetensi Dasar
Memperbaiki Sistem Kemudi pada siswa kelas XII TKRO A SMK Negeri 3 Sukoharjo
Semester 2 Tahun pelajaran 2019/2020?

3. Apakah melalui pembelajaran kontekstual inquiry dapat meningkatan motivasi dan


hasil belajar Mata Pelajaran Pemeliharaan Chasis dan Sitem Pemindah Tenaga
Kompetensi Dasar Memperbaiki Sistem Kemudi pada siswa kelas XII TKRO A SMK
Negeri 3 Sukoharjo Semester 2 Tahun pelajaran 2019/2020?

Kajian Teori

Hakekat Pembelajaran

Menurut Hamruni (2009:10) Pembelajaran merupakan suatu sistim instruksional


yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Selaku suatu sistem pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain,
tujuan, bahan, peserta didik, guru, metoda, sirtusai, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai,
94
NIRWASITA: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 1, No. 3, Desember 2021

semua komponen yang ada harus diorganinasasikan sehingga antar sesama komponen
terjadi kerja sama. Oleh karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-
komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus
mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Motivasi

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi
mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan
bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan
dalam jabatan, menjadi politikus dan memecahkan masalah.

Dalam soal belajar, motivasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk
belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka
membolos dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil
memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga
dan pikirannya.

Sartain dalam Yamin (2006: 175) menggunakan kata motivasi dan drive untuk
pengertian yang sama. Ia mengatakan bahwa pada umumnya suatu motivasiatau suatu
dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam tujuan (goal) atau perangsang
(incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan/membatasi tingkah laku organisme itu.
Jika yang kita tekankan ialah faktanya/obyeknya, yang menarik organisme itu, maka kita
pergunakan istilah “perangsang” (incentive).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai konsep motivasi di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan yang muncul baik dari dalam maupun dari
luar diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator:

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan

b. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan

c. Adanya harapan dan cita-cita

d. Penghargaan dan penghormatan atas diri

e. Adanya lingkungan yang baik

f. Adanya kegiatan yang menarik

Pengertian Hasil Belajar

Menurut Darsono (2000: 110) hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan


yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/ psikomotor, dan nilai
sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif setelah mereka memperoleh pengalaman belajar.

Menurut Sudjana (2001: 56) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemapuan yang dimiliki siswa setelah menerima Pengalaman belajar. Sedangkan menurut
Usman (2005: 29) Perubahan kognitif siswa merupakan suatu perubahan yang menyangkut
tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual.

95
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kontekstual Inquiry
(Suroto)

Pengertian Pembelajaran Kontektual

Menurut Hamruni (2009:10), “Pembelajaran kontektual adalah pembelajaran yang


menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Pembelajaran kontektual melibatkan siswa secara penuh dalam proses


pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan topic yang akan dipelajarinya. Dalam pembelajaran kontekstual, belajar bukan
hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses mengalami secara
langsung. Melalui proses mengalami itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh
; tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotor. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan siswa menemukan sendiri materi
yang dipelajarinya.

Pembelajaran kontekstual didasarkan empat pilar pendidikkan yang dicanangkan


UNESCO, (1) Learning to do, masudnya pembelajaran diupayakan untuk memberdayakan
peserta didik agar mau / bersedia dan mampu memperkaya pengalaman belajarnya. (2)
Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang didesain dengan cara mengintensifkan
interaksi dengan lingkungan fisik, sosial,dan budaya sehingga peserta didik mampu
membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia di sekitarrnya. (3) Leaning to
be, yaitu proses pembelajaran yang diharapkan siswa mampu membangun pengetahuan
dan kepercayaan dirinya. Pengetahuan dan kepercayaan diri itu diperoleh setelah peserta
didik aktif melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarrnya. (4) Learning to Live
Togather, pembelajaran yang lebih diusahakan upaya membentuk kepribadian untuk
memahami dan mengenai keanekaragaman (kemajemukan) sehingga melahirkan sikap dan
perilaku positif dalam melakukan respon terhadap perbedaan atau keanekaragaman.

Menurut Sanjaya (2006) Pembelajaran berbasis kontekstual (CTL) melibatkan tujuh


komponen utama pembelajaran, yakni: Konstruktivisme (Contruktivism), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiri) masyarakat belajar (Learning comonity), Permodelan
(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Autentic assesment).
Pembelajaran Kontekstual Inquiry

Pengertian model pembelajaran inquiry “Model pembelajaran inquiry adalah


rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan” (Sanjaya, 2006:194).

Menurut Piaget dalam Mulyasa (2008:108) bahwa model


pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi
untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri,
serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.

Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi

96
NIRWASITA: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 1, No. 3, Desember 2021

untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan
menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Hasil Penelitian

Pra Siklus

Berdasarkan hasil di atas maka motivasi siswa kelas XII TKRO A pada kondisi awal
dalam mengikuti pembelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan pada adalah: 19 siswa
atau 54% mempunyai motivasi yang rendah, 11 siswa atau 26% mempunyai motivasi
sedang dan 7 siswa atau 17% mempunyai motivasi yang tinggi.

Deskripsi Siklus I

Hasil belajar

Berdasarkan hasil belajar pada Siklus I maka jumlah siswa tuntas sebanyak 24 siswa
atau 69%, siswa belum tuntas sebanyak 11 siswa atau 31%, nilai tertinggi 90, nilai terendah
50, dan nilai rata-rata 72,89. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3 Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Kelas XII TKRO A

URAIAN JUMLAH Persentase


No
1 Tuntas 24 69%
2 Belum Tuntas 11 31%
3 Nilai Tertinggi 90 -
4 Nilai Terendah 50 -
5 Rata-rata 72,89 -

Motivasi belajar

Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I dilakukan dengan penerapan pembelajaran


kontekstual Inquiry. Dari penerapan pembelajaran kontekstual Inquiry tersebut ternyata
motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Penilaian Motivasi Siswa pada Siklus I


No Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase

1 9-12 Tinggi 20 57%

2 5-8 Sedang 9 26%

3 1-4 Rendah 6 17%

Jumlah 35 100%

Berdasarkan hasil di atas maka motivasi siswa kelas XII TKRO A pada Siklus I dalam
mengikuti pembelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan adalah: 6 siswa atau 17%
mempunyai motivasi yang rendah, 9 siswa atau 26% mempunyai motivasi sedang dan 20
siswa atau 57% mempunyai motivasi yang tinggi. Hasil penilaian motivasi ini belum sesuai
yang diharapkan karena motivasi tinggi pada siswa minimal belum mencapai 75%
sebagaimana indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

97
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kontekstual Inquiry
(Suroto)

Deskripsi Siklus II

Hasil belajar

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II maka jumlah siswa tuntas sebanyak 35
siswa atau 100%, dan siswa belum tuntas tidak ada atau 0%, nilai tertinggi 100, nilai
terendah 75, rata-rata nilai 80,20.

Motivasi belajar

Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II dilakukan dengan penerapan


pembelajaran kontekstual Inquiry yang sudah diperbaiki dari kekurang-kekurangannya pada
Siklus I. Dari penerapan pembelajaran kontekstual Inquiry tersebut ternyata motivasi belajar
siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut:

Berdasarkan hasil di atas maka motivasi siswa kelas XII TKRO A pada Siklus II
dalam mengikuti pembelajaran produktif Perbaikan Chasis Kompetensi Dasar: Memelihara
Sistem Kemudi adalah: 2 siswa atau 6% mempunyai motivasi yang rendah, 3 siswa atau 9%
mempunyai motivasi sedang dan 30 siswa atau 86% mempunyai motivasi yang tinggi. Hasil
penilaian motivasi ini sudah sesuai yang diharapkan karena motivasi tinggi pada siswa
mencapai 86% melampaui 75% sebagaimana indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan


sekolah ini yang bermuara pada kesimpulan berikut:

1. Penggunaan Pendekatan Konstektual (CTL) model inquiry sangat sesuai dengan


pembelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan pada mata pelajaran Perbaikan
Chasis Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Kemudi. Dengan pendekatan konstektual
(CTL) model inquiry siswa mencoba mencari sendiri cara pembelajaran yang baik
dengan bimbingan guru antara lain berdiskusi, mencatat, mencari dan menemukan
jawaban atas permasalahan-permasalahan dari buku catatan ataupun buku pegangan
atau lingkungan sekitar berupa gambar, internet, benda konkrit ataupun alat-alat yang
banyak di sekitar kita.

2. Hasil penelitian tindakan sekolah ini adalah:

a. Pada kondisi awal diperoleh hasil yang tidak memuaskan dimana rata-rata yang
diperoleh adalah 65,57. Sedangkan dilihat dari ketuntasan belajar siswa sebanyak
19 siswa atau 54% tidak tuntas sebagaimana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 75 dan hanya 16 siswa atau 46% yang tuntas. Siswa yang memiliki motivasi
tinggi sebanyak 7 siswa atau 17%, Motivasi sedang 9 siswa atau 22% dan
motivasi rendah sebesar 19 siswa atau 54%.

b. Pada Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 72,89, dimana masih kurang dari
80,00. Siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM sebanyak 11 siswa atau 31%
dan yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau 69%. Siswa yang memiliki
motivasi tinggi sebanyak 20 siswa atau 57%, Motivasi sedang 9 siswa atau 26%
dan motivasi rendah sebesar 6 siswa atau 17%.

c. Pada Siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 80,20 melebihi indikator
keberhasilan yaitu 75,000. Siswa yang telah mencapai KKM yaitu sebanyak 34

98
NIRWASITA: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 1, No. 3, Desember 2021

siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang tidak tuntas atau 0%. Hal ini berarti
ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi
tinggi sebanyak 30 siswa atau 86%, Motivasi sedang 3 siswa atau 9% dan
motivasi rendah hanya 2 siswa atau 6%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa
sebesar 100% yang berada di atas 85% dan motivasi tinggi mencapai 86%
menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada Siklus II dengan menggunakan
pendekatan konstektual (CTL) telah berhasil.

Saran

1. Dalam penggunaan metode mengajar dengan penggunaan pendekatan konstektual


(CTL) hendaknya siswa dibimbing secara individu, terutama bagi siswa yang
kemampuan berpikirnya kurang.

2. Hendaknya digunakan metode yang bervariasi misalnya ceramah atau demonstrasi


dengan dipadukan dengan metode lain seperi permainan atau diskusi kelompok. Hal
ini untuk membuat suasana kelas menjadi hidup. Penggunaan metode yang monoton
hanya akan membuat peserta didik jenuh dan bosan.

3. Dalam pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses


pembelajaran, misalnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapat dan bertanya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.

Anita Lie, 2007. Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.

Deni Koswara, 2008, Seluk Beluk Provesi Guru. Bandung, PT. Pribumi Mekar

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas, 2006, Kurikulum 2006. Jakarta, Ditjen Dikdasmen.

Elizabeth B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta, Penerbit Gelora Aksara


Pratama.

Gredler, Margaret E. Ball, 1991. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Rajawali

Hamruni. 2009. Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Bandung, PT. Remaja Rosda
Karya.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono, 2000, Proses Belajar Mengajar, Bandung, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya.

Kumasna Pachrudin, E., 1985, Proses Belajar Mengajar: Azas, Strategi, Metode, Jurusan
Pendidikan Dunia Usaha, FP Bahasa Inggris IKIP Bandung.

Madyo Ekosusilo, dan Kasihadi, 2000. Dasar-Dasar Pendidikan, Semarang, Penerbit Effhar
Publishing.

Martinis Yamin. H. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Ketuntasan Siswa, Jakarta, Penerbit
Gaung Persada Press.

99
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kontekstual Inquiry
(Suroto)

Sriyono, dkk., 1992, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.

Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta:Kencana

Winkel. W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta, Gramedia

100

Anda mungkin juga menyukai