Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester Metode
Penelitian dengan Dosen Pengampuh
Prof. Dr. H. Dadang Dahlan, M.Pd. dan
Dr. Kusnendi, M.S.
oleh:
Siri Anisa
2003934
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kegiatan pembelajaran. Ataupun kualitas pendidikan bisa ditinjau dari aspek
non fisik, seperti prosesi pembelajaran yang sering dikenal dengan input-
proses-output dari pendidikan itu sendiri.
Namun, tinjauan kualitas pendidikan dalam skala kecil biasanya lebih
terkonsentrasi pada penilaian dari hasil proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa. Dengan kata lain, pengukuran kualitas pendidikan bisa diukur dari
tingkat efektivitas pembelajaran di sekolah. Sejauh mana perkembangan siswa
dalam memahami serta menuntaskan pembelajaran pada setiap materi yang
diberikan oleh gurunya melalui pencapaian hasil belajarnya dengan bisa
melampaui Kriteria Ketuntasan Minimum. Kriteria Ketuntasan Minimum
menjadi sebuah standar tolak ukur keberhasilan pencapaian belajar siswa.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat salah satunya dari hasil belajar
yang dicapai oleh para siswa. Sejalan dengan pernyataan Winkel (2009) hasil
belajar didefinisikan sebagai bukti keberhasilan belajar atau kemampuan siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Bobot yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai siswa yang dapat dilihat atau
dinyatakan dalam bentuk rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan atau
predikat keberhasilan, sehingga siswa harus memperoleh nilai yang baik untuk
membuktikan bahwa proses belajar yang dilakukan berhasil. Proses belajar
yang terjadi di sekolah akan menghasilkan suatu nilai akhir atau hasil
pembelajaran guna mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan oleh guru. Hasil belajar siswa adalah hasil siswa yang merupakan
salah satu gambaran keberhasilan kemampuan siswa (Novauli, 2015).
Apabila merujuk kepada temuan penelitian Ainil Huda (2013) menemukan
bahwa motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Artinya motivasi belajar
dan lingkungan teman sebaya merupakan beberapa faktor yang berhasil
mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu temuan penelitian ini pun
diperkuat oleh temuan penelitian Septiana Rahayu (2018) yang mendapati
temuan penelitian bahwa motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya
berpengaruh atau dengan kata lain memiliki pengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa kelas XI di SMA Negeri Sewon. Akan tetapi kedua hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinar Tiara
Nadip Putri dan Gatot Isnani. Variabel motivasi mempunyai nilai signifikansi
0,470 di mana lebih dari 5% sehingga tidak ada pengaruh positif yang
4
signifikan variabel motivasi terhadap hasil belajar mata pelajaran Pengantar
Administrasi Perkantoran. Dengan demikian adanya research gap.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap masalah tersebut dengan judul “PENGARUH MOTIVASI
BELAJAR dan LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI”.
5
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi dan referensi terkait
pengaruh motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan referensi lebih lanjut untuk
sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan
memperhatikan aspek motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya.
d. Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi titik pijak dalam
rangka meniginvestigasi ulang penelitian serupa dengan ruang lingkup yang
lebih komprehensif.
6
BAB II
Dalam proses pembelajaran, hal yang paling menentukan adalah hasil belajar dari
siswa. Hasil belajar kerapkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh kapasitas seseorang menguasai apa yang telah diajarkan dan hasil
belajar akan selalu melekat secara inheren dengan kegiatan belajar. Hasil belajar
adalah taraf keberhasilan murid atau peserta didik dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Rohmalina Wahab, 2015, hlm.
244). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketrampilan yang mencakup keseluruhan aspek pembelajaran. Bentuk dari hasil
belajar berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka, dan
demokratis, menerima pendapat orang lain dan sebagainya (Agus Supriyono,
2011, hlm. 85).
Disisi lain pengertian hasil belajar menurut Purwanto (2010, hlm. 54) hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendapat lain datang dari Sudjana
(2009, hlm. 3) yang mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
7
Teori pada penelitian ini didasarkan pada teori belajar kognitif sosial yang
diperkenalkan oleh Albert Bandura. Teori kognitif sosial Bandura menyatakan
bahwa perilaku manusia diatur oleh interaksi sumber pengaruh yang dihasilkan
sendiri dan eksternal (Bandura, 1991). Ini menyoroti bagaimana faktor pribadi,
perilaku, dan lingkungan mempengaruhi pemikiran siswa ketika dihadapkan
8
10
dengan pilihan instruksional selama proses belajar mengajar. Teori kognitif sosial
mengungkapkan tiga jenis interaksi yang terjadi selama pembelajaran. Interaksi
pertama adalah antara seseorang dan perilaku dan itu melibatkan pengaruh pikiran
seseorang dan tindakan. Interaksi kedua adalah antara seseorang dengan
lingkungan tempat manusia berada keyakinan dan kompetensi kognitif
dikembangkan dan dimodifikasi oleh pengaruh sosial dan struktur dalam
lingkungan. Yang terakhir adalah antara lingkungan dan perilaku yang mana
perilaku seseorang menentukan aspek lingkungannya dan pada gilirannya aspek
lingkunganny menentukan atau mengubah perilaku orang itu sendiri.
Singkatnya teori ini didasarkan pada model yang terdiri dari 3 faktor utama, yaitu;
perilaku (behavior), orang (person), dan lingkungan (environment). Pendekatan
ini menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk interaksi kausal secara
terus menerus antara kognitif, behavioral dan lingkungan. Bandura (dalam
Santrock, 2009, hlm.285) menjelaskan perilaku seseorang dalam konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara faktor perilaku, lingkungan, dan
personal.
Oleh karena itu, menggunakan teori kognitif sosial sebagai kerangka kerja, guru
dapat bekerja untuk meningkatkan keadaan emosional siswa dan untuk
memperbaiki kepercayaan diri serta kebiasaan berpikir yang salah (faktor
personal), meningkatkan keterampilan akademik dan praktik pengaturan diri
(perilaku), dan mengubah struktur sekolah serta ruang kelas yang dapat
mendorong kesuksesan siswa (faktor lingkungan) (Pajares, 2002).”
Person
Environment Behaviour
11
Gambar 2.1
C. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Kelelahan dapat
dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani berupa lemah
lunglainya tubuh dan kelelahan rohani berupa kelesuan dan
kebosanan. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
12
memiliki motivasi yang tinggi jika telah mengetahui tujuan yang akan
dicapai.
2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,
menurut Dimyati dan Mudjiono (2009, hlm. 97) adalah sebagai berikut:
1. Aspirasi Siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang” akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar.
2. Kemampuan Belajar
Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat
dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir,
dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan
berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan
berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berpikir
secara operasioanl (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan
kemampuan daya nalarnya). Siswa yang mempunyai belajar tinggi,
biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih
sering memperoleh sukses dan karena kesuksesan akan memperkuat
motivasinya.
3. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani dapat
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit,
lapar, mengantuk atau kondisi emosional siswa seperti marah-marah
akan mengganggu konsentrasi atau perhatian belajar siswa.
4. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal atau keluarga, lingkungan pergaulan atau teman sebaya, dan
kehidupan masyarakat. Dengan lingkungan yang aman, tentram tertib
dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
5. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
21
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi Belajar dikatakan ekstrinsik bila anak
didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi
belajar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar.
Pendapat lain mengenai motivasi juga disampaikan oleh Sardiman,
(2014, hlm. 86) yang menyatakan bahwa macam-macam motivasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain:
1) Motivasi dapat dilihat dari dasar pembentukannya.
Motivasi pada dasarnya terbentuk berasal dari motif bawaan adalah
motif yang dibawa sejak lahir, jika tidak perlu mempelajarinya
misalnya dorongan untuk makan atau minum, dorongan untuk istirahat
atau tidur, dan lain-lain (bersifat biologis). Motif yang dipelajari yaitu
motif yang timbul karena harus dipelajari terlebih dahulu, biasanya
motif ini disyaratkan secara sosial, misalnya belajar cabang ilmu
tertentu, dorongan untuk hidup bermasyarakat dan lain-lain.
2) Motivasi jasmani dan rohani
Yang termasuk motivasi jasmani misalnya refleks, insting otomatis,
dan nafsu, sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan.
3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dorongan dari luar, karena dari dalam individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar sebagai contoh seseorang itu
belajar karena besok pagi ada ujian agar mendapatkan nilai baik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai
macam motivasi belajar terbentuk dari dalam atau luar diri individu.
Selain itu adapun motivasi yang terbentuk karena rangsangan dengan
motif jasmani ataupun rohani, sehingga bisa membentuk siswa dalam
21
seseorang yang lebih bermakna. Pada kebutuhan aktualisasi diri ini meliputi
kebutuhan estetika dankebutuhan kognitif, (Alwisol, 2009).
27
Self Actuallization
Self-Esteem
Belonging - Love
Safety
Physicological
Gambar 2.3
Hirarki Kebutuhan Maslow
Asosiatif
Gambar 2.4
Stimulus/ Manusia
r-s Tingkah Laku
Lingkungan
Gambar 2.5
43
44
2.3 Hipotesis
Berikut hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Tingkat motivasi belajar berpengaruh terhadap tingkat hasil
belajar siswa.
2. Kondisi lingkungan teman sebaya berpengaruh terhadap
tingkat hasil belajar siswa.
44
BAB III
PEMBAHSAN
3.1 Metode Penelitian
Objek penelitian adalah Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau
siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian
dilakukan, bias juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang
menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa
berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan,
pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati,keadaan
batin, dan bisa juga berupa proses. Subjek penelitian adalah sesuatu yang
diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi) . Subjek penelitian
pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam
subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.
3.3 Populasi dan Sample
3.3.1 Populasi
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas XI IIS di SMA Negeri 71 Jakarta
3.3.2 Sample
n= N
1 + Ne2
Dimana
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih ditaksir atau diinginkan.
1 + Ne2
n= 144
1 + 144 ( 0.1 ) 2
n= 144
1.45
n= 99.3103448275
Lingkungan Lingkungan Jumlah skor dari sejumlah Data diperoleh dari sejumlah
Teman Teman pernyataan mengenai pernyataan pada angket
Sebaya Sebaya
(X2) lingkungan teman sebaya dengan skala numerikal
yang diukur dengan skala mengenai indikator-indikator
numerikal yang meliputi lingkungan teman sebaya yaitu
aspek: sebagai berikut:
1. Kerjasama 1. Kerjasama
2. Persaingan Bertukar pikiran dan
3. Pertentangan informasi dengan teman
4. Persesuaian sebaya
5. Perpaduan Membantu teman yang
Slamet, Santoso (2009, hlm. mengalami kesulitan
23) belajar
2. Persaingan
Termotivasi mendapatlan
nilai bagus dalam
pelajaran
Respon siswa ketika
teman sebayanya
mendapatkan nilai bagus
dalam pelajaran
3. Pertentangan
Saling menghargai
pendapat
Berdiskusi bersama
teman untuk
menyelesaikan masalah
4. Persesuaian
Kemampuan siswa untuk
menyesuaikan diri
dengan lingkungan teman
sebaya
42
5. Perpaduan/Asimilasi
Tidak membeda-bedakan
teman berdasarkan ras,
suku, dan status sosial.
N : Jumlah sampel
Dengan keterangan:
11 r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soalΣ 2
b σ = jumlah varian butir2
t σ= varian total
Dimana:
Y : Tingkat Hasil Belajar Siswa Kelas XI IIS Sma Negeri 10
Bandung Pada
Mata Pelajaran Ekonomi
β0 : Konstanta
β1β2 : Koefisien regresi
X1 : Metode Pembelajaran Kooperatif
X2 : Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)
Tingkat kesalahan yang ditolelir dalam penelitian ini adalah 0,05 atau
taraf signifikansinya sebesar 95%. dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
3.6.2 Penelitian Hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Afriul, Neni. K & Sunanik. (2018). Pengaruh Motivasi Belajar Ekonomi dan
Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi
Siswa Kelas X SMAN 1 Kampak Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan Vol 15. No 2.
Anita, Nur & Agus, W. (2018). Lingkungan Teman Sebaya memoderasi Pengaruh
Penggunaan Teknologi Informasi, Disiplin Belajar, Dan Motivasi Berprestasi
Terhadap Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan
2015 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Economic Education
Analysis Journal Vol 7. No 2.
Asvioa, N. & Suharmon. (2017). The Influence of Learning Motivation and Learning
Environment on Undergraduate Students’ Learning Achievement of Management
of Islamic Education, Study Program of Iain Batusangkar In 2016. Noble
International Journal of Social Sciences Research Vol. 2, No. 2.
Budisantoso, Ilham. (2017). Pengaruh Motivasi Belajar, Pendidikan Orangtua, Dan
Teman Sebaya Terhadap Minat Melanjutkan Perguruan Tinggi Bagi Siswa Kelas
XI SMA N 2 Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi
Vol 6. No 1.
Huda,Ainil. (2013). Pengaruh Peranan Teman Sebaya, Disiplin Belajar Dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Di SMA Negeri
1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol
2. No. 4.
Krisna, Ni Putu. (2019). Pengaruh Gaya Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Di Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha Vol 11. No 1.
Ma’shumah, Fitriatul & Muhsin, Muhsin. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar,
Disiplin Belajar, Cara Belajar Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Kesiapan
Belajar Di SMK Widya Praja Ungaran Program Keahlian Administrasi
42
SUMBER LAIN:
Gerintya,s. (2019). Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun
Lemah. Diakses dari : https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-
daya-saing-pun-lemah-dnvR