Anda di halaman 1dari 44

9

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DENGAN MODERASI
LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester Metode
Penelitian dengan Dosen Pengampuh
Prof. Dr. H. Dadang Dahlan, M.Pd. dan
Dr. Kusnendi, M.S.

oleh:
Siri Anisa
2003934

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang semakin modern membutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Agar
pembangunan dapat tercapai maka dibutuhkan sumber daya manusia yang
mampu untuk mengelola serta dapat membangun negara. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah
pendidikan. Pendidikan memiliki peran terbesar terhadap peningkatan kualitas
manusia dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, maupun kepribadian.
Kondisi mutu dan kualitas pendidikan Indonesia hari ini ternyata masih
menjadi polemik yang cukup serius dan masih tetap eksis. Meskipun beragam
upaya-upaya pembenahan yang dilakukan oleh pemerintah telah
diimplementasikan tetapi ternyata itu masih belum cukup untuk bisa
menjawab serta memperbaiki permasalahan dalam sektor pendidikan. Polemik
yang masih menjadi permasalahan utama dari kondisi pendidikan Indonesia
hari ini dapat dilihat dari segi mutu dan kualitas pendidikan Indonesia.
Berdasarkan Education Index yang dikeluarkan oleh Human Development
Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di ASEAN dengan skor
0,622. Skor tertinggi diraih Singapura, yaitu sebesar 0,832. Peringkat kedua
ditempati oleh Malaysia (0,719) dan disusul oleh Brunei Darussalam (0,704).
Pada posisi keempat ada Thailand dan Filipina, keduanya sama-sama memiliki
skor 0,661. (Tirto, 2019).
Rendahnya mutu pendidikan akan berdampak pada proyeksi pengembangan
sumber daya manusia yang nantinya kurang optimal. Selanjutnya,
pembenahan pada sektor pendidikan bisa dilakukan melalui pengembangan
mutu dan kualitas pendidikan secara total dan masuk dalam skala prioritas
agar peningkatan mutu serta kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Tentunya
kualitas pendidikan bisa ditinjau dari beragam aspek yang ada. Mulai dari
aspek fisik yang meliputi kelengkapan sarana-prasarana dalam menunjang

3
kegiatan pembelajaran. Ataupun kualitas pendidikan bisa ditinjau dari aspek
non fisik, seperti prosesi pembelajaran yang sering dikenal dengan input-
proses-output dari pendidikan itu sendiri.
Namun, tinjauan kualitas pendidikan dalam skala kecil biasanya lebih
terkonsentrasi pada penilaian dari hasil proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa. Dengan kata lain, pengukuran kualitas pendidikan bisa diukur dari
tingkat efektivitas pembelajaran di sekolah. Sejauh mana perkembangan siswa
dalam memahami serta menuntaskan pembelajaran pada setiap materi yang
diberikan oleh gurunya melalui pencapaian hasil belajarnya dengan bisa
melampaui Kriteria Ketuntasan Minimum. Kriteria Ketuntasan Minimum
menjadi sebuah standar tolak ukur keberhasilan pencapaian belajar siswa.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat salah satunya dari hasil belajar
yang dicapai oleh para siswa. Sejalan dengan pernyataan Winkel (2009) hasil
belajar didefinisikan sebagai bukti keberhasilan belajar atau kemampuan siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Bobot yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai siswa yang dapat dilihat atau
dinyatakan dalam bentuk rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan atau
predikat keberhasilan, sehingga siswa harus memperoleh nilai yang baik untuk
membuktikan bahwa proses belajar yang dilakukan berhasil. Proses belajar
yang terjadi di sekolah akan menghasilkan suatu nilai akhir atau hasil
pembelajaran guna mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan oleh guru. Hasil belajar siswa adalah hasil siswa yang merupakan
salah satu gambaran keberhasilan kemampuan siswa (Novauli, 2015).
Apabila merujuk kepada temuan penelitian Ainil Huda (2013) menemukan
bahwa motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Artinya motivasi belajar
dan lingkungan teman sebaya merupakan beberapa faktor yang berhasil
mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu temuan penelitian ini pun
diperkuat oleh temuan penelitian Septiana Rahayu (2018) yang mendapati
temuan penelitian bahwa motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya
berpengaruh atau dengan kata lain memiliki pengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa kelas XI di SMA Negeri Sewon. Akan tetapi kedua hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinar Tiara
Nadip Putri dan Gatot Isnani. Variabel motivasi mempunyai nilai signifikansi
0,470 di mana lebih dari 5% sehingga tidak ada pengaruh positif yang

4
signifikan variabel motivasi terhadap hasil belajar mata pelajaran Pengantar
Administrasi Perkantoran. Dengan demikian adanya research gap.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap masalah tersebut dengan judul “PENGARUH MOTIVASI
BELAJAR dan LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
terdapat beberapa masalah yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah tingkat motivasi belajar berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi?
2. Apakah kondisi lingkungan teman sebaya berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi.
2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitan ini antara lain sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau
bahan kajian lebih lanjut sebagai pemantik perdebatan dan perkembangan
perluasan dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah hasil
belajar siswa.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi siswa, penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi siswa
untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar sekaligus dapat memicu
semangat siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya secara optimal.

5
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi dan referensi terkait
pengaruh motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan referensi lebih lanjut untuk
sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan
memperhatikan aspek motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya.
d. Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi titik pijak dalam
rangka meniginvestigasi ulang penelitian serupa dengan ruang lingkup yang
lebih komprehensif.

6
BAB II

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran, hal yang paling menentukan adalah hasil belajar dari
siswa. Hasil belajar kerapkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh kapasitas seseorang menguasai apa yang telah diajarkan dan hasil
belajar akan selalu melekat secara inheren dengan kegiatan belajar. Hasil belajar
adalah taraf keberhasilan murid atau peserta didik dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Rohmalina Wahab, 2015, hlm.
244). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketrampilan yang mencakup keseluruhan aspek pembelajaran. Bentuk dari hasil
belajar berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka, dan
demokratis, menerima pendapat orang lain dan sebagainya (Agus Supriyono,
2011, hlm. 85).

Disisi lain pengertian hasil belajar menurut Purwanto (2010, hlm. 54) hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendapat lain datang dari Sudjana
(2009, hlm. 3) yang mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pada dasarnya terdapat kesamaan dalam


menginterpretasikan hasil belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan sebuah cerminan perubahan secara menyeluruh yang terjadi dalam
proses belajar siswa sehingga dapat mengetahui dan menambah kapasitas diri
siswa setelah mengikuti dan menerima materi atau apapun yang telah diajarkan.

2.1.2.1 Teori Belajar Kognitif Sosial

7
Teori pada penelitian ini didasarkan pada teori belajar kognitif sosial yang
diperkenalkan oleh Albert Bandura. Teori kognitif sosial Bandura menyatakan
bahwa perilaku manusia diatur oleh interaksi sumber pengaruh yang dihasilkan
sendiri dan eksternal (Bandura, 1991). Ini menyoroti bagaimana faktor pribadi,
perilaku, dan lingkungan mempengaruhi pemikiran siswa ketika dihadapkan

8
10

dengan pilihan instruksional selama proses belajar mengajar. Teori kognitif sosial
mengungkapkan tiga jenis interaksi yang terjadi selama pembelajaran. Interaksi
pertama adalah antara seseorang dan perilaku dan itu melibatkan pengaruh pikiran
seseorang dan tindakan. Interaksi kedua adalah antara seseorang dengan
lingkungan tempat manusia berada keyakinan dan kompetensi kognitif
dikembangkan dan dimodifikasi oleh pengaruh sosial dan struktur dalam
lingkungan. Yang terakhir adalah antara lingkungan dan perilaku yang mana
perilaku seseorang menentukan aspek lingkungannya dan pada gilirannya aspek
lingkunganny menentukan atau mengubah perilaku orang itu sendiri.

Singkatnya teori ini didasarkan pada model yang terdiri dari 3 faktor utama, yaitu;
perilaku (behavior), orang (person), dan lingkungan (environment). Pendekatan
ini menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk interaksi kausal secara
terus menerus antara kognitif, behavioral dan lingkungan. Bandura (dalam
Santrock, 2009, hlm.285) menjelaskan perilaku seseorang dalam konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara faktor perilaku, lingkungan, dan
personal.

Oleh karena itu, menggunakan teori kognitif sosial sebagai kerangka kerja, guru
dapat bekerja untuk meningkatkan keadaan emosional siswa dan untuk
memperbaiki kepercayaan diri serta kebiasaan berpikir yang salah (faktor
personal), meningkatkan keterampilan akademik dan praktik pengaturan diri
(perilaku), dan mengubah struktur sekolah serta ruang kelas yang dapat
mendorong kesuksesan siswa (faktor lingkungan) (Pajares, 2002).”

Person

Environment Behaviour
11

Gambar 2.1

Sumber: Schunk Dale (2012)

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2013, hlm. 54) faktor yang mempengaruhi Prestasi


Belajar dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor-faktor intern atau yang berasal dari dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor ini digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
A. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah terdiri dari dua faktor yaitu :
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang
cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya
ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan
alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatannya itu.
B. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut
adalah :
a. Intelegensi
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Motif
f. Kematangan
g. Kesiapan
11

C. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Kelelahan dapat
dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani berupa lemah
lunglainya tubuh dan kelelahan rohani berupa kelesuan dan
kebosanan. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
12

2. Faktor-faktor ekstern atau yang berasal dari luar diri individu


Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
A. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
a. Cara orangtua mendidik
b. Relasi antaranggota keluarga
c. Suasana rumah
d. Keadaan ekonomi keluarga
e. Pengertian orang tua
f. Latar belakang kebudayaan
B. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:
a. Metode mengajar
b. Kurikulum
c. Relasi guru dengan siswa
d. Relasi siswa dengan siswa
e. Disiplin sekolah
f. Pelajaran dan waktu sekolah
g. Standar pelajaran
h. Keadaan gedung
i. Metode belajar
j. Tugas rumah
C. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Faktor masyarakat tersebut diantaranya:
a. Kegiatan siswa di masyarakat
b. Mass media
c. Teman bergaul
d. Bentuk kehidupan masyarakat
Pendapat lain datang dari pernyataan Gagne (dalam Suyono & Haryanto,
2012, hlm. 92) menyatakan bahwa hasil belajar disebabkan karena adanya
interaksi antara kondisi internal dan eksternal individu.
1. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu (intelegensi, pehatian,
motivasi, minat, kemandirian, dan kesiapan) untuk mencapai hasil belajar.
2. Kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan belajar yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
2.1.2.3 Indikator Hasil Belajar
13

Untuk dapat menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan


berhasil atau tidak, maka diperlukan suatu tolak ukur keberhasilan belajar yang
termuat dalam indikator hasil belajar. Pada dasarnya keberhasilan belajar tidak
semata-mata didasarkan pada kemampuan penguasaan ranah kognitif saja, namun
biasanya hasil belajar ranah kognitif lebih dominan jika dibandingkan ranah lainnya.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku siswa
setelah dilaksanakan proses pembelajaran.
Bloom mengkategorikan hasil belajar ke dalam tiga bagian yakni ranah
kognitif (pengetahuan), Afektif (sikap) serta ranah Psikomotor (keterampilan),
untuk memperjelas gambaran indikator hasil belajar berikut disajikan dalam tabel
indikator hasil belajar menurut Bloom (dalam Syah, 2010, hlm 148-150):
Tabel 2.1
Jenis, indikator, dan cara evaluasi belajar (Bloom)
Ranah/ jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
Ranah Cipta Kognitif
1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 1. Tes Lisan
2. Dapat membandingkan 2. Tes Tertulis
3. Dapat menghubungkan 3. Observasi
2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 1. Tes Lisan
2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes Tertulis
3. Observasi
3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan 1. Tes Lisan
2. Dapat mendefinisikan 2. Tes Tertulis

4. Penerapan 1. Dapat memberi contoh 1. Tes Lisan


2. Dapat menggunakan secara tepat 2. Pemberian Tugas
3. Observasi
20

5. Analisis 1. Dapat menguraikan 1. Tes Tertulis


2. Dapat mengklasifikasikan 2. Pemberian Tugas

6. Sintesis 1. Dapat menghubungkan 1. Tes Tertulis


2. Dapat menyimpulkan 2. Pemberian Tugas
3. Dapat menggeneralisasikan

Ranah Rasa (Afektif)


1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima 1. Tes Tertulis
2. Menunjukkan sikap menolak 2. Tes Skala Sikap
3. Observasi

2. Sambutan 1. Kesediaan berpastisipasi/ terlibat 1. Tes Skala Sikap


2. Kesediaan memanfaatkan 2. Pemberian Tugas
3. Observasi

3. Apresiasi 1. Menganggap penting dan 1. Tesk Skala Sikap


bermanfaat
Pemberian Tugas
2. Menganggap indah dan
harmonis Ekspresif
3. Mengagumi
2. Observasi
4. Internalisasi 1. Mengakui dan meyakini 3. Tes Skala Sikap
2. mengingkari 4. Pemberian Tugas
Ekspresif
5. Observasi
5. Karakterisasi 1. Mengembangkan atau3. Pemberian Tugas
meniadakan Ekspresif Dan Proyek
2. Menjelmakan dalam pribadi dan4. Observasi
perilaku sehari-hari

Ranah Karya (Psikomotor)


1. Keterampilan 1. Mengkoordinasikan gerak mata,1. Observasi
2. Tes Tindakan
bergerak dan tangan, kaki, dan anggota tubuh
bertindak lainnya.
21

3. Kecakapan 1. Mengucapkan 1. Tes Lisan


ekspresi verbal2. Membuat mimik dan Gerakan2. Observasi
dan non verbal jasmani 3. Tes Tindakan

Sumber: Muhibbin Syah (2010, hlm 148-150)


2.1.2 Motivasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas
termasuk dalam aktivitas pembelajaran. Pengertian motivasi menurut
menurut Sardiman (2014, hlm. 75) “Motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah
dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar”. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2006, hlm. 9) mengemukakan
pendapatnya bahwa motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong
seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik. Hal tersebut
senada dengan ungkapan Santrock (2009, hlm.199) berpendapat bahwa
motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energy, terarah dan bertahan lama.
Sementara, Uno (2012, hlm. 23) mengemukakan bahwa “motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Dimana, hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar.” Motivasi belajar merupakan dorongan dari
dalam diri dan dari eksternal dari siswa-siswa yang sedang belajar
dalam rangka merubah tingkah laku yang didukung oleh unsur-unsur
lain yang mendukungnya.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah serangkaian usaha atau dorongan dari luar maupun
dalam yang tercermin dari ketekunan dalam belajar yang merubah
tingkah laku untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Seseorang akan
21

memiliki motivasi yang tinggi jika telah mengetahui tujuan yang akan
dicapai.
2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,
menurut Dimyati dan Mudjiono (2009, hlm. 97) adalah sebagai berikut:
1. Aspirasi Siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang” akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar.
2. Kemampuan Belajar
Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat
dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir,
dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan
berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan
berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berpikir
secara operasioanl (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan
kemampuan daya nalarnya). Siswa yang mempunyai belajar tinggi,
biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih
sering memperoleh sukses dan karena kesuksesan akan memperkuat
motivasinya.
3. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani dapat
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit,
lapar, mengantuk atau kondisi emosional siswa seperti marah-marah
akan mengganggu konsentrasi atau perhatian belajar siswa.
4. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal atau keluarga, lingkungan pergaulan atau teman sebaya, dan
kehidupan masyarakat. Dengan lingkungan yang aman, tentram tertib
dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
5. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
21

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang


keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah
dan bahkan hilang sama sekali. Unsur dinamis pada siswa terkait
kondisi siwa yang memiliki perhatian, kemauan dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup yang diberikan oleh
lingkungan siswa.
6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan
diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa, dan mengatur tata tertib
di kelas atau sekolah.
2.1.2.3 Macam-Macam Motivasi Belajar
Setiap siswa memiliki bermacam-macam motivasi untuk menggerakan
dan menggugah dirinya dalam belajar. Motivasi Belajar yang dimiliki
oleh siswa tentunya ada yang berasal dari dalam diri sendiri, dan ada
pula yang berasal dari luar diri siswa. Baik dari dalam maupun dari luar
diri siswa, keduanya harus seimbang dan saling mendukung, agar
tujuan belajar yang telah ditentukan oleh siswa dapat tercapai secara
maksimal. Selanjutnya motivasi menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2010, hlm. 149) Motivasi terbagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik yang dimaksud adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila
seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik
sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata
pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna
kini dan di masa mendatang.
21

2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi Belajar dikatakan ekstrinsik bila anak
didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi
belajar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar.
Pendapat lain mengenai motivasi juga disampaikan oleh Sardiman,
(2014, hlm. 86) yang menyatakan bahwa macam-macam motivasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain:
1) Motivasi dapat dilihat dari dasar pembentukannya.
Motivasi pada dasarnya terbentuk berasal dari motif bawaan adalah
motif yang dibawa sejak lahir, jika tidak perlu mempelajarinya
misalnya dorongan untuk makan atau minum, dorongan untuk istirahat
atau tidur, dan lain-lain (bersifat biologis). Motif yang dipelajari yaitu
motif yang timbul karena harus dipelajari terlebih dahulu, biasanya
motif ini disyaratkan secara sosial, misalnya belajar cabang ilmu
tertentu, dorongan untuk hidup bermasyarakat dan lain-lain.
2) Motivasi jasmani dan rohani
Yang termasuk motivasi jasmani misalnya refleks, insting otomatis,
dan nafsu, sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan.
3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dorongan dari luar, karena dari dalam individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar sebagai contoh seseorang itu
belajar karena besok pagi ada ujian agar mendapatkan nilai baik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai
macam motivasi belajar terbentuk dari dalam atau luar diri individu.
Selain itu adapun motivasi yang terbentuk karena rangsangan dengan
motif jasmani ataupun rohani, sehingga bisa membentuk siswa dalam
21

berproses untuk membantu mendorong kepada pencapaian belajar yang


optimal.
2.1.2.4 Indikator Motivasi Belajar
Motivasi dalam diri seseorang dapat membentuk dirinya menjadi
pribadi yang bersemangat dan giat dalam melakukan hal apapun,
terutama yang berkenaan dengan pencapaian tujuannya. Begitu pun
dengan kondisi siswa, siswa dengan semangat dan motivasi yang tinggi
tentunya dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya dengan ciri-ciri
yang beragam. Adapun ciri-ciri atau indikator motivasi belajar menurut
Hamzah B. Uno (2015, hlm.23) yakni:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan menarik dalam kegiatan belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Adapun, indikator tentang motivasi belajar menurut Sardiman
(2014, hlm. 83) motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:
1) Tekun dalam menghadapi tugas-tugas (dapat mengerjakan secara
kontinyu dalam durasi yang lama, dan tidak berhenti sebelum tugas
tersebut selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa. Tidak
memerlukan dorongan dari luar siswa dalam berprestasi (tidak cepat
puas dengan apa yang telah dicapai).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat
untuk sukses).
4) Lebih senang bekerja dan mengerjakan secara mandiri dan tidak
bergantung dengan orang lain.
5) Lebih cepat bosan dengan tugas yang selalu sama atau berulang-
ulang begitu saja.
21

6) Apabila sudah yakin akan sesuatu siswa dapat mempertahankan


pendapatnya.
7) Tidak mudah melepas dalam berpendapat yang diyakini.
8) Senang mencari dan memecahkan
Dari uraian tentang indikator motivasi belajar tersebut peneliti dapat
menyimpulkan indikator motivasi belajar yang digunakan dalam
penelitian adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan,
menunjukkan minat untuk sukses, lebih senang bekerja mandiri, dapat
mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini serta senang mencari dan memecahkan masalah. Pun,
indikator yang peneliti gunakan untuk kepentingan penelitian adalah
indikator Hamzah B. Uno.
2.1.2.5 Teori Motivasi Belajar
Teori tentang hirarki kebutuhan yang terkenal adalah teori Abraham
Harold Maslow yang peneliti gunakan pada penelitian ini. Maslow lahir pada
tanggal 1 April 1908 di Brooklyn, New York dan dikenal sebagai pelopor aliran
psikologi humanistik. Teorinya yang popular adalah teori tentang hierarki
kebutuhan. Pada kebutuhan sendiri terdapat tiga konsep yang saling terkait yaitu
konsep dorongan atau motivasi, konsep perilaku, dan konsep tujuan. Proses
pemenuhannya apabila digambarkan adalah sebagai berikut:

Dorongan/Motivasi Kebutuhan Perilaku Tujuan

Gambar 2.2 Proses Pemenuhan Kebutuhan


(Sumber: Sutirna, 2013, hlm 82)
Teori ini, mengklasifikasikan kebutuhan berdasarkan 5 hierarki dari yang
paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, dimiliki dan cinta, harga diri,
sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Pengklasifikasiankebutuhan manusia
berdasarkan 5 hierarki tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, (Alwisol, 2009;
Boeree, 2006):
21

1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar sekaligus kebutuhan


individual yang harus dipenuhi pertama kali berupa oksigen, makan,
minum, gula, garam, protein, istirahat, tidur, dan berhubungan seks.
2) Setelah kebutuhan dasar tersebut dapat dipenuhi maka setiap orang akan
membutuhkan keamanan sehingga dapat hidup dengan tenang. Kebutuhan
keamanan ini berupa bebas dari rasa takut dan cemas, adanya stabilitas,
proteksi, hukum, dan keteraturan.
3) Kebutuhan yang ketiga adalah dimiliki atau penerimaan dan cintayang
dapat berupa perasaan membutuhkan teman, kekasih, anak dan bentuk
hubungan berdasarkan perasaan.
4) Pada hakikatnya semua orang ingin dihargai sehingga Maslow
menempatkan kebutuhan harga diri pada hirarki kebutuhan.Kebutuhan
harga diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu bentuk lemah dan bentuk
kuat. Bentuk yang lemah ini adalah kebutuhan berupa dihargai orang lain,
status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasidan dominasi.
Bentuk yang kuat adalah kebutuhan berupa percaya diri, kemandirian,
kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan.
Puncak dari kebutuhan semua orang adalah aktualisasi diri setelah dapat
memenuhi semua kebutuhan sebelumnya. Aktualisasi diri ini merupakan
kebutuhan yang mencakup hasrat ingin terus-menerus mewujudkan potensi diri
dan menjadi apa yang sempurna. Kebutuhan ini berupa kebutuhan kreatif, realisasi
diri, dan pengembangan diri. Hierarki kebutuhan nomor 1 sampai 4 digolongkan
menjadi kebutuhan-kebutuhan defisit (D-Needs) artinya kebutuhan ini merupakan
kebutuhan untuk bertahan sehingga apabila terjadi kekurangan seseorang akan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Di sisi lain apabila kebutuhan tersebut
sudah terpenuhi maka seseorang tidak akan merasakan apa-apa lagi dengan kata
lain kebutuhan yang sudah terpenuhi tersebut tidak lagi mendorong dan
memotivasi. Hierarki kebutuhan yang kelima yaitu aktualisasi diri digolongkan
menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk ada (B-Needs). Hal ini dimaksud bahwa
kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang muncul karena seseorang
ingin berkembang, ingin berubah, dan ingin mengalami perubahan menjadi
21

seseorang yang lebih bermakna. Pada kebutuhan aktualisasi diri ini meliputi
kebutuhan estetika dankebutuhan kognitif, (Alwisol, 2009).
27

Self Actuallization
Self-Esteem

Belonging - Love

Safety

Physicological

Gambar 2.3
Hirarki Kebutuhan Maslow

2.1.3 Lingkungan Teman Sebaya


2.1.3.1 Pengertian Lingkungan Teman Sebaya
Lingkungan teman sebaya merupakan sebuah lingkungan interaksi
personal dengan memiliki ciri kesamaan dari tingkat usia. Interaksi
dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan
yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik secara sosial. Hal ini
selaras dengan ungkapan Nyoman dan Olga (2014, hlm. 110) bahwa
lingkungan teman sebaya merupakan suatu komunikasi yang terjalin
diantara orang-orang yang memiliki usia dan tingkat kematangan yang
sama.
Sedangkan menurut Robert E.Slavin (2011, hlm. 114) lingkungan
teman sebaya merupakan suatu interaksi dengan orang-orang yang
mempunyai kesamaan dalam usia dan status. Dalam berinteraksi
seseorang lebih memilih bergabung dengan orang-orang yang
mempunyai pemikiran, hobi dan keadaan yang sama. Adapun Hartup
dalam Santrock (2011, hlm. 109) menyatakan bahwa teman sebaya
(Peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau
kedewasaan yang sama. Akan tetapi oleh Lewis dan Rosenblum dalam
Desmita (2015, hlm. 145) definisi teman sebaya lebih ditekankan pada
kesamaan tingkah laku atau psikologis.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang memiliki
tingkat kesamaan usia dan kesamaan secara psikologis dan tingkah
laku. Dan lingkungan teman sebaya seringkali mempengaruhi secara
psikologis dan menularkan kebiasaan serta kesamaan yang telah
28

terjalin dalam lingkaran pertemanan tersebut. Dari beberapa penelitian


sebelumnya lingkungan teman sebaya menjadi faktor yang signifikan
dalam mempengaruhi hasil belajar siswa (Nugroho, 2018).
2.1.3.2 Fungsi Lingkungan Teman Sebaya
Fungsi lingkungan teman sebaya menurut Menurut John W
Santrock (2009, hlm. 113) fungsi teman sebaya adalah:
1) Pertemanan
Persahabatan merupakan seorang teman akrabyang bersedia untuk
menghabiskan waktu bersama.
2) Dukungan fisik
Persahabatan memberikan sumber dan bantuan kapanpun dibutuhkan.
3) Dukungan ego
Persahabatan memberikan dan membantu anak merasa termotivasi.
4) Keintiman kasih sayang
Persahabatan memberianak suatu hubungan yang penuh kasih
sayang, saling percaya. Dalam keadaan inianak merasa nyaman terbuka
untuk berbagi informasi pribadi.
Lalu Menurut Kelly dan Hansen dalam Desmita (2015, hlm. 220-221)
teman sebaya memiliki enam fungsi yaitu:
1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman
sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-
pertentangan dengan cara-cara lain selain tindakan secara langsung.
2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen. Teman sebayanya memberikan dorongan bagi remaja
untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru. Dorongan
yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya mereka ini
menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan
keluarga mereka.
3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan
perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-
28

ide dan perasaan-perasaan serta mengambangkan kemampuan mereka


untuk memecahkan masalah.
4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran
jenis kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran jenis
kelamin terutama terbentuk melaluiteman sebayanya. Remaja belajar
mengenai tingkah laku dan sikapyang mereka asosiasikan dengan
menjadi laki-laki dan perempuan muda.
5) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya orang
dewasa mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar
dan apa yang salah. Di dalam teman sebaya, remaja mencoba
mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi
nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh Lingkungan Teman
Sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. Proses evaluasi ini
dapat membantu remaja mengambangkan kemampuan penalaran moral
mereka.
6) Meningkatkan harga diri. Menjadi orang yang disukai oleh
sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa enak
atau senang tentang dirinya.
2.1.3.3 Ciri-ciri Teman Sebaya
Terdapat ciri-ciri teman sebaya yang dapat dikenali. Salah satunya
menurut Santoso (2006, hlm 82) mengemukakan terdapat 4 ciri dari
teman sebaya diantaranya adalah:
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
Kelompok teman sebaya tidak mempunyai struktur organisasi yang
jelas. Kelompok ini terbentuk secara spontan. Diantara mereka
memang mempunyai kedudukan yang sama tetapi seringkali ada salah
satu yang dianggap sebagai pemimpin. Sedangkan yang lain
mempunyai kedudukan yang sama.
2. Bersifat sementara
Karena tidak memiliki struktur irganisasi yang jelas maka kelompok ini
tidak dapat bertahan lama. Apalagi jika tujuan yang mnejadi keinginan
28

mereka tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka.


Misalnya pada teman sebaya di kampus.
3. Kelompok sebaya mengajarkan individu tentang kebudayaan yang
luas.
Dalam pergaulannya individu-individu dalam kelompok sebaya berasal
dari lingkungan yang berbeda. Mereka mempunyai kebiasaan yang
berbeda pula. Lalu mereka memasukkan kebiasaan yang berbeda it uke
dalam kelompoknya yang pada akhirnya mereka saling mengetahui
bahkan belajar kebiasaan dari masing-masing individu.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya.
2.1.3.4 Indikator Teman Sebaya
Indikator merupakan sebuah ciri atau parameter untuk melihat
ukuran yang nantinya akan dan bisa digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap hasil
belajar siswa. Menurut Slamet Santoso (2009, hlm. 23) indikator dari
lingkungan teman sebaya adalah:
A. Kerjasama
Kerjasama sangat diperlukan, karena dengan adanya kerjasama, siswa
akan lebih mudah melaksanakan kegiatan yang sedang dilakukan.
Adanya diskusi antar individu yang akan memuculkan berbagai ide
atau jalan keluar dalam pemecahan masalah dan membuat kekompakan
antar siswa.
B. Persaingan
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetitif tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik.
Persaingan dalam hal ini adalah persaingan antar siswa untuk
mendapatkan prestasi yang lebih baik.
C. Pertentangan
Interaksi sosial antar individu atau antar kelompok dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan seorang diwarnai
dengan pertentangan dalam prosesnya. Pertentangan yang ada di
28

lingkungan teman sebaya kerap terjadi karena adanya suatu perbedaan.


Untuk menghindari adanya pertentangan maka perlu toleransi antar
individu atau antar kelompok.
D. Persesuaian/Akomodasi
Persesuaian atau akomodasi merupakan penyesuaian tingkah laku
manusia yang diikuti dengan usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Persesuaian yang
dimaksud di sini adalah siswa dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan teman sebayanya.
E. Perpaduan/Asimilasi
Perpaduan atau asimilasi merupakan pembaharuan dua kebudayaan
yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga
membentuk kebudayaan baru. Perpaduan yang dimaksud di sini setiap
siswa memiliki kepribadian yang beragam.
2.1.3.5 Teori Liingkungan Teman Sebaya
Teori yang digunakan untuk menghubungkan lingkungan teman sebaya
dengan hasil belajar yaitu teori stimulus-respon dari Ivan Pavlov. Teori ini
merupakan salah satu teori dalam ranah psikologi lingkungan. Teori ini pun
membahas tentang hubungan individu atau manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik amupun lingkungan sosial.
Teori ini dibuat pertama kali oleh Ivan Pavlov yang nantinya terbagi
menjadi dua aliran akibat pengembangan teori uang dikembangkan oleh Hull.
Dalam aliran pertama yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan
respon terjadi sebagai hubungan yang tidak memiliki perantara, hubungan ini
dinamakan hubungan asosiatif. Aliran kedua adalah aliran yang melihat adanya
perantara dalam hubungan stimulus-respon, perantara tersebut adalah proses faali
dalam diri manusia. (Iskandar, 2012, hlm. 18).
Pada gambar 2.2 lingkungan menjadi stimulus atau rangsangan dari luar
manusia yang mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai wujud respon dari
stimulus yang didapatkan. Dengan demikian dalam teori stimulus respon pada
aliran pertama merupakan hubungan sebab-akibat atau hubungan sepihak, karena
dalam hal ini manusia berada pada keadaan pasif.
37

Stimulus/Lingkungan Manusia Tingkah Laku

Asosiatif
Gambar 2.4

Aliran Pertama Teori Stimulus-Respon

(Sumber: Iskandar, 2012, hlm. 19)


Aliran kedua yaitu aliran teori stimulus-respon yang
dikembangkan oleh Hull (dalam Iskandar, 2012, hlm.21). Hull menyatakan
bahwa hubungan antara stimulus atau lingkungan dengan manusia tidak
hanya berhubungan asosiatif atau sepihak, namun terdapat hubungan non-
asosiatif. Yang dimaksud Hull adalah bahwa dalam diri manusia terdapat
suatu proses, dalam pandangannya proses tersebut adalah proses faali.
Sehingga hubungannya menjadi S-r-s-R.

Stimulus/ Manusia
r-s Tingkah Laku
Lingkungan

Gambar 2.5

Aliran Kedua Teori Stimulus-Respon


(Sumber: Iskandar, 2012, hlm. 23)
Gambar 2.3 menunjukan bahwa didalam diri manusia terjadi suatu
proses yang bersifat faali. Stimulus dari lingkungan akan masuk pada diri
manusia dan akan menimbulkan reaksi yang selanjutnya reaksi tersebut
dicerna kembali sebelum menjadi stimulus yang di wujudkan menjadi
reaksi yang menghantarkan stimulus ke luar otak manusia yang atau
melalui tingkah laku.
38

2.2 Kerangka Teoritis


Hasil belajar merupakan perolehan kemampuan akhir setelah
menempuh proses pembelajaran. Perolehan kemampuan akhir yang
didapatkan setelah proses pembelajaran berupa aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Pun hasil belajar dapat menggambarkan perkembangan siswa
di dalam lembaga pendidikan seperti sekolah. Hal ini serupa deengan
ujarana Purwanto (2010, hlm.54) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pentingnya terus
meningkatkan hasil belajar karena hasil belajar dapat digunakan sebagai
salah satu indikator untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas pendidikan
(Winkel, 2009, hlm. 45).
Semakin tinggi hasil belajar siswa maka akan semakin tinggi pula
kualitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Sehingga untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik, maka proses belajar penting
diperhatikan. Proses belajar dalam penelitian ini didasarkan pada teori
Kognitif Sosial Albert Bandura. Menurut Teori Kognitif Sosial Bandura
proses belajar seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling
mempengaruhi satu sama lain, tiga faktor tersebut adalah; person,
behaviour, environment.
Bandura (dalam Santrock, 2009, hlm.285) menjelaskan perilaku
seseorang dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan
antara faktor perilaku, lingkungan, dan personal. Teori ini
mengungkapkan tiga jenis interaksi yang terjadi selama pembelajaran.
Interaksi pertama adalah antara seseorang dan perilaku dan itu melibatkan
pengaruh pikiran seseorang dan tindakan. Interaksi kedua adalah antara
seseorang dengan lingkungan tempat manusia berada keyakinan dan
kompetensi kognitif dikembangkan dan dimodifikasi oleh
39

pengaruh sosial dan struktur dalam lingkungan. Yang terakhir adalah


antara lingkungan dan perilaku yang mana perilaku seseorang
menentukan aspek lingkungannya dan pada gilirannya aspek
lingkunganny menentukan atau mengubah perilaku orang itu sendiri.
Teori Kognitif Sosial Bandura menyebutkan bahwa motivasi merupakan
perilaku yang diarahkan pada tujuan yang dilaksanakan dan
dipertahankan oleh harapan orang terkait dengan hasil yang diinginkan
(Schunk, 2012, halm. 508). Menurut Uno (2012, hlm. 23) mengemukakan
bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Dimana, hal ini mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Untuk melihatnya lebih jauh,
penulis menggunakan teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow yang
menjadi dasar dan titik pijak dalam menjabarkan variabel motivasi.
Teori ini, mengklasifikasikan kebutuhan berdasarkan 5 hierarki dari yang
paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, dimiliki dan cinta,
harga diri, sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri.
Pengklasifikasiankebutuhan manusia berdasarkan 5 hierarki tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut, (Alwisol, 2009; Boeree, 2006):
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar sekaligus
kebutuhan individual yang harus dipenuhi pertama kali berupa
oksigen, makan, minum, gula, garam, protein, istirahat, tidur, dan
berhubungan seks.
2. Setelah kebutuhan dasar tersebut dapat dipenuhi maka setiap orang
akan membutuhkan keamanan sehingga dapat hidup dengan tenang.
Kebutuhan keamanan ini berupa bebas dari rasa takut dan cemas,
adanya stabilitas, proteksi, hukum, dan keteraturan.
3. Kebutuhan yang ketiga adalah dimiliki atau penerimaan dan
cintayang dapat berupa perasaan membutuhkan teman, kekasih, anak
dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan.
4. Pada hakikatnya semua orang ingin dihargai sehingga Maslow
menempatkan kebutuhan harga diri pada hirarki
kebutuhan.Kebutuhan harga diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu
bentuk lemah dan bentuk kuat. Bentuk yang lemah ini adalah
kebutuhan berupa dihargai orang lain, status, kemuliaan, kehormatan,
perhatian, reputasi, apresiasi dan dominasi. Bentuk yang kuat adalah
kebutuhan berupa percaya diri, kemandirian, kompetensi, kesuksesan,
independensi dan kebebasan.
5. Puncak dari kebutuhan semua orang adalah aktualisasi diri setelah
dapat memenuhi semua kebutuhan sebelumnya. Aktualisasi diri ini
merupakan kebutuhan yang mencakup hasrat ingin terus-menerus
40

mewujudkan potensi diri dan menjadi apa yang sempurna. Kebutuhan


ini berupa kebutuhan kreatif, realisasi diri, dan pengembangan diri.
Terdapat beberapa temuan penelitian yang menyatakan bahwa
motivasi belajar memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Budi Pangerti (2015). Hasil temuan
penelitiannya mengungkapkan bahwa motivasi belajar siswa berpengaruh
positif terhadap hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Peneletian
serupa datang dari Neni Afriul Karimah dan Sunanik (2018),
menyebutkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor
dan salah satunya adalah faktor motivasi belajar yang memiliki pengaruh
positif terhadap hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi.
Berikutnya, faktor eksternal atau lingkungan yang menjad variabel
selanjutnya pada peneletian ini yaitu penagruh lingkungan teman sebaya
terhadap hasil belajar. Menurut Robert E.Slavin (2011, hlm. 114)
lingkungan teman sebaya merupakan suatu interaksi dengan orang-orang
yang mempunyai kesamaan dalam usia dan status. Dalam berinteraksi
seseorang lebih memilih bergabung dengan orang-orang yang mempunyai
pemikiran, hobi dan keadaan yang sama. Fungsi lingkungan teman sebaya
menurut Menurut John W Santrock (2009, hlm. 113) fungsi teman
sebaya adalah:
1. Pertemanan
Persahabatan merupakan seorang teman akrabyang bersedia untuk
menghabiskan waktu bersama.
2. Dukungan fisik
Persahabatan memberikan sumber dan bantuan kapanpun dibutuhkan.
3. Dukungan ego
Persahabatan memberikan dan membantu anak merasa termotivasi.
4. Keintiman kasih sayang
Persahabatan memberianak suatu hubungan yang penuh kasih sayang,
saling percaya. Dalam keadaan inianak merasa nyaman terbuka untuk
berbagi informasi pribadi.
Lingkungan teman sebaya seringkali dapat mempengaruhi
seseorang dalam menciptakan motivasi internal, siswa akan cenderung
memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila memiliki lingkungan teman
sebaya yang positif begitupun sebaliknya. Berdasarkan Teori Sttimulus
Respon Ivan Teori ini merupakan salah satu teori dalam ranah psikologi
lingkungan. Teori ini pun membahas tentang hubungan individu atau
manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik amupun
lingkungan sosial.
Teori ini dibuat pertama kali oleh Ivan Pavlov yang nantinya
terbagi menjadi dua aliran akibat pengembangan teori uang
dikembangkan oleh Hull. Dalam aliran pertama yang menyatakan bahwa
hubungan antara stimulus dan respon terjadi sebagai hubungan yang tidak
memiliki perantara, hubungan ini dinamakan hubungan asosiatif. Aliran
kedua adalah aliran yang melihat adanya perantara dalam hubungan
stimulus-respon, perantara tersebut adalah proses faali dalam diri
manusia. (Iskandar, 2012, hlm. 18). Lingkungan menjadi stimulus atau
rangsangan dari luar manusia yang mempengaruhi tingkah laku manusia
sebagai wujud respon dari stimulus yang didapatkan. Dengan demikian
dalam teori stimulus respon pada aliran pertama merupakan hubungan
sebab-akibat atau hubungan sepihak, karena dalam hal ini manusia berada
pada keadaan pasif.
Aliran kedua yaitu aliran teori stimulus-respon yang dikembangkan
oleh Hull (dalam Iskandar, 2012, hlm.21). Hull menyatakan bahwa
hubungan antara stimulus atau lingkungan dengan manusia tidak hanya
berhubungan asosiatif atau sepihak, namun terdapat hubungan non-
asosiatif. Yang dimaksud Hull adalah bahwa dalam diri manusia terdapat
suatu proses, dalam pandangannya proses tersebut adalah proses faali.
Sehingga hubungannya menjadi S-r-s-R. Aliran kedua menunjukan
bahwa didalam diri manusia terjadi suatu proses yang bersifat faali.
Stimulus dari lingkungan akan masuk pada diri manusia dan akan
menimbulkan reaksi yang selanjutnya reaksi tersebut dicerna kembali
sebelum menjadi stimulus yang di wujudkan menjadi reaksi yang
menghantarkan stimulus ke luar otak manusia yang atau melalui tingkah
laku. Dari beberapa penelitian sebelumnya lingkungan teman sebaya
menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa
(Nugroho, 2018).

43
44

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan


bahwa motivasi belajar dan lingkungan keluarga merupakan faktor-faktor
yang turut mempengaruhi diri siswa dalam pembelajaran. Sehingga
dengan adanya lingkungan teman sebaya yang baik maka seseorang siswa
akan cenderung memiliki motivasi yang baik pula, begitupun sebaliknya
ketika di dalam lingkungan teman sebaya cenderung kurang baik, hal ini
akan membuat motivasi belajar siswa menjadi kurang baik serta akan
berdampak pada hasil belajar yang kurang baik pula. Berdasarkan uraian
tersebut, maka kerangka teoritis dalam penelitian ini dapat tergambar
dalam gambar 2.6.
Teori Stimulus-Respon Ivan Pavlov
(Iskandar, Z. , 2012)

Lingkungan Teman Sebaya


(Z)

Motivasi Hasil Belajar


Belajar (X) Siswa
(Y)
Teori Hirarki Kebutuhan Teori Kognitif Sosial -
Abraham Maslow Albert Bandura (Bandura,
1991; Schunk, 2012)
Gambar 2.6
Kerangka Teoretis

2.3 Hipotesis
Berikut hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Tingkat motivasi belajar berpengaruh terhadap tingkat hasil
belajar siswa.
2. Kondisi lingkungan teman sebaya berpengaruh terhadap
tingkat hasil belajar siswa.
44

BAB III
PEMBAHSAN
3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori.


Ekaplanatori bertujuan untuk menjelaskan atau menguji hubungan antara
variabel yang diuji yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat. penelitian
yang analisisnya lebih fokus pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan menggunakan metode statistika. Penelitian eksploratori dilakukan
apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga belum mempunyai
gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti. Penelitian eksploratori
tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu. Peneliti hanya menyiapkan
beberapa pertanyaan sebagai penuntun untuk memperoleh data primer berupa
keterangan, informasi, sebagai data awal yang diperlukan.
3.2 Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau
siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian
dilakukan, bias juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang
menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa
berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan,
pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati,keadaan
batin, dan bisa juga berupa proses. Subjek penelitian adalah sesuatu yang
diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi) . Subjek penelitian
pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam
subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.
3.3 Populasi dan Sample
3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang


ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau
study sensus (Sabar, 2007). Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga
obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
44

jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi


karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Sedangkan menurut Riduwan ( 2012,hlm. 37 ) bahwa “populasi
adalah wilayah yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS di SMA Negeri 71 Jakarta.

Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas XI IIS di SMA Negeri 71 Jakarta

No Kelas Jumlah Siswa


1 XI IIS 1 36
2 XI IIS 2 36
3 XI IIS 3 36
4 XI IIS 4 36
Jumlah Siswa 144 orang

3.3.2 Sample

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan
adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh
sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.
Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul
representatif atau dapat mewakili. Menurut Sugiyono (2011:81) bahwa
“sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sedangkan Sutrisno Hadi (1998: 221) berpendapat bahwa
44

sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari


populasi.
Dalam Penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu teknik random sample yaitu pengambilan sampel secara acak dari
seluruh populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Untuk
menentukan sampel dari suatu populasi dengan menggunakan rumus
Solvin sebagai berikut:

n= N

1 + Ne2

Dimana
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih ditaksir atau diinginkan.

Dari keterangan diatas maka dapat diperoleh sampel sebagai berikut:


N = 144 siswa
e = 10%
n= N

1 + Ne2
n= 144

1 + 144 ( 0.1 ) 2

n= 144

1.45

n= 99.3103448275

Sampel penelitian 99.3103448275 (dibulatkan menjadi 99 siswa),


kemudian disebar secara acak/random (undian) pada 4 kelas yang ada.

3.4 Operasional Variable


44

Operasional variabel merupakan penjabaran konsep-konsep yang


akan diteliti, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman guna menghindari
kesalahpahaman dalam menginterpretasikan permasalahan yang akan
diajukan dalam penelitian. Penjabaran konsep-konsep dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Definisi
Konsep Variabel Sumber Data
Operasional
Hasil Tingkat Hasil Jumlah skor yang didapat Data diperoleh dari hasil
Belajar (Y) Belajar siswa setelah mengikuti pengujian kognitif siswa
proses pembelajaran pada melelalui PAS semester ganjil
mata pelajaran ekonomi. pada mata pelajaran ekonomi
siswa kelas XI IPS SMA
Negeri di Kota Tasikmalaya.
Motivasi Tingkat Dorongan atau motif Data diperoleh dari sejumlah
Belajar Motivasi belajar siswa dalam pertanyaan pada angket dengan
(X1) Belajar
pencapaian prestasi atau skala numerical mengenai
tujuan, dilihat dari aspek indikator-indikator motivasi
dorongan belajar internal belajar sebagai berikut:
dan doronganbelajar 1.Adanya hasrat dan keinginan
eksternal. berhasil.
2.Adanya dorongan dan
(Hamzah B. Uno, 2015 hlm,
kebutuhan dalam belajar.
23) 3.Adanya harapan dan cita-cita
masa depan.
4.Adanya penghargaan dalam
belajar.
5.Adanya kegiatan menarik
dalam kegiatan belajar.
6.Adanya lingkungan belajar
yang kondusif
42

Lingkungan Lingkungan Jumlah skor dari sejumlah Data diperoleh dari sejumlah
Teman Teman pernyataan mengenai pernyataan pada angket
Sebaya Sebaya
(X2) lingkungan teman sebaya dengan skala numerikal
yang diukur dengan skala mengenai indikator-indikator
numerikal yang meliputi lingkungan teman sebaya yaitu
aspek: sebagai berikut:
1. Kerjasama 1. Kerjasama
2. Persaingan  Bertukar pikiran dan
3. Pertentangan informasi dengan teman
4. Persesuaian sebaya
5. Perpaduan  Membantu teman yang
Slamet, Santoso (2009, hlm. mengalami kesulitan
23) belajar
2. Persaingan
 Termotivasi mendapatlan
nilai bagus dalam
pelajaran
 Respon siswa ketika
teman sebayanya
mendapatkan nilai bagus
dalam pelajaran
3. Pertentangan
 Saling menghargai
pendapat
 Berdiskusi bersama
teman untuk
menyelesaikan masalah
4. Persesuaian
 Kemampuan siswa untuk
menyesuaikan diri
dengan lingkungan teman
sebaya
42

5. Perpaduan/Asimilasi
 Tidak membeda-bedakan
teman berdasarkan ras,
suku, dan status sosial.

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian digunakan untuk menguji kualitas instrumen


penelitian apakah telah memenuhi syarat alat ukur yang baik atau malah
sebaliknya yaitu tidak sesuai dengan metode penelitian. Tahap selanjutnya yaitu
alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel agar hasil penelitian tidak bias
dan diragukan kebenarannya. Maka dari itu harus dilakukan 2 (dua) macam tes
terhadap kuisioner atau angket yang diberikan kepada responden, yaitu tes
validitas dan tes reliabilitas.
3.5.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2004:255) menyatakan bahwa “validitas adalah


suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang memiliki validitas yang rendah. Uji
validitas ini menggunakan teknik korelasi Product Moment, dengan
rumus:
N ∑ XY − (∑ X ) (∑ Y )
rₓy
√ { N ∑ X 2− (∑ X )2 } {N ∑ Y 2−( ∑ Y )2 }
Dimana:
Rxy : Koefisien korelasi butir
∑X : Jumlah skor tiap item
∑Y : Jumlah skor total item
∑X² : Jumlah skor X yang dikuadratkan
∑Y² : Jumlah skor Y yang dikuadratkan
∑XY : Jumlah perkalian X dan Y
42

N : Jumlah sampel

3.5.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen


cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. (Suharsimi Arikunto,
2010,hlm. 221).
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan
(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang
digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Alpha.

Dengan keterangan:
11 r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soalΣ 2
b σ = jumlah varian butir2
t σ= varian total

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


3.6.1 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh, diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi
linear berganda untuk menguji pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap
variabel Y, dengan rumus:
Y = β 0+ β 1 X 1+ β 2 X 2+ e
42

Dimana:
Y : Tingkat Hasil Belajar Siswa Kelas XI IIS Sma Negeri 10
Bandung Pada
Mata Pelajaran Ekonomi
β0 : Konstanta
β1β2 : Koefisien regresi
X1 : Metode Pembelajaran Kooperatif
X2 : Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)

Tingkat kesalahan yang ditolelir dalam penelitian ini adalah 0,05 atau
taraf signifikansinya sebesar 95%. dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
3.6.2 Penelitian Hipotesis

Pengaruh X terhadap Y secara simultan (uji F)


a. Merumuskan hipotesis statistik
1). Ho : 1 2 0 β = β = , artinya X secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y.
2). Ha : 0 1 2 β = β ≠ , artinya X secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Y.
b. Kaidah pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dengan taraf signifikasi 5% sebagai
berikut:
1). Sig < 0,05 → Ho ditolak maka Ha diterima
2). Sig > 0,05 → Ho diterima maka Ha ditolak
Untuk membantu proses pengolahan data secara cepat dan tepat, maka
pengolahan datanya dilakukan melalui Eviews.
42

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:
Afriul, Neni. K & Sunanik. (2018). Pengaruh Motivasi Belajar Ekonomi dan
Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi
Siswa Kelas X SMAN 1 Kampak Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan Vol 15. No 2.
Anita, Nur & Agus, W. (2018). Lingkungan Teman Sebaya memoderasi Pengaruh
Penggunaan Teknologi Informasi, Disiplin Belajar, Dan Motivasi Berprestasi
Terhadap Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan
2015 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Economic Education
Analysis Journal Vol 7. No 2.
Asvioa, N. & Suharmon. (2017). The Influence of Learning Motivation and Learning
Environment on Undergraduate Students’ Learning Achievement of Management
of Islamic Education, Study Program of Iain Batusangkar In 2016. Noble
International Journal of Social Sciences Research Vol. 2, No. 2.
Budisantoso, Ilham. (2017). Pengaruh Motivasi Belajar, Pendidikan Orangtua, Dan
Teman Sebaya Terhadap Minat Melanjutkan Perguruan Tinggi Bagi Siswa Kelas
XI SMA N 2 Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi
Vol 6. No 1.
Huda,Ainil. (2013). Pengaruh Peranan Teman Sebaya, Disiplin Belajar Dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Di SMA Negeri
1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol
2. No. 4.
Krisna, Ni Putu. (2019). Pengaruh Gaya Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Di Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha Vol 11. No 1.
Ma’shumah, Fitriatul & Muhsin, Muhsin. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar,
Disiplin Belajar, Cara Belajar Dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Kesiapan
Belajar Di SMK Widya Praja Ungaran Program Keahlian Administrasi
42

Perkantoran Tahun Ajaran 2017/2018. Economic Education Analysis Journal Vol


8. No 1.
Novauli, F. (2015). Kompetensi Guru dalam Peningkatan Hasil belajar pada SMP
Negeri Dalam Kota Banda Aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol.3 No.1.
Nugroho, R. S. (2018). PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN LINGKUNGAN
TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 21.
Pangerti, Budi. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap
Motivasi Belajar, Minat Belajar Dan Hasil Belajar Matematika Kelas Xi Ilmu
Alam Man Model Sorong. Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia Vol. 3. No. 1.
Prawira, Yuda Kusuma & Muhsin, Muhsin (2016). Pengaruh Motivasi Belajar,
Lingkungan Teman Sebaya, Dan Bahan Ajar Terhadap Kesiapan Belajar Siswa
Jurusan AP Pada Mata Diklat Produktif AP SMK Negeri 1 Batang. Economic
Education Analysis Journal Vol 5. No 2.
Rahayu, Septiana. (2018). Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya Dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Iis Sma Negeri 1 Sewon
Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi Vol 7 No. 2.
San, dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Tutor
Sebaya Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Motivasi Belajar. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Indonesia Vol 3, No 1
Tego, Singgih. (2012). Pengaruh Disiplin Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol 10. No 1.
Skripsi:
Ahady, N.R. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan
Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Vii Di Smp Islam Almaarif 01 Singosari Yang
Berdomisili Di Pondok Pesantren. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim : Malang.
42

Arifayani,Yuli. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan


Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Vii Di Smp Islam Almaarif 01 Singosari Yang
Berdomisili Di Pondok Pesantren.Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Putri, Dinar Tiara Nadip dan Gatot Isnani. 2015. Pengaruh Minat dan Motivasi
terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran.
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No. 2.
Diakses dari: http://journal2.um.ac.id/index.php/jpbm/article/download/1673/945

SUMBER LAIN:
Gerintya,s. (2019). Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun
Lemah. Diakses dari : https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-
daya-saing-pun-lemah-dnvR

Anda mungkin juga menyukai