Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam proses pendidikan dipengaruhi oleh guru sebagai

seorang pengajar dan karakteristik siswa itu sendiri. Berkaitan dengan hal

tersebut, Suharsimi Arikunto (2003) menyebutkan beberapa karakteristik siswa

dalam proses belajar sebagai berikut: 1) semangat belajar rendah, 2) mencari jalan

pintas, 3) tidak tahu belajar untuk apa, 4) pasif dan acuh. Untuk mengantisipasi

karakteristik siswa yang demikian disarankan pula strategi pembelajaran yang

bervariasi, memberikan kesibukan yang menarik, menggunakan model reward

dan punishment, bersifat terbuka, dan memberikan layanan yang simpatik.

Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah

memperoleh hasil akademik sesuai dengan target yang ditentukan. Berdasarkan

dengan masalah ketuntasan belajar dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah

lama dikenal dengan memakai belajar tuntas dengan belajar sampai habis dengan

demikian, belajar tuntas semestinya terarah pada upaya yang diharapkan dapat

mengoptimalisasi hasil pembelajaran peserta didik.

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan dari setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya

inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya

manusia yang berhasil dari upaya pendidikan selalu bermuara dari faktor guru

atau pendidik. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dari sebuah

1
2

kegiatan kependidikan. Tujuan pendidikan tidak akan dapat terlaksana tanpa

adanya suatu proses pembelajaran yang ada di suatu lembaga pendidikan. Sebab,

proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran IPA sangat penting dalam meningkatkan penalaran dan

kecerdasan peserta didik. Sedangkan penalaran yang tinggi merupakan salah satu

indikator dalam meningkatkan sumber daya manusia yag berkualitas.

Kemampuan penalaran dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat. Selain peningkatan

penguasaan materi pelajaran yang diberikan guru sekolah, namun dari beberapa

temuan diketahui umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-

soal Ilmu Pengetahuan Alam artinya kemampuan pemecahan masalah yang

dimiliki oleh siswa relatif masih lemah. Hal ini disebabkan karena kurang aktif

mendengarkan penyajian guru, siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan, serta

hanya bersedia menjawab pertanyaan apabila dipaksa oleh guru. Berdasarkan

masalah tersebut maka, diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu

menciptakan prestasi siswa saat proses belajar-mengajar. Salah satu menciptakan

prestasi siswa saat proses belajar-mengajar yaitu dengan penerapan pembelajaran

kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif ini menempatkan siswa sebagai bagian

dari suatu system kerjasama, sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara


3

anggota kelompok akan meningkatkan Prestasi Belajar . Melalui kerja kelompok,

maka siswa banyak terlibat dalam pembelajaran dan memiliki banyak pengalaman

yang dapat berimbas pada peningkatan Prestasi Belajar . Salah satu model

pembelajaran kooperatif yang digunakan pada materi pokok Klasifikasi

Tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achivement Division (STAD).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif paling sederhana, dimana pada pembelajaran ini siswa

lebih mudah dalam menangani dan menemukan konsep-konsep yang sulit jika

mereka mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa yang

berkemampuan rendah diharap dapat kesempatan untuk dibimbing oleh temannya

yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi, sedangkan siswa yang lebih tinggi

kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi tutor sebaya sehingga

pembelajaran semakin baik.

Di SMP Negeri 4 Pagerwojo dalam pembelajaran IPA, Guru sering

menggunakan Metode ceramah. Metode ini tidak dapat membangkitkan aktivitas

siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya

mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau

bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari. Melihat

kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan Metode lain yaitu Metode diskusi.

Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada pelajaran IPA kelas VII-A
4

di SMP Negeri 4 Pagerwojo tidak dapat berjalan lebih baik, perlu dilakukan

penelitian mengenai Peningkatan Prestasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Siswa

Kelas VII-A SMP Negeri 4 Pagerwojo Tahun 2023/2024.

Maka penelitian mengambil permasalahan tersebut untuk diteliti di SMP

Negeri 4 Pagerwojo Kabupaten Tulungagung dengan judul “Peningkatan Prestasi

Belajar IPA Materi Bagian Tumbuhan Melalui Metode Kooperatif STAD Pada

Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 4 Pagerwojo Tulungagung Semester I Tahun

2023/2024”.

B. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Peningkatan Prestasi

Belajar IPA Materi Klasifikasi Tumbuhan Melalui Metode Kooperatif STAD

Pada Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 4 Pagerwojo Tulungagung Semester I

Tahun 2023/2024.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian (Classroom Action Research) ini diadakan bertujuan untuk

mengetahui gambaran objektif dari Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi

Klasifikasi Tumbuhan Melalui Metode Kooperatif STAD Pada Siswa Kelas VII-

A SMP Negeri 4 Pagerwojo Tulungagung Semester I Tahun 2023/2024.


5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis.

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia Ilmu

Pengetahuan Alam sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA.

b) Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa,

 Meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VII-A SMP

Negeri 4 Pagerwojo .

 Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama yang baik antara

teman, serta berani untuk berkomunikasi dalam bertukar

pikiran dan mengemukakan pendapat.

b) Bagi guru,

 Proses pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achivement Division (STAD) sebagai masukan dalam

pembelajaran IPA dan dapat digunakan sebagai alternative

pembelajaran meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

c) Bagi sekolah,

 Model pembelajaran kooperatif menjadi informasi dan


6

sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam kelas VII SMP.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar.

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 :895)

adalah :

Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,


dikerjakan dan sebagainya. Dengan demikian prestasi belajar
berarti penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dikembangkan mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi Ilmu Pengetahuan Alam yang

dicapai oleh siswa setelah menjalani proses Ilmu Pengetahuan Alam secara

formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-

angka (Sumadi Suryabrata, 2006: 6). Hakikat prestasi belajar adalah sebagai

berikut:

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak


belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pembelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari test

7
8

mengenai sejumlah materi tertentu (Hadari Nawawi, 2001 :58). Selain itu

Bloom juga mengartikan prestasi belajar sebagai hasil perubahan yang

meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Saefuddin

Azwar, 1987 : 58). Aspek kognitif berisi hal – hal yang menyangkut aspek

intelektual (pengetahuan), aspek afektif (nilai dan sikap), aspek psikomotorik

(keterampilan). Sedangkan Nasution (2003: 17), menyatakan bahwa:

Prestasi belajar adalah Kesempurnaan yang dicapai


seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar
dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, afektif, psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut.

Prestasi merupakan keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang

telah ditempuh siswa, bertujuan untuk memperoleh atau mengembangkan

ilmu pengetahuan. Prestasi ini dituangkan dengan nilai atau angka yang

diberikan oleh guru kepada siswa. Menurut Muhibbin Syah (2007:213),

“prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program atau proses penilaian untuk

menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan.” Hal ini ditegaskan oleh Dimyati Mahmud (2001: 82)

bahwa “prestasi belajar diukur dengan nilainilai tes hasil belajar dari lamanya

bersekolah dan dalam kurun waktu tertentu didokumentasikan pada buku

rapor siswa”.

Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008 :18) prestasi

merupakan hasil belajar yang berasal dari informasi yang telah diperoleh pada
9

tahap proses belajar sebelumnya. Prestasi dapat berupa keterampilan

mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, dan mampu mengerjakan

tugas. Menurut Sardiman A.M. (2004: 46) Prestasi adalah kemampuan nyata

yang merupakan hasil interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhi

baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar.

Menurut Zaenal Arifin (2005: 2-4) prestasi belajar merupakan suatu

masalah yang bersifat peremnia (berlangsung terus-menerus) dalam sejarah

kehidupan manusia karena sepanjang rentang hidupnya manusia selalu

mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuanya masingmasing, prestasi

belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai

fungsi utama anatara lain:

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik

b) Prestasi belajar sebagai lambang rasa keingintahuan

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam dimensi Ilmu

Pengetahuan Alam.

d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dalam institusi

Ilmu Pengetahuan Alam. Indikator intern dalam arti bahwa

prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas

suatu institusi Ilmu Pengetahuan Alam. Indikator ekstern dalam

arti bahwa tingkat rendahnya orientasi belajar dapat dijadikan

indikator tingkat keberhasilan anak didik dimasyarakat.


10

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator sebagai daya serap

(kecerdasan) anak. Dalam mendidik proses belajar mengajar anak didik

merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang

diharapakan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah

diprogramkan dalam kurikulum.

Ada tiga ranah yang harus dilihat dalam tingkat keberhasilan yang dapat

dicapai siswa yaitu :

a. Ranah kogntif

Ranah kognitif bertujuan mengukur pengembangan penalaran

siswa, pengukuran ini dapat dilakukan setiap saat dengan cara test

tertulis maupun test lisan atau perbuatan.

b. Ranah afektif

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah

kognitif, pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat

karena perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu– waktu,

sasaran pengukuran penilaian ranah afektif adalah perilaku siswa

bukan pada pengetahuan siswa.

c. Ranah psikomotorik

Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil–hasil

belajar yang berupa keterampilan. Cara yang paling tepat untuk

mengevaluasi keberhasilan belajar psikomtorik adalah observasi,

observasi dalam hal ini dapat diartikan jenis test mengenai peristiwa,

tingkah laku atau fenomena lain sebagai penempatan langsung. Dari


11

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang

menggunaan ranah kognitif dapat ditetahui setiap saat untuk

mengukur penalaran siswa, sedangkan ranah afektif tidak bisa

diketahui setiap saat, pengukuran ini berdasarkan perilaku siswa dan

ranah psikomotorik yang dilakukan terhadap hasil belajar. Jadi,

dengan menggunakan tiga ranah tersebut prestasi belajar dapat

diketahui dengan baik, artinya penilaian terhadap tingkat

keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment adapula

kata yang searti dan relatif lebih dikenal dalam dunia Ilmu

Pengetahuan Alam kita yakni tes, ujian, atau ulangan (Muhibbin

Syah, 2007:195).

Dalam setiap kegiatan pasti dilaksanakan penilaian untuk mengukur

tingkat keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Begitu pula

dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, perlu diketahui seberapa jauh

prestasi belajar yang telah dicapai siswa.

Jadi prestasi belajar adalah merupakan kemampuan yang dimiliki siswa

yang telah mengalami perubahan baik keterampilan, pemahaman nilai-nilai,

pola tingkah laku, setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan

tujuan yang hendak dicapai. pada hakekatnya, belajar untuk mencapai sesuatu

yang pada akhirnya mencapai suatu hasil hasil belajar, dan hasil belajar sering

disebut dengan prestasi belajar. Dari beberapa pendapat para ahli datas, dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai
12

oleh siswa selama mengikuti proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam periode tertentu.

Menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 297) yang dimaksud dengan

prestasi belajar adalah nilai – nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir

yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan prestasi belajar siswa

selama waktu tertentu. Slameto (2003:2) mendefinisikan prestasi belajar

sebagai tinggi rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi

pembelajaran. W.S Winkel (2004:51) mengemukakan bahwa prestasi adalah

bukti usaha siswa yang telah dicapai dalam waktu tertentu dan dapat diukur

dengan suatu alat tes, dengan diketahuinya prestasi belajar maka seorang guru

dapat mengetahui tingkat penguasaan materi dan mengambil tindakan yang

diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan bahan ajar.

Keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran salah satunya

dapat dilihat melalui nilai–nilai yang diperoleh dalam bentuk rapor secara

periodik, angka–angka tersebut telah mencerminkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil penilaian dan pengukuran, tingkah laku yang

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang menggambarkan

kemampuan seseorang dalam menguasai mata pelajaran tertentu selama masa

tertentu serta merupakan urutan keberhasilan seseorang dalam proses belajar

tersebut.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil

dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi


13

belajar siswa. Penentuan nilai prestasi belajar pada rapor menurut Winkel

(2004: 604) diperoleh dengan cara, yaitu:

1) Nilai akhir diperoleh dari rerata nilai tes formatif dengan nilai tes
sumatif.
2) Nilai akhir diperoleh dari nilai rerata nilai tugas, kegiatan
ekstrakulikuler yang diikuti, nilai ulangan harian dan nilai umum.

Menurut Nana Sudjana (2005: 111), fungsi penilaian dalam proses

belajar mengajar yaitu:

1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dengan

fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang

seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan kata lain dapt

diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa.

2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah

dilakukan guru, dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil

tidaknya guru mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai

siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa tetapi juga

bisa disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar. Melalui

penilaian berarti menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasinya

dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya yakni tindakan

mengajar berikutnya.

Adapun standar yang digunakan dalam penilaian prestasi belajar (PP RI

No.19 tahun 2005),tiga diantaranya adalah :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan Ilmu Pengetahuan Alam


14

c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

Sedangkan bentuk dari penilaian hasil belajar oleh pendidik diantaranya:

a. Ulangan harian

b. Ulangan tengah semester

c. Ulangan akhir semester

d. Ulangan kenaikan kelas

Prestasi merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh

siswa dengan usaha secara sadar setelah melalui poses belajar. Prestasi dapat

diukur dengan menggunakan tes dalam periode tertentu untuk mengetahui

kemampuannya setelah melakukan suatu kegiatan belaar. Tes ini bersifat tidak

tetap, sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi dan kondisi

peserta tes. Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan aktual yang diukur berupa penugasan sikap, keterampilan sebagai

proses belajar mengajar di sekolah.

b. Prestasi Belajar IPA

Belajar sebagai sebuah proses tertentu, mempunyai maksud dan tujuan

yang hendak dicapai. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan

unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis penyelenggaraan dan jenis

jenjang Ilmu Pengetahuan Alam. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian

tujuan Ilmu Pengetahuan Alam itu bergantung pada proses belajar yang

dialami siswa (Muhibbin Syah 2007 :88). Untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan tersebut telah dicapai maka dilakukan pengukuran atau penilaian.


15

Tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan siswa adalah dengan mengamati

prestasi belajarnya. Sedangkan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor

yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil

proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

Jadi prestasi belajar IPA merupakan hasil belajar siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran IPA berupa seperangkat pengetahuan, sikap

dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehdupan sosialnya

baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Dimana prestasi

belajar dinilai dari proses belajar IPA selama jangka waktu tertentu yang

dapat diukur dengan tes dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka.

Prestasi belajar IPA adalah hasil yang dicapai siswa (kemampuan siswa)

dalam usahanya untuk menguasai bidang studi IPA setelah jangka waktu

tertentu atau dengan kata lain prestasi belajar IPA adalah hasil belajar IPA.

Prestasi belajar IPA siswa atau proses belajar IPA siswa perlu diketahui

dengan baik oleh individu yang belajar maupun orang lain yang bersangkutan

guna melihat kemajuan yang telah diperoleh setelah mempelajari suatu

program pengajaran / materi.

Dalam mengevaluasi pembelajaran ini, instrumen pengukuran hasil

belajar/ prestasi belajar IPA yang digunakan dapat berbentuk tes, baik tertulis,

lisan ataupun perbuatan.Pelaksanaannya dapat berbeda–beda disesuaikan

dengan karakteristik pelajaran maupun kompetensi yang terdapat dalam

sebuah mata pelajaran. Test tersebut dapat terlaksana maka akan diberikan
16

penilaian secara obyektif oleh guru mata pelajaran, atau guru bidang studi

sehingga akan terlihat hasil dari tes yang telah dilaksanakan yang selanjutnya

disebut dengan prestasi belajar IPA.

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pengukuran yang

dilaksanakan oleh guru bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa

menyerap materi yang telah diberikan oleh guru tersebut. Jika tujuan tersebut

dapat dicapai dengan nyata maka akan mempermudah guru dalam

menentukan tindakan-tindakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Fungsi Prestasi Belajar

Sepanjang rentang kehidupannya, manusia pasti mengejar suatu prestasi

atau hasil dari usaha yang telah dilakukannya. sesuai dengan tingkat

kemampuan masing-masing. Mengejar sesuatu yang akan memberikan

kepuasan tertentu pada diri manusia. Baik prestasi dalam pekerjaan, maupun

prestasi dalam bidang akademik, khususnya yang berada di lingkungan

sekolah. Prestasi tersebut tentunya mampu member manfaat bagi yang

meraihnya.

Adapun fungsi dari prestasi belajar (Zainal Arifin, 2005: 3) yaitu:

 Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

 Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

 Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.

 Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu


17

institusi pendidikan.

 Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan)

anak didik.

Zainal Arifin (2005: 4) juga mengemukakan kegunaan prestasi belajar

diantaranya :

a. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.

b. Untuk keperluan diagnostik.

c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.

d. Untuk keperluan penempatan dan penjurusan.

e. Untuk menentukan isi kurikulum.

f. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.

Mengingat betapa pentingnya fungsi dan kegunaan dari prestasi belajar,

maka siswa diharapkan untuk selalu berusaha mencapai prestasi belajar yang

seoptimal mungkin.

d. Macam-macam Prestasi Belajar

Pemaknaan menyeluruh prestasi belajar bukan hanya merupakan hasil

intelektual saja, melainkan harus meliputi tiga aspek yang dimiliki siswa yaitu

aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Menurut Bloom dkk yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2009),

mengkategorikan prestasi belajar kedalam tiga ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif, meliputi kemampuan pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.


18

2) Ranah afektif, meliputi prilaku penerimaan, sambutan, penilaian,

organisasi dan karakterisasi.

3) Ranah psikomotorik meliputi kemampuan motorik berupa persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Penelitian ini hanya terfokus pada prestasi belajar ranah kognitif saja,

yaitu prestasi belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat dicapai peserta didik melalui usaha-usaha sebagai

perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal.

Prestasi belajar yang diperoleh peserta didik tidak sama karena ada beberapa

faktor yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar.

Slameto (2010) berpendapat bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern

adalah faktor yang ada di luar individu.

1) Faktor-faktor Intern

a) Faktor Fisiologis

Menurut Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni (2010) Faktor

fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.


19

Kondisi fisik berhubungan dengan kondisi pada organ-organ tubuh yang

berpengaruh pada kesehatan. Proses belajar seseorang akan terganggu

jika kesehatannya terganggu.

Sedangkan menurut Slameto (2010) keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika

hal itu terjadi, maka hendaknya ia belajar pada lembaga Ilmu

Pengetahuan Alam khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat

menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b) Kecerdasan atau Intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya, Kecerdasan

merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar

siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi

tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu

tersebut meraih sukses dalam belajar.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan kemampuan ini baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Bakat merupakan keahlian khusus yang dimiliki siswa dalam

bidang tertentu. Seseorang dikatakan berbakat bila menguasai mata

pelajaran yang diwujudkan dalam prestasi yang baik.

d) Minat
20

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Noer Rohmah (2012)

berpendapat bahwa minat yaitu suatu rasa lebih suka pada rasa

ketertarikan pada suatu hal/aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat

yang tinggi terhadap suatu obyek akan menjadikan siswa lebih sungguh-

sungguh dalam meraih apa yang diinginkan dapat tercapai.

e) Perhatian

Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,

jiwa itu semata-mata tertuju pada suatu obyek (benda/hal) atau

sekumpulan obyek. Seorang siswa harus memiliki perhatian terhadap

mata pelajaran yang dipelajarinya. Prestasi belajar siswa akan baik bila

perhatian pada pelajaran baik, dan akan menurun bila perhatiannya

berkurang.

f) Motivasi Siswa

Hamalik (2011) berpendapat bahwa motivasi adalah dorongan

yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu.

Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong

seseorang untuk melakukan perbuatan belajar.

g) Sikap Siswa

Menurut Muhibin (2001) Sikap adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

(respon tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang,
21

barang, dan sebagainya, baik positif maupun negatif. Sikap siswa

terhadap suatu mata pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

2) Faktor-faktor Ekstern

a) Faktor Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak merasakan Ilmu

Pengetahuan Alam, karena di dalam keluargalah anak tumbuh dan

berkembang dengan baik, sehingga secara langsung maupun tidak

langsung keberadaan keluarga akan mempengaruhi keberhasilan belajar

anak.

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa

cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah

tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan.

b) Faktor Sekolah

Sekolah merupakan lembaga Ilmu Pengetahuan Alam formal

pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar

siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk

belajar yang lebih giat. Sekolah merupakan lembaga Ilmu Pengetahuan

Alam formal yang ditugaskan pemerintah untuk menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran.

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan


22

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh

itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor ini

meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,

dan bentuk kehidupan dalam masyarakat. Kondisi lingkungan

masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi prestasi belajar

siswa.

Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap proses belajar

mengajar. Ketika dalam proses belajar peserta didik tidak memenuhi

faktor tersebut dengan baik, maka hal tersebut akan berpengaruh

terhadap Prestasi Belajar yang dicapai oleh peserta didik.

2. Pembelajaran IPA di SMP

a. Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu

natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam

atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.

Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu

tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Menurut Rom Harre (Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis, 1993: 4),

Science is a collection of well attested theories which explain the patterns and
23

regularities among carefully studied phenomena. Bila diterjemahkan secara bebas

artinya sebagai berikut: IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji

kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam

yang diamati secara seksama.

Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu Pertama, bahwa IPA

suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori. Kedua, bahwa teori-teori

itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam.

Lebih lanjut Jacobson & Bergman (1980: 4), mendefinisikan IPA sebagai

berikut: “ Science is the investigation and interpretation of events in the natural,

physical environment and within our bodies”. IPA merupakan penyelidikan dan

interpretasi dari kejadian alam, lingkungan fisik, dan tubuh kita.

Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu Pengetahuan Alam

mempunyai objek dan permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda alam dan

mengungkapkan misteri (gejala-gejala) alam yang disusun secara sistematis yang

didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (Usman Samatowa, 2006: 2), IPA

merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan

yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa

kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.

b. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan

siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu


24

utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah.

Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 12) menyatakan bahwa

mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dalam

pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan

proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung

hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga

memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam

masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak

tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih

dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat

berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar

dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu

sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati,

mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi,

menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan

keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat

merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik

untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,

menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai,


25

dan pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa,

2006: 146), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan

kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang

segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang

diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat

diperlukan untuk dipelajari.

Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 7), pembelajaran

IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan

pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin

didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat

dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada

metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen,

dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya

berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan

mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-

penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi dalam pembelajaran IPA siswa

tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa

dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam.

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 6), tujuan

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut:

1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan

manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya;


26

2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA,

berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana;

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan

memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran

penciptanya;

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik

mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.


27

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut. (Mulyasa,

2010: 111).

Dengan demikian pembelajaran IPA di SMP dapat melatih dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan

proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara

rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di

lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa sebisa

mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa

Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya

sehari-hari.

c. Tujuan pembelajaran IPA

1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari.

2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

tentang alam sekitar.

3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta

kejadian di lingkungan sekitar.

4) Bersikap ingin tahu, tekun, kritis, bertanggung jawab, bekerja sama dan

mandiri.

5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala


28

gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan suatu masalah yang ditentukan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Materi Pembelajaran (Pokok Bahasan)

BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN

a. Akar

Bentuknya berbeda – beda seperti akar Tunggang, akar Serabut, akar

Tunjang, akar gantung, akar pelekat, akar nafas. Fungsi akar untuk:

1) Menopang batang

2) Menahan batang

3) Menahan tanah dan erosi

4) Mencegah banjir

5) Menyimpan cadangan makanan

6) Menyerap air dan zat hara

7) Bernafas

Bagian bagian akar terdiri dari : Bulu akaryang berfungsi untuk meyerap air

danzzat hara, sedangkan ujung akar yang dilindungi tudung akar untuk

menerobos kedalam tanah.Akar tunggang di miliki oleh tumbuhan dikotil, sedang

akar serabut dimiliki oleh tumbuhan monokotil.Akar yang dapat dimakan

manusia misalnya akar singkong wortel, lobak dan lain sebagainya

b. Batang

Bantuknya berbeda-beda ada yang permukaannya licin, berduri, ada yang


29

lurus, bercabang – cabang , lunak, berongga, dan ada yang berkayu keras.

Ada yang berkambium, tak berkambium, beruas-ruas. Warna batang

berbeda-beda ada yang coklat, putih, hijau, ungu.

1) Fungsi batang

a. Tempat tumbuhnya daun bunga dan buah

b. Tempat mengalirkan air dan makanan dari dalam tanah ke seluruh

bagian tumbuhan

c. Untuk bernafas

d. Untuk Menyimpan cadangan makanan

2) Bentuk tulang daun

Fungsi daun :

a. Membuat makanan sendiri

b. Mengubah CO2 dan air dengan bantuan sinar matahari menjadi zat

gula dan O2

3) Bunga

Bagian-bagian bunga terdiri dari


30

a. kepala putik

b. mahkota bunga

c. tangkai putik

d. kelopak bunga

e. bakal buah

f. benang sari

Keterangan :

Putik : Alat kelamin betina pada bunga

Benangsari : Alat kelamin jantan pada bunga

Serbuksari : Berasal dari kotak sari yang ada di dalam kepala sari

Mahkota : bagian bunga yang manarik karena keindahannya, Bunga tak

sempurna adalah bungan yang tidak mempunyai putik / benang sari

1. Fungsi Bunga

(a) untuk mempercantik tumbuhan

(b) untuk tempat berlangsungnya perkembangbiakan tumbuhan

4. Metode Kooperatif STAD

a. Pengertian Metode STAD

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

yang berbeda-beda. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling

sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini

paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John
31

Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar

kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi

dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk

memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83-84).

Sedangkan Menurut Slavin (Ibrahim, 2005: 27) dalam pembelajaran

kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep

yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut

dengan teman-temannya. Dengan pembelajaran kooperatif, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri, tampil lebih

berani untuk berbicara, mendengar dan menghargai pendapat temannya, dan

bersama-sama membahas permasalahan atau tugas yang diberikan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang

berbentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan yang

berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan

ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran

kooperatif yang sangat sederhana.


32

b. Langkah – langkah Pembelajaran

No Tahap Tingkah Laku Guru

1. Tahap 1) Guru memberikan informasi kepada siswa


pendahuluan tentang materi yang akan mereka pelajari,
tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi
agar siswa tertarik pada materi.
2) Guru membentuk siswa kedalam kelompok
yang sudah direncanakan.
3) Mensosialiasakan kepada siswa tentang model
pembelajaran yang digunakan dengan tujuan
agar siswa mengenal dan memahamimya.
4) Guru memberikan apersepsi yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari.
2. Tahap 1) Guru mendemonstrasikan konsep atau
pengembanga keterampilan secara aktif dengan
n menggunakan alat bantu atau alat peraga.
2) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS)
sebagai bahan diskusi kepada masing-masing
kelompok.
3) Siswa diberikan kesempatan untuk
mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
4) Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3 Tahap 1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa
penerapan untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam
LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa
diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak
menutup kemungkinan mereka saling bertukar
pikiran dengan anggota yang lainnya.
2) Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar
jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.

c. Keuntungan dan Kelemahan Kooperatif STAD

Menurut Roestiyah (2001: 17), ada beberapa keuntungan dan kelemahan

dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain yaitu :

 Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk


33

menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu

masalah.

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

 Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa

sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

 Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan

mereka lebih aktif dalam diskusi.

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi

temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

 Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

 Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu

memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan

kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya

mengajar berbeda.

 Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada

umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran

kooperatif.
34

B. Hipotesis Penelitian

Winarno Surakhmad (2007:68) mengemukakan bahwa hipotesa adalah

sebuah kesimpulan, tetapi kesimpulan ini belum final dan masih harus dibuktikan

lagi kebenarannya.

Dari pendapat di atas hipotesa merupakan kesimpulan yang sementara

dan masih perlu diuji kebenarannya untuk mendapatkan suatu kesimpulan

pendapat/hipotesa sebenarnya. Dengan demikian hipotesa dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: “Jika Pembelajaran IPA materi Bagian Tumbuhan Guru

menerapkan Metode Kooperatif Model STAD maka prestasi belajar pada siswa

Kelas VII-A SMP Negeri 4 Pagerwojo tahun 2023/2024 semester I dapat

meningkat”.

Anda mungkin juga menyukai