Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh dua faktor yaitu

faktor internal ( dalam diri siswa ) dan faktor eksternal (luar diri siswa ).

Adapun faktor internal antara lain : minat, motifasi, kemampuan dasar,

kecerdasan emosional, percaya diri, kemandirian dan kemampuan kognitif.

Faktor eksternal meliputi tenaga pendidik, metode pembelajaran, atau model

pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam mengajar , kurikulum, sarana

prasarana dan lingkungan.

Ditinjau dari tuntutan kurikulum dengan materi yang banyak maka

guru lebih menekankan pada pencapaian target, bukan pemahaman siswa

terhadap konsep. Faktor yang berasal dari guru diantaranya kinerja guru yang

rendah, profesionalisme guru yang kurang, guru yang bersifat otoriter dan

kurang bersahabat dengan siswa sehingga siswa merasa bosan dan kurang

berminat untuk memperhatikan materi yang disampaikan. Metode mengajar

guru yang kurang bervariasi dan banyak menggunakan metode konvensional

atau ceramah, sementara siswa pasif. Akibatnya anak cenderung menerima

apa adanya, tidak memiliki sikap kritis. Untuk memperoleh hasil belajar yang

bagus siswa harus aktif dalam setiap kegiatan belajarnya.

Sebagai contoh hasil ulangan harian dari kelas XI yang penulis ajar di

SMK Negeri 2 Baleendah, dengan KKM 70 untuk materi statistika hanya

beberapa orang yang tuntas. Untuk kelas XI kimia 1 dari jumlah 33 orang
2

hanya 3 orang yang tuntas. Kelas XI kimia 2 dari jumlah 34 orang hanya 3

orang yang tuntas. Kelas XI TKJ 1 dari 38 orang hanya 5 orang yang tuntas.

Kelas XI busana dari 28 orang hanya 2 orang yang tuntas. Dari data tersebut

yang tuntas dari tiap kelas hanya sekitar 9 % yang tuntas sehingga yang

belum tuntas sekitar 91 %.

Begitu juga penguasaan matematika di tingkat Nasional dan

Internasional juga masih rendah hal ini didasarkan pada hasil tes yang

dilakukan oleh Trend International Mathematics and Scienes Study (TIMSS)

pada tahun 2011, siswa Indonesia menempati urutan ke-39 dari 43

negara.Sedangkan hasil tes yang dilakukan oleh Program for International

Student Assesment (PISA) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa penguasaan

matematika siswa Indonesia hanya menempati posisi ke-61 dari 65 negara.

Sedangkan PISA pada tahun 2012 menunjukkan bahwa penguasaan

matematika siswa Indonesia hanya menempati posisi ke-64 dari 65 negara

(Suganda, 2012).Hal tersebut disebabkan oleh masih lemahnya kemampuan

siswa di Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah

tematis) serta kemampuan berpikir logis siswa dalam mata pelajaran

disekolah belum dapat dikembangkan secara optimum.

Kurniawan (2010) menjelaskan bahwa :

salah satu faktor yang menjadi kendala adalah pembelajaran yang


masih dilaksanakan secara konvesional, guru hanya menyampaikan
pesan pengetahuan, sementara siswa cenderung hanya sebagai
penerima pengetahuan dengan cara mencatat, mendengar dan
menghapal, serta berlatih mengerjakan soal yang diberikan guru.
3

Pelaksanaan pembelajaran seperti yang diatas tentu tidak dapat

mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara optimal, karena siswa

cenderung menghapal, belajar lebih diartikan untuk mengejar nilai agar lulus

atau naik kelas, siswa pasif, jawaban atas pertanyaan dari guru dijawab

serentak oleh siswa dan siswa takut bertanya.

Mempunyai pengalaman yang baik terhadap pelajaran matematika

sangat diperlukan siswa sehingga siswa akan mengalami perubahan berpikir

tentang matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Proses berpikir

merupakan langkah awal dalam memahami konsep matematika. Proses

berpikir kemudian dipahami adalah penentu keberhasilan dalam belajar.

Peningkatan itu terlihat dari hasil belajar yang meningkat berupa nilai yang

lebih baik dari sebelumnya . Mereka mampu memakai, merencanakan

penyelesaian dan menyelesaikan soal dengan lengkap dan aturan yang benar,

sekarang hasil belajar siswa meningkat. Siswa mau mencari sumber belajar

matematika yang mendukung materi yang sedang dipelajari.

Penyebab ketidak berhasilan dalam belajar matematika dipengaruhi

oleh banyak faktor antara lain seperti tidak konsentrasi , tidak berminat pada

matematika, tidak percaya diri, tidak berani bertanya, malas belajar

matematika dan sebagainya. Penyebab kegagalan inipun harus diatasi dengan

baik oleh seorang guru. Percaya diri juga mempunyai peranan penting dalam

pembelajaran. Keberhasilan suatu pendidikan dapat ditinjau dari berbagai

aspek, salah satu diantaranya adalah kualitas sumber daya manusia, yaitu

dengan cara menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Perilaku yang kurang


4

mampu mengekspresikan pendapat dan menganggap matematika sebagai

hal yang menakutkan dapat menyebabkan siswa merasa tidak mampu

mempelajarinya sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika siswa

rendah. Orang yang memiliki kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas

sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik atau setidaknya

memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut,

sehingga dapat menumbuhkan keberanian dan kemampuan untuk

meningkatkan prestasinya sendiri.

Percaya diri adalah salah satu kondisi psikologi seseorang yang

berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran

pendapat (Aunurrahman, 2010) . Rasa percaya diri pada umumnya muncul

ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu aktivitas tertentu

dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan.

Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat

bilamana ada pengakuan dari lingkungan.

Seseorang tersebut akan tampil dan berperilaku dengan optimis untuk

melakukan sesuatu yang diiginkannya dan menunjukkannya kepada dunia

luar bahwa dirinya mampu melakukan hal tersebut. Berdasarkan definisi

diatas, dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah sikap positif yang

dimiliki seorang individu yang membiasakan dan memampukan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

orang lain, lingkungan, serta situasi yang dihadapi untuk meraih apa yang

diinginkan.
5

Berbicara tentang kepercayaan diri Slameto (2003) mengemukakan

bahwa: Kepercayaan diri adalah“ suatu kepercayaan mengenai keadaan

dirinya yang tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang lain yang

berpengaruh dalam kehidupannya”. Dapat dikatakan juga bahwa

kepercayaan diri merupakan konsep diri yang positif yang timbul dalam

diri seseorang akibat interaksi dengan orang lain.

Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika diperlukan percaya

diri siswa yang baik serta pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) adalah

pembelajaran yang yang berpusat pada anak, dan pembelajarannya diawali

dengan permasalahan yang ada di sekitar kita. Dalam pembelajaran berbasis

masalah mendorong siswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan

sebuah hipotesis, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang

bersifat student-centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk

mendapatkan solusi masalah yang diberikan. Penerapan pembelajaran brbasis

masalah tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga membekali

peserta didik dengan pengalaman belajar secara mandiri.

Indikator percaya diri antara lain percaya dengan kemampuan diri

sendiri, tidak mudah putus asa, berani menyampaikan pendapat, tanggung

jawab dengan tugasnya dan sebagainya, maka metode pembelajaran berbasis

masalah sangat cocok dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan

percaya diri siswa karena pembelajaran berbasis masalah berpusat pada anak

sehingga melatih anak untuk berkomunikasi, melatih keberanian, dan


6

mengeluarkan pendapatnya, begitu juga dengan pengetahuan yang telah

dimiliki akan dikeluarkan untuk memecahkan permasalahan yang ada

ditambah dengan pengetahuan yang baru sehingga kesimpulan akan

diperoleh.

Kurikulum 2013 menganjurkan dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan scientifik dengan salah satu metode pembelajarannya adalah

pembelajaran berbasis masalah. Dengan demikian kurikulum 2013 sangat

mendukung metode pembelajaran berbasis masalah dengan harapan agar hasil

belajar siswa meningkat dengan lebih baik.

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix.Implementasi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau

penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang

telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Dengan

latar belakang tersebut maka peneliti telah melaksanakan penelitian dengan

judul implementasi pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil

belajar matematika dan percaya diri siswa.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut :


7

1. Apakah peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional berdasarkan kemampuan awal matematis

siswa ( unggul dan asor )?

2. Apakah peningkatan percaya diri siswa yang menggunakan pembelajaran

berbasis masalah lebih baik dari pada siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional ?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan

konvensional dengan kemampuan awal matematis siswa terhadap hasil

belajar matematika dan percaya diri siswa ?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan

konvensional dengan hasil belajar dan percaya diri siswa ?

5. Apakah terdapat korelasi antara hasil belajar dan percaya diri ?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang menggunakan

model pembelajaran konvensional .

2. Mengetahui apakah percaya diri siswa yang menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang

menggunakan model pembelajaran konvensional


8

3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis

masalah dan konvensional dengan kemampuan awal matematis siswa

terhadap hasil belajar matematika dan percaya diri siswa .

4. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis

masalah dan konvensional dengan hasil belajar dan percaya diri siswa.

5. Mengetahui apakah terdapat korelasi antara hasil belajar siswa dan percaya

diri.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memilih metode

pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem

pembelajaran dikelas.

2. Siswa memperoleh kesempatan untuk aktif terlibat dalam pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan percaya diri siswa.

3. Sebagai bahan informasi dalam mendisain bahan ajar matematika yang

berpusat pada aktifitas siswa.

4. Sebagai bahan informasi lanjutan bagi peneliti lainnya yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk pengembangan proses perbaikan

pembelajaran.
9

E. Definisi Operasional dan operasional variabel

1. Definisi operasional

Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari

penafsiran yang berbeda terhadap istilah atau variable yang digunakan

berikut ini akan dijelaskan pengertian dari istilah atau variable yang

digunakan, berikut ini akan dijelaskan pengertian dari istilah atau

variabel tersebut

a. Hasil belajar matematika

Hasil belajar matematika tidak hanya dilihat dari nilai kognitif

( pengetahuan ), akan tetapi juga nilai afektif ( sikap ) dan

psikomotorik ( gerak )

b. Percaya diri

Percaya diri adalah suatu kepercayaan mengenai keadaan

dirinya yang tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang lain

yang berpengaruh dalam kehidupannya.

c. Pembelajaran berbasis masalah

Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning

(PBL) dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran dimana

peserta didik dihadapkan pada suatu masalah sebagai stimulus

pembelajaran yang mendorong siswa menggunakan pengetahuannya

untuk merumuskan sebuah hipotesis., kemudian diikuti oleh proses

pencarian informasi yang bersifat student-centered melalui diskusi


10

dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi masalah yang

diberikan

2. Operasional Variabel

Untuk mempermudah dan memperjelas fokus penelitian yang

dilakukan, maka penulis uraikan operasional variabel dari masing-

masing variabel tersebut.

Tabel 1.1
Operasional Variabel

No Variabel Operasional Indikator Instrumen Responden

1. Hasil Pencapaian C3 ( penerapan ), Tes Siswa


belajar pembelajaran C4 ( Analisis ), meningkat
C5 ( Sintesis ) kan hasil
belajar
matematika
2. Percaya Pencapaian selalu optimis dalam Angket Siswa
diri pembelajaran mengerjakan
sesuatu, bersifat
kreatif dan dinamis,
memiliki harga diri
yang positif,
memandang segala
sesuatu dengan
positif, menghargai
orang lain, selalu
bersikap tenang
dalam menghadapi
permasalahan,
berani bertanggung
jawab, bersifat
toleransi terhadap
orang lain, dan
memiliki
kemampuan
berkomunikasi dan
bersosialisasi.
3 Implemen- Pencapaian Orientasi siswa Observasi Siswa
tasi belajar siswa kepada masalah,
pembelaja dengan Mengorganisasikan
11

No Variabel Operasional Indikator Instrumen Responden

ran mengguna- siswa, Membimbing


berbasis kan model penyelidikan
masalah pemecahan individu dan
masalah kelompok,
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya,
Menganalisa
dan mengevaluasi
proses pemecahan
masalah

Anda mungkin juga menyukai