Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang

dalam menjalani hidup baik secara individual maupun sebagai makhluk sosial,

pendidikan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup seseorang karena

pendidikan adalah kehidupan.Menurut Uno (2016).

Dalam pemendikbud No.68 tahun (2013) salah satu karakteristik

kurikulum adalah mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap

spiritual dan sosial,rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan

intelektual dan psikomotorik. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa siswa

harus memiliki kemampuan berpikir kreatif.

Menurut Noer (2013) krativitas dalam matematika lebih pada kemampuan

berpikir kreatif 1karena secara umum sebagian kasar aktivitas yang dilakukan

seseorang yang belajr matematika adalah berpikir. Gambaran yang tampak

selama ini,pembelajran menekankan lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban

yang benar untuk soal-soal yang diberikan,proses pemikiran tinggi termasuk

berpikir kreatif jarang dilatih.hal serupa juga di ungkapkan oleh Soeono (2013)

bahwa bahan ajar yang selama ini digunakan lebih banyak menggunakan sola-

1
2

soal tertutup yang menekankan pada hasil akhir dari pada proses bagaimana siswa

bisa menentukan jawaban sehingga kreatifitas siswa dalam berpikir selama proses

pembelajaran menjadi tidak begitu penting dan kemampuan siswa dalam

mengkritisi suatu jawaban beserta cara menjawabnya menjadi hal yang tabu,

karna prosedur dan aturan dalam menyelesaikan soal sudah diajarkan terlebih

dahulu oleh guru.

Hal ini serupa juga dengan tuntutan kurikulum bahwa hasil akhir tidak

hanya menekankan pada hasil akhir saja melainkan proses juga harus dilihat.

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru supaya membuat peserta didik

berani berperilaku kreatif adalah memulai kreatif adalah melalui tugas yang tidak

hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar (banyak/semua jawaban benar).

Pembelajaran matematika yang dapat memberikan keleluasaan kepada siswa

untuk berpikir secara aktif dan kreatif salah satunya pembelajaran dengan

pemberian butir-butir soal. Mustikasari (2012)

Ujian merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses belajar.

Dalam dunia pendidikan ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian

suatu tujuan pengajaran oleh siswa sebagai peserta didik, sehingga siswa

akan dapat mengetahui tingkat kemampuannya dalam memahami bidang

studi yang sedang ditempuh. Bila ternyata hasilnya belum maksimal, maka

proses belajar harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas

Ujian merupakan evaluasi proses belajar untuk menilai apakah seseorang

telah benar-benar memahami dan mnguasai ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya.

Ebel dalam Azwar (2013) berpendapat bahwa, fungsi utama tes dikelas adalah
3

mengukur prestasi belajar siswa. Yang dimaksud dengan tes adalah ujian tengah

semester ataupun ujian akhir semester. Sampai saat ini nilai tes dipercayai dan

diyakini sebagai cerminan dari apa yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.

Bagi siswa itu sendiri nilai tes seringkali menjadi tujuan utama yang harus

diraih.Siswa pada umumnya mempunyai persepsi bahwa suatu nilai tes

demikian pula sebaliknya.

Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan

faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam

berhubungan dengan individu lain. Konsep diri mempunyai peranan yang penting

dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya

akan tampak dari seluruh perilaku. Dengan kata lain, perilaku individu akan

sesuai dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu

memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan

untuk melakukan tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan

ketidakmampuannya tersebut.

Berdasarkan hal tersebut satu-satunya indikator terpenting sehingga nilai

ujian itu pulalah yang menjadi target usaha mereka dalam belajar.

Masyarakat juga selalu menilai keberhasilan seorang siswa hanya semata-mata

berdasarkan nilai ujian, indeks prestasi dan rangking siswa yang bersangkutan.

Perolehan nilai ujian tinggi memang mutlak bagi siswa sekolah menengah atas

untuk dapat lulus, berdasarkan hal tersebut maka pihak sekolah dan orangtua

memacu siswa sedemikian rupa agar memperoleh hasil optimal dan pada
4

akhirnya nanti dapat memperoleh NEM tinggi dan dapat lulus dengan baik. Hal

ini menimbulkan kecemasan bagi para siswa.

Kecemasan merupakan sekelompok kondisi yang memberi

gambaran penting tentang cemas yang berlebihan, disertai respons perilaku,

emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat

memperlihatkan sikap seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan

terhadap objek atau kondisi kehidupan melakukan tindakan berulang-ulang tanpa

dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa traumatik atau rasa

khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Banyak individu yang

mengalami gangguan kecemasan merasa takut mereka akan menjadi gila

karena perilaku mereka yang tidak lazim atau mereka mengalami serangan

jantung karena respons fisiologis seperti palpitasi, berkeringat, dan kesulitan

bernafas. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas respons yang

tidak lazim tersebut dan sangat menginginkan respon tersebut berhenti. Individu

yang mengalami kecemasan pada kenyataanya tidak psikotik,mereka melakukan

fungsi dalam batas-batas realitas dan menyadari penuh bahwa episode aneh

yang mereka alami tidak normal. Kecemasan cenderung menghasilkan

kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada

orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat menggangu belajar dengan

menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan

mengganggu kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan hal lain yaitu,

untuk membuat asosiasi (Kaplan& Sadock, 2012 ).


5

Sebelum melakukan peningkatan sebuah soal perlu dilakukan analisis

terlebih dahulu terhadap soal yang akan di tingkatkan tingkat kesukarannya, agar

peneliti dapat mengetahui soal tersebut layak di tingkatkan atau tidak. Analisis

butir soal merupakan kegiatan yang haarus dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan kualitas soal yang telah dibuat. Kegiatan ini merupakan proses

pengumpulann informaasi yang diperoleh jadi jawaban siswa untuk mengetahui

kualitasn soal yang di buat guru dan menjadi bahan evaluasi guru.

Menurut arifin (2012 :341) derajat validitas dan reabilitas sangat

bergantung kepada karakteristik soal-soalnya. Jika soal-soal itu baik, berarti

validitas dan reliabilitas soal tersebut tinggi. Tentu tidak semua soal yang

dikonstruksi akan baik. Oleh sebab itu, perlu dianalisis butir-butir soalnya,

sehingga dapat diketagui soa-soal mana yang akan diperbaiki, diseleksi, direvisi,

atau diganti.

Analisi soal bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang

baik, dan soal yang jelek. Dengan adanya analisis soal dan petunjuk untuk

mengadakan perbaikan (Arikunto 2013:222)

Berdasrkan pendapat di atas bahwa analisis butir soal merupakan kegiatan

yang sangat penting untuk mengetahui kualitas dari sebuah soal secara

keseluruhan maupun tiap butir soal. Soal sebagai alat evaluasi diharapkan dapat

memberikan nilai dan hasil yang akurat dan objektif. Oleh sebab itu perlu

dilakukan analisis butir soal agar dapat diketahui soal yang baik dan soal yang

kurang baik.
6

Arikunto (2013:207) menyatakan bahwa soal yang memiliki indeks

kesulitan yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah tetapi tidak terlalu

sukar. Butir soal dikatakan mudah apabila sebagian besar siswa dapat menjawab

dengan benar namun apabila soal terlalu mudah siswa tidak akan terangsang

untuk mempertinggi usaha dalam memecahkannya. Butir soal dikatakan sukar

apabila sebagian besar siswa tidak dapat menjawab dengan benar, namun apabila

soal terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Menurut Sudjana (2013:135) Tingkat kesukaran soal dipandang dari

kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari

sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam

melakukan analisis kesukaran soal adalah penentuan proposi dan kriteria soal

yang termasuk mudah, sedang, sukar.

Begitu juga halnya dengan soal matematika,kebanyakan siswa kesulitan

untuk menyelesaikan soal berpikir kreatif matematika, Hal ini disebabkan oleh

kebiasaan siswa yang hanya menyelesaikan soal mengikuti rumus. Soal berpikir

kreatif banyak sekali terdapat dalam materi Sistem Persamaan Linier dua

variabel. Materi SPLDV adalah materi yang mudah untuk diselesaikan, namun

masih banyak siswa yang kesulitan untuk menyelesaikannya. Hal ini disebabkan

oleh rendahnya kemampuan siswa dalam menyelsaikan soal berpikir kreatif.

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terkait: “Pengembangan butir soal kemampuan

berpikir kreatif siswa pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel”
7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,Permasalahan yang di

angakat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan butir soal untuk

mengukur kemampuan berpikir kratif siswa pada materi SPLDV”

1.3. Tujuan Penelitian ini adalah

Untuk melihat kemampuan siswa terhadap pengembangkan butir soal

berpikir kratif pada materi SPLDV.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari permasalahan yang di ungkapkan di atas adalah

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan sarana dalam menerapkan pengetahuan

yang di peroleh di kuliah terhadap masalah yang di hadapi di dunia pendidikan

secara nyata.

2. Bagi sekolah dan guru

Bagi sekolah dan guru, hasil penelitian ini di harapkan memberikan

sumbangan positif,menjadi masukan bagi pihak sekolah dan upaya meningkatkan

kemampuan dan kopetensi berpikir kratif siswa.

3. Bagi siswa

Membantu siswa agar lebih mudah memahami serta memperoleh

pengalaman belajar yang menyenangkan,agar memotivasi siswa dalam

pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai