Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting dalam jenjang pendidikan.
Matematika digunakan sebagai mata pelajaran untuk menjadikan siswa berpikir kritis, logis, dan
kreatif serta mengembangkan berbagai keterampilan pemecahan masalah. Pada aspek
kemampuan pemecahan masalah matematis untuk memaparkan siswa pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan yang dimaksud adalah berpikir kritis. Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis
merupakan indikator berpikir canggih dan diperlukan untuk meningkatkan pola berpikir siswa
dalam pembelajaran berbasis fakta dan mengambil keputusan yang benar. Berpikir kritis adalah
serangkaian langkah terfokus dan jelas yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan membentuk asumsi
Menurut Ennis, (1991) berpikir kritis adalah suatu langkah menuju penggunaan keterampilan
berpikir rasional dan bijaksana yang bertujuan untuk mengambil keputusan yang dapat
diandalkan. Fokus berpikir kritis sendiri adalah pada pemahaman yang dilakukan secara sadar
dan mempunyai tujuan tertentu. Tujuan-tujuan ini berkaitan dengan pilihan-pilihan yang telah
diambilnya dalam hidup. Sedangkan pengertian berpikir kritis matematis menurut In Hi Abdullah
(2013) diartikan sebagai kegiatan mental dalam melaksanakan proses atau langkah-langkah
matematika (doing math) atau tugas matematika (mathematical task).

Keterampilan berpikir kritis dan materi matematika mempunyai keterkaitan yang erat. Melalui
kemampuan belajar matematika, siswa dilatih berpikir kritis. Namun, siswa tidak bisa berharap
untuk meningkatkan kemampuan berpikir pada tingkat yang tinggi. Ditemukan bahwa prestasi
pelajar Indonesia masih rendah dibandingkan standar internasional. Menurut hasil dari penelitian
Program for International Student Assessment (PISA) 2022 baru-baru ini diumumkan pada 5
Desember 2023 mengenai mutu pendidikan di dunia bahwa pada hasil penelitiannya menyatakan
Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca
(371). Hasil dari penelitian PISA tersebut memperlihatkan tingkat pemahaman siswa mengenai
kurikulum, tetapi juga kemampuan mereka untuk berpikir kritis, menafsirkan informasi, dan
memecahkan masalah dalam berbagai konteks kehidupan. Oleh karena itu diperlukan adanya
pengembangan mutu pendidikan yang lebih efektif dan efesien guna meningkatkan prestaai
siswa. Salah satunya dengan meningkatkan pola berpikir kritis siswa dengan menerapkan
berbagai strategi, model dan metode pembelajaran yang sesuai. Peringkat tersebut dapat
dikatakan rendah. Rendahnya mutu pembelajaran dapat terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain siswa itu sendiri dan gurunya. Salah satunya karena faktor guru, dan
pembelajaran guru sepenuhnya berpusat pada guru.

Pembelajaran yang berpusat pada guru artinya peran guru paling dominan di kelas sehingga
membuat siswa menjadi pasif dan bosan. Akibatnya siswa tidak mampu mengembangkan pola
pikir yang canggih untuk memecahkan masalah matematika. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan pembelajaran yang mencakup pendekatan, metode, atau model pembelajaran
yang lebih efektif yang dapat merangsang pola berpikir siswa. Salah satunya dengan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang digunakan berkaitan dengan tujuan
yang ingin dicapai seorang pendidik dalam sebuah pembelajaran. Dalam hal ini sarana dan
prasarana yang diberikan serta kondisi peserta didik juga mempengaruhi pada kegiatan belajar.
Pada dasarnya setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan bergantung pada
seorang pendidik dan sekolah.

Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Discovery Learning.
Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh psikolog Amerika
Jerome Brunner. Brunner memprakarsai pendekatan penemuan untuk mempelajari matematika.
Menurut Brunner (1999), pembelajaran penemuan melibatkan pengembangan teknik
pembelajaran aktif yang memungkinkan siswa menemukan generalisasi operasi matematika dan
membandingkannya dengan bukti dan fakta yang ada. Dalam proses pembelajaran penemuan,
siswa diberikan petunjuk untuk mencari informasi, ide, konsep, dan memecahkan masalah
dengan bimbingan guru.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai model pembelajaran discovery learning.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget (Teori Piaget) mengemukakan bahwa tingkat kepandaian
anak akan berubah dengan diiringi pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif anak tidak hanya
mengenai pengetahuan yang diperoleh anak juga dapat mengembangkan mentalnya (Jarvis,
2000). Teori kognitif nyata dalam proses perkembangan pada anak. Sehingga tingkat
perkembangan intelektual manusia yang berpengaruh pada kedewasaan, pengalaman fisik,
pengalaman logika, transmisi sosial dan mengenai pengaturan diri anak itu sendiri. Oleh karena
itu, jika dihubungkan dengan langkah pembelajaran bisa memberi tindakan yang tepat untuk
anak. Misalnya dalam memilih langkah penyampaian materi bagi siswa yang sesuai dengan
langkah-langkah perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa.

Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget, anak yang memiliki usia sekitar 15 tahun belum
dapat sepenugnya untuk berpikir abstrak dalam pembelajarannya sehingga adanya benda-benda
konkrit diperlukan. Meskipun harus mulai mengenalkan mengenai benda-benda semi konkrit.
Namun pada level ini, anak sudah mulai dapat mempraktikan pola berpikir yang akan
membimbinhnya untuk memahami dan memecahkan persoalan. Sehingga di sinilah peran
berpikir kritis bagi anak tersebut yang mengacu pada pernyataan Piaget (mengenai ciri-ciri
kemampuan kognitif anak) (Ali,2012). Kemampuan berpikir kritis anak akan terus berkembang
dengan seiring pertumbuhan anak. Selain itu kemampuan berpikir anak akan meningkat juga
dapat dikarenkan dari proses yang diterimanua dalam pembelajaran sekolah. Misalnya dengan
pemberian model pembelajaran yang dapat memicu pola pikir anak sehingga semakin dewasa
anak akan mengalami pertumbuhan pola pikir yanga kan membuat kecerdasan anak meningkat.

Menurut penelitian yang telah ada mengenai discovery learning dengan melakukan langkah-
langkah berikut: stimulus, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengelolaan data, validasi,
dan penarikan kesimpulan. Pada stimulasi tahap pertama, guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan penting. Tujuan dari fase stimulasi adalah mempersiapkan siswa untuk belajar.
Langkah kedua adalah mengidentifikasi masalahnya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi atau berkaitan dengan dirinya.Masalah ini
muncul akibat efek rangsangan. Lalu ada tahap pengumpulan data yang tugasnya menunjukkan
apakah hipotesis atau asumsi pada tahap sebelumnya sudah benar. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan mencari sumber seperti buku, internet, dan majalah. Langkah keempat adalah
pengelolaan data. Ini melibatkan pemrosesan informasi yang dikumpulkan pada langkah
sebelumnya untuk mendapatkan hasil. Biasanya pada tahap ini guru meminta siswa untuk
mengolah informasi. Kelima, pembuktian: Pada tahap ini guru meminta siswa memverifikasi hasil
yang diperoleh. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan, dan guru meminta siswa menarik
kesimpulan berdasarkan langkah terakhir.

Mengingat permasalahan di atas, artikel ini mengajukan tentang bagaimana model pembelajaran
penemuan/discovery learning dapat berdampak pada keterampilan berpikir kritis siswa yang
berbasis teori piaget. Sedangkan pada teori piaget menyatakan bahwa kecerdasan siswa akan
meningkat dengan adanya pertumbuhan anak. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kebenaran mengenai model discovery learning yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada anak di dalam model pembelajaran tersebut.

Abdullah, I. H. (2013). Berpikir kritis matematik. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 2(1).

Syahbana, A. (2012). Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa smp melalui
pendekatan contextual teaching and learning. Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika.

Ainiyyah, Z. F., & Saraswati, U. (2023). Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Manusia dan Sejarah Kelas X IPS di MA AL Asror Tahun Pelajaran
2022/2023. Historia Pedagogia, 12(1), 34-43.

https://mediaindonesia.com/opini/638003/hasil-pisa-2022-refleksi-mutu-pendidikan-nasional-
2023

Anda mungkin juga menyukai