Anda di halaman 1dari 8

Tugas Partisipasi 3

Nama : Anisa Salwa


NIM : 855860574
Kelas : 3A/AKPMM
Matkul : Konsep Dasar IPS

Latihan halaman 11.10


1. Apa dan mengapa desain pembelajaran inkuiri itu?
 Secara umum, istilah "inquiry" berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk
menjawab suatu masalah. Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi
pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode
pemecahan masalah, berpikir reflektif dan atau 'discovery'. Walaupun ahli lain
menyatakan bahwa inkuiri adalah lebih dari sekadar bertanya. Inkuiri adalah
suatu proses mempertanyakan makna/arti tertentu yang menuntut seseorang
menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami. Pemikiran untuk meningkatkan kualitas pengajaran telah menjadi
obsesi John Dewey (1859-1952). Walaupun pada masa itu pemikirannya
masih bersifat umum, namun cukup untuk dijadikan pijakan bagi para
pengikutnya. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini digunakan
oleh para pengembang kurikulum berdasarkan atas beberapa pemikiran dari
para ahli pendidikan dan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan
kemampuan berpikir maupun pengetahuan, sikap dan nilai pada peserta didik
dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional.

2. Bagaimana proses pembelajaran inkuiri itu dapat diterapkan dalam kelas IPS?
 Banks mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri untuk
kelas IPS sebagai berikut.
Pertama, Peran Masalah (Problem Formation Sebelum senang siswa
melakukan peneluan tentang suatu masalah atau isu, terlebih dahulu ia harus
memilik ide yang jelas atau masalah yang akan dipecahkan. Seorang siswa
harus maranakan bingung (mempertanyakan) dulu mengenai fenomena yang
terjadi atau harus mengat adanya masalah. Setelah menyadari adanya masalah
selanjutnya ia pun tertarik untuk melakukan penelitian. Sebelum melakukan
penelitian, siswa sebagai peneliti harus merumuskan masalah Hal ini sesuai
dengan syarat suatu masalah yang harus lengkap tepat dan dapat ditelini.
Sebuah rumusan masalah, seperti “Apakah sikap anak-anak?” merupakan
contoh masalah yang tidak memenuhi kriteria di atas. Rumusan ini tidak
lengkap, tidak tepat bahkan tidak dapat diteliti. Peneliti yang berusaha mencari
jawabannya mungkin. Tidak mengetahui apakah akan meneliti sikap anak-
anak di kota Bandung, Jakarta ataukah Surabaya. Selain itu tidak jelas pula
sikap apakah yang akan diteliti dari anak- anak itu. Kita menyadari bahwa
sikap anak itu beraneka ragam. Sikap anak itu bisa meliputi sikap terhadap
sekolah, guru-guru, orang tua, mainan, makanan, dan terhadap orang atau
benda lainnya yang ada di lingkungan masyarakat.

Kedua, Perumusan Hipotesis (Formulation of Hypotheses). Setelah para siswa


merumuskan masalah atau pertanyaan yang tepat dan dapat diteliti,
selanjutnya i berusaha merumuskan dugaan atau jawaban sementara untuk
mengarahkan proses penelitian. Apabila peneliti merumuskan suatu
pertanyaan penelitian: “Bagaimana budaya asing mempengaruhi gaya
berpakaian para remaja di kota Bandung?” Penelitian ini akan lebih terfokus
atau bermanfaat apabila si peneliti memiliki sejumlah ide atau pemikiran
tentang cara-cara budaya asing itu masuk dan dapat mempengaruhi remaja
remaja di kota Bandung. Peneliti dapat memberikan asumsi bahwa mode
pakaian yang digunakan oleh para remaja di kota Bandung merupakan
modifikasi sebagai hasil kontak dengan orang asing. Untuk menentukan
apakah dugaan atau pemikirannya itu tepat ia mungkin mengumpulkan
informasi tentang budaya asing yang berkaitan dengan mode pakaian.
Pernyataan atau dalil sementara yang dirumuskan oleh seorang peneliti untuk
mengarahkan penelitian disebut hipotesis.

Ketiga, Definisi Istilah: Konseptualisasi. Pada awal proses inkuiri, peneliti


harus membuat definisi istilah atau konsep yang jelas tentang masalah
penelitiannya walaupun pekerjaan ini merupakan masalah utama bagi para
ilmuwan sosial. Kesulitannya adalah konsensus tentang arti konsep atau istilah
yang belum ada. Seperti istilah agresi kelas sosial, dan perilaku sosial adalah
contoh-contoh konsep ilmu-ilmu sosial yang didefinisikan secara bervariasi
oleh para peneliti. Ketika istilah-istilah ini digunakan maka peneliti harus
menjelaskan kepada pembaca tentang definisi itu.

Keempat, Pengumpulan data (Collection of Data). Pertanyaan dijawab dan


hipotesia diuji dengan data dan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti.
Para ilmuwan sosial menggunakan sejumlah metode untuk mengumpulkan
data, menguji hipotesis, dam menghasilkan generalisasi dan teori. Di dalam
ilmu-ilmu sosial, para ilmuwan biasanya menggunakan tiga metode utama
pengumpulan data untuk melakukan analisis, jalah eksperimen, survei sampel,
dan studi kasus. Di samping itu, mereka pun dapat menggunakan kajian
historis, analisis literatur, dan teknik lainnya.

Kelima, Pengujian dan Analisis Data (Evaluation and Analysis of Datal.


Seorang siswa yang meneliti, dalam proses inkuiri, harus berusaha
menentukan kredibilitas dan kebermaknaan informasi yang sedang
dikumpulkan. Metode dan teknik yang gunakan untuk mengumpulkan data
memberikan pengaruh yang berarti (significant) terhadap data yang diperoleh.
Apabila siswa menggunakan instrumen yang telah teruji validitasnya oleh
ilmuwan lain maka biasanya data itu akan lebih terpercaya daripada data yang
dikumpulkan dengan instrumen hasil konstruksinya sendiri.

Keenam, Menguji Hipotesis untuk Memperoleh Generalisasi dan Teori.


Seorang siswa calon ilmuwan sosial memulai rangkaian proses penelitian
dengan sebuah pertanyaan, biasanya berkaitan dengan teori atau pengetahuan
yang telah ada. Namun, pertanyaan-pertanyaan itu sendiri tidak dapat diuji
secara langsung. Hipotesis yang dikaitkan dengan pertanyaan itu perlu
dirumuskan. Ketika data dikumpulkan dan dianalisis, peneliti berusaha
menguji apakah hipotesisnya dapat dibuktikan dengan berdasarkan pada
informasi yang telah terkumpul.

Ketujuh, Memulai Inkuiri Lagi. Apabila peneliti telah menemukan bahwa data
itu mendukung hipotesisnya maka dukungan terhadap teori kecemburuan
dalam persaingan ekonomi akan semakin meningkat. Akan tetapi, para
ilmuwan pun tidak akan tinggal diam. Ia akan terus melanjutkan proses
penelitiannya apakah dalil-dalil teori itu diterima atau ditolak. Oleh karena
perilaku manusia begitu kompleks, hampir semua teori yang ada dalam
berbagai disiplin ilmu sosial mempunyai banyak dalil yang hanya dibuktikan
secara sepihak (partial).
Latihan halaman11.18

1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kritis?


 Berpikir kritis adalah kemampuan dalam menggunakan nalar pada tingkat
tertinggi untuk berpikir secara jelas dan rasional tentang apa yang dikerjakan
atau apa yang dipercayai. Konsep dan prinsip dalam berpikir kritis adalah
menganalisis, menilai, dan mengembangkan pemikiran. Dengan kata lain,
seorang pemikir kritis mampu membuat pemikiran mereka sendiri dalam hal
akurasi, presisi, kejelasan, relevansi, kedalaman, signifikansi, logika, dan
keadilan.

2. Apa tujuan mengembangkan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis?


 Tujuan mengembangkan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis, yaitu
agar dapat mendorong keingintahuan anak, dapat meningkatkan kreativitas,
memperkuat pemecahan masalah, dan dapat mengembangkan rasa mandiri.

3. Dapatkah Anda membuat suatu pertanyaan atau masalah yang menunjukkan sikap
kritis?
 Contoh pertanyaan atau masalah yang menunjukkan sikap kritis yaitu,
➢ Adakah cara yang mudah bagi saya untuk bisa memahami pelajaran
ini?
➢ Apa yang harus saya lakukan agar bisa konsentrasi dalam proses
belajar ini?
➢ Adakah cara yang efisien agar saya bisa mengejar ketertinggalan saya?
➢ Bagaimana jika caranya diubah seperti ini?
➢ Akankah degan belajar saya bisa meraih cita-cita saya?
➢ Apa harapan terbesar guru pada muridnya?
Latihan halaman 11.25
1. Apa dan bagaimana pembelajaran model “ problem solving “ ?
 “ Problem solving” ( pemecahan masalah) yaitu model desain pembelajaran
secara khusus memfokuskan pada pelatihan kemampuan dalam memecahkan
masalah.
Enam langkah model pembelajaran “problem solving”.
• Pertama. Mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah, Sejalan dengan
fungsi peran guru sebagai fasilitator-memberi kemudahan-kepada
siswa, maka dalam proses bimbingan terkadang guru lebih banyak
mendengarkan berbagai keluhan, ungkapan kesulitan dan masalali.
Pada kasus seperti ini, guru dapat mengarahkan dan memandu siswa
menggunakan keterampilan memecahkan masalah. Langkah pertama
bagi guru adalah secara bersama-sama berusaha menyediakan waktu
untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah. Untuk ini, siswa
diminta mendeskripsikan/ menguraikan masalahnya, berbagi rasa,
mengkaji berbagai prilaku yang pernah dilakukan dan akan lebih baik
apabila pada akhimya siswa sendiri yang merumuskan masalah.
• Kedua. Mencari alternatif solusi. Ketika masalah dirumuskan secara
jelas, guni dapat meminta siswa untuk berpikir tentang solusi apakah
yang dapat diambil. Tugas guru adalah sebagai fasilitator, bukan
sebagai pemecah masalah sehingga tidak perlu gura memberikan
memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh siswa. Apabila
siswa telah dapat merumuskan masalah secara benar maka
kemungkinan besar in dapat memberikan alternatif pemecahannya.
Potensi inilah yang perlu didorong oleh pun guru agar siswa berani
mengemukakan pendapatnya. Guru sebagai fasilitator hanya berperan
dalam menggunakan keterampilan mendengarkan secara aktif.
• Ketiga. Menguji alternatif soli. Bantulah siswa menguji manfaat dan
kegunaan dari setiap alternatif solusi dalam hal kecakapan
melaksanakannya dan akibat akibat yang mungkin.
• Keempat. Memilih solul. Bantulah siswa untuk memilih solusi yang
dirasakan leh mereka menyenangkan (cocok) dan yang akan
menimbulkan potensi hasil yang positif dan menguntungkan Contoh,
apabila Anda sedang mencoba memecahkan asalah konflik antara
Anda sendiri dengan orang lain maka Anda berdua harus sampai a
puas dan lega dengan solusi yang diputuskan dan tidak lagi menaruh
benci/ dendam Selaku guru, Anda tetap dituntut secara aktif
mendengarkan dan tidak secara ang memberi solusi Gunakan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali Apabila ada sedang
memecahkan konflik/perselisihan bersama.
• Kelima. Bertindak sesuai dengan pilihan solusi. Ambillah kesepakatan
untuk hal yang akan dilakukan. Janganlah sekali-kali mengambil suatu
komitmen marga untuk melaksanakannya .
• Keenam. Tindak lanjut (Follow- up). Selain fasilitator, tugas dan peran
guru juga memberikan dukungan/harapan (support) dalam siswa
melakukan perbuatan solusi.

2. Apa dan bagaimana model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran penemuan?
 Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning)
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu
terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilating concepts and principles in the mind.
Ada pun langkah kerja model pembelajaran Discovery Learning:
1) Pemberian rangsangan (stimulation).
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement).
3) Pengumpulan data (data collection).
4) Pengolahan data (data processing).
5) Pembuktian (verification).
6) Menarik simpulan/generalisasi (generalization).

3. Anda menarik kesimpulan dari tiga model pembelajaran tersebut?


 Kesimpulan dari tiga model pembelajaran tersebut ialah model pembelajaran
inkuiri adalah berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu
masalah. Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan
meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan
masalah, berpikir reflektif dan atau 'discovery'. Model pembelajaran problem
solving yakni model desain pembelajaran secara khusus memfokuskan pada
pelatihan kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan
tujuan pendidikan untuk mendewasakan siswa maka salah satu indikator
dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat.
Sedangkan model pembelajaran penemuan ialah memahami konsep, arti, dan
hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating
concepts and principles in the mind.

Latihan halaman 11.32


1. Apa dan mengapa guru IPS perlu menerapkan model pembelajaran pengambilan
keputusan?
 Makna konsep “pengambilan keputusan” (decision making) berkaitan dengan
kemampuan berpikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta
dan bukti yang ada memperhatikan tentang nilai pribadi dan masyarakat.Banks
mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan
tidaklah muncul dengan sendirinya. Pengambilan keputusan adalah suatu
keterampilan Jang harus dibina dan dilatihkan. Apabila seseorang selalu
membina kemampuan dalam membuat keputusan maka orang tersebut akan
memiliki kemampuan bertindak secara cerdas. Kemampuan ini sangat
diperlukan dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society) yang
demokratis sebagai masyarakat harapan bangsa Indonesia di masa depan.
Selain Savage dan Armstrong, Banks (1990) mengemukakan pula urutan
langka stau prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan
keputusan deng komponen esensial sebagai syaratnya. Menurut Banks,
sedikitnya ada dua syarat unt melaksanakan model pembelajaran pengambilan
keputusan: (1) pengetahuan sosial dan (2) metode atau cara mencapai
pengetahuan siswa. Proses pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan
penangkal pengetahuan orang tentang masalah terkait tidak ada (vacum).
Komponen kedua yang perlu dimiliki oleh orang yang melakukan
pengambilan keputusan (decision maker) adalah metode atau cara mencapai
pengetahuan Pengetahuan diperlukan untuk membuat keputusan reflektif.
Kerlinger menyimpulkan bahwa ada empat metode untuk memperoleh
pengetahuan, ialah (1) berpegang pada apa yang telah diketahui kebenarannya
(method of tenacity); (2) mencari informasi untuk mempercayal (method of
authority); (3) mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya (a
priori method); dan (4) metode ilmiah (method of science). Menurut Banks,
ada beberapa syarat metode dalam memperoleh pengetahuan. Antara lain
apabila orang menggunakan metode tersebut secara berulang-ulang maka hasil
yang diperoleh adalah sama. Dengan kata lain, sifat metode haruslah berlaku
umum (public). Oleh karena itu, jenis metode yang memenuhi syarat seperti
ini hanyalah metode ilmiah. Banks menyebut istilah untuk metode ini adalah
metode inkuiri ilmu- ilmu sosial (social science inquiry).

2. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran pengambilan keputusan


dalam kelas IPS?
 Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan proses pengambilan
keputusan secara sekuesial, sebagai berikut.
▪ Mengenal masalah yang perlu diambil keputusan.
▪ Perolehan pengetahuan melalui inkuiri ilmu sosial.
▪ Mengorganisir masalah dan pengetahuan untuk bahan pembelajaran.
▪ Inquiry nilai.
▪ Pengambilan keputusan dan tindakan untuk warga negara.
▪ Menentukan urutan tindakan.
▪ Memberi kesempatan kepada warga negara untuk bertindak dan
berpartisipasi (di lingkungan masyarakat dan sekolah)

Anda mungkin juga menyukai