Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DASAR IPS

MODUL 11
Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
yang Kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan

KELOMPOK 5

•NURYATI LIANDA SARI 857303991


•MUTTIA GINA MARHAMAH 857311064
•LILIS ATIKAH 857304069
Modul 11


KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat dan Peranan Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS

Model Desain Pembelajaran Inkuiri (inquiry approach)

Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan


makna/arti tertentu yang menuntut seseorang yang
menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau
pemikirannya dapat dipahami.
Apa dan Mengapa desain Inkuiri ?

Roger (1969), menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk


mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menegah.

Beyer (1971), menyatakan bahwa inkuiri adalah lebih dari sekedar bertanya.
Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau arti tertentu yang menuntut
seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami. “Inquiry is one way of Knowing” Suatu cara untuk mengetahui.

Welton dan Mallan (1988) membandingkan istilah “inquiry” dengan metode


pemecahan masalah (problem solving) dan bahkan dengan hafalan atau memori
sebagai suatu prilaku dan proses.
Tujuan Utama Inkuiri Sosial
Banks (1990) mengemukakan pendekatan mengajar dalam IPS
dengan menggunakan inkuiri social untuk menghasilkan fakta, konsep,
fakta, generalisasi, dan teori. Namun, tujuan utama inkuiri sosial
menurutnya adalah untuk membangun teori.

Inkuiri social seyogianya memberikan prioritas/ memfokuskan pada


masalah-masalah praktis kemasyarakatan. Dari sudut pandang ini, tujuan
utama inkuiri sosial adalah memberikan kontribusi untuk para pengambil
kebijakan dalam menghasilkan keputusan-keputusannya
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri
untuk kelas IPS

1. Perumusan Masalah (Problem Formulation)

2. Perumusan Hipotesis (Formulation of Hypotheses)

3. Definisi Istilah: Konseptualisasi

4. Pengumpulan Data (Collection of Data)

5. Pengujian dan analisis Data (Evaluation and Analysis of Data)

6. Menguji Hipotesis Untuk Memperoleh Generalisasi dan Teori

7. Memulai Inkuiri Lagi


KEGIATAN BELAJAR 2

Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS

Model Desain Pembelajaran Keterampilan Berpikir (Thinking Skills)

Keterampilan Berpikir (Thinking Skill), ada dua fokus model desain pembelajaran
untuk keterampilan berpikir adalah

•Berpikir kritis, mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru.


•Apabila keterampilan berpikir kritis dilakukan maka sebagian dari pembelajaran
berpikir kreatif telah di jalani karena tahap pertama untuk melakukan keterampilan
berpikir kritis harus melalui keterampilan berpikir kreatif.
Pendapat umum menyatakan bahwa keterampilan berpikir
yang efektif merupakan suatu karakteristik yang dianggap
penting oleh sekolah pada setiap jenjangnya, meskipun
keterampilan berpikir seperti ini jarang diajarkan oleh guru
dikelas. Mengajarkan keterampilan berpikir secara ekplisit
dan memadukannya dengan meteri pembelajaran (kurikulum)
dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang
kritis dan kreatif secara efektif.
Definisi keterampilan berpikir
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif
yang pecah-pecah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudaian
digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan
berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang di definisikan
sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (Clue)
dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk
membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan.
Untuk mengajarkan keterampilan berpikir pertama
tama proses kognitif harus dipecah kedalam langkah
langkah berikut:

A. Mengidentifikasi pertanyaan/ fokus kesimpulan yang akan dibuat

B. Mengidentifikasi fakta yang telah diketahui,

C. Mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah di ketahui


sebelumnya

D. Membuat perumusan prediksi hasil akhir


Tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan
berpikir

• Berpikir tingkat tinggi (High Level Thinking)

• Berpikir Komplek (Complex Thinking)

• Berpikir Kritis (Critical Thinking)


Berpikir Tingkat Tinggi adalah operasi kognitif yang banyak di
butuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam Short-them
memori. Jika dikaitkan dengan Toksonomi Bloom, berpikir tingkat
Tinggi meliputi evaluasi sintesis dan analisis.

Berpikir Kompleks adalah proses kognitif yang melibatkan banyak


tahapan atau bagian –bagian.

Berpikir Kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen,


yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adlah berpikir
kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari suatu
titik
Johnson (1992) merumuskan istilah “Berpikir Kritis” (Critical Thinking)
secara etimologi. Ia menyatakan bahwa kata “critic” dan ”critical” berasal dari
“krinein”, yang berarti “menaksir nilai sesuatu” lebih jauh ia menjelaskan bahwa
kritik adalah perbuatan seseorang yang mempertimbangkan , menghargai dan
menaksir nilai sesuatu hal.

Tugas Orang yang berpikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang
tepat terhadap suatu hasil dan mempertimbangkan nilainya- dan mengartikulasikan
pertimbangan tersebut
Definisi Critical Thinking dari Beberapa Ahli

Beberapa Ahli yang disebut juga “the Group of Five”


ia menyimpulkan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan
berpikir kritik.

1. Berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif


2. Berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan
3. Berpikir kritis mencakupdimensi afektif yang semuanya menjelaskan
dan menekankan secara berbeda-beda
Beyer (1985) menengaskan bahwa ada seperangkat keterampilan berpikir kritis yang
dapat digunakan dalam studi social atau untuk pelajaran disiplin ilmu-ilmu sosial:

1. Membedakan Antara fakta dan nilai dari suatu pendapat


2. Menentukan reliabilitas sumber
3. Menentukan akurasi faktadari suatu pernyataan
4. Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan
5. Mendeteksi penyimpangan
6. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan
7. Mengidentifikasi tuntutan dan argument yang tidak jelas atau samar-samar
8. Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten
9. Membedakan Antara pendapat yang tidak dan dapat di pertanggung jawabkan
10. Menetukan kekuatan argumen
KEGIATAN BELAJAR 3

Implementasi Model-Model Pembelajaran


Konsep Dasar IPS
Model Desain Pembelajaran Problem
Solving

Makna konsep “pengambilan keputusan”


(decision-making) berkaitan dengan
kemampuan berpikir tentang alternatif
pilihan yang tersedia, menimbang fakta
dan bukti yang ada, serta
mempertimbangkan tentang nilai pribadi
dan masyarakat
Aliipandie, 1984:105 mengatakan Model pembelajaran Problem
solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para
murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau
bersama-sama.

Crow and Crow (Hamdani, 2011:84) menyatakan model


pembelajaran pemecahan masalah atau problem solving adalah suatu
cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan
memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran.
Metode problem solving menurut Suprijono (2012: 46) ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas maupun tutorial. Sedangkan Arends (Suprijono 2012: 46)
menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas.

Dengan demikian model pembelajaran Problem Solving adalah


metode pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk
menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah
atau solusi dari permasalahan itu.
1. Model pembelajaran Problem solving

Savage and Amstrong (1996) mengemukakan bahwa sejumlah masalah ada


solusi terbaiknya secara benar dan tepat. Apabila dihadapkan pada situasi
seperti ini, guru hendaknya mendorong siswa menerapkan pendekatan
“problem solving”. Ada 4 tahap proses pemecahan masalah menurut savage
dan Amstrong sebagai berikut:

A. Mengenal adanya masalah.

B. Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya.

C. memilih dan menerapkan pendekatan pendekatan tersebut.

D. Mencapai solusi yang dapat dipertanggung jawabkan.


Enam Langkah Model Pembelajaran “Problem Solving” menurut Wilkins
1990
KEGIATAN BELAJAR 4
Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan

Model desain pembelajaran pengambilan keputusan (Decision Making)


merupakan model pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berpikir
tentang alternative pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada,
mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat . Keterampilan
pengambilan keputusan ini dapat di bina dan dilatihkan kepada siswa,
sehingga apabila keterampilan ini dibina dan dilatihkan kepada siswa secara
professional, maka siswa akan memiliki kemampuan bertindak dalam
pengambilan keputusan secara cerdas
Dua syarat untuk melaksanakan pembelajaran
pengambilan keputusan

1. Pengambilan keputusan tidak dapat di lakukan jika pengetahuan


seseorang tentang masalah terkait tidak ada, dikarenakan pengetahuan
social merupakan komponen yang sangat penting bagi tercapainya
pengambilan keputusan yang logis.

2. Metode atau cara pencapai pengetahuan menurut kerlinger ada 4 metode


memperoleh pengtahuan: 1, berpegang pada apa yang telah diketahui
sebenarnya. 2, mencari informasi untuk mempercayai. 3, Mengetahui
sesuatu karena telah di sepakati kebenarannya. 4, metode ilmiah
Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan Proses
Pengambilan Keputusan

1. Mengenal masalah yang perlu diambil keputusan


2. Perolehan pengetahuan melalui melalui ilmu social
3. Mengorganisir masalah dan pengetahuan untuk bahan pembelajara
4. Inkuiri nilai
5. Pengambilan keputusan dan tindakan untuk warga Negara
6. Menentukan Urutan Tindakan
7. Memberi kesempatan kepada warga Negara untuk bertindak dan
berpartisipasi (di lingkungan masyarakat dan sekolah)
KESIMPULAN

Model pembelajaran yang terbaik dalam penelitian ini hendak nya dijadikan
refrensi setiap pengajar dalam memilih model pembelajaran yang tepat.Dalam
menerapkan model pembelajaran yang diteliti, setiap pengajar disarankan untuk
menyediakan bahan ajar yang dirancang secara khusus sesuai dengan indikator
kemampuan yang akan dikembangkan sehingga kemampuan tersebut dapat di miliki
siswa.

Siswa tidak terbiasa belajar mandiri, memecahkan masalah dan berdiskusi bias
menghambat dalam keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu disarankan agar
guru membantu siswa mengatasi masalah menggunakan teknik secaffolding. Namun
interfersi yang diberikan guru bukan dalam bentuk hasil akhir melainkan petunjuk yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan masalah yang dihadapi sehingga
menemukan penyelesaiannya
TERIMA KASIH
MOHON MAAF LAHIR
BATIN

Anda mungkin juga menyukai