Anda di halaman 1dari 20

1

PENILAIAN HASIL BELAJAR

Makalah Disampaikan dalam Seminar Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Program Magister (S@2) Semester II Konsentrasi Pendidikan dan Keguruan

Oleh : Aisyah Nursyarif NIM: 80100213039

Dosen Pemandu: Prof. Dr. H. M. Sattu Alang, M.A. Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si.

PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2014

I. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN

Ketika manusia memulai kegiatan mendidik, tentulah mereka melakukan usaha untuk menilai hasil pendidikan tersebut karena memang penilaian hasil belajar tidak dapat terpisahkan dari pendidikan tersebut. Dimana telah berlangsung proses pendidikan, setelahnya pasti ada penilaian. Baik itu secara langsung atau tidak, dengan cara yang sangat sederhana maupun yang telah terprogram. Selanjutnya berdasarkan hasil-hasil penilaian itu, akan ditentukan sejauh

mana peserta didik bisa meraih tujuan yang pembelajaran. Apakah peserta didik itu memenuhi semua syarat untuk dimasukkan ke kategori tertentu. Selain itu penilaian hasil belajar juga untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas kurang mampu

memperlihatkan tuntutan hasil belajar. Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan hasil belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil belajar siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor. Diharapkan penilaian kelas

mampu mengatasi permasalahan penilaian yang ada sehingga hasil belajar siswa dapat dinilai sesuai dengan tuntutan kompetensi. Melihat dasar permasalahan di atas, maka penulis mencoba membuat makalah dengan mengkaji tentang penilaian hasil belajar. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah pengertian penilaian hasil belajar? 2. Apakah fungsi penilaian hasil belajar? 3. Apa saja indikator penilaian hasil belajar?

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Istilah penilaian merupakan padanan dari kata evaluasi dan pengukuran, bahkan seringkali digunakan secara bergantian dalam konteks yang sama.1 Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.2 Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.3 Mengukur suhu badan berarti membandingkan suhu badan denga suhu pada termometer. Mengukur jarak antara Makassar dan Pare-pare berarti membandingkan jarak Makassar-Pare-pare dengan satuan kilometer. Pengukuran adalah proses kuantifikasi seseorang atau sesuatu berdasarkan angka. Jadi pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Menurut Djemari Mardapi penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau

1 2

St. Syamsudduha, Penilaian Kelas (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 3. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2006), Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Cet. XII; Jakarta: Bumi Aksara,

h. 4.
3

2010), h.

mendeskripsikan hasil pengukuran.4 Hasil pengukuran yang berbentuk kuantitatif inilah yang ditafsirkan dalam bentuk nilai. Menurut Nana Sudjana, inti penilaian adalah proses memberikan nilai pada suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu pula. Proses tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi kemudian berakhir dengan judgement. Sedangkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses belajarnya.5 Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin yang dikutip Hamzah B. Uno mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.6 Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs dalam Enos Taruh mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angkaangka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.7 Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta didik dengan kriteria tertentu.8

Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instumen Tes dan Nontes (Jogjakarta, Mitra Cendekia Press, 2008), h. 6.
5

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar (Cet. XV; Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 17.

h. 3.
6 7

Enos Taruh, Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Dalam Kaitannya Dengan Hasil Belajar Fisika (Gorontalo: IKIP Negri Gorontalo, 2003), h. 17.
8

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 3.

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah prestasi peserta didik yang ditunjukkan untuk menilai sejauh mana keberhasilannya dalam belajar yang membawa perubahan baik pada pengetahuan maupun tingkah lakunya. B. Fungsi Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan pengertian di atas, fungsi penilaian hasil belajar adalah: 1. alat untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan instruksional 2. umpan balik terhadap perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya. 3. di sekolah, digunakan sebagai dasar untuk melaporkan kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua mereka. Dalam laporan tersebut dijelaskan kemampaun serta kecakapan belajar peserta didik dalam semua bidang studi dalam bentuk nilai prestasinya.9 Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata fungsi penilaian hasil belajar dapat dilihat dari dasar penilaian hasil belajar yang terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu dasar psikologis, didaktis, dan administratif. 1. Dasar Psikologis Manusia secara psikologis butuh untuk mengetahui sejauh mana

pencapaiannya terhadap tujuan, yaitu hasil dari proses belajar yang telah berlangsung. Fungsi penilaian ini dapat dilihat dari dua segi yaitu segi anak dan segi pendidik. a. Dipandang dari Segi Peserta Didik

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 3-4.

Peserta didik yang dianggap sebagai manusia yang belum dewasa masih membutuhkan pendapat orang-orang yang lebih dewasa (pendidik) sebagai pedoman bagi sikap dan tingkah lakunya.10 Misalnya, jika kita bertanya mengapa dia harus belajar, mengapa dia tidak boleh berkelahi, maka jawaban mereka pada umumnya adalah menurut kata guru (pak guru, ibu, nenek, pak ustaz, dan sebagainya) kita harus belajar supaya pintar, kita tidak boleh berkelahi karena itu tidak baik. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dalam menentukan sikap dan tingkah laku, peserta didik tidak berpedoman pada apa yang ada di dalam dirinya, mereka memerlukan figur tempat mereka mencontoh dan mengambil pedoman dari yang lain. Demikian pula dalam proses belajar, peserta didik membutuhkan pendapat orang-orang yang lebih dewasa terutama gurunya. Dengan adanya pendapat gurunya mengenai belajar dan hasil-hasilnya, peserta didik merasa mempunyai pegangan, pedoman bahkan semangat untuk menjadi lebih baik. Pendapat guru itu diperoleh dari penilaian hasil belajar peserta didiknya. Disamping itu, peserta didik juga butuh untuk mengetahui statusnya di antara teman-temannya; apakah ia tergolong anak yang pandai, yang sedang, anak pilihan, dan sebagainya. Terkadang juga ia merasa perlu membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Media yang paling baik menurut mereka untuk megetahui hal ini adalah melalui pendapat guru mereka terhadap kemajuannya.11 b. Dipandang dari Segi Pendidik

10 11

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Cet. V; Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 298. Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 298.

Pendidik secara psikologis butuh untuk mengetahui kemajuan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini juga akan memberinya kepastian dan dapat diajukan sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.12 Dengan mengetahui tingkat kemajuan peserta didik, ia bisa melihat tingkat keberhasilannya dalam mendidik apakah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya atau malah sebaliknya. Jika hal tersebut telah sesuai, pendidik bisa melanjutkan ke tahapan selanjutnya, jika belum mencapai target, ia bisa mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan potensi peserta didik agar tujuan belajarnya dapat tercapai. 2. Dasar Didiaktis Fungsi penilaian pada dasar ini juga ditinjau dari dua segi yaitu segi peserta didik dan segi pendidik. a. Ditinjau dari Segi Peserta Didik Hasil belajar akan menunjukkan kemajuan yang telah dicapai dan akan berpengaruh baik terhadap proses selanjutnya. Sebaliknya, hasil belajar juga sebagai inidikasi apakah ia gagal dari proses belajar yang telah dilakukannya.13 Hasil belajar yang baik biasanya akan memberikn semangat kepada peserta didik dalam proses belajar selanjutnya. Biasanya jika prestasi awal belajar mereka baik, peserta didik akan lebih semangat dalam belajar. Begitu pula bagi peserta didik yang gagal dalam penilain tersebut, tapi merupakan tugas pendidik untuk mendorong dan memberi semangat untuk belajar lebih baik lagi karena dari penilaian tersebut telah jelas dimana letak kekurangan dan kelemahannya sehingga peserta didik dapat

12 13

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 299.

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 301.

memperbaikinya dan lebih giat berusaha pada bagian yang merupakan kelemahannya agar ke depannya tidak lagi menjadi kendala bagi peserta didik. b. Ditinjau dari Segi Pendidik Dengan menilai kemajuan peserta didik, sebenarnya pendidik tidak sekedar menilai usaha muridnya, tapi ia juga menilai hasil usahanya sendiri. Dengan mengetahui hasil usaha peserta didiknya, ia akan tahu tingkat keberhasilannya dalam mendidik, atau sebaliknya.14 Jika pendidik telah berhasil, tentu tidak mereka hanya perlu terus meningkatkan cara mengajar mereka. Sebaliknya jika tingkat kegagalan lebih banyak, pendidik harus lebih berusaha lagi dan menekankan pada kelemahan peserta didik yang telah diketahui dengan adanya penilaian tersebut. Disamping itu penilaian bagi pendidik juga berfungsi untuk: Membantu pendidik untuk menilai kesiapan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Mengetahui status anak dalam kelasnya. Membantu pendidik dalam menempatkan peserta didik dalam kelompok pelajaran tertentu di kelasnya. Hal ini diklarifikasikan sesuai dengan kesamaan kesukaran yang dihadapi atau kemampua kecakapan tertentu. Membantu pendidik memperbaiki metode mengajarnya. Membantu dalam memberikan pelajaran tambahan atau pelajaran pembinaan.15 3. Dasar Administratif

14 15

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 301. Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 301-302.

10

Pokok pokok dasar administratif adalah: Memberikan data tentang status anak di dalam kelasnya, misalnya apakah ia lulus atau tidak, naik kelas atau tidak. Memberikan ikhtisar tentang hasil usaha yang telah dilakukan oleh suatu lemabaga pendidikan. Merupakan inti laporan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua, pejabat-pejabat yang berwenang, dan juga peserta didik itu sendiri.16 C. Indikator Penilaian Hasil Belajar Klarifikasi hasil belajar dalam sistem pendidikan nasional menggunakan teori dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya kepada tiga ranah: 1. Ranah Kognitif Aspek kognitif ini berkaitan dengan kemampuan berpikir. Menurut Bloom dkk., aspek ini terdiri dari enam tingkatan yang tersusun seperti anak tangga, artinya tingkatan pertama merupakan tingkatan berpikir paling rendah. Jenjangnya dapat digambarkan sebagai berikut:17

16 17

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 302. St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 21-22.

11

a)

Pengetahuan Maksud pengetahuan di sini adalah pengetahuan yang memang harus diingat

agar dapat dikuasai sebagai dasar pengetahuan, seperti pengetahuan yang bersifat faktual, mengetahui hal-hal khusus, pengetahuan hafalan yaitu sesuatu yang memang harus dihafalkan seperti rumus, defenisi, ayat-ayat al-Qura>n atau hadis, nama tokoh, nama jalan, dan lain-lain.18 Untuk mengingatnya, ada beberapa metode yang dilakukan, seperti teknik memo, jembatan keledai, membuat singkatan, dan mengurutkan kejadian. Tipe ini memang merupakan tipe paling rendah, tapi hasil belajar ini menjadi syarat umtuk hasil belajar selanjutnya.19 Dengan demikian, jika peserta didik menguasai hasil pelajar tipe pengetahuan ini, mereka akan lebih mudah dalam tipe belajar selanjutnya. Sebagai contoh, jika peserta didik telah menghapal rumus-rumus matematika, tentu, tentu hal itu akan memudahkan ia memahami pelajaran matematika dan memudahkan untuk mengerjakan soal-soalnya. Begitu juga dalam pelajaran bahasa Inggris, jika peserta didik banyak menghafal kosa kata, itu akan memudahkan mereka dalam membuat kalimat atau memulai berbicara. Adapun kata kunci yang memudahkan tipe pengetahuan ini adalah: mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali,dan lain-lain.20 b) Pemahaman

18 19 20

St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 22. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 23. St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 33.

12

Tipe hasil belajar selanjutnya adalah pemahaman, yaitu mampu menafsirkan atau menerjemahkan suatu kalimat dari bahasa asing, menjelaskan dengan kalimatnya sendiri dari apa yang telah dibaca atau di dengarnya, mampu memberi contoh lain dari apa yang telah dicontohkan sebelumnya. Taksonomi Bloom membagi pemahaman dalam tiga kategori: Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, baik dalam terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya mengartikan kata asing ke dalam bahasa Indonesia, menjelaskan makna Bhineka Tunggal Ika, dan lain-lain. Pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian terdahulu dengan yang diketahui selanjutnya, mampu membaca grafik, dan lain-lain. Contoh paling sederhana dalam pemahaman penafsiran ini ketika tahu menyusun kalimat my friend is studying bukan my friend studying. Pemahaman yang tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan pemahaman ini mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat perkiraan tentang konsekuensi segala sesuatu, dan lain-lain.21 Contoh sederhananya adalah jika peserta didik dapat menjelaskan tentang cara menanggulagi banjir dan apa saja usaha penyelamatan yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi. Adapun kata kerja kunci dalam tipe pemahaman adalah: menafsirkan, meringkas, mengklarifikasikan, membandingkan, menjelaskan, dan sebagainya.22 c) Aplikasi

21 22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 24. St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 34.

13

Abstraksi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide atau petunjuk-petunjuk teknis.23 Seseorang dikatakan menguasai tingkatan ini ketika ia mampu memecahkan masalah, membuat bagan atau grafik dari sebuah data atau informasi yang diterimanya, menerapkan beberapa istilah dan konsep yang telah dipahami. Contoh aplikasi dalam pelajaran yang diterima peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah ketika mereka telah mampu membaca al-Qura>n dengan tajwid yang benar. Sedangkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah ketika peserta didik bisa membuat sebuah karya tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang tepat. Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sudah dapat mengoperasikan komputer dengan benar untuk memudahkan pekerjaannya. Adapun kata kunci yang berasosiasi denga kategori ini adalah: melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekkan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dan lain-lain.24 d) Analisis Analisis adalah ketika ia mampu menanggapi kesalahan logika dalam memberi alasan, mampu membedakan antara opini dan fakta, menarik kesimpulan, dan lain-lain.25 Dengan analisis diharapkan peserta didik dapat memisahkan segala sesuatu dengan tepat, memilah yang lebih diprioritaskan, menyatukannya menjadi bagian-

23 24 25

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 25. St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 34. Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Cet. II; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 47.

14

bagian yang tepat, dalam beberapa kasus memahami prosesnya, cara kerja, dan sistematikanya.26 Contoh analisis ini adalah ketika peserta didik memahami sejauhmana hasil diskusi mereka tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. e) Sintesis Kemampuan sintesis adalah kemampuan yang menyatukan semua unsur secara menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen yang jawabannya belum dapat dipastikan. Berpikir divergen ini lawan dari berpikir secara konvergen, yaitu cara berpikir yang jawabannya sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya.27 Jika diamati dari pengertian tadi, berpikir sintesis ini melatih seseorang untuk lebih berpikir kreatif karena belum adanya kepastian jawaban dari masalah yang dihadapi. Berpikir seperti ini juga akan mengasah kemampuan untuk menemukan sebab akibat dari suatu masalah yang dipikirkannya. Contohnya adalah ketika peserta didik mengetahui akan ada suatu topik yang akan didiskusikan, mereka telah menyiapkan bahan-bahan sesuai denga topik tersebut. f) Evaluasi Evaluasi adalah pemberian nilai terhadap sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain.28 Peserta didik dianggap mampu menguasai hal ini ketika ia berhasil memberikan evaluasi tentang kejadian atau kebijakan tertentu. Misalnya ketika

26 27 28

St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 27. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 28.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 28.

15

mereka telah menilai tema, diksi, mimik, intonasi, dan penguasaan bahan dari seseorang yang sedang membacakan puisi. 2. Ranah Afektif Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan kepada sikap dan mengarah kepada pertumbuhan batiniyahnya. Hal ini bisa terjadi bila peserta didik sadar akan nilai yang diterimanya, kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari hingga menjadi kebiasaannya dalam bertingkah laku. 29 Dalam hasil belajar afektif juga terdapat beberapa jenjang: a) Penerimaan (receiving/attending) Penerimaan adalah kesediaan peserta didik untuk menyadari fenomena di sekitarnya. Hasil belajarnya pun berjenjang. Mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada, sampai kepada minat khusus peserta didik terhadap hal tersebut. 30 Contoh penerimaan dalam limgkungan peserta didik adalah ketika ia menyadari bahwa disiplin itu wajib ditegakkan, kita tidak boleh malas belajar. PR dan tugas lain harus dikerjakan karena hal tersebut merupakan tantangan bagi masa depannya. b) Menanggapi (responding) Responding adalah memberikan reaksi terhadap fenomena di sekitarnya. 31 Contohnya adalah ketika peserta didik memiliki keinginan untuk mengkaji lebih jauh bagaimana pandangan Islam mengenai kedisiplinan, kebersihan, dan lain-lain. c) Penilaian/menghargai (Valuing)

29 30 31

St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 27. St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 35. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, h. 30.

16

Penilaian adalah memberikan nilai pada suatu kegiatan sehingga akan merasa menyesal atau mengalami kerugian bila tidak dikerjakan.32 Contohnya: ketika dalam diri peserta didik telah tumbuh keinginan yang kuat untuk disiplin, baik di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah masyarakat. Contoh selanjutnya adalah ketika peserta didik diajarkan bahwa shalat itu ibadah dan wajib dilaksanakan oleh orang Islam dan mendapat imbalan berupa pahala, akhirnya peserta didik ini mau melaksanakannya setiap hari. d) Mengelola (Organization) Pengorganisasian adalah mempertemukan perbedaan nilai yang hasilnya membentuk nila baru yang lebih universal yang membawa kepada perbaikan. Contohnya, ketika peserta didik mempelajari bahwa kita tidak boleh makan dan minum sambil berdiri tapi di lingkungan sangat banyak kasus yang mereka temui bahkan orang dewasa sekalipun makan atau minum sambil berdiri. Hal ini tentu saja menyisakan benturan dalam pikiran dan batin peserta didik, namun anak yang memiliki kemampuan organization mampu mengatasi masalah tersebut dengan mempertemukan berbagai nilai yang telah ia pegang kuat dan hal ini tidak tergoyahkan oleh keadaan di sekitarnya. e) Karakterisasi (Characterization) Karakterisasi adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.33 Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Contohnya: ketika peserta didik menjadikan perintah Allah

32 33

St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 37. St. Syamsudduha, Penilaian Kelas, h. 39.

17

SWT yang tertera dalam Al-Qur'an surat al-'As{r sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berhubungan dengan kerja otot sehingga menghasilkan gerakan pada tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari yang paling sederhana seperti melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang mesin dan komputer.34 Jadi ranah psikomotor ini berisi perilaku yang menekankan kepada aspek keterampilan motorik seperti menulis dengan tangan, mengetik, berenang, menggambar, mengoperasikan mesin, dan lain-lain. Seperti halnya dua hasil belajar sebelumnya, hasil belajar psikomotor juga berjenjang, ada enam tingkatan menurut yang dikemukakan oleh Harrow: Gerakan refleks yaitu respon gerakan yang dimiliki sejak lahir dan tidak disadari. Semuanya berhubungan dengan gerakan yang dikoordinasikan oleh otak dan bagian sum-sum tulang belakang. Misalnya melompat, menunduk, berjalan, berbicara, menggerakkan bola mata, menggenggam, dan lain-lain. Gerakan dasar. Keterampilan ini merupakan gerakan yang muncul tanpa latihan, tapi dapat disempurnakan dengan praktik. Contohnya, gerakan-gerakan yang mendahului berjalan seperti tengkurap, merangkak, berdiri, tertatih, dan akhirnya bisa berjalan dengan baik. Contoh yang lain yang terkoordinasikan seperti bermain piano, menggambar, dan naik sepeda. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah misalnya kegiatan berdiri tegak ketika shalat, berjalan memutar sewaktu thawaf, dan menyembelih hewan qurban.

34

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 122.

18

Kemampuan Perspektual, yaitu kombinasi antara kemampuan kognitif dan gerakan. Ciri-cirinya antara lain: menyadari gerakan-gerakan seseorang, kemampuan mengingat kembali pengalaman visual, kemampuan membedakan dengan sentuhan. Contohnya dalam pelajaran PAI adalah menulis kaligrafi dan melantunkan ayat suci al-Qura>n dengan merdu.

Kemampuan fisik. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan yang digunakan untuk keterampilan tingkat tinggi, meliputi ketahanan (seperti ketahanan otot dan denyut jantung), kekuatan (kemampuan menggunakan otototot untuk perlawanan), gerakan sendi, dan kecerdasan otak (cekatan dan tangkas).

Gerakan terampil, yaitu gerakan-gerakan yang memerlukan belajar, misalnya keterampilan dalam menari, olahraga, dan bermain alat music.

Gerakan indah dan kreatif, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi melalui perasaan dan gerakan. Kemampuan yang dimaksud disini ada dua jenis yaitu gerakan dalam kehiupan sehari-hari seperti isyarat dan ekspresi wajah serta gerakan yang menjadi bagian dari seni seperti gerakan estetik dan improvisasi.35

35

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 123-125.

19

III. A. Kesimpulan

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan di atas, kesimpulan pengkajian makalah ini adalah: 1. penilaian hasil belajar adalah prestasi peserta didik yang ditunjukkan untuk menilai sejauh mana keberhasilannya dalam belajar yang membawa perubahan baik pada pengetahuan maupun tingkah lakunya. 2. fungsi penilaian hasil belajar adalah: a) alat untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan instruksional. b) umpan balik terhadap perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya. c) di sekolah, digunakan sebagai dasar untuk melaporkan kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua mereka. Selain ketiga hal di atas ada juga berbagai fungsi penelian hasil belajar yang berbeda yang dikemukakan oleh beberapa ahli. 3. Indikator penilaian hasil belajar menurut Bloom terbagi kepada tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. B. Implikasi Uraian dalam makalah ini mengenai penilaian hasil belajar diharapkan sedikit banyaknya dapat memberikan manfaat bagi para pelaku pendidikan di Indonesia, terutama kepada para mahasiswa pendidikan yang dipersiapkan menjadi guru professional yang berkompetensi di bidangnya.

20

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Cet. XII; Jakarta: Bumi Cendekia Press, 2008. Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PT Wacana Prima, 2007. Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. St. Syamsudduha. Penilain Kelas. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2006. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar. Cet. XV; Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010. Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Cet. V; Jakarta: Rajawali Press, 2010. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cet. III; Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2004. Taruh, Enos. Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi dalam Kaitannya dengan Hasil Belajar Aksara, 2010. Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Mardapi, Djemari. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta: Mitra Fisika. Gorontalo: IKIP Gorontalo, 2003. Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997.

Anda mungkin juga menyukai