Syamsul Bahri
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Abstrak
Keragaman budaya yang disebut multikultural sering membuat konflik dalam sebuah
masyarakat. Hal ini terjadi karena banyak pihak belum memahami hakikat
multikulturalisme. Islam melalui al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan
multikultural yang mesti diangkat ke permukaan, terutama surat al-Hujurat ayat 11-
13. Dengan demikian penelitian ini menguraikan bagaimana penafsiran surat al-
Hujurat ayat 11-13 menurut para ahli tafsir, dan apa nilai nilai-nilai pendidikan
multikultural yang dapat disebutkan dalam surat al-Hujurat 11-13 tersebut.
A. Pendahuluan
Realitas konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia telah
membukakan mata manusia untuk mencari cara penyelesaiannya. Barat
misalnya, rentetan konflik-konflik yang terjadi di negaranya sejak abad 18
silam menuntut mereka berpikir exstra akan langkah solutif untuk
meminimalisirkan konflik. Salah satu ‘solusi cerdas’ yang telah dilakukan
Barat—dalam sejarahnya— adalah dengan menerapkan pendidikan
multikultural. Mengapa pendidikan multikultural? Ternyata satu sumber
konflik umat manusia yang paling besar (sering terjadi) adalah akibat tidak
memahami keragaman budaya (multikultural) yang terdapat pada setiap
individu atau komunitas. Orang/ kelompok rela berbuat anarkisme, dan
radikalisme karena perbedaan sosio-kultural dan agama. Dan orang cenderung
195
bersikap etnosentrisme dan egosentrisme karena sebab perbedaan status
sosial dan lain sebagainya. Ini yang sering muncul ke permukaan.
Untuk itu pendidikan dipandang sebagai medium paling efektif untuk
menanamkan ideologi multikulturalisme, yakni sebuah ideologi atau paham
yang mengajarkan kesetaraan dan keadilan untuk setiap manusia. Dan Barat
beberapa abad yang lalu telah mempraktikkannya. Dickerson dalam
Zakiyuddin Baidhawy memaknai Pendidikan multikultural adalah sebuah
sistem pendidikan yang kompleks yang memasukkan upaya mempromosikan
pluralisme budaya dan persamaan sosial. Program yang merefleksikan
keragaman dalam seluruh wilayah lingkungan sekolah; pola staffing yang
merefleksikan keragaman masyarakat, mengajarkan materi yang tidak bias,
kurikulum inklusif, memastikan persamaan sumbar daya dan prigram bagi
semua siswa sekaligus capaian akademik yang sama bagi semua siswa.1
1
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural
(Jakarta: Erlangga, 2005),hal. 74
2
Muhammad ‘Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafassir, (Kairo: Dar al-Shabuni,
tth), hal. 235
3
Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Al-
Khasysyaf, (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, tth), hal. 357
4
Nakirah (ism nakirah) dalam bahasa Arab diterjemahkan sebagai kata yang
belum dikenal. Lawannya adalah makrifah (ism makrifah), yang berarti sudah
dikenal/dimaklumi. Satu cara menandakan lafal kata itu nakirah yaitu tanpa huruf alif
dan lam (al). Terkait arti kata qaumun, bandingkan dengan penjelasan Quraish Shibab
berikutnya dalam tulisan ini.
5
Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Al-
Khasysyaf..., hal. 358
6
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun
Abu Bakar, dkk, Cet. II, (Semarang: Toha Putra, 1993), hal. 220
7
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 251
8
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin & Imam Jalaluddin al-Suyuti, Terjemahan
Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Bahrun Abu Bakar, L.C,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), hal. 893
9
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, terj. As’Ad Yasin, Cet.I, Jilid X,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hal.417-418
10
Teungku Hasbi Ash-Shiddiqie, Tafsir Al-Quranul Majid an-Nur, Cet. II,
(Jakarta: Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995), hal. 3789
11
Teungku Hasbi Ash-Shiddiqie, Tafsir Al-Quranul Majid..., hal. 3789
12
Teungku Hasbi Ash-Shiddiqie, Tafsir Al-Quranul Majid .., hal. 3789
13
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,... hal.252-253
14
Sayyid Quthb, Tafsir ..., hal. 418
15
Muhammad ‘Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafassir ..., hal. 235
16
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ...hal. 252
17
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir, .. hal.224
18
hadis Imam Ahmad ini menyebutkan bahwa kaum itu adalah Bani Salamah,
“bahwasanya orang-orang Bani Salamah mengatakan bahwa ayat diturunkan
berkenaan mengenai kami (Bani Salamah). Ketika Nabi saw datang ke Madinah, pada
saat itu di Madinah setiap orang lelaki di antara kami pasti mempunyai dua atau tiga
nama. Nabi memanggil mereka dengan salah satu nama tersebut. Akhirya lama-
kelamaan mereka berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya nama yang engkau
pakai untuk memanggilnya itu tidak disukainya,” lalu turunlah ayat ini. Imam
Jalaluddin al-Mahalli & Imam Jalaluddin al-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain ...,
hal. 904
19
Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XX V, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1990) hal.
203
20
Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XX V ..., hal.203
21
Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Al-
Khasysyaf..., hal. 360
22
Pada tahun 2012, pada masa Gubernur Irwandi Yusuf, di Aceh terjadi
penembakan kepada etnis tertentu (disebutkan suku Batak dan Jawa). Penembakan itu
diisukan terkait qanun bendera dan lambang Aceh yang belum disahkan oleh pusat
(Jakarta/Jawa). Aksi itu sebagai bentuk perlawanan tersembunyi agar pusat segera
mensahkan qanun-qanun itu. Belakangan diketahui kalau penembakan itu bukan atas
dasar politik, melainkan faktor ekonomi. Karena banyak orang luar Aceh menjadi
pekerja di Aceh, hal ini membuat OTK cemburu. Berbagai macam isu merebak terkait
penembakan berkesan etnosentrisme ini. Selanjutnya baca situs berita, Senin, 2
Januari 2012 viva.co.id http://nasional.news.viva.co.id/news/read/276770-
penembakan-di-aceh-menyasar-etnis-tertentu (di akses tanggal 20 Mei 2014)
23
Penulis memiliki pengalaman serupa ketika berhadapan dengan beberapa
teman dari luar propinsi Aceh. Mereka kerap sekali mengidentikkan masyarakat Aceh
dengan “orang-orang keras suka perang, fanatisme, egosentrisme, dan masyarakat
primitif,” walaupun mereka tak menampik hal-hal positif juga banyak sekali di Aceh.
Mungkin stigma yang diberikan ini terkait situasi sosial, keamanan, dan politik di
Aceh yang belum menentu, dan masih banyak terjadi kontak senjata dan
pembunuhan. Meskipun demikian, penulis menghadapi secara objektif dengan ilmiah
dan menerima kritikan dan masukan.
24
Dikatakan akar konflik karena konflik (lebih lanjut kekerasan) diawali dari
konflik sosial, yakni disfungsi sosial. Artinya nilai-nilai dan norma sosial yang ada
dalam struktur sosial tidak lagi ditaati, pranata sosial dan sistem pengendaliannya
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Adapun penyebab utama konflik adalah
perbedaan atau ketimpangan hubungan dalam masyarakat yang memunculkan
diferensiasi kepentingan. Perbedaan kepentingan yang memicu konflik sosial akan
berujung saling mengalahkan, melenyapkan, dan memusnahkan di antara elemen
masyarakat. Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial, Teori, Aplikai dan Pemecahannya, Jakarta:
Kencana, 2001), hal.360
25
Etnosentrisme merupakan sikap emosional sekelompok etnik, suku bangsa,
agama atau golongan yang merasa etniknya lebih superior daripada etnik lain.
Rasisme adalah bentuk diskriminasi terhadap seseorang atau sekelompok orang
karena ras mereka. Kadang-kadang konsep ini menjadi doktrin politis untuk
mengklaim suatu ras lebih hebat dari ras yang lain. Kadang-kadang juga rasisme
menjadi ideologi yang bersifat etnosentris pada kelompok ras tertentu. lihat: Alo
Liliweri, M.S, Prasangka Konflik: Komunitas Lintas Budaya Masyarakat Multikultur,
Cet. II, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2009 hal. 15 & 29-30
26
Superior adalah dasarnya berarti orang atasan atau pemimpin, sedangkan
superioritas adalah keunggulan, kelebihan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-10 (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 977
27
Perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan adanya perasaan in group dan
out group yang biasanya diikuti oleh etnosentrisme kelompok, yaitu sikap yang
ditujukan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah paling baik, ideal,
beradab di antara kelompok lain. Jika masing-masing kelompok yang ada dalam
kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan memicu
timbulnya konflik antar penganut kebudayaan. Elly M. Setiadi & Usman Kolip,
Pengantar Sosiologi ..., hal.362
28
Yusuf al-Qaradhawy, Karakteristik Islam, Kajian Analitik, Cet. VI,
(Surabaya:Risalah Gusti, 2001), hal. 119
29
Mirza Alfaths (Mirzanovic Alfathenev), seorang Dosen Fakultas Hukum,
Universitas Malikul Saleh (Unimal), Kota Lhokseumawe-Aceh, dipecat dari kampus
gara-gara melecehkan Islam di jejaring sosial, Facebook. Status (tulisan) yang
dipasang di wall (dinding) nya itu diangkat ke media massa oleh seorang akademisi
UIN Ar-Raniry. Akibatnya banyak orang marah, terjadi anarkis, dan akhirnya dia
disyahadatkan kembali oleh MPU Lhokseumawe. Baca:
http://aceh.tribunnews.com/2013/03/10/polisi-laporkan-penghinaan-di-fb , di akses
tanggal 8 Juli 2014
30
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir, .. hal.227
31
Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Al-
Khasysyaf..., hal. 361-362
32
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ...hal. 254
33
Sayyid Quthb, Tafsir ..., hal. 418
34
al-Imam Abi al-Husain Muslim Ibn Hajjaj Ibn Muslim al-Qusyairi al-
Naysaburi, Shahih Muslim, al-Kitab al-Birr wa al-Shilah wa al-adab, bab Birrul
Walidaini, No. 6500, pensyarah: Muhammad Fuad al-Baqi, Cet. I (Riyadh: Dar al-
Salam, 1998), hal. 1123
35
Karena sejatinya hubungan antar kelompok memang akan menimbulkan
perwujudan sikap prejudisme. Istilah prejudice (prasangka) secara bahasa pada
dasarnya netral belaka. Istilah ini bisa bersifat positif dan negatif, namun karena
bersifat penilaian terlalu dini (prejudgement) dan dalam penerapannya lebih sering
mengarah kepada sikap negatif dan rigid (kaku). Maka penilaian istilah ini digunakan
untuk menggambarkan perasaan atau penilaian negatif terhadap orang-orang
didasarkan pada keanggotaannya dalam suatu kelompok. Dody S.Truna, Pendidikan
Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme: Telaah Kritis atau Muatan Pendidikan
Multikulturalisme dalam Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan
Tinggi Umum Indonesia, (Seri Disertasi diterbitkan oleh Kementerian Agama RI,
2010), hal. 340
36
Dody S.Truna, Pendidikan Agama Islam ..., hal. 341
37
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan ..., hal. 89
38
al-Mawardi dalam tafsirnya mengatakan فإن لم يتكلم به لم,أن يتكلم بما ظنه فيكون إثما
. يكن إثماAbû al-Hasan ‘Alî ibn Muhammad ibn Habîb al-Mawardi al-Bashri al-Syafi’i
al-Baghdadi, al-Nukat wa al-‘Uyun Tafsir al-Mawardi, ditahqiq oleh Al-Sayyid ibn
‘Abd al-Maqshûd ibn ‘Abd al-Rahîm Cet.I (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, tth),
hal. 334
39
Kamanto Sunato, Pengantar Sosiologi, edisi Revisi, (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2004), hal.152
40
Kamanto Sunato, Pengantar ..., hal. 152
41
Realita ini dapat diikuti dalam berita-berita konflik Syiah di Indonesia
42
Imam Jalaluddin al-Mahalli & Imam Jalaluddin al-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain ..., hal.894
43
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ...hal. 255
44
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ...hal. 256
45
Abu Daud, Sunan Abu Daud, No. 4881, Jilid. VII, Pensyarah. Syamsuddin
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1997), hal. 160
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini turun ketika fathul Makkah, yaitu
peristiwa yang disebut sebagai kemenangan kaum muslimin. Adapun setelah
itu pokok-pokok Islam—salah satunya hubungan sosial—di atur dengan
46
Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XX V ..., hal. 207
47
Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, ditarjih dan tahqiq oleh Syaikh Khalid
Muhammad Muharram,Tafsir al-Qur’anul ‘Adzim, Cet.III (Bairut: al-Maktabah al-
‘Ashriyyah, 2000), hal. 195
48
Imam Jalaluddin al-Mahalli & Imam Jalaluddin al-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain ..., hal.904
49
Ras adalah suatu kategori atau pengelompokan sejumlah orang berdasarkan
(terutama) karakteristik fisik tubuh, seperti warna kulit dan lain sebagainya.
Pembagian ras itu berdasarkan ras-ras yang ada di dunia saat ini, lih. Alo Liliweri,
M.S, Prasangka Konflik: Komunitas Lintas Budaya ..., hal. 19
50
Alo Liliweri, M.S, Prasangka Konflik: Komunitas Lintas Budaya ..., hal. 19
51
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, ditarjih dan tahqiq oleh Syaikh Khalid
Muhammad Muharram,Tafsir al-Qur’anul ‘Adzim..., hal. 195
52
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat, Cet. VIII (Bandung: Mizan, 1998), hal.262
53
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah ... hal.262
54
Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Al-
Khasysyaf..., hal. 365
55
Dalam artian sederhana, yang dimaksudkan identitas budaya adalah rincian
karakteristik atau ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki sekelompok orang dan batas-
batasnya. Alo Liliweri, M.S, Prasangka Konflik: Komunitas Lintas Budaya ..., hal. 41
Dalam skema itu memaparkan dua item yang satu sama lain saling
membentuk sikap pada setiap individu atau kelompok. Item pertama
56
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir. .. hal.235
57
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan ..., hal. 46
58
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan ..., hal. 47
59
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan ..., hal. 49-52
60
Teungku Hasbi Ash-Shiddiqie, Tafsir Al-Quranul, ... hal. 3793
D. Penutup
Pendidikan multikultural merupakan tuntutan setiap kelompok. Hal ini
mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya, seperti
gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama. Karena pendidikan adalah
salah satu wadah efektif membentuk pengetahuan, wawasan dan kepribadian
subjek didik, maka secara langsung nilai pendidikan multikultural adalah
bagian pendidikan itu sendiri. 7 pokok nilai-nilai pendidikan multikultural
Daftar Pustaka
Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Al-
Khasysyaf, an Haqaiq al-tanzil ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil,
Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, tth
Alo Liliweri, M.S, Prasangka Konflik: Komunitas Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur, Cet. II, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2009
al-Imam Abi al-Husain Muslim Ibn Hajjaj Ibn Muslim al-Qusyairi al-
Naysaburi, Shahih Muslim, al-Kitab al-Birr wa al-Shilah wa al-adab,
bab Birrul Walidaini, No. 6500, pensyarah: Muhammad Fuad al-Baqi,
Cet. I Riyadh: Dar al-Salam, 1998
Dody S.Truna, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme:
Telaah Kritis atau Muatan Pendidikan Multikulturalisme dalam Buku
Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum
Indonesia (Seri Disertasi diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, 2010),
hal.1
Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial, Teori, Aplikas dan Pemecahannya, Jakarta:
Kencana, 2001.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin & Imam Jalaluddin al-Suyuti, Terjemahan
Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Bahrun Abu Bakar,
L.C, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003
Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XX V, Jakarta: Pustaka Panjimas