Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003) yaitu:
5. Keindahan. Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang
kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas
yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah
laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Gaya tatap muka. Yaitu penataan kelas dengan semua murid saling
menghadap. Dalam penataan seperti ini, gangguan dari murid lain akan lebih
besar terjadi. Gaya tatap muka seringkali dipakai ketika terjadi aktivitas diskusi
kelompok.
3. Gaya off-set. Yaitu penataan kelas dengan sejumlah murid biasanya tiga atau
empat anak duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama
lain. Gangguan dari murid lain dalam gaya off-set ini lebih sedikit daripada gaya
tatap muka dan gaya ini dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
4. Gaya seminar. Yaitu penataan kelas dengan sejumlah besar murid sekitar
sepuluh atau lebih duduk disusunan seperti lingkaran, atau persegi, atau
membentuk huruf U. gaya seminar ini akan efektif digunakan ketika guru
menginginkan aktivitas diskusi antara murid satu sama lain atau berdiskusi
dengan guru.
5. Gaya kluster. Yaitu penataan kelas dengan sejumlah murid biasanya empat
sampai delapan anak bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama akan
sangat efektif pada pembelajaran kolaboratif.
6. Lingkaran. Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja
atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran
ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga
anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursikursi mereka secara cepat
dalam berbagai susunan kelompok kecil.
9. Breakout grouping. Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan
memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat
melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-
pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling
mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompokkelompok kecil
terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.
10. Chevron. Sebuah susunan ruang kelas tradisional yang tidak melakukan
belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya
tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk
ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan
lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada
baris lurus.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam mengelola aktivitas di
kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut.
Guru yang seperti ini akan senantiasa memonitor murid secara regular. Hal ini akan
membuat guru menjadi bisa mendeteksi perilaku yang salah jauh sebelum perilaku
tersebut lepas kendali. Guru yang tidak mengikuti perkembangan aktivitas di kelas
kemungkinan besar tidak akan melihat perilaku salah itu sebelum perilaku itu
menguat dan menyebar.
Guru sebaiknya mampu menjaga aliran pelajaran tetap lancar dan mempertahankan
minat murid. Ada beberapa aktivitas guru yang dapat mengganggu aliran pelajaran,
antara lain flipflopping, yaitu meninggalkan aktivitas yang sedang berjalan dengan
alasan yang tidak jelas, dan teerlalu lama memaparkan sesuatu yang sudah dipahami
murid. selain itu, ada juga tindakan fragmentasi, yaitu tindakan dimana guru
membagi aktivitas menjadi beberapa komponen meskipun aktivitas tersebut
sebenarnya bisa dilakukan sebagai satu unit. Misalnya, seorang guru meminta enam
murid untuk melakukan sesuatu secar individual, padahal sebenarnya semua murid
tersebut dapat dibentuk menjadi satu unit kelompok.
Guru sebaiknya melibatkan murid dalam berbagai tantangan tetapi bukan aktivitas
yang terlalu sulit. Murid terkadang merasa lebih tertarik untuk bekerja secara
independen daripada diawasi oleh guru.
Menggambarkan tingkah laku guru yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan
tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan
adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka.
6. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada
beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama.
7. Memusatkan perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahankan apabila dari waktu kewaktu
guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan.
Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak
membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh siswa.
9. Menegur
Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat
dicegah atau dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran secara
verbal atau memperingatkan siswa.
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam
kegiatan
pembelajaran atau menggangu temanya.
Selain hal di atas, guru juga dapat menggunakan prompts dan shaping.
Beberapa bentuk prompts (dorongan) dapat berupa isyarat atau pengingat, misalnya
“ingat aturan tentang antre’. Sedangkan shaping (pembentukan) dapat melibatkan
pemberian hadiah kepada murid jika bisa melaksanakan perilaku yang mendekati
perilaku sasaran secara berturut-turut. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian
hadiah adalah bahwa gunakan hadiah untuk member informasi tentang penguasaan,
bukan untuk mengontrol perilaku murid. imbalan yang mengandung informasi
tentang kemampuan penguasaan murid dapat menaikkan motivasi instrinsik dan rasa
tanggung jawab pada diri murid. Sedangkan imbalan yang digunakan untuk
mengontrol perilaku murid kecil kemungkinannya untuk dapat menaikkan rasa
tanggung jawab dan regulasi diri. Misalnya, pembelajaran seorang murid mungkin
akan menjadi lebih baik jika dia terpilih sebagai murid paling rajin minggu ini
karena dia melakukan sejumlah aktivitas yang produktif.akan tetapi, murid tersebut
mungkin tidak akan termotivasi jika dia diberi hadiah karena duduk tenang di
bangku; karena imbalan seperti itu hanyalah cara guru untuk mengontrol perilaku
murid tersebut, dan murid yang terlalu banyak dikontrol saat belajar akan cenderung
bertindak pasif.
Guru sebaiknya menjalin kontak mata dengan murid. Kemudian berilah isyarat pada
murid dengan meletakkan telunjuk jari di bibir, menggeleng kepala, atau
menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.
2. Terus lanjutkan aktivitas belajar
Terkadang transisi antar aktivitas berlangsung terlalu lama atau terjadi kemandekan
aktivitas saat murid tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi ini, murid mungkin
meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda, dan mulai ribut. Strategi
yang baik adalah bukan mengoreksi tindakan murid dalam situasi seperti ini, tetapi
lebih baik mulailah aktivitas baru dengan segera. Dengan membuat rencana harian
yang efektif, guru dapat menghilangkan transisi dan kekosongan aktivitas.
3. Dekatilah murid
4. Arahkan perilaku
Jika murid mengabaikan tugasnya, ingatkan mereka tentang kewajibannya itu. Guru
dapat berkata “ingat, semua anak harus mengerjakan soal matematika ini”.
Terkadang murid melakukan kesalahan kecil ketika mereka tidak memahami cara
mengerjakan suatu tugas. Untuk itu, maka guru harus memantau pekerjaan murid
dan member petunjuk jika dibutuhkan.
Jalinlah kontak mata dengan murid, bersikaplah asertif, dan suruh murid
menghentikan tindakannya tersebut. Buatlah pernyataan singkat dan pantau murid
sampai situasi menjadi terkendali. Strategi ini dapat dikombinasikan dengan strategi
mengarahkan perilaku murid.
Beri tanggung jawab pada murid dengan mengatakan bahwa dia mempunyai pilihan
yaitu bertindak benar atau menerima konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa
tindakan yang benar itu dan apa konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan yang
benar.
journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1414/1369
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/view/49/10