Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN ANAK BAGI ANAK PENYANDANG AUTIS

DAN KARAKTERISTIK DAN PENDIDIKAN ANAK


BERKESULITAN BELAJAR

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus (ABK) Yang Dibimbing Oleh Tety Nur Cholifah, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 4 PGSD 4A :

1. Wiwit Fatmaniati 1886206013


2. Esti Luluk Innisa 1886206011
3. M Wahyu Andiyan 1886206026
4. Luluk Masruroh 1886206046

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan Makalah yang berjudul
pendidikan anak bagi anak penyandang autis dan karakteristik dan pendidikan
anak berkesulitan belajar. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki


penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi
masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................

1.3 Tujuan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Penyebab, dan Jenis-jenis Kesulitan Belajar....................

2.2 Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar........................................

2.3 Diagnosa Gangguan Belajar...........................................................

2.4 Layanan Bantuan Terhadap Anak Berkesulitan Belajar.................

2.5 Jenis-Jenis Ketidakmampuan Belajar.............................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................20

3.2 Saran...............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Pengertian dan definisi, penyebab, dan jenis-jenis kesulitan belajar ?
2. Bagaimana Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar?
3. Bagaimana Diagnosa Gangguan Belajar?
4. Bagaimana Layanan Bantuan Terhadap Anak Berkesulitan Belajar?
5. Bagaimana Jenis-Jenis Ketidakmampuan Belajar?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian dan definisi, penyebab, dan jenis-jenis kesulitan belajar
2. Mengetahui Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
3. Mengetahui Diagnosa Gangguan Belajar
4. Mengetahui Layanan Bantuan Terhadap Anak Berkesulitan Belajar.
5. Mengetahui Jenis-Jenis Ketidakmampuan Belajar

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Penyebab, dan Jenis-jenis Kesulitan Belajar

A. Definisi Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning
disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di
lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Berikut ini definisi
kesulitan belajar menurut para ahli :
Rumini dkk (Irham dan Wiyani, 2013:254) mengemukakan bahwa kesulitan
belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk
mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal.
Kesulitan belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan
atau setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar. ( Hamalik,,
1983:112).
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Blassic & Jones (Irham & Wiyani
2013:253), kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai
oleh siswa pada kenyataannya ( prestasi aktual ).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar yang menyebabkan
siswa mendapatkan hasil yang kurang optimal dalam proses belajarnya.
B. Penyebab Kesulitan Belajar
Ahmadi dan Supriyono (Irham & Wiyani, 2013:264-265), menjelaskan faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu berikut ini:
1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi :
a. Faktor fisiologi
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada
siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan
atau cacat tubuh dan sebagainya.
b. Faktor psikologi

5
Faktor psikologi siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat
intelegensi pada umumnya rendah, bakat terhadap mata pelajaran rendah, minat
belajar yang kurang, motivasi yang rendah, dan kondisi kesehatan mental yang
kurang baik.
2. Faktor ekstern ( faktor dari luar manusia ) meliputi :
a. Faktor-faktor non-sosial.
Faktor non social yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat
berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang
lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang
sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan
proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor sosial.
Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan pada
siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan
masyarakat yang lebih luas

Menurut Micharl L Hardman dalam Anton Sukarno (2004: 114) mengatakan


“Faktor penyebab kesulitan belajar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penyebab Neurologis
Penyebab neurologis kesulitan belajar adalah kerusakan neurologis, struktur syaraf,
atau beberapa tipe aktivitas syaraf yang tidak normal. Kerusakan pada sistem syaraf
terjadi pada kelahiran bayi sempurna tetapi posisi janin tidak normal pada masa
kehamilan sampai melahirkan atau bisa juga karena kekurangan oksigen (anoxia).
2. Kemasakkan terlambat
Kemasakan terlambat ada kaitannya dengan penyebab neurologis. Perkembangan
terlambat dari sistem neurologis menyebabkan kesulitan yang dialami oleh beberapa
orang kesulitan belajar. Mereka kerap kali terhambat perkembangannya dalam
keterampilan berbahasa, permasalahan daerah motor visual dan beberapa daerah
akademik.
3. Penyebab Genetik

6
Faktor genetik sebagai penyebab kesulitan belajar telah menyumbangkan satu atau
lebih dari permasalahan kategori dalam kesuitan belajar. Abnormalitas genetik ini
selalu merupakan keprihatinan orangtua dengan menganggap semua perilaku belajar
adalah perilaku yang menyimpang.
4. Penyebab Lingkungan
Pengaruh lingkungan kerap kali disebut sebagai kemungkinan penyebab kesulitan
belajar. Faktor-faktor seperti diet yang tidak dapat penambahan makanan, stress,
perokok, peminum minuman keras dan pengajaran sekolah yang tidak tepat
merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar yang
dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Kirk dan Gallagher ( 1989:197) mengemukakan bahwa terdapat empat


faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar yaitu :
1. Kondisi fisik, yang meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan
keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang
gizi.
2. Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi
anak akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian prestasi
akademis.
3. Faktor motivasi dan afeksi, kedua factor ini dapat dapat memperberat anak yang
mengalami kesulitan belajar, anak yang selalu gagal pada satu atau beberapa mata
pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas dan rendah diri.
Sikap ini akan mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negative
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk
pribadi anak menjadi seorang pelajar yang pasif.
4. Kondisi Psikologis, kondisi psikologis ini meliputi gangguan perhatian, persepsi
visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berfikir, dan lambat
dalam kemampuan berbahasa.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa factor
penyebab anak berkesulitan belajar dibedakan menjadi 2 yaitu Faktor internal yang

7
timbul dari diri siwa seperti kondisi psikologi, motivasi, kondisi fisik, keturunan dan
Faktor internal yaitu factor yang timbul diluar dirinya seperti lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
C. Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Menurut Sudrajat (2008: 128-132) mengemukakan jenis-jenis kesulitan belajar yaitu :
1. Learning disability
Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah
sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
a. Disleksia (dyslexia) yakni ketidak mampuan belajar membaca.
Membaca merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari
simbol berupa huruf atau kata. Aktivitas ini meliputi dua proses, yakni proses
decording, juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses pemahaman.
Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antar huruf dan bunyi
atau menerjemaahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya.
b. Disgrafia (dysgraphia) yakni ketidakmampuan belajar menulis.
Kesulitan belajar menulis disebut juga sisgrafia, kesulitan belajar menulis
yang berat disebut arafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu menulis
permulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan
menulis bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan
sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis
hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan
bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
c. Diskalkulia (dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar menghitung.
Berhitung adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu
bahasa yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek,
kejadian, dan waktu. Ada orang yang beranggapan bahwa berhitung sama dengan
matematika. Anggapan semacam ini tidak sepenuhnya keliru karena hampir
semua cabang matematika.

8
2. Under achiever adalah mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang
diperkirakan berdasar hasil tes kemampuan belajarnya.
a. Ciri-ciri under achiever:
 Prestasi tidak konsisten: kadang bagus, kadang tidak.
 Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR).
 Rendah diri.
 Takut gagal (atau sukses).
 Takut menghadapi ulangan.
 Tidak punya inisiatif.
 Malas, bahkan depresi.
b. Penyebab under achiever underachiever disebabkan karena ketidakmampuan
untuk melakukan suatu dengan lebih baik,tetapi karena pilihan-pilihan yang
dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.
3. Slow leaner Slow learning adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang
rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran
selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang.
Ciri-ciri slow learning: Dari segi karakteristik dari individu yang mengalami slow
learning :
 Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
 Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan intrapersonal.
 Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap.
 Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
 Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan mengorganisasikan,
kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan infromasi.
 Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
 Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk.
 Mengerjakan segalanya secara lambat.
 Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.
Penyebab slow learning:
 Kemiskinan

9
Kemiskinan merupakan faktor utama dari slow learning di negara
berkembang. Kemiskinan menyababkan banyak kekurangan mental dan moral
yang pada akhirnya mempengaruhi performa siswa. Seperti ungkapan “di
badan yang sehat terdapat pikiran yang sehat.
 Faktor emosional Semua anak pasti mengalami permasalahan emosional,
tetapi slow learner mengalami permasalahan yang serius dan untuk waktu
yang lama sehingga sangat mengganggu proses belajar mereka. Permasalahan
emosional ini berakibat pada prestasi akademis yang rendah, hubungan
interpersonal yang tidak baik, dan harga diri yang rendah. Bagian penting
dalam perkembangan personal, social dan emosional adalah konsep diri dan
harga diri.
 Faktor pribadi Faktor pribadi meliputi kelainan bentuk fisik (deformity),
kondisi patologi/ penyakit badan, dan kekurangan penglihatan, pendengaran
dan percakapan dapat mengarah pada slow learning. Factor pribadi juga
meliputi penyakit yang lama atau ketidakhadiran di sekolah untuk waktu yan
lama ddan kurangnya kepercayaan diri. Ketika mereka lama tidak masuk
sekolah tentu saja mereka akan tertinggal dari teman mereka. Hal ini pada
akhirnya mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan menciptakan kondisi
yang mengarah pada slow learning.
Terdapat 3 jenis kesulitan belajar, didalam ketiga jenis tersebut ada factor faktor
yang mempengaruhi serta beberapa ciri-ciri yang dapat mendiagnosis jenis kesulitan
belajar.
2.2 Karakteristik Anak Kesulitan Belajar
Menurut Anton Sukarno (2004: 101) mengemukakan karakteristik kesulitan belajar sebagai
berikut:
1. Gangguan perhatian adalah hiperaktif, pengalihan perhatian.
2. Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi untuk belajar,
mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif, dan fungsi-fungsi metakognitif.
3. Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan halus dan kasar, kegagalan
umum dan canggung, persoalan-persoalan spasial.

10
4. Permasalahan-permasalahan persepsi antara lain: perbedaan stimulus, pendengaran,
penglihatan, closure dan cequensi pendengaran dan penglihatan.
5. Kesulitan bahasa lisan antara lain: pendengaran, berbicara, daftar kata, kemampuan
linguistik.
6. Kesulitan membaca antara lain: pengkodean, keterampilan dasar membaca, membaca
komprehensif.
7. Kesulitan menulis antara lain: mengeja, tulisan tangan, mengarang,
8. Kesulitan matematika antara lain: pemikiran kuantitatif, berhitung, waktu, ruang, dan
menghitung fakta.
9. Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain: persepsi sosial, tingkah laku emosi,
penegakan saling hubungan

Karakteristik anak kesulitan belajar tersebut dapat dijadikan acuan untuk pendidik agar
lebih memahami siswanya yang mengalami berkesulitan belajar. Dengan demikian guru
dapat mengetahui sejak dini tentang siswa yang mempunyai kebutuhan khusus sehingga
guru dapat merancang metode guna membantu siswanya untuk belajar.

2.3 Gejala Gangguan Belajar


Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2013:94), beberapa gejala sebagai pertanda adanya
ganggan belajar :
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompok kelas.
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-
kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Gejala-gejala tersebut harus diketahui oleh pendidik, agar pendidik dapat membantu
peserta didik yang mengalami ganggaun terhadap belajarnya. Dari gejala tersebut maka

11
pendidik dapat bekerja sama dengan guru bimbingan konseling hingga orang tua siswa
untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami gejala kesulitan
belajar.
2.4 Diagnosa Gangguan Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2005: 120) ada beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan
manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompok kelas).
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
d. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja sama.
e. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu,
misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal.
2.5 Layanan Bantuan Terhadap Anak Berkesulitan Belajar

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
Sebagai guru maupun calon guru sebaiknya harus memahami kebutuhan peserta didiknya.
Guru juga harus memahami setiap karakter peserta didiknya sehingga guru dengan mudah
menentukan/merencanakan pembelajaran. Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik. 1983. Metodelogi Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Jakarta : Tarsito.
Irham, M. & Wiyani, N. 2013. Psikologi Pendidikan :Teori dan aplikasi dalam proses
pembelajaran. Jogyakarta: Ar-ruzz Media.
Irham, M. & Wiyani, N. A. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam proses
pembelajaran. Jogyakarta: Ar-ruzz Media.
Kirk & Gellagher. 1989. Educting Exceptional Children (six ted). Boston : Houghton Mifflin
Company.
Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raya Grafindo Perkasa.
Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran.
Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sukarno, Anton. 2004. Bimbingan Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta : UNS Press.

14

Anda mungkin juga menyukai