Anda di halaman 1dari 3

MENJADI GURU IDEAL DAN INOVATIF

Oleh

Drs. I Nyoman Suriada,M.Pd.)*

Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah merupakan sebuah tuntutan yang
tidak dapat dielakkan. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh kader-kader muda bangsa,
sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut berada di
pundak guru, karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan mereka dalam membentuk
kepribadian, memberikan pemahaman, menerbangkan imajinasi dan cita-cita,
membangkitkan semangat, dan menggerakkan kekuatan mereka (Jamal Mamur, 2009:
113).
Di sinilah, seorang guru dituntut menjadi busur yang kuat, dinamis, visioner, dan
powerful sehingga mampu melesatkan potensi dan cita-cita siswa serta mampu menjadi
orang yang memberikan kemanfaatan penuh bagi kemajuan dunia.
Ketika, guru yang hadir adalah mereka yang energik, interested, berwawasan luas,
humoris, dan mampu menguasai kelas, maka kedatangan guru tersebut sangat dinanti oleh
siswanya, karena keluar darinya adalah mutiara-mutiara emas yang sulit untuk diulang
untuk kedua kalinya. Ia bagaikan lampu yang menyinari kegelapan, matahari yang
memberikan secercah harapan, bintang yang menunjukkan impian, dan bulan purnama
yang menyirami kedamaian, keindahan, dan ketenangan batin.
Agar menjadi guru ideal dan inovatif, ada beberapa hal yang patut direnungkan,
yakni sebagai berikut:
1. Menguasai Materi Pembelajaran Secara Mendalam, dalam konteks ini, seorang
guru harus rajin mendalami materi yang diajarkan, tidak hanya mengandalkan
modal awal yang dipunyai. Tantangan dunia global yang semakin dinamis,
kompetitif, dan akseleratif menuntut seorang guru menyesuaikan diri dengan
pembaruan-pembaruan yang ada, meningkatkan pendalaman materinya, dan mampu
membuat teori-teori baru yang progresif.
2. Mempunyai Wawasan Luas, dalam konteks ini, seorang guru harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat akibat dari revolusi ilmu pengetahuan
dan teknologi informasi berjalan dalam hitungan detik. Dengan mengetahui
berbagai informasi, maka seorang guru akan mempunyai wawasan berpikir yang
divergen bukan konvergen.
3. Komunikatif, guru yang yang suka menyapa dan memperhatikan siswanya lebih
diterima anak didiknya daripada guru yang egois, yang dating hanya untuk
menstranfer ilmu pengetahuan saja. Komunikasi semacam ini sangat penting
sebagai pendekatan psikologis kepada anak didik.
4. Dialogis, dalam konteks ini, posisi seorang guru hanya memberikan catatan,
tambahan, dan wawasan yang lebih menyakinkan dan menetapkan jawaban yang
ada, kemudian mengakhirinya dengan berbagai pertanyaan pancingan yang
menggugah siswa untuk lebih banyak membaca dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan informasi.

* Guru Pembina Tk.I pada SMA Negeri 1 Melaya 1


5. Menggabungkan Teori dan Praktek, dalam konteks ini, penggabungan antara teori
dan praktek akan dapat melahirkan pemikiran siswa yang divergen dan mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga akan muncul ilmuwan-ilmuwan
baru yang memunyai karateriktik keilmiahan yang mendalam.
6. Bertahap, dalam konteks ini, ketika guru akan mengajar diharapkan menstranfer
llmu pengetahuan kepada peserta didik hendaknya sistematis dan terurut sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami apa yang dijelaskan oleh guru.
7. Mempunyai Multi Metode, dalam memilih metode, kadar keefektifan peserta didik
harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan multi
metode seperti : Learning by doing, Learning by: listening, dan Learning by:
playing ( Chandromi Nurwijaya,1998:12 ).
8. Tidak Memalingkan Materi Pembelajaran, dalam mengajar seorang guru harus
berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target, dan satu tujuan yang dicanangkan
sehingga hasilnya bisa maksimal. Oleh sebab itu, seorang guru harus membuat
rencana pembelajaran, target pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
9. Tidak Terlalu Menekan dan Memaksa, dalam konteks ini, seorang guru harus
berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa siswa,
efeknya tidak baik bagi perkembangan psikologisnya. Disini diharapkan guru dalam
memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan falsafah air yang mengalir secara
pelan, mampu menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan
ketekunan, kerajinan, dan kesungguhan.
10. Humoris, Tapi Serius, Salah satu ciri guru ideal adalah berwatak dinamis,
kompetitif, tapi juga humoris. Dalam konteks ini, prilaku humoris, ditengah
kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berpikir, suasana humoris sangat
diperlukan untuk menyegarkan pikiran anak didik. Tetapi prilaku humoris yang
dimaksud adalah humor-humor yang mendidik yang dapat menggugah semangat
belajar, memberikan motivasi, dan inspirasi para siswa agar mempunyai cita-cita
tinggi.

Jadi simpulan dari artikel ini adalah menjadi sosok seorang guru yang ideal dan inovatif
yang mengedepankan profesionalisme adalah harapan semua guru di negeri tercinta ini.
Hal ini dapat dicapai apabila kesepuluh indikator tersebut di atas, dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam rangka mempersiapkan anak
didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di era global sekarang dan yang akan
datang.

* Guru Pembina Tk.I pada SMA Negeri 1 Melaya 2


* Guru Pembina Tk.I pada SMA Negeri 1 Melaya 3

Anda mungkin juga menyukai