Anda di halaman 1dari 3

Ada tiga Konsep dasar dalam Evaluasi, yaitu Pengukuran, Penilaian dan Pengambilan Keputusan

(evaluasi). Ketiga konsep ini adalah satu kesatuan yang tersistematis.

1. Pengukuran adalah suatu kegiatan membandinglan dengan suatu alat ukur sehingga
menghasilkan penilaian yang bersifat kuantitatif, contoh 80,90,100
2. Penilaian adalah suatu kegiatan pengambilan keputusan dengan cara membandingkan
dengan ukuran tertentu sehingga menghasilkan penialain yang bersifat kualitatif contoh :
baik, cukup atau buruk
3. Evaluasi/pengambilan keputusan adalah suatu kegiatan pencapaian kompetensi yang
diharapkan dalam menentukan keberhasilan program pembelajaran, yang outputnya
menjadi motivasi bagi siswa dalam proses pembelajaran. Contoh Lulus, Remedial atau tidak
lulus.

Misalnya dalam hal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, peserta didik dituntut untuk mampu
mempraktekan sholat wajib maghrib. Dari sisi pengukuran siswa sudah mampu melaksanakan 13
rukun sholat dengan bacaan yang benar. Dari sisi penilaian, bacaan dan Gerakan sholat sudah sesuai
dengan materi yang diajarkan. Kemudian Tindakan akhir, peserta didik sudah bisa dikatakan mampu
dan menguasai praktik sholat maghrib dan dinyatakan lulus. Dengan adanya contoh tersebut, peserta
didik lain diharapkan menjadikan temannya sebagai motivasi bagi dirinya sehingga mampu untuk
meniru dan mempraktekannya.

Evaluasi yang dilaksanakkan oleh Pendidik (guru) akan menjadi bahan acuan dan bahan introspeksi
diri terhadap kemajuan target pembelajaran yang ingin dicapai. Tanpa evaluasi, seorang guru tidak
akan tahu kemampuan penguasaan siswa terhadap pembelajaran. Sehingga capaian target kegiatan
proses belajar mengajar di sekolah tidak bisa dibaca, karena tidak adanya acuan berupa evaluasi
tersebut. Hal ini, akhirnya menyulitkan orang lain untuk mengetahui tingkat kemajuan proses belajar
mengajar di sekolah tersebut.

Dicontohkan, seorang anak ketika belajar membaca alquran. jika tidak ada evaluasi maka gurunya
akan kesulitan dalam menentukan tingkat pengusaannya. dalam hal pengukuran, misalnya anak
sudah bisa mempraktekkan dan membedakan hukum idgham bighunah dan bilaghunah. Dalam sisi
penilaian, anak memberikan perbedaan antara dengung dan tidak dengan terhadap sejumlah huruf
idgham. pengambilan keputusannya, anak tidak lagi tertukar dan bisa membedakan huruf-huruf
idgham bighunah dan bilaghunah, sehingga hasilnya anak bisa ditingkatkan lagi mengarah kepada
hukum ikhfa dan atau lainnya.

Penggunaan alat ukur soal yang umumnya digunakan oleh guru ada dua jenis yaitu multiple choice
(pilihan ganda) dan essay. Kendati itu tidak menjadi kewajiban terpaku pada dua jenis alat ukur
dimaksud.

Dalam hal pembuatan alat ukur soal, guru diwajibkan untuk melakukan sejumlah analisis terhadap
soal yang dibuat. Yakni : Analisis kesukaran, analisis daya pembeda soal, analisis pola jawaban soal,
dan analisis validitas.

Analisis kesukaran, seorang guru mampu membaca kemampuan siswa dengan membandingkan
jumlah peserta yang menjawab benar dengan jumlah seluruh peserta.

Analisis daya pembeda soal, misal soal yang dibuat guru berbeda antara kelompok siswa yang
mampu atau yang kurang mampu (yang nilainya rendah). Soal dikatakan bagus, jika dijawab benar
oleh peserta yang nilainya tinggi dan dijawab salah oleh peserta yang nilanya rendah. Namun
dikatakan buruk, jika dijawab salah oleh peserta yang bernilai tinggi dan dijawab benar oleh peserta
yang bernilai rendah. Dari aspek lainnya, soal dikatakan buruk, apabila jawaban yang diberikan oleh
peserta lebih banyak salah dibanding benar.

Analisis pola jawaban soal, yaitu upaya membaca kemampuan penguasaan materi dari jawaban
peserta didik. Misal soal pilihan ganda, jika jawaban benar lebih banyak dilakukan peserta dari pada
jawaban salah pada salah satu soal, berarti soal tersebut dianggap baik. Dari sisi soal pengecoh, jika
soal pengecoh dijawab benar oleh peserta minimal 5% maka pengecoh dikatakan efektif. Yang
terakhir adalah soal yang tidak dijawab oleh peserta (omit), jika soal yang tidak dijawab kurang dari
10%, maka bisa dikatakan baik. Namun jika lebih 10% maka perlu dikoreksi lagi soal tersebut.
Kemungkinan ada dua jawaban yang benar atau tidak ada jawaban benar.

Analisis validitas soal adalah penggunaan alat ukur untuk mencari ketepatan atau ke-shahih-an hasil.
Missal untuk mengetahui berat maka alat ukur yang valid adalah timbangan, untuk mengetahui
ketinggian maka alat ukur yang valid adalah meteran. Dalam hal ini, alat ukur yang valid dalam
mengukur tingkat kemampuan penguasaan peserta didik idealnya adalah alat ukur yang tepat. Dalam
hal seorang guru, maka alat pengukur valid adalah soal akhir materi (ulangan harian) di situ terlihat
jelas tingkat penguasaan peserta didik. Atau biasanya, guru yang kreatif, dia akan memberikan soal
pretest dulu kepada peserta didik sebelum pemberian materi, diakhir pertemuan dia akan
memberikan soal yang sama. Sehingga bisa akan terjadi perubahan nilai sebelum dan sesudah
belajar. Pemberian materi bisa dikatakan kurang dikuasai siswa apabila peserta didik lebih banyak
menjawab salah pada post test.

Asesmen karakter adalah suatu asesmen yang dirancang untuk mengukur tingkat kemampuan
peserta didik dari hasil belajar terhadap sosial emosional berupa pilar karakter untuk mencetak
peserta didik yang Pancasiliais. Profil peserta didik Pancasila adalah peserta didik yang
mencerminkan lima sila yaitu: beriman, bertakwa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif,
gotong royong dan berbhineka tunggal ika. Sebetulnya, asesmen ini adalah tujuan akhir asesmen
untuk peserta didik, jika ini tercapai maka suatu Pendidikan dikatakan berhasil.

Sekarang ini, seiring dengan perkembangan teknologi, paradigma dan tingkah laku peserta didik
mengalami penurunan. Derasnya arus informasi yang diterima anak sehingga tidak bisa lagi tersaring,
karena begitu mudahnya mereka memperolehnya dan hal ini mulai merubah pola hidup dan pola
berpikir. Waktu mereka lebih banyak berselancar di dunia maya dibanding bergaul di dunia nyata. Hal
ini mengakibatkan kepekaan sosial menurun, dan dampak negative lainnya. Selain itu juga sedikt
banyak berpengaruh terhadap Kesehatan anak.

Pencegahan hal ini sebetulnya perlunya Kerjasama orang tua dan guru sebagai contoh yang menjadi
panutan anak Ketika di sekolah dan di rumah karena orang tua adalah guru di rumah dan guru adalah
orang tua di sekolah. Guru dan orang tua harus menjadi teladan bagi anak, karena Pendidikan
karakter yang paling utama dan efektif adalah pemberian teladan kepada mereka. Anak tidak akan
merubah kebiasaan buruknya jika di sekolah sikaf dan sifat guru tidak mencerminkan seorang
manusia yang bisa digugu dan ditiru anak. Jika di rumah, orang tua dan anak kurang membangun
komunikasi, orang tua merasa nyaman hanya melihat anak ada di rumah secara fisik, padahal psikis
anak berada di dunia maya. Bahkan orang tua tidak menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan
anak mereka.

Intinya, asesmen karakter akan tercapai jika ada Kerjasama orang tua dan guru. Kemudian orang tua
dan guru harus menjadi contoh terdepan dalam membangun sikap dan sifat anak. Sesuai denga
firman Allah SWT pada QS. Al Ahzab : 21 “Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang
kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa żakarallāha kaṡīrā” (Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah)

Asesmen lingkungan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi dan memetakan aspek
pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Berkaitan dengan mata pelajaran PAI, aspek
lingkungan salah satu factor pendukung keberhasilan asesmen lingkungan. Penilaian asesmen
lingkungan untuk mengetahui iklim lingkungan sekolah apakah sekolah tersebut aman dan nyaman
terhadap warga sekolah sehingga proses belajar mengajar menjadi lancar, tidak adanya diskriminasi
terhadap warga sekolah, pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik menggunakan metode
yang berkualitas sehingga bisa mencetak keluaran yang berkompeten, kemudian tenaga pengajar
juga mendapatkan hak untuk peningkatan kompetensi diri, terakhir adanya kerja sama pihak sekolah
dan orang tua untuk saling berbagi informasi dan memiliki satu tujuan untuk Bersama-sama
meningkatkan kualitas Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai