Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK COGNITIVE BEHAVIOUR MODIFICATION (CBM) UNTUK

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DALAM BELAJAR SISWA KELAS X-APH (AKOMODASI


PERHOTELAN) DI SMK GEMA 45 SURABAYA

THE IMPLEMENTATION OF CBM GROUP COUNSELING (Cognitive Behaviour Modification) TO IMPROVE


RESPONSIBILITY IN LEARNING FOR STUDENTS IN X GRADE APH SMK GEMA 45 SURABAYA

Kasyifatul Mardiyah
Program Studi BK, Jurusan PPB, FIP, Universitas Negeri Surabaya
email: kasyifa.syifa@gmail.com

Denok Setiawati, M.Pd.,Kons.


Dosen Program Studi BK, Jurusan PPB, FIP, Universitas Negeri Surabaya
email: prodi_bk_unesa@yahoo.com

ABSTRAK

Dari hasil observasi yang dilakukan di SMK Gema 45 Surabaya, ditemukan bahwa banyak siswa yang
mempunyai tanggung jawab dalam belajar yang rendah, maka dari itu diberikanlah konseling kelompok CBM dengan
strategi self instruction dan self monitoring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegunaan konseling
kelompok CBM untuk meningkatkan tanggung jawab dalam belajar siswa kelas X – APH di SMK Gema 45 Surabaya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperiment design dengan jenis pre-test post-test one group design, sedangkan
subyek penelitiannya adalah 6 siswa kelas X – APH di SMK Gema 45 Surabaya yang memiliki tanggung jawab dalam
belajar rendah. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang siswa yang memiliki tanggung jawab dalam
belajar rendah yakni dengan menggunakan angket. Teknis analisis data yang digunakan adalah Uji Tanda. Hasil analisis
Uji Tanda menunjukkan bahwa tanda positif (+) berjumlah 6. Berarti N (banyaknya pasangan yang menunjukkan
perbedaan) adalah 6, sehingga X (banyaknya tanda yang lebih sedikit) adalah 0. Dengan melihat tabel tes binomial
dengan ketentuan N = 6 dan X = 0, maka diperoleh ρ = 0,016. Bila menggunakan ketetapan α (taraf kesalahan) sebesar
5% adalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara pre-test dan post-test. Berdasarkan perhitungan
diketahui hasil mean pre-test 72,5 dan mean post-test 130,6 maka dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling
kelompok CBM dapat meningkatkan tanggung jawab dalam belajar siswa.

Kata Kunci: Tanggung Jawab Dalam Belajar, Konseling Kelompok CBM .

ABSTRACT

The result of the observation that has been done in SMK Gema 45 Surabaya, it was found that many students
who has low responsibility in learning, therefore the researcher given treatment it was a group conselling CBM by
using self-strategy and self instruction strategies. The purpose of this research was to found out the use of CBM to
improve the students’ responsibility in learning for the tenth graders of SMK Gema 45 Surabaya. This research was
design as experimental research which is completed by pre-test post-test one group design, while the subject of the
research ware 6 students in the tenth grade of SMK Gema 45 Surabaya who has low responsibility in learning. The
method that used in collecting the data for this research was by using questionnaire. The data analyse technique in this
research is by examine the sign. the result of ezamining the sign showed that there was 6 sign in positif sign. Therefore
N (the amount of sign that show differences) wes 6, therefore X (The anount of the less data) is 0. By seeing the
testimonial test tabel with the requirement N = 6 and = 0, so the amount of p wes 0,016. By using α (false stages) wes
5% is 0,005 therefore it can be concluded there was differences between the result of pre-test and post-test. According
to the result of pre-test wes 72,5 and mean post-test wes 130,6. Therefore, it can be concluded that CBM group
counseling canimprove the students’ responsibility in learning.

Key words : responsibility in learning, CBM group counseling.


Penerapan Konseling Kelompok CBM Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Dalam Belajar Kelas X- APH Di SMK
Gema 45 Surabaya

PENDAHULUAN Tanggung jawab siswa sebagai pelajar adalah


Setiap individu membutuhkan pendidikan. belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang
Pendidikan diberikan dengan tujuan untuk mencapai sudah diberika kepadanya, siswa harus mengikuti
kedewasaan yang berarti individu bisa hidup mandiri KBM yang disekolah. Menurut Clemes dkk (2001:85)
terlepas dari ketergantungan pada orang lain ( memiliki rasa tanggung jawab erat kaitannya dengan
Hariastuti, 2008 : 23). Pendidikan bisa mereka prestasi di sekolah. Dari pernyataan tersebut dapat
dapatkan dari mana saja, bisa dari lingkungan seperti disimpulkan, jika seorang siswa atau peserta didik
keluarga, lingkungan masyarakat, dan lain – lain. tidak mempunyai tanggung jawab terutama dalam
Proses pendidikan bisa bersifat formal, informal, dan belajar siswa akan mempunyai prestasi rendah.
nonformal. Pendidikan formal dilakukan diinstitusi Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan
pendidikan yang biasanya disebut sekolah, sedangkan mewawancarai guru BK dan melihat dari fakta yang
yang dilakukan masyarakat adalah pendidikan terjadi di kelas X – APH di sekolah GEMA 45
nonformal. Dimanapun pendidikan dilakukan tujuan Surabaya didapatkan informasi bahwa siswa yang
dari pendidikan tersebut bisa berhasil. memiliki perilaku tanggung jawab belajar rendah yaitu
Sekolah merupakan salah satu lembaga siswa tidak menyerahkan tugas tepat waktu, siswa
pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab menyalin pekerjaan rumah temannnya, ramai ketika
dalam membentuk peserta didik mencapai KBM berlangsung dan membolos ketika KBM
perkembangan optimal. Sekolah bertanggung jawab berlangsung. Dampak dari perilaku tersebut siswa
dalam membentuk siswa agar menjadi pribadi yang ketinggalan pelajaran dan nilai akademik siswa rendah.
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, Menurut paparan tersebut konselor melakukan upaya
mandiri serta bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan diantaranya berdiskusi dengan guru mata pelajaran,
tujuan pendidikan nasional, dalam pasal 3 UU No. 20 wali kelas dan melakukan kunjungan rumah untuk
tahun 2003 sebagai berikut “Pendidikan nasional membicarakan permasalahan tersebut dengan orang
berfungsi mengembangkan kemampuan dan tua.
membentuk watak bangsa yang bermartabat dalam Melihat fakta yang demikian nampaknya
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan perlu segera mengubah prilaku tersebut. Salah satu hal
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar yang menyebabkan rendahnya tanggung jawab dalam
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada belajar adalah kesalahan mereka dalam berpikir
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, mengenai belajar dan pendidikan. Mereka menganggap
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga pendidikan di sekolah merupakan tempat untuk
negara yang demokratis serta bertanggung jawab” mencari susasana yang mereka tidak dapatkan di
Dengan demikian apa yang diharapkan dalam rumah. Mereka tidak memandang pendidikan dari
tujuan pendidikan nasional tersebut selain kreatif, tujuan pendidikan yang sebenarnya.
mandiri, cakap, dan berilmu dan sehat yang paling Dari pemaparan diatas diketahui bahwa
mendasar adalah memiliki akhlak mulia, bertaqwa kognisi siswa yang perlu dirubah agar pemikiran
pada Tuhan Yang Maha Esa dan bertanggung jawab. mereka tentang pendidikan juga berubah. Oleh sebab
Waidi, (2006:104) menyebutkan bahwa salah itu peneliti mencoba menggunakan konseling
satu keberhasilan mendidik siswa adalah dengan cara kelompok CBM dalam upaya pengentasan
memberinya tanggung jawab. Tanggung jawab permasalahan. Menurut Meichenbaum (dalam
merupakan indikator penting bahwa seseorang Wulandari, 2004) Cognitive behavior modification
memiliki nilai lebih yang merupakan dambaan banyak atau yang disingkat CBM adalah teknik yang
orang. Dalam setiap tindakan apabila tidak dilandasi menggabungkan antara kognitif dan terapi perilaku.
dengan tanggung jawab biasanya seseorang akan Ketika kognisi siswa berubah maka secara otomatis
dilakukannya ceroboh. Tanggung jawab bukanlah hal perilakunya juga akan ikut berubah. Maka dari itu
yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar. siswa yang mempunyai tanggung jawab dalam belajar
Tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan yang rendah memiliki kesalahan secara kognitif
pemupukan dan pengarahan dari nilai – nilai yang ada sehingga berpengaruh terhadap perilakunya.
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tanggung Salah satu tahapan pada konseling kelompok
jawab yang tidak tertumpu pada nilai – nilai positif, CBM adalah mengajak konseli membentuk
dapat berubah menjadi sesuatu yang asocial dan pemahaman baru yang didapatkan dari pengubahan
destruktif. kognisi mereka. Sehingga konseling kelompok CBM
Senada dengan Waidi menurut Hamalik cocok untuk meningkatkan Tanggung jawab dalam
(1990: 58) salah satu faktor internal yang berperan belajar siswa.
dalam keberhasilan atau kegagalan individu disekolah Teknik konseling kelompok CBM yang
diantaranya adalah tanggung jawab siswa. Seseorang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik self
yang tidak mengambil tanggung jawab tidak akan instruction dan self monitoring . self instruction
pernah belajar. seseorang anak dalam proses dilakukan agar konseli bisa mengajarkan pada diri
pendidikan baik formal maupun nonformal perlu sendiri bagaimana menangani secara efektif terhadap
dilatih agar memiliki tanggung jawab terutama situasi yang sulit bagi diri mereka sendiri. Setelah
bertanggung jawab dalam belajar. dilatih dengan self instruction konseli atau siswa

1
Jurnal BK. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2014, 01 - 07

Latihan self monitoring untuk mencatat perilaku – 219), merumuskan belajar sebagai perubahan yang
perilakunya sehinggah bisa memantau perilakunya menetap dari hasil pengalaman. Jadi belajar merupakan
setiap saat untuk mendapatkan perilaku yang dia suatu perubahan dalam tingkah laku yang lebih baik,
harapkan. Jadi penggunaan konseling kelompok CBM tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah
sangat penting dilaksanakan untuk membantu siswa laku yang lebih buruk sebagai hasil dari pengalaman
yang mempunyai tanggung jawab dalam belajar yang berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Sobur (2003
rendah sehinggah bisa meningkatkan tanggung jawab : 244), faktor – faktor yang mempengaruhi belajar anak
dalam belajarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut atau individu ada 2 macam yaitu faktor dari dalam diri
maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan luar diri individu. Faktor dalam diri individu
keefektifan konseling kelompok CBM untuk (endogen) terdiri atas faktor keluarga, sekolah dan
meningkatkan tanggung jawab dalam belajar siswa lingkungan lain. Kedua faktor tersebut saling berkaitan
kelas X– APH (akomodasi perhotelan ) di SMK dan mempengaruhi satu sama lain pada proses belajar
GEMA 45 SURABAYA. seseorang. Menurut Slameto (2003: 54), faktor yang
mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu
KAJIAN PUSTAKA faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
Tanggung Jawab dalam Belajar faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
Menurut Wiyoto (2002:2), arti tanggung belajar. sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
jawab adalah mengambil keputusan yang patut dan ada diluar individu. Faktor intern dibedakan menjadi
efektif, patut berarti menentukan pilihan yang terbaik tiga faktor yakni jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.
dalam batas-batas norma sosial dan harapan umum Faktor jasmani terdiri atas faktor kesehatan, cacat
yang diberikan, untuk meningkatkan hubungan tubuh. Faktor psikologis terdiri atas intelegensi,
manusia yang positif, keselamatan, keberhasilan dan perhatian, minat, bakat, motif, kematangan. Faktor
kesejahteraan mereka sendiri. Sedangkan tanggapan kelelahan terdiri atas kelelahan jasmani dan kelelahan
yang efektif berarti tanggapan yang memampukan rohani. Sedangkan faktor ekstern terdiri atas faktor
anak mencapai tujuan-tujuan yang hasil akhirnya keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor – faktor
adalah makin kuatnya harga diri mereka. Menurut tersebut mempengaruhi baik tidaknya kondisi belajar
Bertens (2013:99), tanggung jawab berati bahwa orang seseorang.
tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang Dari pengertian – pengertian diatas dapat
perbuatannya. Orang yang bertanggung jawab dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas
diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan bukan mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
saja ia bisa menjawab-kalau ia mau-melainkan juga ia individu sehingga terciptanya perubahan tingkah laku,
harus menjawab. Lebih lanjut pengertian tanggung pengetahuan, pemahaman, ktrampilan, sikap, nilai,
jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang bersifat konstan atau tetap yang berbeda antara
(2013:555) diartikan dengan “Suatu sikap seorang sebelum dan sesudah belajar.
yang secara sadar dan berani mau mengakui apa yang Berdasarkan pengertian tanggung jawab dan belajar,
dilakukan, kemudian ia berani memikul segala maka dapat ditarik simpulan bahwa tanggung jawab
resikonya”. Dalam artian lain tanggung jawab adalah dalam belajar adalah perilaku seseorang atau individu
keadaan wajib menanggung segala sesuatu kalau secara sadar meliputi mengerjakan tugas yang
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diberikan guru, membuat keputusan berdasarkan
diperkarakan dsb). Berdasarkan pendapat tersebut alternative yang ada, mengikuti PBM, mengikuti
diatas maka tanggung jawab dalam penelitian ini dapat ulangan atau ujian dan mengakui kesalahan tanpa
diartikan bahwa memberikan beban dan rasa memiliki rasionalisasi berlebihan sehinggah tercipta perubahan
terhadap tugas-tugas yang telah diberikan dan apabila perilaku yang berbeda antara sebelum dan sesudah
tidak melaksanakannya ada resiko yang harus belajar
diterimanya. Lebih lanjut pengertian tanggung jawab Konseling Kelompok
menurut Kamus Bahasa Indonesia (2013: 555) Konseling kelompok yaitu konseling yang
diartikan dengan “ Suatu sikap seseorang yang secara dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai
sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, permasalahan yang serupa (Hikmawati, 2010 :46).
kemudian ia berani memikul segala resikonya”. Menurut Prayitno dan Amti (2004 : 311) layanan
Dari pengertian-pengertian diatas dapat konseling kelompok ialah layanan konseling individu
disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan suatu yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Menurut
sikap seseorang yang secara sadar dan berani dalam Gibson dan Marianne (2011: 275), istilah konseling
mengambil keputusan yang patut dan efektif serta mau kelompok mengacu kepada penyesuaian rutin atau
mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok.
menanggung segala resikonya, boleh dituntut, Konseling kelompok difokuskan untuk membantu
dipersalahkan, diperkirakan, dan sebagainya. konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian
Menurut Slameto (dalam Hadist, 2010:60), diri dan perkembangan kepribadian hari ke hari.
belajar ialah suatu proses belajar untuk mendapatkan Contohnya fokus kepada modifikasi perilaku,
perubahan prilaku yag baru serta menyeluruh dari pengembangan keahlian hubungan pribadi, problem
pengalaman individu berinteraksi dengan seksualitas manusia, nilai atau sikap, atau pengambilan
lingkungannya. C. T Morgan, (dalam Sobur, 2003 : keputusan karier.

2
Penerapan Konseling Kelompok CBM Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Dalam Belajar Kelas X- APH Di SMK
Gema 45 Surabaya

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat perlakuan. Pertama dilakukan pengukuran (Pre-test)
disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah layanan dengan menggunakan angket tanggung jawab dalam
bimbingan dan konseling yang memungkinkan individu belajar, kemudian diberikan perlakuan dalam jangka
untuk melakukan pembahasan dan penyelesaian waktu tertentu dengan memberikan konseling kelompok
permasalahan pribadi melalu dinamika kelompok. CBM. Setelah itu dilakukan pengukuran kembali (Post-
Konseling Kelompok CBM test) dengan menggunakan angket tanggung jawab
Meichenbaum (dalam Wulandari,2004) dalam belajar dengan materi angket yang sama.
menyatakan bahwa modifikasi perilaku – kognitif
merupakan teknik yang menggabungkan antara terapi HASIL DAN PEMBAHASAN
kognitif dan terapi perilaku. CBM berfokus pada Data Hasil Pre-test
pengubahan pernyataan diri dari konseli. Menurut Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
Meichenbum (dalam Corey 2005: 92), pernyataan diri XI IPS 4 SMA Negeri 3 Lamongan yang teridentifikasi
mempengaruhi perilaku seseorang dalam banyak cara memiliki perilaku konformitas tinggi. Untuk
yang sama seperti pernyataan yang dibuat oleh orang menentukan subyek penelitian, maka dilakukan
lain. Asumsi dasar dari CBM adalah dengan mengubah pengukuran terhadap perilaku konformitas siswa
perilaku konseli, dengan memperhatikan bagaimana melalui angket terhadap 32 siswa yang berada di kelas
mereka berfikir, merasa, dan berperilaku dan XI IPS 4 tersebut.
dampaknya pada orang lain. Untuk terjadinya Pemberian angket pre-test bertujuan untuk
perubahan, konseli perlu mengeluarkan perilaku asli mengetahui skor tanggung jawab dalam belajar sebelum
mereka. Sehinggah mereka dapat mengevaluasi perilaku diberikan konseling kelompok CBM untuk kemudian
mereka dalam berbagai situasi(meichenbaum dalam dijadikan sebagai subyek penelitian. Kemudian hasil
corey, 2005 : 229). Meichenbaum merupakan seorang pengukuran dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:
tokoh yang berpengaruh didalam modifikasi perilaku – tinggi, sedang, rendah. Kategori tersebut diperoleh dari
kognitif dalam ivey(dalam Wulandari, 2004) penghitungan Mean dan Standart Deviasi sebagai
mengemukakan pandangannya bahwa modifikasi berikut :
perilaku – kognitif dilakukan untuk menolong konseli
mendefinisikan masalah kognitif dan perilakunya, 1) Kategori tinggi = Mean + 1 SD X
dengan mengembangkan kognisi, emosi, perubahan Kategori tinggi = (Mean + 1SD) ke atas
perilaku dan mencegah kambuh kembali. = 116,65+ 27,46
Adapun asumsi yang mendasari modifikasi = 144,11 Keatas
perilaku kognitif adalah: 2) Kategori sedang = Mean- 1 SD X
a. Kognisi yang tidak adaptif mengarah pada pembentukan Mean + 1 SD
tingkah laku yang tidak adaptif pula Kategori sedang= (Mean  1SD) s/d (Mean  1SD)
b. Peningkatan diri yang adaptif dapat ditempuh melalui = (116,65-27,46) sampai (116,65+
peningkatan pemikiran yang positif; 27,46)
c. Konseli dapat memperlajari peningkatan pemikiran = 89,19– 144,11
mengenai sikap, pikiran dan tingkah laku.. 3) Kategori rendah = X Mean- 1 SD
Jadi ,dari penjelasan diatas, secara singkat modifikasi Kategori rendah = (Mean − 1SD) ke bawah
perilaku – kognitif dapat diartikan sebagai suatu teknik = 116,65-27,46
yang berusaha memperkuat timbulnya perilaku adaptif
dan memperlemah timbulnya perilaku yang tidak = 89,19Kebawah
adaptif melalui terapi kognitif dan perilaku.
Dari hasil pedoman pengkategorian tersebut
METODE diketahui 6 siswa yang masuk kategori rendah.
Berdasarkan permasalahan penelitian yang Sehingga 6 siswa tersebut dijadikan sebagai subyek
berjudul “penerapan konseling kelompok cognitive penelitian. Hasil Pre-Test terhadap subyek penelitian
behaviour modification (cbm) untuk meningkatkan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
tanggung jawab dalam belajar siswa kelas x-aph Tabel 4.2
(akomodasi perhotelan) di smk gema 45 surabaya”,
maka penelitian ini termasuk dalam penelitian Data Hasil Angket Pre-test Perilaku Tanggung
kuantitatif, dengan menggunakan rancangan Pre- Jawab dalam Belajar
Eksperimental dengan menggunakan metode One
Group Pre-test dan Post-test Design, dengan rancangan No. Nama Skor Kategori
satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Penelitian 1. AB 71 Rendah
ini dikatakan eksperimen semu atau pura-pura karena 2. BC 69 Rendah
dalam penelitian ini hanya dilakukan pada satu 3. CD 67 Rendah
kelompok saja tanpa adanya kelompok pembanding. 4. DE 79 Rendah
Rancangan penelitian ini digunakan untuk 5. EF 72 Rendah
mengetahui secara langsung dan cepat efek perlakuan 6 FG 77 Rendah
dengan angket sebagai alat pengumpul data yang
Rata-rata 72,5
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah

3
Jurnal BK. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2014, 01 - 07

Analisis Hasil Penelitian


Teknik analisis yang digunakan statistik non
parametik dengan uji tanda atau sign test. Uji tanda ini
digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil
pengukuran awal dan pengukuran akhir. Kondisi
berlainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
skor perilaku konformitas siswa antara sebelum dan
sesudah pemberian konseling kelompok CBM . Berikut
adalah hasil analisis skor angket yang diberikan pada Gambar Diagram 4.3
siswa dengan pengukuran Pre-test dan Post-test dapat Data Hasil Pre-Test dan Post-Test
dilihat dalam tabel berikut ini:
Maka secara keseluruhan dapat dilihat adanya
Tabel 4.4 perbedaan grafik hasil pre-test yang lebih tinggi
Hasil Analisis Pre-test dan Post-test daripada hasil post-test. Hal ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan tanggung jawab dalam belajar siswa antara
Pre- Post-
Arah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa
No Subyek test test Tanda Ket pemberian konseling kelompok CBM.
Perbedaan
(XB) (XA)
1. AB 71 138 XA>XB _ MenurunAnalisis Individual
2. BC 69 134 XA>XB _ Menurun
3. CD 67 126 XA>XB _ Menurun
a. Subyek AB
4. DE 79 143 XA>XB _ Menurun Tanggung jawab dalam belajar AB termasuk
5. EF 72 120 XA>XB _ Menurun kategori rendah. Tanggung jawab dalam belajar
6. FG 77 123 XA>XB _ Menurun AB rendah penyebabnya adalah ia tidak tepat
Rata- Rata 37,8 68,15 waktu masuk ke kelas, ketika jam istrahat selesai
AB malah bermalas- malasan di kantin
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa yang dibandingkan bergegas ke kelas, AB juga jarang
menunjukkan tanda negatif (-) berjumlah 6 yang mengumpulkan tugas. Menurut pengakuannya ia
bertindak sebagai N (banyaknya pasangan yang ber pikir guru saja tidak tepat waktu masuk kelas
menunjukkan perbedaan) dan x (banyaknya tanda yang kenapa saya sebagai murid harus tepat waktu, AB
lebih sedikit) berjumlah 0. Dengan melihat tabel tes juga mengatakan terkadang ketika sudah
binomial dengan ketentuan N = 6 dan x = 0 (z), maka mengerjakan PR guru tersebut malah tidak masuk
diperoleh ρ (kemungkinan harga di bawah Ho) = 0,016. kelas, kadang masuk pun PR nya hanya
Bila dalam ketetapan α (taraf kesalahan) sebesar 5% dikumpulkan dan tidak bahas. AB ingin berubah,
adalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa harga 0,016 ia ingin lebih semangat lg untuk belajar,
< 0,05, berdasarkan hasil tersebut maka Hο ditolak dan mengumpulkan tugas tepat waktu dan selalu
Ha diterima. Setelah diberi perlakuan dengan pemberian mentaati peraturan yang ada tanpa ada pikiran
konseling kelompok CBM terdapat perbedaan skor negatif. Setelah mendapatkan perlakuan atau
antara pre-test dan post-test tanggung jawab dalam mengikuti konseling kelompok CBM subyek AB
belajar. Selain itu, berdasarkan perhitungan pada tabel mendapatkan skor 138 termasuk dalam kategori
4.4 diketahi rata-rata pre-test 37,8 dan rata-rata post-test sedang.
68,15 Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan b. Subjek BC
pemberian konseling kelompok CBM dapat BC mempunyai tingak tanggung jawab dalam
meningkatkan tanggung jawab dalam belajar kelas X- belajar rendah. Hal ini disebabkan BC selalu
APH di SMK Gema 45 Surabaya. malas untuk belajar di rumah, anak yang acuh tak
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat acuh terhadap kegiatan belajar mengajar serta
dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam sering ramai dikelas meskipun kegiatan belajar
penelitian ini yang berbunyi “Penerapan konseling mengajar berlangsung. Hal tersebut terjadi karena
kelompok CBM (cognitive behaviour modification) dia berpikir bahwa pelajaran sangat mudah diatur,
dapat meningkatkan tanggung jawab dalam belajar kelas tidak perlu terlalu rajin kalau tidak bisa tinggal
X- APH di SMK Gema 45 Surabaya” dapat diterima. menyontek teman. namun ketika tidak ada teman
Adapun hasil perbedaan pre-test dan post-test yang mau dicontek, dia kebingungan untuk
yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut: mengerjakannya, ditambah lagi waktu untuk
menumpuk tugas semakin sedikit. Dia
menginginkan untuk tidak malas belajar, tidak
acuh tak acuh terhadap kegiatan belajar mengajar
serta bisa mengumpulkan tugas tepat waktu tanpa
menyontek teman. Pada waktu pre-test BC
memperoleh sekor 69 termasuk kategori rendah.
Namun setelah mendapatkan perlakuan

4
Penerapan Konseling Kelompok CBM Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Dalam Belajar Kelas X- APH Di SMK
Gema 45 Surabaya

mendapatkan skor134 yang termasuk kategori juga membawa buku sesuai dengan jadwal.
sedang Setelah mengikuti konseling CBM atau perlakuan,
c. Subjek CD skor tanggung jawab dalam belajar menjadi 120
Skor tanggung jawab dalam belajar CD pre-test yang termasuk kategori sedang.
adalah 67 termasuk kategori rendah. Penyebab f. Subjek FG
dari tanggung jawab dalam belajar rendah adalah FG mempunyai tingkat tanggung jawab dalam
ia selalu mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, belajar yang rendah karena ia sulit diam ketika
menunggu tugas tersebut menumpuk terlebih ujian berlangsung, tidak mentaati peraturan yang
dahulu baru mengerjakan dan apabila tidak bisa ditetapkan ketika ujian atau ulangan berlangsung.
mengerjakan atau malas mengerjakan tinggal Ia selalu berpikir jika tidak mencontek ia tidak
menyontek teman. Menurut pengakuannya, dia akan bisa menyelesaikan soal – soal ujian atau
enggan mengerjakan tugas jika tidak menumpuk ulangan serta tidak akan mendaptkan nilai baik.
dulu sehinggah mempunyai banyak waktu untuk Menurut pengakuan GH jika ia mendapatkan nilai
bermain. Ia berpikir jika tidak bisa mengerjakan jelek ia akan menyembunyikan nilai tersebut agar
masih banyak teman yang bisa diajak kompromi. orang tuanya atau orang rumah tidak mengetahui
subyek ini ingin bisa mengatur dirinya agar bisa nilai akademik tersebut. Itulah penyebab kenapa
mengumpulkan PR tepat waktu, mempunyai GH mempunyai tanggung jawab dalam belajar
jadwal yang tetap untuk belajar sehinggah tidak rendah. Subyek GH ingin berubah, bisa
menunggu PR atau tugas menumpuk dulu baru mengerjakan ujian dengan kemampuan sendiri,
mengerjakan dan belajar. Setelah mendapatkan selalu mentaati praturan yang sudah ditetapkan
perlakuan, skor tanggung jawab dalam belajar 126 ketika ujian serta tidak menyembunyikan nilai
yang termasuk kategor sedang akademik pada orang tua jika nilai tersebut jelek.
d. Subjek DE Pada waktu pre-test GH mendapatkan skor 77
DE mempunyai tingkat kepercayaan diri yang masuk dalam kategori rendah akan tetapi setelah
rendah. Hal ini disebabkan karena DE bosan mengikuti konseling kelompok CBM atau
mendengarkan penjelasan guru, tidak suka perlakuan skor meningkat menjadi.. termasuk
mencatat penjelasan guru meskipun penting. dalam kategori sedang.
Menurut pengakuannya, dia bosan dengan metode
pengajaran ceramah dan juga menurutnya Pembahasan Hasil Penelitian
penjelsan tersebut tidaklah penting ia bisa dengan Berdasarkan analisis hasil pre-test dan post-test
cara membaca buku tersebut. Sedangkan menurut yang menggunakan uji tanda (sign test), pada tabel 4.4
DE kenapa ia tidak mencat lain sebab dalam (lihat hal) menunjukan arah perubahan yang positif
pikirannya masih bisa pinjem catatan teman dan dikarenakan ada penurunan skor dari Pre-test (XB) ke
bisa di copy ketika membutuhkan catatan tersebut. Post-test (XA), yang diketahui rata-rata pre-test 37,08
DE menginginkan tidak acuh tak acuh saat guru dan rata-rata post-test 68,15. Dapat diketahui bahwa
menjelaskan pelajaran dan mencatat penjelasana x=0 dan N=6 dengan α (taraf kesalahan) sebesar 5%
guru yang selalu dilakukan oleh teman- temannya. adalah 0,05 yang kemudian dikonsultasikan dengan
Pada waktu pre-test DE mendapatkan skor 79 tabel tes binomial hingga diperoleh (kemungkinan
yang mana skor tersebut masuk pada kategori
rendah. Namun setelah mengikuti konseling harga di bawah H0) = 0,016. Berdasarkan hasil tersebut
kelompok CBM atau mendapatkan perlakuan maka Hο ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan
skornya meningkat menjadi 143 dimana termasuk 0,016 < 0,05. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
dalam kategori sedang dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada perbedaan skor
e. Subjek EF tanggung jawab dalam belajar kelas X- APH di SMK
Skor tanggung jawab dalam belajar EF sebelum Gema 45 Surabaya antara sebelum dan sesudah
diberi perlakuan ialah 72 yang termasuk kategori diterapkankonseling kelompok CBM” dapat diterima.
rendah. Tanggung jawab dalam belajar rendah Sehingga dengan adanya peningkatan skor antara skor
tersebut disebabkan karena kurangnya minat pre-test dan skor post-test dapat disimpulkan bahwa
dalam belajar yang ditunjukkan dengan membaca pemberian konseling kelompok CBM dapat
buku lain seperti novel, komik, dll yang tidak meningkatkan tanggung jawab dalam belajar kelas X-
berkaitan dengan mata pelajaran berlangsung, APH di SMK gema 45 Surabaya.
sering tidak membawa buku catatan sesuai dengan
jadwal. ia mengaku bahwa dia sering ramai PENUTUP
dengan teman – temnnya meskipun proses belajar
Simpulan
mengajar berlangsung dan juga sering main
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
gadget pada saat di kelas. Dalam pikirannya lebih
diketahui bahwa x=0 dan N=6 dengan α (taraf
asik main gadget dan membaca novel
kesalahan) sebesar 5% adalah 0,05 yang kemudian
dibandingkan belajar. akan tetapi ia
dikonsultasikan dengan tabel tes binomial hingga
menginginkan untuk berubah, bisa konsentrasi
dalam belajar, memperhatikan guru yang diperoleh (kemungkinan harga di bawah H0) = 0,016,
mengajar di kelas ketika PBM berlangsung, dan maka 0,016 < 0,05. Dengan demikian, dapat

5
Jurnal BK. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2014, 01 - 07

disimpulkan bahwa ada perbedaan skortanggung jawab


dalam belajar sebelum dan sesudah diberikan konseling Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar & Mengajar.
kelompok CBM pada siswa kelas X-APH di SMK Bandung: Sinar Baru Algesindo
Gema 45 Surabaya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa konseling kelompokCBM dapat Massa Adiwiyato, Anto.2001. Melatih Anak
meningkatkan tanggung jawab dalam belajar. Bertanggung Jawab. Jakarta: Rineka Cipta
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, Nursalim, Mochamad dan Hariastuti, Retno Tri.
maka ada beberapa saran yang diberikan, sebagai 2007.Konseling Kelompok. Surabaya: Unesa
berikut: University Press
1. Bagi konselor sekolah
Dengan adanya hasil dari penelitian ini, Nursalim, Mochamad. Dkk. 2005.Strategi Konseling.
diharapkan konselor sekolah dapat menggunakan Surabaya: . Jakarta: Unesa University Press
konseling kelompok CBM khususnya dengan
teknik self instruction dan self monitoring sebagai Prayitno dan Amati, Emran. 2004. Dasar – dasar
alternatif dalam membantu siswa yang memiliki Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
masalah khusunya tentang tanggung jawab dalam Rineka Cipta
belajar. Untuk itu konselor hendaknya memiliki
keterampilan untuk memberikan teknik tersebut Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
dengan mengikuti pelatihan atau menambah Bandung : Alfabeta
wawasan untuk memperoleh keterampilan tersebut.
2. Bagi pihak sekolah Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif
Hasil dalam penelitian ini hendaknya dan R & D. Bandung : Alfabeta
dijadikan sebagai bahan masukan dalam
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling disekolah. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka
3. Bagi peneliti lain Setia
Bagi peneliti lain, untuk melakukan
penelitian ini yang sejenis maka sebaiknya Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – faktor Yang
memperhatikan waktu yang digunakan dalam Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
pemberian perlakuan, mungkin bisa ditambah agar
tujuan yang diharapkan bisa tercapai secara Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Nila. 2008.
maksimal. Selain itu sebaiknya memperhatikan Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
faktor lain yang mungkin belum diamati dalam Jakarta : Rineka Cipta
penelitian ini, karena tanggung jawab dalam belajar
yang rendah itu bisa disebabkan oleh berbagai Safari, Triantoro. 2004. Terapi Kognitif – Prilaku
faktor.. Untuk Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu

DAFTAR PUSTAKA Tamara Bryant. Pam Schiller. 2002. 6 Modal Dasar


Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Bagi Anak. Jakarta. Pt. elex Media
Jakarta: Rineka Cipta Komputindo

Azwar, Saifuddin. 201. Sikap Manusia: Teori dan Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan Dan Konseling: Studi
Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dan Karir. Yogyakarta: Andi

Bertens. K. 2013. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Wulandari, Lita Hadiati. 2004. Efektivitas Modifikasi
Utama. Prilaku – Kognitif Untuk Menguragi
Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi.
Corey, Gerald. 2005. Teory and Practice Of Counseling Jurnal, (Online),
and Psychotherapy. Monterey California: (http://libray.usu.ac.id//download/fk/psikolog
Books/ Cole Co. i-lita.pdfs, diakses pada tanggal 30 januari
2014)
Clemes, Haris dan Reynold Bean. 2011. Bagaimana
Mengajar Anak Bertanggung jawab.
Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa.
Jakarta : Binarupa Aksara.

Hadist, Abdul. dan Nurhayati. 2010. Psikologi dalam


Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Himakamawati, Fenti. 2010. Bimbingan Dan Konselin.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai