Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK

PENGUATAN POSITIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


SISWA KELAS VIII F SMPN 1 SUKASADA 2012/2013

Ni Wayan Esa Apriani1, Gede Sedanayasa2, Ni Nengah Madri Antari3


1,2,3
Jurusan Bimbingan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {essaapriani@yahoo.com, Gede_sedanayasa@yahoo.com,


flower_bali@yahoo.co.id}

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas konseling behavioral dengan teknik penguatan
positif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII F SMPN 1 Sukasada 2012/2013.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling. Prosedur
penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap identifikasi, diagnosa, prognosa,
konseling/treatment, evaluasi/follow up, dan refleksi. Treatment diberikan sebanyak 3 kali pada masing-
masing siklus. Subjek penelitian ini adalah 4 orang siswa kelas VIII F SMPN 1 Sukasada. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi dan wawancara. Data yang diperoleh
dari responden diolah dengan analisis deskriptif.
Hasil analisis menunjukkan pencapaian motivasi belajar siswa pada siklus I terhadap 4 orang,
yaitu sebesar 49,45% meningkat menjadi 74,03%. Rata-rata peningkatannya adalah 24,58%. Dari hasil
tersebut, 2 orang siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan sehingga perlu untuk melanjutkan treatment
ke siklus II. Pada siklus II pencapaian motivasi belajar siswa yaitu 65,00% menjadi 78,06% terhadap 2
orang siswa. Jadi, 4 orang siswa yang dijadikan subjek penelitian sudah mencapai ketuntasan yang
ditentukan karena skor telah melebihi 70%. Berdasarkan hasil yang dicapai tersebut, dapat disimpulkan
bahwa konseling behavioral dengan teknik penguatan positif mampu meningkatkan motivasi belajar bagi
siswa yang menunjukkan motivasi belajar rendah. Atas dasar itu, disarankan kepada guru BK untuk
mempertimbangkan layanan konseling behavioral dengan teknik penguatan positif sebagai salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk membantu mengentaskan permasalahan siswa khususnya dalam
meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang menunjukkan motivasi belajar rendah.

Kata Kunci : konseling behavioral, teknik penguatan positif, motivasi belajar.

Abstract
This study aimed at identifying the application of behavioral counseling with positive reinforcement
technique to increase student’s learning motivation in Class F Eighth Grade Junior High School 1
Sukasada Academic Year 2012/2013.
Counseling action research was done in two circles. Each circle consiste of identification,
diagnose, prognose, conceling/treatment, evaluation/follow up, and reflection. The treatment was given
three times in each circle. The subjects of the study were four students in Class F Eighth Grade Junior
High School 1 Sukasada. The data collection method were used questionnaire, observation and
interview. The data were analiyized descriptively.
At the first circle, the percentage of student’s learning motivation improved from 49,45% to 74,03%.
The percentage of the improvement was 24,58%. From that result, two of the subjects did not achieve
the standard. Therefore second circle needed to be conducted. In the second circle the achievement of
the motivation of these two subjects. Were improving from 65% to 78,06%. So, all of the subjects have
already achieved the minimum standard (70%). Based on the result, it can be conclude that behavioral
counseling with positive reinforcement technique can increase the student’s learning motivation. So, it is
suggested for the counseling teacher to use behavioral counseling technique as an alternative technique
in helping the students to improve their learning motivation.

Key Words : behavioral conceling, positive reinforcement techniquene, learning motivation.


PENDAHULUAN yang sesuai dengan bakat, kemampuan
Di era globalisasi ini, bangsa Indonesia dan minat yang dimilikinya. Namun,
memerlukan sumber daya manusia yang kenyataan menunjukkan disamping ada
berkualitas dalam membangun dunia siswa yang berhasil secara gemilang masih
pendidikan Indonesia. Salah satu usaha juga terdapat siswa yang memperoleh
penting yang mendukung tumbuh prestasi belajar yang kurang meyakinkan
kembangnya sumber daya manusia yang karena rendahnya minat siswa dalam
dimaksud adalah pendidikan. Menurut belajar. Ketidak berhasilan siswa itu tidak
Samuel Smith dalam Pidarta, (2007:19) semuanya disebabkan oleh kebodohan
tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk atau kelemahan intelegensinya melainkan
membentuk manusia seutuhnya, dalam arti kurangnya motivasi yang berkaitan dengan
berkembangnya potensi-potensi individu prestasi dalam belajar dari siswa itu sendiri,
secara berimbang, optimal, dan terintegrasi selain disebabkan oleh kurangnya motivasi
sesuai dengan potensi yang dimiliki individu dapat juga disebabkan oleh hambatan-
seperti apa adanya. hambatan atau masalah-masalah tertentu
Menurut Peraturan Pemerintahan yang mereka hadapi.
Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Motivasi belajar pada siswa merupakan
Tahun 2005 tentang Standar Nasional suatu kegiatan yang dituntut oleh sekolah
Pendidikan pasal 26 Ayat 1 Pendidikan apabila siswa ingin berhasil dalam
Nasional berfungsi mengembangkan menempuh pendidikan di sekolah. Dalam
kemampuan dan membentuk watak serta proses belajar motivasi sangat diperlukan
bermanfaat dalam kehidupan bangsa, karena siswa yang tidak memiliki motivasi
bertujuan untuk berkembangnya potensi dalam belajar, siswa tersebut tidak akan
peserta didik agar menjadi manusia yang mungkin bisa melakukan aktivitas belajar
cerdas, memiliki pengetahuan, kepribadian, dengan efektif. Hal ini merupakan pertanda
berakhlak mulia, keterampilan untuk hidup bahwa yang akan dikerjakan itu tidak
mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan keinginannya, sebab
serta memiliki bekal-bekal hidup di masa motivasi yang ada pada siswa tersebut
mendatang. Untuk meminimalisir tujuan masih tergolong rendah.
pendidikan tersebut, melalui kegiatan Motivasi dapat juga dikatakan
belajar mengajar di sekolah, guru sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
pelaku utama sangat menentukan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
tercapainya pendidikan. seseorang mau dan ingin melakukan
Sebagaimana diketahui bahwa perilaku sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
manusia dipengaruhi oleh dua faktor besar berusaha untuk meniadakan atau
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi
Faktor eksternal meliputi masyarakat, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari
keluarga dan sekolah. Masyarakat selain luar dan motivasi juga tumbuh di dalam diri
berperan sebagai pemberi masukan dalam seseorang.
mengembangkan pendidikan, juga Pencapaian hasil belajar siswa dapat
membantu menyediakan sarana dan saling berbeda satu dengan yang lain. Hal
prasarana belajar. Sedangkan keluarga ini terjadi karena perbedaan kemampuan
berperan sebagai peletak dasar pendidikan yang dimiliki siswa, salah satu diantaranya
bagi siswa. Selain itu sekolah juga berperan adalah perbedaan dalam motivasi belajar,
melanjutkan pendidikan bagi siswa yaitu dimana di antara para siswa ada yang
dengan memberi pengetahuan dan memiliki motivasi tinggi, dan ada juga yang
keterampilan melalui pendidikan akademis memiliki motivasi rendah dalam belajar.
dan non akademis. Karena itu pendidikan Para siswa yang memliki motivasi tinggi
dilakukan dalam tiga tempat untuk saling dalam belajar, mereka akan lebih giat dan
melengkapi. semangat dalam belajar sehingga dengan
Seorang siswa dikatakan mencapai usaha dan semangat belajar yang tinggi
perkembangannya secara optimal apabila mereka akan dapat mencapai hasil belajar
dia memperoleh pendidikan dan prestasi yang lebih baik. Begitu pula sebaliknya,
bagi siswa yang motivasi belajarnya kurang
atau rendah, mereka akan melakukan belajar untuk membantu individu
aktivitas belajar dengan tidak bersemangat, mengubah perilakunya agar dapat
sehingga mereka akan mencapai hasil memecahkan masalahnya. Ada beberapa
belajar yang rendah dibawah kemampuan model yang dapat digunakan untuk
dan dibawah harapan sekolah. Siswa-siswa mengubah perilaku dengan pendekatan
seperti ini disebut dengan siswa yang behavioristik. Model-model yang dimaksud
mengalami motivasi belajar yang rendah. adalah model Disensitisasi Sistematik,
Berdasarkan hasil observasi selama Implosive, Aversi, dan Pengkondisian
melaksanakan Intensif di SMPN 1 Operant. Salah satu model yang digunakan
Sukasada kurang lebih 4 bulan dan hasil dalam penelitian ini adalah model
dari wawancara dengan wali kelas, guru pengkondisian operan, dengan metode
bidang studi dan guru BK, ternyata ada penguatan positif. Model konseling
beberapa siswa khususnya siswa kelas VIII behavioral dengan teknik penguatan positif
F yang menunjukkan gejala-gejala motivasi ini, merupakan model konseling yang
belajar rendah di dalam kelas seperti tidak dilakukan dengan cara mengkondisikan
percaya diri ketika ditunjuk guru untuk untuk menjadi tingkah laku baru dengan
tampil di depan teman-temannya, minat cara memberikan ganjaran atau perkuatan
belajar rendah, rasa takut dan malu yang segera setelah tingkah laku yang
mengakibatkan motivasi belajarnya kurang, diharapkan muncul. Cara ini adalah cara
semangat belajar yang kurang, tidak yang cukup ampuh dalam meningkatkan
konsentrasi pada saat guru menjelaskan motivasi belajar karena jika siswa diberikan
pelajaran di kelas, tidak ada gairah penguatan positif berupa hadiah,
mengikuti pelajaran dan sering mengantuk penguatan (reinforcement) atau pujian
ketika mengikuti pelajaran. Hal ini dapat mereka akan merasa dirinya sebagai siswa
dilihat dari perilaku siswa yang nampak yang beharga. Jika mereka merasa dirinya
dalam mengikuti pelajaran yaitu siswa berharga biasanya mereka akan mencari
bersikap pasif, siswa lebih banyak diam, sendiri prilaku positif, seperti bersemangat
tidak merespon, jika diberikan tugas dan atau serius dalam belajar. Setiap siswa
pekerjaan rumah sering tidak mengerjakan, mempunyai potensi untuk berubah dari
tidak bersemangat, tidak bekerja keras, dan bertingkah laku yang tidak diharapkan
tidak mau bertanya. Mereka juga gampang menjadi bertingkah laku baru yang
menyerah bahkan sering tidak diharapkan dan pemberian ganjaran atau
memperhatikan guru pada saat penguatan positif memiliki pengaruh
menjelaskan pelajaran. Agar gejala-gejala emosional terhadap motivasi belajar siswa
seperti ini tidak terus berkembang, maka karena adanya penguatan positif dalam
perlu dilakukan usaha-usaha yang bersifat melakukan treatment sehingga motivasi
preventif maupun kuratif. belajar siswa dapat ditingkatkan. Berkaitan
Salah satu usaha yang dapat dilakukan dengan permasalahan di atas, maka
untuk meningkatkan motivasi belajar adalah penelitian ini tertarik untuk mengangkat
dengan pendekatan konseling behavioral. judul “Penerapan Konseling Behavioral
Gerald Corey yang diterjemahkan oleh E. dengan teknik penguatan positif untuk
Koeswara, (2003:197-198) menyatakan meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
”Behaviorisme adalah suatu pandangan VIII F di SMPN 1 Sukasada 2012/2013”.
ilmiah tentang tingkah laku manusia”. Dalil
dasarnya adalah bahwa perilaku yang Konseling Behavioral Dengan Teknik
dibentuk berdasarkan hasil dari segenap Penguatan Positif
pengalamannya berupa interaksi individu Menurut Surya (dalam Tohirin,
dengan lingkungan sekitarnya. Dalam 2007:25) konseling merupakan suatu
konsep behavioral, perilaku manusia kontak atau hubungan timbal balik antara
merupakan hasil belajar, sehingga dapat dua orang (konselor dan klien) untuk
diubah dengan memanipulasi dan menangani masalah klien, yang didukung
mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada oleh keahlian dan dalam suasana yang
dasarnya proses konseling merupakan laras dan integrasi, berdasarkan norma-
suatu penataan proses atau pengalaman
norma yang berlaku untuk tujuan yang meningkatkan motivasi belajar pada siswa
berguna bagi klien. yang memiliki motivasi belajar rendah.
Penelitian ini menggunakan teori
Konseling Behavioral. Menurut Gerald Motivasi Belajar
Corey yang diterjemahkan oleh E. Menurut Sardiman (2007:73)
Koeswara, (2003:197-198), menyatakan mendifinisikan motivasi berasal dari kata
bahwa ”Behaviorisme adalah suatu “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang
pandangan ilmiah tentang tingkah laku mendorong seseorang untuk melakukan
manusia”. Dalil dasarnya adalah bahwa sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
tingkah laku itu tertib dan bahwa daya penggerak dari dalam dan di dalam
eksperimen yang dikendalikan dengan subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
cermat akan menyingkapkan hukum-hukum tertentu demi mencapai suatu tujuan.
yang mengendalikan tingkah laku. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
Behaviorisme menitik beratkan pada kondisi intern (kesiapsiagaan). Sehingga
perilaku individu. Menurutnya, perilaku motivasi dapat diartikan sebagai daya
individu ada karena adanya stimulus penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
(rangsangan eksternal). Reaksinya berupa menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
gerak dan perubahan jasmani yang bisa terutama bila kebutuhan untuk mencpai
diamati secara objektif, serta bisa dipelajari tujuan sangat dirasakan/mendesak.
dari luar. Manusia dikatakan sebagai Menurut Abdul Rahman (2008:194)
makhluk kebiasaan belaka sehingga dia macam-mcam motivasi belajar ada dua,
bisa dijadikan sedemikian rupa, dengan yaitu: (a) Motivasi intrinsik, ialah motivasi
jalan memberi perangsang-perangsang yang berasal dari diri seseorang itu sendiri
yang tepat dan momen yang baik, sehingga tanpa dirangsang dari luar. Misalnya: orang
ada proses belajar dan berlatih. yang gemar membaca, tidak usah ada yang
Tujuan konseling behavioral adalah mendorong, ia akan mencari sendiri buku-
menciptakan kondisi-kondisi baru bagi bukunya untuk dibaca. (b) Motif intrinsik
proses belajar. Dasar alasannya adalah juga diartikan sebagai motivasi yang
bahwa segenap tingkah laku dipelajari pendorongnya ada kaitan langsung dengan
(learned), termasuk tingkah laku yang nilai-nilai yang terkandung di dalam tujuan
maladaptif. Jika tingkah laku neurotik pekerjaan sendiri. Motivasi ektrinsik, yaitu
learned, maka bisa unlerned (dihapus motivasi yang datang karena adanya
dalam ingatan), dan tingkah laku yang lebih perangsangan dari luar, seperti halnya,
efektif bisa diperoleh (Gerald Corey yang seorang siswa rajin belajar karena akan
diterjemahkan oleh E. Koeswara, ujian. Motivasi ektrinsik ini juga dapat
(2003:202). diartikan sebagai motivasi yang
Adapun teknik yang digunakan dalam pendorongnya tidak ada hubungannya
penelitian ini adalah teknik Penguatan dengan nilai yang terkandung dalam tujuan
Positif untuk meningkatkan motivasi belajar pekerjaannya. Seperti seorang siswa mau
siswa. Menurut Gerald Corey yang di mengerjakan tugas karena takut pada
terjemahkan oleh E. Koeswara, (2003:223) gurunya.
menyatakan, “Penguatan positif jauh lebih Syaiful Bahri, (2002:124-132),
efektif dalam mengendalikan tingkah laku menyatakan terdapat beberapa cara yang
karena hasil-hasilnya lebih bisa diramalkan dapat dilakukan untuk meningkatkan
serta kemungkinan timbulnya tingkah laku motivasi belajar siswa, adalah sebagai
yang tidak diinginkan akan lebih kecil”. berikut. A) Memberi angka dimaksud
Penguatan positif merupakan pembentukan sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
suatu pola tingkah laku dengan belajar anak didik. Angka yang diberikan
memberikan ganjaran atau penguatan kepada setiap anak didik biasanya, sesuai
segera setelah tingkah laku yang hasil ulangan yang mereka peroleh dari
diharapkan muncul. Teknik ini merupakan hasil penilaian guru, bukan karena belas
salah satu teknik dari teori behavioral yang kasihan guru. B) Hadiah adalah
dirasa paling tepat dan efektif untuk memberikan sesuatu kepada orang lain
sebagai penghargaan atau kenang- berminat terhadap sesuatu aktivitas akan
kenangan/cendramata. C) Kompetensi memperhatikan aktivitas itu secara
adalah persaingan, dapat digunakan konsisten dengan rasa senang. Dengan
sebagai alat memotivasi untuk mendorong kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka
anak didik agar mereka bergairah belajar. dan ketertarikan pada suatu hal atau
D) Ego-Involvement menumbuhkan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
kesadaran kepada anak didik agar Sehubungan dengan macam-macam
merasakan pentingnya tugas dan motivasi belajar yang dijelaskan di atas,
menerimanya sebagai suatu tantangan Syaiful Bahri (2002:123) menyatakan ada
sehingga bekerja keras dengan tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu: 1)
mempertaruhkan harga diri, menyelesaikan Motif sebagai pendorong perbuatan, pada
tugas dengan baik adalah simbol mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk
kebanggaan dan harga diri. Begitu juga belajar. Sesuatu yang akan dicari dalam
dengan anak didik sebagai subjek belajar. rangka untuk memuaskan rasa ingin
E) Memberi ulangan bisa dijadikan sebagai tahunya dari sesuatu yang dipelajari.
alat motivasi. Anak didik biasanya Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh- mendorong anak didik untuk belajar dalam
jauh hari untuk menghadapi ulangan. rangka mencari tahu. Anak didik pun
Berbagai usaha dan tehnik agar dapat mengambil sikap seiring dengan minat
menguasai semua mata pelajaran, anak terhadap suatu objek. Sikap itulah yeng
didik sedini mungkin sehingga mendorong anak didik kearah perbuatan
memudahkan mereka untuk menjawab dalam belajar dan berprestasi, 2) Motif
setiap item soal ketika pelaksanaan sebagai penggerak perbuatan, dorongan
ulangan berlangsung, sesuai dengan psikologis yang melahirkan sikap terhadap
interval waktu yang diberikan. F) anak didik itu merupakan suatu perbuatan
Mengetahui hasil bisa dijadikan sebagai yang terbendung, yang kemudian
motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak membentuk psikofisik dengan melakukan
didik terdorong untuk belajar lebih giat. aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan
Apalagi hasil belajar itu mengalami raga, 3) Motif sebagai pengarah perbuatan,
kemajuan, anak didik akan berusaha anak didik yang mempunyai motif dapat
mempertahankannya atau bahkan menyeleksi mana perbuatan yang harus
meningkatkan intensitas belajarnya guna dilakukan dan mana perbuatan yang
mendapat prestasi belajar yang lebih baik diabaikan. Seorang anak didik yang ingin
dikumudian hari atau pada semester mendapatkan sesuatu dari suatu mata
berikutnya. G) Pujian adalah bentuk pelajaran tertentu, tidak mungkin
reinforcement yang positif sekaligus dipaksakan untuk mempelajari mata
merupakan motivasi yang baik. Guru bisa pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan
memanfaatkan pujian untuk memuji mempelajari mata pelajaran dimana
keberhasilan anak didik dalam mengerjakan tersimpan sesuatu yang akan dicari yang
pekerjaan disekolah. Pujian diberikan merupakan tujuan belajar yang akan
sesuai dengan hasil kerja bukan dibuat- dicapai. Tujuan belajar itulah sebagai
buat atau bertentangan sama sekali dengan pengarah yang membiarkan motif kepada
hasil kerja anak didik. H) Hukuman sebagai anak didik dalam belajar.
reinforcement yang negatif, tetapi bila Dari pemaparan diatas motivasi juga
dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan faktor yang terpenting untuk
merupakan alat motivasi yang baik dan menentukan keberhasilan dan merupakan
efektif. I) Hasrat untuk belajar berarti pada pendorong untuk mencapai prestasi
diri anak didik itu memang ada motivasi optimal. Apabila kondisi ini menjadi rendah
untuk belajar, sehingga sudah barang tentu maka semangat belajar siswa akan menjadi
hasilnya akan lebih baik dari pada anak rendah. Selain itu, bila hal ini terus terjadi
didik yang tidak berhasrat untuk belajar. J) kemungkinan siswa akan mengalami
Minat adalah kecendrungan yang menetap kegagalan dalam belajar seperti tinggal
untuk memperhatikan dan mengenang kelas atau putus sekolah. Untuk membina
beberapa aktivitas. Seseorang yang permasalahan tersebut banyak cara telah
dilakukan, diantaranya menyiapkan materi gairah mengikuti pelajaran dan sering
untuk siswa dengan baik, menggunakan mengantuk ketika mengikuti pelajaran. Dari
metode yang bervariasi, memberikan tugas 33 siswa di kelas VIII F, ada 4 orang siswa
tambahan, memberitahu siswa dengan baik yang memiliki motivasi belajar rendah.
pada saat pemberian tugas dan Maka dari itu, dalam penelitian ini
sebagainya. Semua cara tersebut telah pelaksanaan treatment akan diberikan
banyak dilakukan. Hal ini sejalan dengan kepada 4 orang siswa yang memiliki
pemikiran konseling behavioral yang motivasi belajar rendah.Penelitian ini terdiri
menekankan pada cara pengubahan dari dua variabel yaitu variabel bebas (X)
perilaku. Konseling behavioral menyatakan dan variabel terikat (Y). Yang dimaksud
bahwa tingkah laku manusia dapat diubah dengan variabel bebas (X) dalam penelitian
atau dimanipulasi, dengan cara ini adalah konseling behavioral dengan
mengendalikan tingkah laku manusia, yaitu teknik penguatan positif, sedangkan
dengan mengontrol perangsang- variabel terikatnya (Y) adalah motivasi
perangsang yang ada di lingkungan. belajar.
Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku Jenis penelitian yang dilaksanakan
yang dialami oleh individu dapat adalah penelitian tindakan bimbingan
dikembangkan dengan menggunakan konseling, yaitu penerapan konseling
konseling behavioral. Konseling behavioral behavioral dengan teknik penguatan positif
menekankan pada penguatan perilaku untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
positif. Penguatan positif berperan dalam kelas VIII F SMP Negeri 1 Sukasada tahun
membentuk suatu pola tingkah laku dengan pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dibagi
memberikan ganjaran atau perkuatan menjadi 3 (tiga) tahap yaitu: 1) tahap awal,
segera maka perilaku dapat dibentuk 2) tahap tindakan, dan 3) tahap akhir.
dengan lebih baik dan sesuai yang Tahap awal kegiatan yang dilakukan oleh
diharapkan. Melalui pemberian penguatan peneliti, ialah: (a) mengurus ijin penelitian,
positif perilaku-perilaku negatif yang (b) melakukan uji instrument, (c)
mencirikan motivasi belajar rendah akan menyebarkan koesioner awal, dan (d)
menjadi positif. Misalnya, apabila seorang merencanakan tindakan. Pada tahap
siswa yang awalnya kurang aktif dalam tindakan penelitian ini dirancang dalam 2
belajar di kelas diberikan reinforcement siklus dimana masing-masing siklus terdiri
dapat membuat siswa menjadi aktif dalam dari 4 tahap kegiatan, yaitu: (1) kegiatan
proses pembelajaran. perencanaan yang terdiri dari tahap
identifikasi, tahap diagnosa dan tahap
METODE prognosa, (2) kegiatan pelaksanaan yang
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas terdiri dari tahap konseling/treatment, (3)
VIII F SMP Negeri 1 Sukasada Tahun kegiatan pengamatan terdiri dari tahap
pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 33 evaluasi/follow up, (4) tahap refleksi.
siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan Tahapan demi tahapan akan terus berulang
dan 19 siswa laki-laki. Dalam penelitian ini secara siklus sampai terjadi peningkatan
subjek yang diteliti hanya siswa yang dalam motivasi belajar siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah. Alasan diharapkan. Sedangkan pada tahap akhir,
pengambilan subjek ini adalah terlihat dari peneliti melakukan analisis data dari hasil
hasil analisis kuesioner yang disebar diawal penyebaran kuesioner yang diberikan
kegiatan dan pengamatan secara langsung. kepada siswa yang menjadi subjek
Kondisi siswa ditunjukkan secara umum penelitian. Selain itu, dibuat pelaporan dari
seperti tidak percaya diri ketika ditunjuk hasil penelitian berdasarkan penilaian siswa
guru untuk tampil di depan teman- terhadap layanan konseling individu yang
temannya, minat belajar rendah, rasa takut diberikan.
dan malu yang mengakibatkan motivasi Peneliti menggunakan metode
belajarnya kurang, semangat belajar yang kuesioner sebagai metode utama,
kurang, tidak konsentrasi pada saat guru sedangkan metode observasi dan
menjelaskan pelajaran di kelas, tidak ada wawancara sebagai metode komplementer.
Adapun teknik analisis data yang digunakan
peneliti untuk menganalisis data yang observasi, dan melihat hasil penyebaran
diperoleh selama melakukan penelitian, kuesioner motivasi belajar, (2) Tahap
ialah menggunakan analisis statistik diagnosa, peneliti menggali faktor
deskriptif. penyebab permasalahan yang dialami oleh
siswa pada motivasi belajarnya yang
HASIL DAN PEMBAHASAN rendah, (3) Dalam tahap prognosa peneliti
Hasil menentukan solusi atau pemecahan
Untuk memperoleh data tentang siswa masalah apa yang akan digunakan untuk
yang memiliki motivasi belajar rendah, memecahkan masalah yang akan diberikan
pertama yang dilakukan peneliti adalah kepada siswa, (4) Tahap konseling/
menyebarkan kuesioner di kelas VIII F, treatment bertujuan untuk membantu siswa
melakukan observasi dan wawancara pada meningkatkan motivasi belajarnya, (5)
siswa yang dianggap memiliki motivasi Tahap evaluasi/follow up merupakan suatu
belajar rendah. Dari hasil penyebaran tindakan atau suatu proses untuk
kuesioner pada siswa maka didapatlah mengetahui hasil daripada tindakan yang
siswa yang mengalami motivasi belajar dilakukan. Dalam penelitian ini, tahap
rendah sebanyak 4 orang siswa yang evaluasi yang dilakukan ialah berupa
bernama inisial LY, PA, GS dan KS. kuesioner untuk mengukur peningkatan
Selanjutnya dari hasil kuesioner, siswa motivasi belajar siswa, dan (6) Tahap
yang diidentifikasi memiliki motivasi belajar refleksi merupakan upaya untuk mengkaji
rendah tersebut, dilakukan observasi apa yang telah dicapai dan belum dicapai,
secara langsung. Dari hasil obsrvasi, dapat apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut
dilihat perilaku siswa yang nampak dalam terjadi demikian dan apa yang perlu
mengikuti pelajaran yaitu tidak percaya diri dilakukan selanjutnya, serta
ketika ditunjuk guru untuk tampil di depan mempertimbangkan bagaimana dampak
teman-temannya, minat belajar rendah, tindakan terhadap pelaksanaan konseling
rasa takut dan malu yang mengakibatkan individu melalui penerapan konseling
motivasi belajarnya kurang, semangat behavioral dengan teknik penguatan positif
belajar yang kurang, tidak konsentrasi pada untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, yang telah diberikan.
tidak ada gairah mengikuti pelajaran dan Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali
sering mengantuk ketika mengikuti pertemuan secara individu dengan alokasi
pelajaran. Untuk mengetahui secara lebih waktu 40 menit di ruang konseling (BK).
jelas tentang keadaan siswa yang Pada tahap pertama yang dilakukan adalah
diidentifikasi memiliki motivasi belajar mempersiapkan subjek untuk
rendah tersebut, selanjutnya dilakukan melaksanakan proses konseling individu
wawancara secara langsung dengan siswa dengan pelaksanaan konseling behavioral
yang bersangkutan. Keempat siswa yang dengan teknik penguatan positif. Sebelum
memiliki motivasi belajar rendah dilakukan konseling, terlebih dahulu siswa
selanjutnya akan diberikan tindakan berupa diberikan informasi tentang pelaksanaan
layanan konseling individu melalui konseling termasuk tujuan mereka
penerapan konseling behavioral dengan mendapat konseling behavioral dengan
teknik penguatan positif. teknik penguatan positif. Hal ini dilakukan
Tahap tindakan siklus I dilaksanakan agar siswa merasa siap dan tahu maksud
sebanyak 6 tahap, adapun tahap-tahap pemberian konseling tersebut. Langkah
tersebut antara lain identifikasi, diagnosa, selanjutnya mereka diajak untuk melihat
prognosa, konseling/treatment, evaluasi permasalahan dari masing-masing individu
dan refleksi. (1) Tahap identifikasi, kegiatan dan menganalisis kemungkinan faktor-
yang dilakukan peneliti adalah faktor penyebabnya. Setelah itu setiap
mengidentifikasi siswa-siswa yang memiliki siswa diminta untuk menceritakan
motivasi belajar rendah sehingga perlu permasalahan-permasalahan yang dihadapi
diberikan layanan konseling individu dan kemungkinan jalan keluar yang dapat
dengan menerapkan konseling behavioral ditempuh untuk dapat lepas dari
teknik penguatan positif dengan cara permasalahan yang dihadapinya.
Pada tahap awal konseling atau putaran sehingga esok harinya mengantuk dan
siklus I pelaksanaan konseling individu tidak bergairah mengikuti pelajaran di kelas.
berjalan dengan lancar. Selain itu, siswa Setelah mengetahui permasalahan
juga mau bercerita mengenai masalah yang yang dialami oleh siswa langkah
dialaminya tanpa ada rasa ragu terhadap selanjutnya adalah melaksanakan
peneliti. Setelah beberapa kali melakukan konseling/treatment selama 3 kali
konseling terhadap siswa ternyata kendala- pertemuan terhadap siswa, dalam
kendala tersebut semakin berkurang dan pelaksanaan konseling/treatment siswa
mengalami suatu perubahan atau diberikan pertanyaan-pertanyaan yang
peningkatan terhadap siswa. Untuk terkait dalam permasalahan yang dialami
menuntaskan masalah tersebut maka siswa dan memberikan layanan konseling
tetap diberikan konseling behavioral behavioral dengan teknik penguatan positif
dengan teknik penguatan positif lanjutan serta merencanakan hal-hal yang akan
agar terjadi peningkatan sesuai dengan dilakukan siswa untuk mengentaskan
harapan peneliti. permasalahan yang dialaminya selain itu
Setelah dilakukan pengamatan siswa juga diberikan penguatan positif
terhadap pelaksanaan konseling berupa dukungan, pujian dan reinforcement
perorangan, langkah selanjutnya adalah terhadap rencana yang dilakukannya.
melakukan pengamatan terhadap hasil Setelah melaksanakan konseling/treatment,
tindakan, menggunakan kuesioner motivasi langkah selanjutnya adalah melakukan
belajar. Pengamatan terhadap hasil evaluasi terhadap hasil tindakan ini
tindakan ini dimaksudkan untuk mengetahui dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
seberapa jauh tindakan yang dilakukan jauh pemberian tindakan konseling
dalam penelitian ini berhasil membantu perorangan mampu meningkatkan motivasi
siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah. Dari hasil
belajarnya. Sedangkan perubahan perilaku evaluasi siklus I dapat dikatakan, terjadi
dilakukan melalui hasil observasi oleh peningkatan motivasi belajar siswa. Untuk
peneliti saat proses pelajaran berlangsung mendapatkan hasil dari pelaksanaan
di kelas. Dari hasil yang didapatkan setelah konseling perorangan pada siklus I,
diberikan tindakan berupa konseling digunakan kuesioner motivasi belajar.
perorangan pada siklus I, dapat dipaparkan Untuk mengetahui persentase motivasi
sebagai berikut. Pertama, siswa yang belajar yang dicapai siswa maka dilakukan
bernama LY mengalami masalah tidak analisis statistik deskriptif yaitu dengan
percaya diri ketika ditunjuk guru untuk rumus sebagai berikut:
tampil di depan teman-temannya. Kedua,
X
siswa yang bernama PA mengalami P   100 %
masalah merasa takut dan malu ketika SMI
menjawab pertanyaan guru di kelas. Ketiga,
siswa yang bernama GS mengalami (Nurkancana, 1990:126)
masalah minat belajar yang rendah dan
kurang konsentrasi dalam belajar di kelas, Keterangan :
seperti : suka bercanda dan ngbrol dengan P = Persentase pencapaian
temannya, mengantuk, dan sering melihat X = Skor mentah
ke luar kelas dan yang terakhir siswa yang SMI = Skor maksimal ideal
bernama KS mengalami masalah tidak ada Dari hasil pemantauan siklus I, terjadi
gairah mengikuti pelajaran di kelas dan peningkatan motivasi belajar keempat (4)
sering mengantuk ketika mengikuti siswa yang dijadikan kasus dalam
pelajaran. Penyebab KS berperilaku seperti penelitian ini. Peningkatan motivasi belajar
itu karena dirinya sering bergadang hingga yang ditunjukkan tersebut dapat disajikan
larut malam dengan teman-temannya pada tabel 01. berikut ini:
Tabel 01. Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Tindakan Pada Siklus I
Nama Data Awal Data Siklus I
Peningkatan
NO Siswa Persentase Persentase Katagori
Skor Skor (%)
(Inisial) (%) (%)
1 LY 92 51.11 153 85.00 S. Tinggi 33.89
2 PA 91 50.56 146 81.11 Tinggi 30.55
3 GS 88 48.89 119 66.11 Sedang 17.22
4 KS 85 47.22 115 63.89 Sedang 16.67
Rata-rata 49.45 74.03 24.58

Untuk lebih jelasnya, data tersebut peneliti dengan teknik penguatan positif pada siklus
sajikan dalam bentuk grafik 01 berikut ini. II. Langkah yang ditempuh pada tindakan
siklus II sama dengan langkah yang
100
ditempuh pada siklus I yaitu sebanyak 6
80 tahap, adapun tahap-tahap tersebut antara
60
Data awal
lain identifikasi, diagnosa, prognosa,
40 Data Siklus I
konseling/treatment, evaluasi dan refleksi.
20
Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan secara individu di ruang
0
LY PA GS KS
konseling (BK) dengan alokasi waktu 40
menit.
Gambar 01. Pelaksanaan tindakan konseling/
Grafik Diagram Peningkatan Persentase treatment pada siklus II, lebih menekankan
Motivasi Belajar Siklus I pada penanganan khusus yang masih
menunjukkan motivasi belajar rendah pada
Dari grafik diatas dikatakan bahwa siklus I. Dalam pemberian konseling pada
seluruh siswa yang diberikan tindakan siklus II, peneliti lebih memperhatikan
berupa layanan konseling behavioral upaya dalam perbaikan siklus I terhadap
dengan teknik penguatan positif dalam siswa. Siswa yang belum ada peningkatan
pelaksanaan konseling individu, mengalami motivasi belajar harus lebih serius diberikan
peningkatan motivasi belajar. Dari keempat konseling dan betul-betul dilaksanakan,
siswa yang diberikan tindakan konseling dimengerti sehingga siswa dapat
behavioral dengan teknik penguatan positif memperoleh peningkatan hasil yang
dan hasil dari penyebaran kuesioner maksimal.
tersebut ada dua orang siswa yang sudah Pelaksanaan proses wawancara
memenuhi syarat peningkatan motivasi konseling/treatment pada siklus II sudah
belajar dalam proses belajarnya di kelas berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
yaitu siswa atas nama LY dan PA. para siswa tidak lagi menunjukkan
Sedangkan dua siswa lainnya sudah keraguan terhadap peneliti karena sudah
mengalami peningkatan tetapi belum terbiasa melaksanakan konseling pada
memenuhi syarat ketuntasan yaitu 70%, siklus I, siswa tidak mengalami kesulitan
sehingga siswa ini masih perlu mendapat dalam menyampaikan penyebab masalah
layanan konseling behavioral dengan teknik yang dihadapinya, sehingga lebih
penguatan positif dalam pelaksanaan melancarkan proses konseling. Hal ini juga
konseling individu dan harus dilanjutkan diketahui dari hasil penilaian konseli (siswa)
dengan mendapatkan tindakan pada siklus terhadap proses konseling sangat positif.
II, guna memaksimalkan motivasi belajar. Siswa senang bekerjasama dengan peneliti
Siswa tersebut adalah siswa bernama GS dalam mendiskusikan masalah dan merasa
dan KS. Berlandaskan hasil evaluasi pada puas pada awal dan selama wawancara
siklus I, diketahui dua orang siswa masih konseling berlangsung.
menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Penilaian terhadap hasil tindakan
Untuk itu, dua orang siswa tersebut perlu konseling/treatment pada siklus II,
diberikan layanan konseling behavioral dilakukan oleh peneliti melalui penyebaran
kuesioner motivasi belajar. Sedangkan berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan
perubahan perilaku dilakukan melalui hasil pelajaran di kelas. Serta siswa lebih
observasi oleh peneliti saat proses bergairah mengikuti pelajaran dan tidak
pelajaran berlangsung di kelas. mengantuk ketika mengikuti pelajaran di
Dapat disimpulkan bahwa secara umum kelas. Dari hasil evaluasi siklus II
siswa yang masih memiliki motivasi belajar menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
rendah pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi belajar pada siswa yang belum
terjadi peningkatan motivasi belajar dan memenuhi kriteria pada siklus I. Prosedur
mencapai kriteria yang ditentukan yaitu yang dilakukan sama dengan evaluasi yang
70%. Hal ini terlihat dari perilaku siswa dilakukan pada siklus I yaitu menggunakan
ketika mengikuti pelajaran di kelas. Siswa rumus statistik deskriptif. Peningkatan
menunjukkan peningkatan motivasi belajar motivasi belajar siswa pada akhir
seperti memperhatikan penjelasan guru pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada
dengan baik, lebih minat dalam belajar, bisa tabel 02 berikut ini.

Tabel 02. Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Tindakan Pada Siklus II
Data Awal Data Siklus I Data Siklus II
Nama Peningkat-
Persen- Persen- Persen- Kata-
NO Siswa an
Skor tase Skor tase Skor tase gori
(Inisial) (%)
(%) (%) (%)
1 GS 88 48,89 119 66,11 143 79,44 Tinggi 13,33
2 KS 85 47,22 115 63,89 138 76,67 Tinggi 12,78
Rata-rata 48,06 65,00 78,06 13,06

Untuk lebih jelasnya, data tersebut digunakan untuk meningkatkan motivasi


peneliti sajikan dalam bentuk grafik 02 belajar siswa.
berikut ini.
Pembahasan
100 Penelitian ini meggunakan layanan
80 konseling individu untuk mengetahui
60 Data Awal peningkatan motivasi belajar siswa kelas
Data Siklus I VIII F melalui penerapan konseling
40
behavioral dengan teknik penguatan positif.
Data Siklus II
20 Dari hasil penyebaran kuesioner awal
0 didapatkan subjek penelitian sebanyak 4
GS KS orang. Keempat orang inilah yang nantinya
mendapatkan treatment dalam pemberian
Gambar 02.
layanan konseling individu. Pada tahap
Grafik Diagram Peningkatan Persentase
awal peneliti melakukan observasi guna
Motivasi Belajar Siklus II.
mengetahui penyebab kurangnya motivasi
belajar siswa. Berdasarkan pengamatan
Dari gambar grafik diatas dapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara
dikemukakan bahwa terjadi peningkatan
umum siswa yang memiliki motivasi belajar
yang signifikan mengenai motivasi belajar
rendah memperlihatkan gejala seperti: tidak
siswa setelah diberikan layanan melalui
percaya diri ketika ditunjuk guru untuk
penerapan konseling behavioral dengan
tampil di depan teman-temannya, minat
teknik penguatan positif. Hal ini
belajar rendah, rasa takut dan malu yang
membuktikan bahwa layanan konseling
mengakibatkan motivasi belajarnya kurang,
behavioral dengan teknik penguatan positif
semangat belajar yang kurang, tidak
efektif untuk meningkatkan motivasi belajar
konsentrasi pada saat guru menjelaskan
siswa yang rendah. Jadi berdasarkan hasil
pelajaran di kelas, tidak ada gairah
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
mengikuti pelajaran dan sering mengantuk
penerapan konseling behavioral dengan
ketika mengikuti pelajaran.
teknik penguatan positif efektif dan baik
Selanjutnya peneliti juga melakukan gairah mengikuti pelajaran dan sering
wawancara secara terstruktur dengan mengantuk ketika mengikuti pelajaran di
pedoman wawancara yang telah dibuat. kelas. Namun sekarang siswa bisa
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, merubah perilakunya yaitu lebih minat
memperoleh data secara umum, seperti: dalam belajar seperti tidak bercanda
siswa mengakui bahwa mereka tidak dengan temannya dan tidak lagi lain-lain
menyukai beberapa mata pelajaran yang atau melihat keluar ketika pelajaran
diajarkan oleh guru di kelas sehingga sering berlangsung. Siswa mampu tampil percaya
kali merasa tidak antusias mengikuti diri di depan teman-temannya ketika
pembelajaran, tidak merasa tampil percaya ditunjuk oleh gurunya, mampu
diri, merasa takut dan malu ketika ditunjuk memperhatikan penjelasan guru dengan
oleh guru, mengantuk ketika proses baik, siswa tidak merasa takut dan malu
pelajaran berlangsung dan merasa cuek ketika menjawab pertanyaan dari guru, dan
terhadap pelajaran yang kurang dimengerti bisa berkonsentrasi pada saat guru
oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi menjelaskan pelajaran di kelas. Serta siswa
dan wawancara tersebutlah peneliti lebih bergairah mengikuti pelajaran dan
mendapatkan data-data pendukung untuk tidak mengantuk ketika mengikuti pelajaran
ditindaklanjuti dalam treatment. di kelas.
Treatment diberikan sebanyak 3 kali Dari hasil penyebaran lembar penilaian
pada siklus I dan 2 kali pada siklus II. layanan konseling individu yang diberikan,
Ketika siswa memenuhi kriteria secara dapat diketahui bahwa konseling behavioral
kuantitatif dan kualitatif, maka ia telah dengan teknik penguatan positif sangat
tuntas pada siklus I dan tidak perlu efektif digunakan untuk meningkatkan
mendapatkan treatment di siklus II. motivasi belajar siswa. Siswa mengakui
Pencapaian motivasi belajar siswa pada bahwa layanan yang diberikan sangat
siklus I terhadap 4 orang, yaitu sebesar membantunya dalam mengentaskan
49,45% meningkat menjadi 74,03%. Rata- permasalahan yang dialami sehingga
rata peningkatannya adalah 24,58%. Dari terjadi peningkatan motivasi belajar siswa.
hasil tersebut, 2 orang siswa belum Hasil ini bisa tercapai karena adanya
memenuhi kriteria ketuntasan sehingga kesadaran dan niat dari siswa itu sendiri
perlu untuk melanjutkan untuk meningkatkan motivasi belajarnya
konseling/treatment ke siklus II. Pada siklus dengan mengikuti kegiatan konseling
II pencapaian motivasi belajar siswa yaitu individu dengan serius dan antusias. Selain
65,00% menjadi 78,06%. Rata-rata itu, konseling behavioral dapat memberikan
peningkatannya adalah 13,06% terhadap 2 pemahaman pada siswa bahwa keyakinan
orang siswa. terhadap perubahan tingkah laku siswa itu
Setelah treatment, peneliti kembali sendiri sangat bermanfaat dan berguna
melakukan observasi sebagai bentuk tindak bagi kehidupan selanjutnya ketika berada
lanjut dari treatment yang telah diberikan. dilingkungan sekolah ataupun di luar
Berdasarkan hasil observasi, peneliti sekolah.
menemukan bahwa siswa menunjukkan
peningkatan motivasi belajar dengan gejala PENUTUP
sebagai berikut. Tampak perubahan Simpulan
perilaku siswa dimana sebelumnya siswa Pemberian konseling behavioral dengan
masih memiliki minat belajar yang rendah teknik penguatan positif terbukti dapat
seperti bercanda dengan teman, dan sering meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
melihat ke luar kelas, tidak percaya diri VIII F SMP Negeri 1 Sukasada.
ketika ditunjuk guru untuk tampil di depan Peningkatan motivasi belajar tersebut dapat
teman-temannya, kurang memperhatikan diketahui dengan melihat hasil observasi
penjelasan guru, merasa takut dan malu siswa dalam proses belajar di kelas. Selain
yang mengakibatkan motivasi belajarnya itu, peningkatan motivasi belajar siswa
kurang, semangat belajar yang kurang, dapat dilihat dari hasil penyebaran
tidak konsentrasi pada saat guru kuesioner. Skor yang diperoleh pada siklus
menjelaskan pelajaran di kelas, tidak ada
I terhadap 4 orang siswa sebesar 49,45% terutama di sekolah, yaitu dengan mulai
dan menjadi 74,03% sehingga membiasakan diri untuk tidak malu
peningkatanya sebesar 24,58%. menjawab pertanyaan dari guru, tampil
Sedangkan siklus II terhadap 2 orang siswa dengan percaya diri, bersemangat dalam
sebesar 65,00% menjadi 78,06% sehingga belajar, memperhatikan penjelasan guru
peningkatannya sebesar 13,06%. Keempat dengan baik, dan lebih bergairah mengikuti
orang siswa yang dijadikan subjek pelajaran di kelas.
penelitian sudah mencapai ketuntasan yang
ditentukan karena skor telah melebihi 70%. DAFTAR RUJUKAN
Hal ini berarti, jika konseling behavioral Abdul Rahman Saleh. 2008. Psikologi
dengan teknik penguatan positif digunakan Suatu Pengantar Dalam Perspektif
secara efektif dalam menangani Islam. Jakarta : Prenada Media
permasalahan siswa, maka motivasi belajar Group.
siswa dapat ditingkatkan.
Bahri Djamrah Syiful. 2002. Psikologi
Saran Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Adapun beberapa saran yang ingin
disampaikan oleh peneliti terkait dengan Corey, Gerald. (E. Koeswara. Penerjemah)
penelitian yang sudah dilakukan, yaitu 2003. Teori Praktek dan Konseling
Pertama, kepada sekolah, diharapkan dan Psikotrapi. Bandung : PT.
kepada kepala sekolah agar menyediakan Refika Aditama.
ruangan konseling dan fasilitas yang
menunjang pelaksanaan konseling agar Dharsana, Ketut. 2008. Modul Mata Kuliah
proses pemberian layanan dapat terlaksana Bimbingan Konseling Karir Dikaji
lebih efektif. Kedua, kepada guru BK, Dari Teori-teori Konseling. Singaraja
Layanan konseling behavioral dengan : Jurusan Bimbingan Konseling
teknik penguatan positif merupakan suatu Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha
layanan BK yang sangat efektif untuk Singaraja
menangani masalah yang dihadapi siswa
dan sangat menarik bagi siswa, maka Nurkancana. 1990. Evaluasi hasil belajar.
kepada guru BK harus mempertimbangkan Surabaya : Usaha Nasional.
layanan konseling behavioral dengan teknik
penguatan positif sebagai salah satu Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan.
alternatif yang dapat digunakan untuk Jakarta : Rineka Cipta.
membantu mengentaskan permasalahan
siswa. Selain itu, konseling tersebut perlu Sadirman. 2007. Interaksi Dan Motivasi
dilaksanakan secara berkelanjutan dan Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja
kontinu dengan tujuan untuk mengetahui Grafind Persada.
perkembangan siswa baik yang bermasalah
maupun yang tidak bermasalah. Ketiga, Tohirin. 2007. Bimbingan Dan Konseling Di
kepada semua guru, guru hendaknya Sekolah Dan Madrasah (Berbasis
dalam proses pembelajaran selalu Intergrasi). Jakarta : PT Raja
menunjukkan sikap yang hangat dan Grafindo Persada
terbuka agar siswa merasa nyaman untuk
mengikuti proses pembelajaran dan tercipta
suasana yang kondusif. Keempat, kepada
siswa, kegiatan konseling individu dengan
penerapan konseling behavioral teknik
penguatan positif sangat efektif
dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan siswa, sehingga diharapkan
bagi siswa agar lebih meningkatkan
motivasi belajarnya dalam menuntut ilmu

Anda mungkin juga menyukai