A. Ciri-Ciri Evaluasi
dalam bahasa Indonesia oleh J. Mursell dan S.Nasution (tanpa tahun : 23)
dikemukakan bahwa ciri-ciri evaluasi yang baik adalah” evaluasi dan hasil langsung,
guru ingin mengetahui hasil atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.
pemikiran ini merupakan asas psikologis yang logis dan rasional. Peserta didik
tidak dapat disebut telah menguasai ilmu tajwid (misalnya), jika ia belum dapat
dapat ditransfer dan hanya dapat digunakan dalam satu situasi tertentu saja,
maka hasil belajar itu dapat disebut hasil belajar palsu. Sebaliknya, jika suatu
hasil belajar dapat ditransfer kepada penggunaan yang aktual, maka hasil
belajar itu disebut hasil belajar otentik dan kemungkinan dapat ditransfer.
Dalam penelitian sering ditemui hasil-hasil pembelajaran yang dicapai
tampaknya baik, tetapi sebenarnya hasil itu palsu. Peserta didik dapat
tidak dapat menggunakannya dalam situasi baru. Penguasaan materi seperti ini
tidak lebih dari “penguasaan beo”. Evaluasi yang menekankan pada hasil-hasil
palsu, baik untuk informasi bagi peserta didik maupun untuk tujuan lain, berarti
evaluasi itu palsu. Jika peserta didik hanya memiliki pengetahuan yang bersifat
menghasilkan pola berfikir yang baik. Ada dua sebab mengapa hasil
yang sebenarnya yang terjadi ataupu tidak terjadi, dan sampai dimana pula telah
tercapai hasil belajar yang penuh makna serta otentik sifatnya. Kedua, hasil
belajar sangat erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar, sehingga
mempunyai efek yang sangat kuat terhadap pembentukan pola dan karakter
belajar yang dilakukan peserta didk. Oleh karena itu, belajar hendaknya
dilakukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat ditransfer dan setiap waktu
proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar dapat di organisasi
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Anda dapat
mengetahui proses apa yang dilalui peserta didik dalam mempelajari sesuatu.
dalam praktik ibadah, peserta didik cukup hanya melatih gerakan-gerakan sholat
mencari situasi-situasi yang nyata yang dapat menggunakan fungsi sholat itu.
merupakan suatu hal yang sangat penting. Anda akan mengetahui letak
juga bagi peserta didik itu sendiri. Peserta didik akan melihat kelemahannya,
belajarnya. Meneliti proses belajar seorang anak bukan pekerjaan yang mudah.
Hal ini memerlukan waktu, tenaga, pemikiran, dan pengalaman. Anda dapat
urutan (sequence).
Seorang peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena ia tidak
sumber dan tidak menggunakan situasi-situasi yang konkrit. Peserta didik tidak
dapat belajar dengan baik, karena tidak mempunyai fokus tertentu, misalnya
pula tidak sesuai dengan bakat dan minatnya (individualisasi) serta tidak
pembelajaran, anda jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga harus
memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh
peserta didik.
B. Prinsip-Prinsip Evaluasi
yang mengandung kebenaran hampir sebagian besar jika tidak dikatakan benar
untuk semua kasus. Keberadaan prinsip bagi seorang evaluator mempunyai arti
penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau
keyakinan bagi dirinya guna merealisasi evaluasi dengan cara yang benar. Menurut
operasionalnya. Evaluasi tidak hanya ditujukan pada salah satu aspek saja.
Misalnya aspek personalnya, jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga
murid, karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan
pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan dengan pihak murid.
dalam mengevaluasi.
pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah
dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini
keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang
ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan samp[ai
mengatakan yang hijau itu kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh,
apabila seorang guru itu sukes dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini
sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam mengajar,
maka katakanlah guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam
evaluasi perlu adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah
untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang
5. Berdasarkan kriteria yang valid, selain perlu adanya data dan fakta, perlu adanya
dengan tujuan yang telah dirumuskan. kriteria ini digunakan agar memiliki
standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervise pendidikan.
Konsistensi kriteria evaluasi dengan tujuan berarti criteria yang dibuat harus
6. Fungsional, evaluasi memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak
adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainnya.
Menurut Suharsimi Arikuanto (2013:38-39) ada satu prinsip umum dan penting
dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga
komponen, yaitu:
1. Tujuan pembelajaran
3. Evaluasi
Tujuan
KBM Evaluasi
disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan
pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga
pemikirannya ke KBM.
tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari
evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun
Seperti yang sudah disebutkan dalam nomor (1) KBM dirancang dan disusun
dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula
dalam nomor (2) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada
tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau