Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Evaluasi

Dalam buku Succeful Teaching karangan J.Mursell yang diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia oleh J. Mursell dan S.Nasution (tanpa tahun : 23)

dikemukakan bahwa ciri-ciri evaluasi yang baik adalah” evaluasi dan hasil langsung,

evaluasi dan transfer, dan evaluasi langsung dari proses belajar”.

1. Evaluasi dan hasil langsung

Dalam proses pembelajaran, guru sering melakukan kegiatan evaluasi, baik

ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, maka guru ingin mengetahui

keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan yang ingin

dicapai. Jika evaluasi dilakukan sesudah proses pembelajaran selesai, berarti

guru ingin mengetahui hasil atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.

2. Evaluasi dan transfer

Hal penting yang berkenaan dengan proses belajar adalah kemungkinan

mentransfer hasil yang dipelajari kedalam situasi yang fungsional. Dasar

pemikiran ini merupakan asas psikologis yang logis dan rasional. Peserta didik

tidak dapat disebut telah menguasai ilmu tajwid (misalnya), jika ia belum dapat

menggunakannya dalam membaca alqur’an. Apabila suatu hasil belajar tidak

dapat ditransfer dan hanya dapat digunakan dalam satu situasi tertentu saja,

maka hasil belajar itu dapat disebut hasil belajar palsu. Sebaliknya, jika suatu

hasil belajar dapat ditransfer kepada penggunaan yang aktual, maka hasil

belajar itu disebut hasil belajar otentik dan kemungkinan dapat ditransfer.
Dalam penelitian sering ditemui hasil-hasil pembelajaran yang dicapai

tampaknya baik, tetapi sebenarnya hasil itu palsu. Peserta didik dapat

mengucapkan kata-kata yang dihafalkan dari buku pelajarannya, tetapi mereka

tidak dapat menggunakannya dalam situasi baru. Penguasaan materi seperti ini

tidak lebih dari “penguasaan beo”. Evaluasi yang menekankan pada hasil-hasil

palsu, baik untuk informasi bagi peserta didik maupun untuk tujuan lain, berarti

evaluasi itu palsu. Jika peserta didik hanya memiliki pengetahuan yang bersifat

informatife, belum tentu menjamin pemahaman dan pengertiannya. Oleh karena

itu, penekanan pada pengetahuan yang bersifat informative tidak akan

menghasilkan pola berfikir yang baik. Ada dua sebab mengapa hasil

pembelajaran yang mengakibatkan dan berhubungan dengan proses transfer

menjadi penting artinya dalam proses evaluasi. Pertama, hasil-hasil itu

menyatakan secara khusus dan sejelas-jelasnya kepada guru mengenai apa

yang sebenarnya yang terjadi ataupu tidak terjadi, dan sampai dimana pula telah

tercapai hasil belajar yang penuh makna serta otentik sifatnya. Kedua, hasil

belajar sangat erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar, sehingga

mempunyai efek yang sangat kuat terhadap pembentukan pola dan karakter

belajar yang dilakukan peserta didk. Oleh karena itu, belajar hendaknya

dilakukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat ditransfer dan setiap waktu

dapat digunakan menurut keperluannya.

3. Evaluasi langsung dari proses belajar

Di samping harus mengetahui hasil belajar, anda juga harus menilai

proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar dapat di organisasi
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Anda dapat

mengetahui proses apa yang dilalui peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

Misalnya, apakah peserta didik dalam mempelajari alqur’an cukup sekedar

membaca beberapa ayat alqur’an ataukah ia membaca seluruh ayat alqur’an

untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah kehidupan. Apakah

dalam praktik ibadah, peserta didik cukup hanya melatih gerakan-gerakan sholat

atau menganalisis praktek sholat dan mencari hubungannya dengan tingkah

laku sehari-hari, mendiskusikan manfaat sholat dengan teman-temanya, dan

mencari situasi-situasi yang nyata yang dapat menggunakan fungsi sholat itu.

Penelitian tentang proses belajar yang diikuti oleh peserta didik

merupakan suatu hal yang sangat penting. Anda akan mengetahui letak

kesulitan peserta didik, kemudian mencari alternatif bagaimana mengatasi

kesulitan tersebut. Disamping itu,penelitian tentang proses belajar bermanfaat

juga bagi peserta didik itu sendiri. Peserta didik akan melihat kelemahannya,

kemudian berusaha memperbaikinya, dan akhirnya dapat mempertinggi hasil

belajarnya. Meneliti proses belajar seorang anak bukan pekerjaan yang mudah.

Hal ini memerlukan waktu, tenaga, pemikiran, dan pengalaman. Anda dapat

menggunakan suatu metode untuk menilai proses belajar dengan

memperhatikan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, imdividualisasi, dan

urutan (sequence).

Seorang peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena ia tidak

menggunakan konteks yang baik. Ia tidak menggunakan bermacam-macam

sumber dan tidak menggunakan situasi-situasi yang konkrit. Peserta didik tidak
dapat belajar dengan baik, karena tidak mempunyai fokus tertentu, misalnya

tidak melihat masalah-masalah pokok yang harus dipecahkannya, atau mungkin

pula tidak sesuai dengan bakat dan minatnya (individualisasi) serta tidak

mendiskusikannya dengan orang lain (sosialisasi). Dalam evaluasi

pembelajaran, anda jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga harus

memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh

peserta didik.

B. Prinsip-Prinsip Evaluasi

Menurut Joko Prasetiyo (2013:15-17) Prinsip tidak lain adalah pernyataan

yang mengandung kebenaran hampir sebagian besar jika tidak dikatakan benar

untuk semua kasus. Keberadaan prinsip bagi seorang evaluator mempunyai arti

penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau

keyakinan bagi dirinya guna merealisasi evaluasi dengan cara yang benar. Menurut

joko Prsetiyo (2013). Prinsip –prinsip evaluasi terdiri dari:

1. Komprehensif, evaluasi harus mencakup bidan saran yang luas atau

menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun aspek

operasionalnya. Evaluasi tidak hanya ditujukan pada salah satu aspek saja.

Misalnya aspek personalnya, jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga

murid, karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan

operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.

2. Komparatif, prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus

dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua orang. Sebagai contoh dalam


mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar, harus bekerjasama antara

pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan dengan pihak murid.

Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat mencapai keobyektifan

dalam mengevaluasi.

3. Kontinyu, evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses

pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah

dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini

penting dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas

keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang

berhasil diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan aktivitas yang gagal dicari

jalan lain untuk mencapai keberhasilan.

4. Obyektif, mengadakan evaluasi harus menilai sesuai dengan kenyataan yang

ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan samp[ai

mengatakan yang hijau itu kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh,

apabila seorang guru itu sukes dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini

sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam mengajar,

maka katakanlah guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam

evaluasi perlu adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah

untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang

dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan

5. Berdasarkan kriteria yang valid, selain perlu adanya data dan fakta, perlu adanya

kriteria-kriteria tertentu. kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten

dengan tujuan yang telah dirumuskan. kriteria ini digunakan agar memiliki
standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervise pendidikan.

Konsistensi kriteria evaluasi dengan tujuan berarti criteria yang dibuat harus

mempertimbangkan hakikat substansi supervise pendidikan.

6. Fungsional, evaluasi memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak

langsung. Kegunaan langsungnya adalah dapatnya hasil evaluasi digunakan

untuk perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsungnya

adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainnya.

7. Diagnostik, setiap hasil evaluasi harus didokumentasikan. Bahan-bahan

dokumentasi hasil evaluasi inilah yang dapat dijadikan dasar penemuan

kelemahan yang kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.

Menurut Suharsimi Arikuanto (2013:38-39) ada satu prinsip umum dan penting

dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga

komponen, yaitu:

1. Tujuan pembelajaran

2. Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan

3. Evaluasi

Triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

Tujuan

KBM Evaluasi

Penjelasan dari bagan triangulasi adalah sebagai berikut:

1. Hubungan antara tujuan dan KBM


Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar

disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan

demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah

pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga

mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan

pemikirannya ke KBM.

2. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari

evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun

alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

3. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan dalam nomor (1) KBM dirancang dan disusun

dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula

dalam nomor (2) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada

tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau

disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan

belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada

keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa,

bukannya aspek pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai