Anda di halaman 1dari 9

Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dengan

pembelajaran. Jika belajar dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku atau tingkah
laku anak, maka peran evaluasi belajar menjadi sangat penting. Penilaian adalah proses
menganalisis, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi yang dapat digunakan untuk
menentukan tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran. Sistem penilaian yang
baik dapat memberikan wawasan tentang kualitas pembelajaran, yang pada gilirannya
membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian
yang baik mendorong mereka untuk terus meningkatkan keterampilannya.

2.1 Pengertian penilaian pembelajaran

Secara etimologis, “nilai” berasal dari bahasa Inggris akar kata value, yang berarti nilai atau
harga. Nilai disebut al-qiamah atau al-taqdir dalam bahasa arab yang berarti perkiraan.
Meskipun evaluasi pendidikan secara harfiah sering disebut al-taqdiraltarbyah dalam bahasa
arab, yang diartikan sebagai evaluasi bidang pendidikan atau evaluasi mata pelajaran yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Asesmen adalah proses mengumpulkan dan
memproses informasi untuk menentukan tingkat perkembangan anak. Evaluasi proses dan
hasil pembelajaran menggunakan model permainan dalam PED disesuaikan dengan indikator
perkembangan anak dan dikaitkan dengan standar evaluasi (Ridho, 2015:65). Dari segi
terminologi, beberapa ahli memberikan pendapat tentang pentingnya evaluasi, antara lain:

Edwind mengatakan dalam Ramayulis bahwa evaluasi berarti tindakan atau proses
pemberian suatu nilai (Ramayulis, 2002:331). Sementara itu, M.Chabib Thoha
mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan terencana yang menggunakan kondisi objek
dengan bantuan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan nilai acuan untuk menarik
kesimpulan (Thoha, 1996:17).

Definisi umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis di mana nilai sesuatu
(cadangan, operasi, keputusan, layanan, proses, orang, objek, dll.) Ditentukan oleh evaluasi
berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkannya dengan kriteria, seorang penilai dapat langsung membandingkannya
dengan kriteria umum atau mengukur sesuatu yang akan dinilai kemudian
membandingkannya dengan kriteria tertentu (Sabri, 2005: 138).

Penilaian pembelajaran adalah proses penentuan nilai pembelajaran dan pembelajaran


melalui kegiatan penilaian atau pengukuran pembelajaran dan pembelajaran. Konsep
mengukur pembelajaran adalah membandingkan tingkat pembelajaran dan keberhasilan
pembelajaran dengan ukuran pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran yang didefinisikan
secara kuantitatif, konsep pembelajaran dan evaluasi pembelajaran adalah tentang proses
pengambilan keputusan. nilai keberhasilan dan mutu pembelajaran (Djamarah, 2005:37).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis dapat memahami bahwa evaluasi adalah
proses penentuan keberhasilan yang dicapai dalam dunia pendidikan. Itulah mengapa
evaluasi penting dalam dunia pendidikan, karena seperti halnya dalam bidang lain, termasuk
kehidupan, evaluasi memiliki manfaat yang sangat besar dan yang terpenting adalah evaluasi
diri. Dengan bantuan penilaian, siswa mengetahui tingkat kinerja yang telah mereka capai
selama pendidikan mereka. Dalam situasi di mana siswa menerima nilai yang memuaskan, ini
bertindak sebagai motivasi dan dorongan, memungkinkan siswa untuk terus meningkatkan
kinerjanya. Dalam kasus di mana hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Kemudian siswa
berusaha memperbaiki pembelajaran, namun sangat penting untuk memberikan umpan balik
yang positif dari guru agar siswa tidak patah semangat.

2.2 Prinsip penilaian pembelajaran

Sebuah prinsip tidak lebih dari sebuah pernyataan yang benar dalam banyak kasus kecuali
dinyatakan benar dalam semua kasus. Ini konsisten dengan Cross, yang mengatakan bahwa
prinsip adalah pernyataan yang berlaku di sebagian besar, jika tidak semua, kasus.
Keberadaan prinsip sangat penting bagi seorang guru, karena memahami prinsip evaluasi
dapat menjadi pedoman atau keyakinan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi guru lain
tentang evaluasi yang benar. Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi adalah
sebagai berikut:

1. Namun evaluasi harus tetap berada dalam jaringan kerja dari tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif.
3. Evaluasi dilakukan dengan kerjasama antara guru dan siswa.
4. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan.
5. Evaluasi harus cermat dan memperhatikan nilai-nilai yang berlaku.

Ketika merencanakan dan melaksanakan proses atau kegiatan evaluasi, guru harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip evaluasi. Zainal Arifin (2010) membagi prinsip evaluasi
menjadi lima yaitu konsistensi, komprehensif, adil dan obyektif, kolaboratif dan praktis.
Berikut penjelasannya:

A. Kontinuitas
Kontinuitas artinya penilaian tidak boleh dilakukan secara acak karena pembelajaran itu
sendiri merupakan proses yang berkesinambungan. Oleh karena itu, evaluasi harus dilakukan
secara terus menerus. Perkembangan belajar siswa dapat dilihat tidak hanya melalui dimensi
produk, tetapi juga melalui proses bahkan dimensi kontribusi.

B. luas

Prinsip komprehensif artinya ketika mengklasifikasikan suatu objek, guru harus


menggunakan semua objek sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika orang yang diuji adalah
siswa, maka semua aspek kepribadian siswa harus dinilai dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.

C. Adil dan obyektif

Tujuan dari prinsip ini adalah agar guru berperilaku adil dan tidak bias dalam penilaiannya.
Semua siswa harus diperlakukan sama tanpa "diskriminasi". Guru juga harus bertindak secara
objektif, karena didasarkan pada kemampuan siswa. Oleh karena itu, sikap positif dan
negatif, perasaan negatif, keinginan dan prasangka harus dihilangkan. Penilaian harus
didasarkan pada fakta nyata (data dan fakta) dan bukan hasil manipulasi atau perencanaan.

D. kooperatif

Prinsip kerjasama dalam evaluasi guru harus bekerja sama dengan semua pihak, seperti
orang tua siswa, guru, penyelenggara sekolah, termasuk siswa itu sendiri. Hal ini untuk
memastikan bahwa semua pihak puas dengan hasil evaluasi dan merasa dihargai. e. Praktis

Maksud dari prinsip ini adalah metode praktikum harus mudah digunakan baik bagi guru
yang membuat alat penilaian maupun bagi orang lain yang menggunakan alat tersebut. Itu
sebabnya Anda harus memperhatikan bahasa pertanyaan dan instruksi.

Penilaian pembelajaran sangat penting, sehingga perlu memperhatikan prinsip-prinsip


penilaian. Prinsip penilaian pembelajaran menurut Anita Yusi (2012) adalah menyeluruh,
berkesinambungan, berproses dan berorientasi pada tujuan, objektif, edukatif, relevan dan
bermakna. Berikut penjelasan Anita Yu tentang asas penilaian:

a) komprehensif

Penilaian menyeluruh berarti penilaian diberikan baik terhadap proses kinerja anak maupun
terhadap hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi selama pelaksanaan program. Sehingga, dapat
dilihat bagaimana tingkah laku, kemampuan berbicara, gerak-gerik anak atau aspek-aspek
perkembangan lainnya pada diri anak. Penilaian terhadap hasil adalah penilaian tentang hasil
kerja anak. Di TK, hasil kerja anak dapat berupa hasil keterampilan tangannya berupa bentuk
tertentu, seperti guntingan, gambar, meronce, coretan, dan sebagainya. Penilaian proses
dilakukan dengan melihat proses bagaimana anak melakukan aktivitas untuk memperoleh
hasil dari sejak awal hingga diperoleh hasil tersebut. Penilaian proses dan hasil diharapkan
dapat menggambarkan adanya perubahan perilaku anak, baik yang menyangkut pengetahuan,
sikap, perilaku, nilai serta keterampilan. Perubahan disebut positif jika secara bertahap
berkembang ke arah yang lebih baik.

b) Berkelanjutan

Evaluasi dilakukan secara terencana, bertahap dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar
informasi yang diterima benar-benar berasal dari gambaran perkembangan hasil belajar anak
sebagai hasil pelaksanaan program anak didik. Penilaian dijadwalkan sebelumnya baik
harian, triwulanan atau tahunan. Untuk mencapai hasil yang maksimal, guru dapat
menggunakan catatan agar hasil evaluasi diketahui langkah demi langkah. Ini memberikan
gambaran tentang kemajuan belajar anak sebagai hasil dari pelaksanaan kegiatan program.
Dengan prinsip ini, anak yang mengalami kesulitan atau masalah dalam perkembangannya
dapat belajar dengan cepat.

c) Berorientasi pada proses dan tujuan

Pendidikan anak usia dini dinilai sesuai dengan tujuannya dan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan anak. Menentukan kegiatan yang disesuaikan dengan tahapan tumbuh
kembang anak.

d) hasil

Penilaian obyektif adalah penilaian yang dapat memberikan informasi nyata atau mendekati
nyata tentang perubahan keterampilan atau pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
anak. Guru harus dapat mengesampingkan rasa suka dan tidak suka, keinginan dan prasangka
yang tidak ada kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Selain itu, guru
(evaluator) juga harus memperhatikan perbedaan perkembangan setiap anak. Dengan kata
lain, guru tidak dapat menginterpretasikan perilaku setiap anak secara bersamaan atau dengan
cara yang sama. Perilaku yang sama dapat terjadi pada banyak anak, namun memiliki arti
yang berbeda tergantung dari karakteristik tumbuh kembang anak tersebut. Guru harus
melihat anak sebagai individu unik yang berbeda satu sama lain.
e) Mendidik

Hasil asesmen tersebut harus dapat mendorong keinginan anak untuk tumbuh dan
berkembang lebih lanjut. Oleh karena itu, hasil evaluasi harus dilihat sebagai penghargaan
bagi mereka yang berhasil dan sebaliknya sebagai peringatan bagi mereka yang tidak
berhasil. Namun guru harus ingat bahwa setiap anak memiliki kelebihan. Ada anak yang bisa
menggambar tapi tidak pandai bahasa. Mulailah dengan yang bagus. Jika tidak terlihat, guru
harus membantu mencarikannya agar anak dapat memperoleh nilai yang baik dalam
kemampuan atau dimensinya. Nilai inilah yang menjadi pendorong baginya untuk
menyelesaikan usaha belajar berikutnya. Guru juga harus menghargai semua upaya anak.
Sehingga jika hasilnya tidak maksimal, guru dapat memberikan nilai yang baik pada usaha
anak.

f) pengertian

Hasil penilaian harus bermakna bagi orang tua, siswa dan pihak lain yang berkepentingan
dengan perkembangan anak. Hal ini tercapai bila guru mampu memberikan nilai yang tepat
yang menggambarkan pencapaian tumbuh kembang anak pada saat tertentu. Pencapaian ini
konsisten dengan perilaku yang menggambarkan bagaimana anak melakukan/berprestasi
dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di tempat lain. Selain itu, guru dapat menjelaskan
secara singkat, jelas dan kongkrit pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Nilai-nilai
yang disajikan juga menggambarkan tindakan-tindakan lain yang dapat dilakukan orang tua
atau pihak lain untuk mencapai tumbuh kembang yang sebaik-baiknya bagi setiap anak.

g) kebugaran

Penilaian menunjukkan kesesuaian hasil atau nilai yang dicapai anak dengan apa yang
dilakukan atau diajarkan oleh guru. Dengan kata lain, nilai yang menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan anak sebenarnya merupakan hasil tindakan guru dalam
melaksanakan program di sekolah. Berdasarkan uraian beberapa posisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa adanya prinsip-prinsip penilaian pembelajaran memfasilitasi kegiatan
pendidikan dan pengajaran pelatih dan pencapaian materi pembelajaran hingga tahap
penilaian pembelajaran.

2.3 Tujuan, fungsi dan manfaat penilaian pembelajaran

Menurut Kellough, Swearingen (2006), tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk


mengetahui efektivitas dan efisiensi sistem pembelajaran secara umum. Sistem pembelajaran
yang direncanakan meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan dan
sistem evaluasi itu sendiri. Selain itu, tujuan penilaian pembelajaran adalah untuk
mengevaluasi keefektifan strategi pembelajaran, mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan
kurikulum, mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan pembelajaran, membantu siswa
belajar, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, dan menghasilkan informasi yang
membantu dalam pengambilan keputusan. Chittenden (1991:29) secara sederhana
mengklasifikasikan tujuan evaluasi (evaluation objective) (1). mengikuti, (2). Ulasan, (3).
pernyataan dan (4). Kesimpulan. (Zainal, 2013:15) menjelaskan keempat tujuan tersebut
sebagai berikut:

1. Pemantauan, yaitu. pemantauan proses belajar siswa sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi
dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan jenis dan metode penilaian yang berbeda
untuk mendapatkan gambaran pembelajaran siswa. 2. Pengendalian, yaitu. pemeriksaan
kinerja siswa dan kekurangan siswa selama proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru
harus melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang telah dikuasai
siswa dan bagian mana yang belum dikuasai. 3. Penelitian, yaitu. untuk mencari,
menemukan dan menemukan celah, kesalahan dan kelemahan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat menemukan cara alternatif untuk
memecahkan masalah tersebut. 4. Ringkasan, mis. rangkuman tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi yang ditetapkan. Hasil temuan ini dapat digunakan guru untuk
menyusun laporan kemajuan bagi berbagai pemangku kepentingan. Mengetahui pentingnya
evaluasi dari berbagai perspektif dalam sistem pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa
tujuan atau tugas evaluasi meliputi:

1. Evaluasi bekerja secara selektif. Dengan bantuan evaluasi, guru memiliki kesempatan
untuk melakukan seleksi atau evaluasi terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri memiliki
beberapa tujuan, antara lain:

a) Anda dapat memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. b) Memilih siswa yang
dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya. C. Pilih siswa yang harus menerima beasiswa.

D. Siswa yang memiliki hak untuk menangguhkan dll dipilih. 2. Penilaian bersifat
diagnostik.

Jika alat yang digunakan dalam penilaian memenuhi persyaratan, guru mengetahui
kelemahan siswa dengan melihat hasilnya. Selain itu, penyebab kelemahan menjadi jelas.
Dengan melakukan penilaian, guru sebenarnya mendiagnosa siswa tentang kekuatan dan
kelemahan mereka. Mengetahui penyebab dari kelemahan tersebut memudahkan untuk
menemukan cara mengatasinya. 3. Penilaian berfungsi sebagai latihan.

Sistem baru yang saat ini populer di banyak negara barat adalah sistem belajar mandiri.
Belajar mandiri dapat diselesaikan dengan cara belajar di unit belajar, atau dalam bentuk
modul atau unit belajar lainnya. Alasan lahirnya sistem ini adalah pengakuan besar atas bakat
individu. Setiap siswa membawa bakatnya sendiri sejak lahir, sehingga pelajaran akan lebih
efektif jika disesuaikan dengan kualitas yang ada. Namun, karena keterbatasan fasilitas dan
personel, pelatihan individu terkadang sangat sulit dilaksanakan. Pendidikan yang melayani
perbedaan keterampilan adalah pendidikan kelompok. Penilaian digunakan untuk
menentukan kelompok mana yang akan menempatkan siswa. Sekelompok siswa dengan
hasil penilaian yang sama berada dalam kelompok belajar yang sama. 4. Evaluasi adalah
ukuran keberhasilan.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana program telah berhasil
dilaksanakan. Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, beberapa faktor yang
menentukan keberhasilan suatu program, yaitu: pengajar, metode/strategi pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, kurikulum, fasilitas dan sistem manajemen. Selain itu, evaluasi
juga bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan sekolah, mulai dari siswa, guru,
sekolah, dan juga masyarakat (Rahman dan Nasryah, 2019). Bagi siswa, guru, dan sekolah
khususnya, penilaian menawarkan manfaat sebagai berikut:

1. Murid.

Melalui evaluasi, siswa dapat menentukan keberhasilannya dalam mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Siswa menerima dua hasil yang mungkin dari penilaian:

(a) memuaskan

Jika siswa mendapatkan hasil yang memuaskan dan menyenangkan, kepuasan ini tentu akan
tercapai di masa yang akan datang. Berkat ini, siswa memiliki motivasi yang cukup untuk
belajar lebih banyak. Namun, keadaannya bisa sebaliknya, yaitu siswa puas dengan hasil
yang dicapai dan usaha mereka tidak akan begitu gigih di lain waktu. b) Tidak memuaskan.

Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha mencegah agar keadaan
seperti itu tidak terjadi lagi di lain waktu. Belakangan dia banyak belajar. Sebaliknya,
seseorang mungkin menjadi patah semangat karena hasil yang tidak memuaskan. 2. Guru
a) Dengan bantuan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengidentifikasi siswa yang
berhak melanjutkan pembelajaran karena telah menguasai materi, serta siswa yang belum
menguasai materi. Panduan ini memungkinkan guru untuk lebih fokus pada siswa yang tidak
berhasil. Juga, jika guru mengetahui alasannya, dia lebih memperhatikan, sehingga
diharapkan sukses.

b) Guru mengetahui apakah “materi” yang diajarkan cocok untuk siswa, sehingga tidak
perlu melakukan perubahan dalam pengajaran yang akan datang. C. Guru dapat memutuskan
apakah “metode” yang digunakan tepat atau tidak. Jika sebagian besar siswa mendapatkan
nilai buruk dalam tes yang mereka ikuti, itu mungkin karena pendekatan atau metode yang
kurang tepat. Ketika ini terjadi, guru harus mencari ke dalam dan mencoba menemukan
metode pengajaran lainnya. 3. Sekolah

A. Jika guru memberikan penilaian dan mengetahui bagaimana hasil belajar siswa, maka
dapat diketahui juga apakah kondisi pembelajaran yang diciptakan oleh sekolah sesuai
dengan harapan atau tidak. Hasil belajar mencerminkan kualitas sekolah. b) Informasi yang
diberikan guru tentang kesesuaian kurikulum sekolah dapat dijadikan bahan dalam
perencanaan sekolah ke depan. C. Informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi yang diterima
setiap tahunnya dapat dijadikan pedoman bagi sekolah, terlepas dari apakah sekolah tersebut
memenuhi persyaratan atau tidak. Terpenuhinya persyaratan dapat dilihat dari nilai siswa
yang baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penilaian
pembelajaran adalah memantau, memeriksa, menspesifikasikan, meringkas. Selain itu, tugas
evaluasi pembelajaran adalah evaluasi bekerja secara selektif, evaluasi berfungsi sebagai
diagnosis, evaluasi berfungsi sebagai latihan, 2.4 Jenis penilaian pembelajaran

Asesmen atau kegiatan penilaian merupakan kegiatan yang harus dilakukan kapan saja, di
mana saja dan selama pembelajaran setiap orang. Hampir semua guru di setiap kelas
melakukan hal ini. Namun tidak semua pendidik mampu melaksanakan tugas evaluasi
evaluasi sebagaimana mestinya, sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang menjadi titik
tolak pembelajaran (Sujiono 2010: 200). Oleh karena itu, berbagai jenis penilaian
pembelajaran dijelaskan di bawah ini.

1. Persepsi atau observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan informasi berupa data untuk memperoleh
informasi dengan cara mengamati secara langsung tingkah laku dan sikap anak. Pengamatan
dilakukan dengan cara mencatat, merekam, atau mencatat secara sistematis gejala-gejala
perilaku yang terlihat. Pada prinsipnya observasi dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa
saja, oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa observasi merupakan teknik penilaian
sederhana yang tidak memerlukan keterampilan tambahan (Yus, 2011: 74). Menurut
Sugiyono (2018:229), observasi adalah teknik pengumpulan data yang memiliki ciri khusus
dibandingkan dengan teknik lainnya. Pengamatan tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada
benda-benda alam lainnya. Menurut Riyanto (2010: 96), observasi adalah metode
pengumpulan data yang menggunakan observasi langsung atau tidak langsung. Beaty (2010:
7) mengemukakan bahwa mengamati dan mencatat/mencatat perilaku atau tingkah laku anak
di dalam kelas, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, merupakan cara utama bagi anak
untuk menentukan tingkat perkembangannya. Data dikumpulkan dan ditafsirkan untuk
memenuhi kebutuhan kelompok. Kemudian para guru tidak dapat menemukan kebutuhan
yang sesuai.

Menurut beberapa ahli yang telah disebutkan di atas, observasi adalah suatu cara
pengumpulan informasi dengan mengamati secara langsung atau tidak langsung siswa
dalam berbagai kondisi di objek penelitian. Berikut adalah contoh format evaluasi
observasional:

Anda mungkin juga menyukai