Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NOVITA NOVYANTI

NIM : 018. 011. 0020

KELAS : PAI REG SEM 5

MATA KULIAH : Evaluasi Pembelajaran

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PEMBELAJARAN

Dalam evaluasi, terdapat prinsip umum yang penting dalam suatu kegiatan evaluasi,
yakni dapat disebut triangulasi atau suatu hubungan yang saling terkait antara 3 (tiga)
komponen, yakni:
1. Tujuan Pembelajaran
2. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
3. Evaluasi
Ketiganya, memiliki keterkaitan dan hubungan yang penting dalam prinsip evaluasi.
Hubungan keterkaitan antara tujuan pembelajaran dengan KBM adalah suatu kegiatan belajar
dan mengajar merupakan kegiatan yang disusun serta dirancang oleh guru/pendidik dalam
bentuk rencana pembelajaran, dalam penyusunan tersebut tentu harus mengacu pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Sehingga sebuah KBM harus mengacu pada tujuan, dan
tujuan tersebut mengarah pada Kegiatan Belajar Mengajar.
Hubungan keterkaitan antara tujuan dengan evaluasi adalah ketika melihat arti dari
evaluasi yakni suatu kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sampai mana suatu tujuan
tercapai. Sehingga pengukuran menggunakan alat evaluasi
Hubungan keterkaitan antara KBM dengan evaluasi adalah tidak hanya mengacu pada
tujuan saja, namun evaluasi juga harus disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan.
Menurut Khusnuridlo (2010) untuk hasil evaluasi yang lebih baik, evaluasi harus
berhubungan dengan beberapa prinsip umum antara lain.
1. Kontinuitas
Evaluasi pembelajaran harus dilakukan secara kontinu atau berlanjut, sehingga saling
berhubungan antara hasil evaluasi sebelumnya dengan hasil evaluasi selanjutnya. Dengan
demikian guru dapat melihat perkembangan peserta didik dengan melihat prosesnya bukan
hasil belajarnya saja.
2. Komprehensif
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh mengenai aspek aspek yang ada didalamnya
seperti afektif, kognitif dan psikomototrik peserta didik.
3. Adil dan Objektif
Dalam melaksanakan evaluasi harus adil dan objektif dimana dalam mengevaluasi
harus tidak memandang perbedaan agama, suku, ras dan budaya serta bersifat objektif sesuai
dengan kemampuan masing masing peserta didik sesuai dengan fakta.
4. Kooperatif
Dalam mengevaluasi sebaiknya guru menjalin komunikasi dengan wali murid, guru
guru dan kepala sekolah sehingga dapat ikut serta dalam proses evaluasi.
5. Praktis
Praktis berarti mudah dalam pengaplikasian, baik guru yang menggunakan maupun
pihak pihak yang akan menggunakan.
Dari beberapa paparan prinsip-prinsip evaluasi yang telah disebutkan diatas, prinsip
tersebut digunakan agar evaluasi pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Maka sebagai pihak yang melakukan evaluasi pembelajaran, perlu
memperhatikan beberapa prinsip evaluasi secara keseluruhan berikut, yaitu:
1. Prinsip Valid
Prinsip valid adalah yang sesuai, berdasarkan cara yang semestinya, berlaku, serta
benar atau sahih. Evaluasi berdasarkan prinsip valid adalah evaluasi yang dilakukan harus
konsisten, sesuai, benar, dan semestinya dalam mengukur maupun menilai suatu objek sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam evaluasi pembelajaran, harus memiliki berbagai
kompetensi tertentu agar tercapai tujuan yang ingin dicapai serta agar dalam evaluasi tersebut
memiliki standar yang jelas. Sehingga, memerlukan alat ukur agar dapat mencapai hasil
sebuah pengukuran yang valid.
2. Prinsip Mendidik
Prinsip mendidik berarti bahwa evaluasi harus memberikan sesuatu yang baik dan
berpengaruh pada pengembangan diri serta pencapaian hasil kegiatan belajar mengajar.
Mendidik berarti mengembangkan, memberikan motivasi, serta membina peserta didik dan
pendidik. Kegiatan evaluasi pembelajaran diharapkan dapat bertujuan memberi motivasi
kepada peserta didik agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Sehingga penilaian hasil
pembelajaran mampu memberikan dorongan serta membina peserta didik dan pendidik agar
menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Maka mereka dapat memotivasi dan
termotivasi untuk memperbaiki kualitas belajar dan mengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil dari evaluasi pembelajaran siswa diharapkan dapat mereka rasakan sebagai
sebuah reward atau penghargaan bagi siswa yang berhasil, sedangkan untuk siswa yang
kurang berhasil maka hasil evaluasinya dapat memicu belajarnya agar lebih semangat serta
gigih agar hasil belajarnya meningkat. Oleh karena itu, pendidik diharapkan selalu
memberikan apresiasi kepada siswa terhadap apa yang telah mereka capai.
3. Prinsip yang Berorientasi pada Kompetensi
Penilaian yang akan dilaksanakan untuk peserta didik harus bertujuan untuk
mengukur seberapa tercapainya siswa dalam pencapaian kompetensi dalam kurikulum.
4. Prinsip yang Adil dan Objektif
Penilaian yang dilakukan harus adil, adil yang dimaksud adalah semua siswa
memperoleh perlakuan dan kesempatan yang sama baik dalam perbedaan agama, suku,
budaya, sosial, maupun ekonomi sehingga tidak ada kecemburuan sosial antarsiswa.
Penilaian yang dilakukan juga harus objektif dengan memandang hasil kompetensi
peserta didik bukan dengan subjektif dengan melihat latar belakang peserta didik seperti
tetangganya, anaknya, anak dari temannya. Penilaian harus objektif tidak boleh terpengaruhi
oleh subjektivitas penilai. Contohnya dalam penilaian ujian tulis matematika Deni yang
merupakan tetangga guru dan masih anak dari sepupu guru diberi nilai lebih tinggi daripada
peserta didik yang lain, hal itu merupakan contoh penilaian secara subjektif yang sebaiknya
tidak diterapkan dalam penilaian, penilaiannya seharusnya terletak pada kompetensi peserta
didik dalam pelajaran matematika tersebut.
5. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan/Terus Menerus)
Prinsip kontinuitas dikenal juga dengan konsep kesinambungan. Artinya evaluasi
dilakukan secara terus menerus dan tidak boleh dilakukan hanya pada waktu atau kesempatan
tertentu saja karena pembelajaran itu bersifat terus menerus dan saling terkait satu sama lain.
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dan hasilnya dihubungkan dengan hasil
evaluasi selanjutnya sehingga hasil evaluasi lebih valid. Pengajar juga dapat memperoleh
gambaran perkembangan peserta didik dengan jelas dan terperinci. Prinsip ini penting karena
perkembangan peserta didik tidak hanya dilihat dari sisi produk saja tapi juga dilihat dari
prosesnya dan serta inputnya. Prinsip ini mendorong siswa supaya terus belajar untuk
mempersiapkan diri pada kegiatan pendidikan selanjutnya.
6. Prinsip Terbuka
Prinsip terbuka disebut juga dengan prinsip transparan. Prinsip terbuka dalam evaluasi
pembelajaran bermaksud agar evaluasi itu diketahui oleh pihak-pihak lain yang bersangkutan.
Guru atau pendidik juga menyampaikan secara terbuka mengenai kriteria-kriteria penilaian
sehingga tidak ada yang perlu ditutupi. Terbuka disini mencakup hal-hal seperti prosedur
penilaian, kriteria penilaian, serta dasar pengambilan keputusan.
7. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau menyeluruh juga dapat disebut sebagai prinsip
komprehensif. Untuk melakukan evaluasi hasil belajar tidak boleh dilakukan dengan cara
terpisah pisah atau terpenggal penggal harus dilakukan utuh atau menyeluruh. Dengan kata
lain evaluasi akan terlaksana dengan baik atau sukses apabila dilaksanakan secara bulat,
menyeluruh, dan utuh. Maksudnya, dalam mengevaluasi bisa dikatakan utuh atau
menyeluruh, apabila cara penilaiannya mampu mengungkap keseluruhan aspek-aspek yang
seharusnya dinilai seperti aspek kognitif, efektif, dan psikomotor.
8. Prinsip Bermakna
Hasil evaluasi hendaknya memiliki makna bagi siswa dan juga pihak-pihak yang
berkepentingan. Hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap pencapaian
hasil belajar siswa, sehingga siswa mampu mengetahui kemampuannya dan bisa
berkompetisi dengan teman-temannya untuk mendapatkan nilai yang terbaik juga semangat
belajar yang membara. Siswa juga bisa mengetahui keunggulan dan kelemahannya sendiri
dan siswa lain dan mengetahui minat bakat, serta potensi dalam mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan.
ACUAN PENILAIAN PEMBELAJARAN

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:


Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memeberikan daftar dokumen normatif
yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar.
Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan
standar.
Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu
pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).
PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran
didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada
perolehan nilai di kelompok itu.
Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang siswa
dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas / kelompok
dipakai sebagai dasar penilaian.
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelmpok; nilai-nilai yang diperoleh
siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok
itu.
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan
pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain
yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang
menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku
pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-
kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama
dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas
kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat
membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru
melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes
yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan
variannya .
Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik
terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan
apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di
kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya,
selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk
kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan
tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa
sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius. Penilaian Acuan Normatif
memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan
pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa
dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan
instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan
patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-
item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional .
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya.
Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat
dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan
test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana
diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus
diterapkan.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya
kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan,
dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan
prinsip belajar tuntas (mastery learning).
3. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa
persamaan sebagai berikut:
a. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk
tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus
b. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang
hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi
siwa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.
c. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran
sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan
aturan dasar penulisan instrument.
d. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
e. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes
penampilan atau keterampilan.
f. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
g. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.
Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:
a. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan
sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur
perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap
perilaku.
b. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat
pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan
tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta
tes.
c. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat
kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit.
Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku
yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.
d. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan
digunakan terutama untuk penguasaan.

Anda mungkin juga menyukai