Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

”MASALAH – MASALAH PEMBELAJARAN”

OLEH :
Khaerun Nisa (210902502017)
Putri Sari Rahman (210902501021)
A.Nur Ainun (210902500022)
Jumriani (210902501020)
Lulu Muarafah (210902501019)
Dinda Khaerunnisah (210902501022)
Widia Sulasmi (210902502027)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UMIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT

Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya meningkatkan
kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas
pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam
lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah
satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya
terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan
belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang tercantum
melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang
dimilikinya.Biasanya kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan kemampuan
intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes IQ (Intelligence
Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan IQ > 110 tergolong kedalam siswa dengan
kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata
normal, dan IQ < 90 tergolong kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
Ada siswa dengan kecerdasan intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak
menunjukkan prestasi yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan
dalam belajar. Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar,
dengan kemampuan yang cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam
belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan
yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah
maupun di rumah. Oleh karena itu, guru selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan
dorongan/motivasi kepada siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan
solusi terhadap permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.
B. Indikator
Diharap mahasiswa dapat mengerti tentang permasalah yang ada dalam pembelajaran, dan juga
mengatahui cara mengatasi dari permasalahn tersebut.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

MASALAH – MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Masalah internal

1) Karakteristik Siswa
Pada dasarnya, bagaimana siswa memahami materi pelajaran dan mengerjakan tugas-
tugasnya terkait erat dengan karakteristik siswa itu sendiri. Bahkan eksplorasi cara-cara
baru dalam menuntaskan tugasnya juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik siswa. Ada
sebagian siswa yang tampak antusias dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Ada pula karakter siswa yang cenderung berhati-hati saat beradaptasi degan lingkungan
baru, namun semakin santai seiring waktu. Dan, ada karakter siswa yang lambat
beradaptasi serta rentan menampilkan ledakan emosi. Bagaimana siswa belajar dan
mengerjakan tugasnya biasanya dipengaruhi oleh karakteristik peserta didik – termasuk
dari caranya berinteraksi dengan lingkungan. Perlu diketahui, pengertian karakter siswa
juga mencakup latar belakang dan pengalaman yang berpengaruh pada efektivitas proses
belajar.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik peserta didik yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri peserta didik, yaitu:
 Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. Karna telah ada
perubahan fisik yang mencolok
 Ketidakstabilan emosi sehingga sering bentrok dengan sesama teman.
 Adanya perasaan hampa akibat perubahan pandangan dan petunjuk hidup.
 Adanya sikap menentang orang tua karena telah memiliki pola fikir sendiri.
 Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan -
pertentang dengan orang tua. Karna hal ini tidak adanya keselarasan antara
keinginan dengan bakat khusus.
 Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi tidak sanggup memenuhi
semuanya.
 Senang bereksperimentasi dan mencoba banyak hal.
2
 Senang bereksplorasi.
 Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
 Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Seperti hidup dalam gang yang tidak terbimbing sehingga mudah menimbulkan
kenakalan-kenakalan.
 Melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan
agama.
 Penyesuaian yang sulit terhadap sosial.
 Ada kecendrungan untuk mandiri tapi belum bisa mengatur sendiri.
 Keingian yang tidak sesuai dengan perekonomian keluarga.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, peserta didik khususnya seusia remaja adalah
masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan yang sangat
fundamental pada karakter, emosi, sosial, prilaku dan masa depan .Sebagian peserta didik
mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa peserta didik bisa jadi
mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang yang ada pada
peserta didik.

Banyak sekali faktor-faktor yang ikut berperan terhadap timbulnya permasalahan pada
peserta didik yaitu:

Faktor pribadi atau faktor intern, meliputi:

 Sifat yang menurun dari orang tua.


 Cacat tubuh.
 Ketidakmampuan menyesuaikan diri.
 Kurang bisa menyampaikan gagasan kepada orang lain.
 Rendahnya kapasitas intelektual.

2) Sikap Terhadap Belajar

Sikap belajar adalah kecenderungan perilaku seseorang tatkala mempelajari hal-hal


yang bersifat akademik (Djaali, 2008). Sikap belajar adalah perasaan senang atau

3
tidak

4
senang, perasaan setuju atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap
guru, tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya. (Nasution, 1978). Sikap belajar
dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang
bersifat akademik. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan
yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau
orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau
terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham,
1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus
lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding
sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik
harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik
yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

Cara mengembangkan sikap belajar positif:

 Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat


penghargaan dan sebaganya.
 Hubungkan dengan pengalaman lampau.
 Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
 Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi , kerja kelompok,
membaca, demonstrasi, dll.

Secara umum sikap belajar mengandung tiga komponen yang membentuk struktur
sikap yang meliputi komponen kognitif, afektif dan konasi. Sebagai acuan dalam
penelitian ini, memakai teori Azwar terkait dengan struktur sikap, yaitu:

o Komponen kognitif

5
Yaitu komponen yang berisi kepercayaan siswa mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan, kepercayaan atau fikiran
dan keyakinan yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.
o Komponen afektif
Yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap yang berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu
yang berupa perasaan senang dan tidak senang. Objek disini dirasakan
menunjukkan arah sikap positif dan negatif.
o Komponen konasi
Yaitu komponen sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri siswa berkaitan dengan objek
sikap yang dihadapinya.

3) Motivasi Belajar
Motivasi diri untuk terus belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa sekolah,
karena motivasi tersebut akan menggugah anak untuk tetap bersemangat dalam belajar.
Sebaliknya, tanpa motivasi tersebut, siswa sekolah akan merasa sangat sulit untuk
memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru. Tentu saja hal ini akan berdampak
buruk bagi kualitas dirinya sendiri, juga kualitas generasi muda bangsa ini. Faktanya,
kurangnya motivasi diri untuk belajar pada siswa sekolah ternyata menjadikan masalah
yang begitu membingungkan bagi guru, misalnya banyak siswa menghabiskan tidur
selama pelajaran berlangsung, siswa mengabaikan penjelasan guru, dan lain-lain. Ini
adalah contoh masalah serius yang dialami oleh kebanyakan guru saat ini. Memang, di
era yang semodern ini, Anda tentu menemui banyak siswa sekolah yang memiliki
motivasi lemah dalam belajar, apalagi jika Anda adalah seorang guru. Untuk itu, Anda
perlu mengetahui apa penyebab kurangnya motivasi diri bagi siswa sekolah untuk tetap
aktif dalam kegiatan belajar mengajar
 Guru Tidak Memberikan Motivasi Kepada Siswa
Hal pertama yang perlu dilakukan sebagai guru adalah mengevaluasi diri sendiri,
apakah Anda saat ini sudah sering memberikan motivasi kepada siswa ?. Guru di
sekolah bukan hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator
bagi
6
siswanya. Peran guru dalam memotivasi siswa sangatlah penting, khususnya bagi
siswa yang memiliki motivasi lemah dan siswa yang bermasalah. Sedikit
banyaknya, motivasi yang telah guru berikan pasti akan mengena di dalam hati
para siswa. Bahkan, fakta menyebutkan bahwa guru yang lebih sering
memberikan motivasi, lebih disukai oleh siswanya.
 Siswa Tidak Menyukai Cara Pengajaran Guru
Kurangnya motivasi siswa dalam belajar di dalam kelas juga bisa disebabkan
karena gaya dan cara penyampaian materi oleh guru. Siswa pastinya akan merasa
bosan dengan metode pengajaran yang monoton, penyampaian materi yang sulit
dipahami, kurangnya melibatkan media belajar, dan lain-lain. Jika sudah
demikian, motivasi siswa untuk tetap memperhatikan materi akan semakin
melemah.
 Siswa Tidak Menyukai Mata Pelajaran Tertentu
Setiap siswa di sekolah memiliki keahlian dan bakat masing-masing, khususnya
dalam materi pelajaran tertentu. Memang, ada siswa yang benar-benar tidak bisa
menguasai materi pelajaran tertentu meskipun dia sudah memaksakan diri untuk
belajar. Hal semacam ini pun bisa melemahkan motivasinya, jika Anda adalah
guru maka Anda harus memahami kondisi seperti ini, carilah langkah yang tepat
untuknya.
 Lemahnya Motivasi Dalam Diri Siswa Sendiri
Ini adalah faktor umum utama yang dialami oleh kebanyakan siswa sekolah saat
ini, yaitu lemahnya motivasi diri untuk belajar. Sehingga hal ini menyebabkan
siswa sekolah kurang berminat untuk belajar dan menghabiskan 3 tahun di
sekolah dengan sia-sia. Beberapa hal yang menyebabkan lemahnya motivasi diri
antara lain
 Siswa tidak memiliki impian dan cita-cita jelas
 Siswa tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak pintar
 Idealisme bodoh yang menganggap tujuan akhir pendidikan adalah untuk
mendapatkan pekerjaan, dan lain-lain.
 Siswa Bermasalah
Masalah dalam kehidupan siswa juga menjadikan lemahnya motivasi diri untuk

7
belajar, bahkan sebagain siswa sampai terlibat kenakalan di sekolah. Adapun
masalah pada kehidupan siswa yang dapat melemahkan motivasi belajar misalnya

8
seperti pertengkaran orang tua, perceraian orang tua, pacaran, putus cinta, dan
lain- lain.
 Kurangnya Perhatian Orang Tua di Rumah
Orang tua menempati peran yang sangat penting sebagai motivator bagi
pendidikan anak, karena secara tidak sadar, apapun yang berasal dari orang tua
baik, baik sifat maupun sikap, akan menjadi panutan anak, begitu pula dalam
masalah pendidikan anak.Anggapan bahwa “yang penting saya sudah
menyekolahkan anak” saja tidak cukup, orang tua masih butuh melakukan banyak
hal terkait pendidikan anak. Sebaliknya, kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak akan membawa dampak buruk bagi anak tersebut.
 Pergaulan Buruk
Siswa yang bergaul dengan teman-teman nakal, baik di rumah maupun di sekolah,
pastinya akan terjerumus dalam kenakalan pula. Mereka beranggapan bahwa
begitulah seharusnya menikmati masa remaja, waktu yang seharusnya digunakan
untuk belajar pun terbuang sia-sia, sehingga tidak sadar keinginan untuk belajar
semakin menurun.
 Faktor Kemajuan Teknologi
Tidak bisa terbantahkan bahwa kemajuan hebat teknologi memang membawa
kemudahan pada setiap aktivitas manusia. Kendati pun demikian, kemajuan
teknologi juga membawa dampak-dampak tidak baik, terutama bagi pendidikan
dalam hal ini.
Budaya-budaya luar yang terselip dalam fasilitas internet, progam-progam kurang
mendidik di TV, game dan media dalam handphone, dan lainnya, semua itu
menyibukkan aktivitas siswa sekolah sehari-hari sampai melupakan belajar. Dan
secara pelahan, kemajuan hebat peraban manusia inilah yang melemahkan
motivasi belajar dalam diri siswa sekolah. Anda pun bisa mengasumsi bahwa
siswa sekolah lebih mampu bertahan 5 jam bermain game daripada 1 jam belajar
di kelas.

4) Mengolah Bahan Belajar


Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isidan cara

9
pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahanbelajar merupakan

10
nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilaikesusilaan, serta nilai kesenian.
Kemampuan siswa dalam mengolah bahanpelajaran menjadi makin baik jika siswa
berperan aktif selama proses belajar.Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya materi yangdisampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami
materi yang telahdisampaikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika
mereka merasamateri yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru
sebaiknyamenyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkanperhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

5) Menggali Hasil belajar


Dalam kegiatan pembelajaran kita sering mendengar bahkan mengalami sendiri dimana
kita merasakan kesulitan menggali kembali hasil belajar yang sebelumnya sudah kita
temukan atau kita ketahui. Suatu proses mengaktifkan kembali pesan – pesan yang telah
tersimpan dinamakan menggali hasil belajar. Kesulitan ini memiliki keterkaitan dengan
proses penerimaan, proses pengolahan, proses penyimpanan dan kemampuan cara
menggali pesan itu sendiri. Bilamana dalam proses belajar siswa mengalami hambatan
atau kesuliatan didalam proses penerimaan pesan, maka siswa tidak memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu yang dipelajari.
Menggali proses belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang
telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara
mempelajari kembali, atau mengaitkan dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka
siswa memanggil atau membangkitkan pesan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Proses mengali pesan lama tersebut dapat berupa transfer balajar atau prestasi
belajar. Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dam menggali pesan dan kesan
lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitan
sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan
penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan pada saat penerimaan, maka siswa tidak
memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh, maka siswa tida
berketrampilan intelektual, sosial, moral dan jasmani dngan baik. Dengan kata lain,
penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya
peenerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk

11
Hasil Belajar Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa
menunjukkan bahwa dia mempu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentrasfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada beberapa siswa tidak
mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh
proses- proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan penyimpanan serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut
tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat gagal berprestasi

6) Rasa Percaya Diri


Percaya diri adalah suatu keyakinan pada diri sendiri bahwa dirinya mempunyai
kemampuan atau potensi. Faktor dari dalam diri individu (diri sendiri) sangat penting,
karena sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidup. Kepercayaan pada diri sendiri
dapat diamati melalui sikap percaya diri yang meliputi keberanian, hubungan sosial,
tanggung jawab dan harga diri. Rasa percaya diri bisa ditanamkan melalui proses belajar
dan pembelajaran sehari-hariserta menumbuhkan pembiasaan sikap berani dalam
bersosialisasi baik di dalam kelas maupun diluar kelas ataupun di lingkungan sekolah,
maka dari itu percaya diri merupakan sifat pribadi yang harus ada pada peserta didik.
Tapi terkadang muncul rasa kurang percaya diri pada siswa muncul karena adanya
ketakutan, keresahan, khawatir, rasa yang tak yakin akan kemampuan diri sendiri yang
diiringi dengan dada berdebar-debar kencang dan tubuh gemetar yang bersifat masalah
kejiwaan siswa yang disebabkan rangsangan dari luar. Selain itu rasa kurang percaya diri
bisa juga disebabkan oleh perasaan cemas dan tidak tenang serta perasaan-perasaan lain
yang mengikutinya seperti malas, kurang sabar, sulit, susah atau rendah diri. Siswa yang
memiliki rasa percaya diri tinggi dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki. Adler (dalam hambali dan jaenudin 2013:101) menyatakan “Inferioritas
berarti merasa lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas-tugas yang harus
diselesaikan.” Siswa merupakan individu yang berkarakteristik unik dan bersifat dinamis
dalam proses perkembangan. Bisa dikatakan unik karena masing-masing individu
memiliki potensi, bakat, minat, motivasi, serta karakteristik yang berbeda.Keragaman
tersebut yang membuat perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya. Dan
individu
12
berkembang dengan cara tertentu, selain terdapat persamaan dan perbedaan umum dalam
perkembangan yang dialami oleh siswa dan keragaman tersebut tidak menutup
kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara optimal.
Tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang cukup, lingkungan dan latar belakang
yang berbeda sangat mempengaruhi pembentukan rasa percaya diri setiap masing-masing
indvidu. Kendala yang dialami setiap siswa seperti rasa malu, minder, dan takut. Seperti
yang sudah dijelaskan bahwa rasa tidak percaya diri tersebut mengakibatkan siswa tidak
yakin dengan kemampuannya sendiri, hal tersebut merupakan kendala yang cukup besar
bagi perkembangan pembelajaran siswa. Siswa yang merasa kurang mempunyai rasa
percaya diri yang cukup merupakan gambaran dari seseorang yang memiliki kepercayaan
diri yang rendah, tergolong prestasi belajarnya juga rendah karena ketidak yakinan pada
kemampuan dirinya sendiri. Selain itu siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah
juga rentan mendapatkan pelecehan sosial yang berupa ejekan dari lingkungannya. Siswa
yang tidak mempunyai rasa percaya diri akan takut bereksperimen, tidak kreatif, sehingga
kemampuannya kurang berkembang dan menyebabkan semakin merosotnya rasa percaya
dirinya.
Langkah utama dalam untuk membangun kepercayaan diri adalah :
 Dengan mengembangkan sikap positif
Sikap positif ini juga merupakan modal utama yang perlu selalu diperlihatkan
keberadaannya dan juga harus selalu ditingkatkan kualitas dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.

7) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu
yang relative lama sehingga memberikan cirri dalam aktivitas belajar yang
dilakukannya.Ada beberapa bentuk periaku yang menunjukkan kebiasaan tiak baik sering
kita jumpai pada sejumlah siswa,seperti:
 Belajar tidak teratur
 Daya tahan belajar rendah(belajar secara tergesa-gesa)
 Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian
 Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

13
 Tidak terbiasa membuat ringkasan
 Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
 Senang menjiplak ekerjaan teman,termasuk kurang percsys diri dalam
menyelesaikan tugas
 Sering datan terlambat
 Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk

B. Faktor – faktor Eksternal Belajar

Faktor eksternal adalah segala factor yang ada di luar diri siswa yang memebrikan pengaruh
terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa.Karena itu kita dapat memahami bahawa
hasil belajar di samping ditentukan oleh intern,juga dipengaruhi oleh factor-faktor
ekstren.Faktor- faktor estren yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah;

1) Guru
Dalam proses pembelajaran ,kehadiran guru masih menempati posisi penting,meskipun di
tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah kedunia pendidikan. Guru
memiliki peran penting untuk mengubah perilaku dan pemikiran peserta didik ke arah
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Salah satunya adalah pengajaran yang efektif, Karena pengajaran yang
efektif ini merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru
seharusnya memiliki kompetensi yang luas, agar dapat membangun semangat belajar
yang baik serta dapat mendorong peserta didik untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.

2) Lingkungan Sosial
Sebagai makhluk social maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari
interaksi dengan lingkungan,terutama sekali teman-teman sebaya di sekolah.Lingkungan
social dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negative
terhadap siswa. Lingkungan sosial adalah interaksi diantara masyarakat dengan lingkungan,
ataupun lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau manusia, sedangkan lingkungan
pendidikan adalah lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan
bagian dari lingkungan sosial.

14
Lingkungan sosial dan lingkunga pendidikan memiliki hubungan yang sangat berkaitan,
hal itu merupakan setiap manusia memerlukan sosialisasi terhadap satu dengan lainnya
dan dalam lingkungan pendidikan. Dalam proses pembelajaran dalam dunia pendidikan
secara umum melibatkan empatt komponen yaitu murid, guru , lingkungan belajar dan
materi belajar. Kita ambil sebuah contoh di sekolah ada hubungan antara kepala sekolah
dengan siswanya, ada guru dengan siswanya, ada siswa dengan siswa-siswa lainnya. Hal
tersebut termasuk dalam lingkungan sosial karena terjadi interaksi terhadap satu dengan
yang lainnya. Dengan lingkungan sosial yang baik dalam proses pendidikan akan lebih
kondusif dalam melakukan pembelajaran, memiliki orientasi belajar yang kuat dalam
proses pembelajaran, memiliki keyakinan yang kuat akan potensi atau kemampuan yang
dimiliki, dan dapat menentukan strategis yang tepat dalam memahami suatu materi yang
diperoleh agar mudah di mengerti. Dan sebaliknya jika seorang siswa berada pada
lingkungan sosial yang kurang baik maka tidak kondusif dalam pembelajaran, memiliki
orientasi belajar yang rendah. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa lingkungan sosial
sangat berpengaruh dalam lingkungan pendidikan untuk mendorong seseorang dalam
mencapai suatu pembelajaran yang maksimal untuk dapat memajukan suatu sumber daya
manusia pada suatu bangsa dan Negara agar dapat meningkatkan potensi belajar yang
lebih baik dan meningkatkan suatu martabat Negara tersebut.

3) Kurikulum Sekolah
Dalam rangkaian proses pembelajaran di sekolah,kurikulum merupakan panduan yang
menjadikan guru sebagai kerangka acuan unuk mengembangkan proses
pembelajaran.Karena kurikulum disususn berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan
masyarakat,sementara perubahan-perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang harus
terjadi,maka kurikulum juga harus mengalami perubahan. Tujuan kurikulum secara
umum, yakni untuk pendidikan nasional, untuk lembaga atau institusi, untuk berbagai
bidang studi, dan untuk instruksi atau penjabaran bidang studi. Bila disingkat, tujuan
kurikulum adalah untuk melancarkan proses pendidikan.

4) Sarana dan Prasarana

15
Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan factor yang turut memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa.Dari dimensi guru ketersediaan prasarana dan sarana
pembelajaran akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.Sedangkan dari dimensi siswa,ketersediaan prasarana dan sarana
pembelajaran berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih kondusif
serta mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu proses mulai dari
pembelian sampai pengawasan tujuan khusus pendidikan. Tanpa pengelolaan, pembelian,
penggunaan, dan pemeliharaan lembaga dan prasarana pendidikan tidak akan menjadi
perhatian lembaga pendidikan. Sesuai ketentuan umum Permendiknas, pada tanggal 24
tahun 2007, sarana mencangkup sarana pembelajaran portabel, dan sarana prasarana
merupakan sarana dasar untuk menjalankan fungsi sekolah / madrasah. Fasilitas
pendidikan meliputi gedung, ruang kelas, meja, kursi dan alat media pembelajaran. Pada
saat yang sama, infrastruktur mencakup, misalnya pekarangan, taman, lapangan, dan
jalan menuju sekolah. Namun jika digunakan secara langsung dalam proses pengajaran,
komponen ini merupakan alat pendidikan. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan asri sehingga tercipta
kondisi yang baik bagi guru dan siswa untuk bersekolah. Selain itu, guru, guru, dan siswa
juga diharapkan dapat memperoleh sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai
baik dari segi kuantitas, kualitas dan permintaan, serta dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dalam proses pendidikan dan pengajaran yang berkontribusi pada
peningkatan mutu dan kualitas. pembelajaran maksimal.
Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah mengatur dan
memelihara sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi yang
terbaik dan bermakna bagi proses pendidikan.Kegiatan pengelolaan tersebut meliputi
perencanaan, pengadaan, pengawasan, inventarisasi, dan penghapusan pertanggung
jawaban.
Fungsi pengelolaan sarana dan prasarana meliputi:
 Analisis perencanaan / kebutuhan
 Membeli
 Survei

16
 Penggunaan atau pemanfaatan sarana dan prasarana

17
 Mempertahankan
 Menghapus
 Akuntabilitas

C. Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran,guru tidak hanya berkewajiban menyajikan materi


pelajaran dan mengevaluasi pekerjaan siswa,akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan bimbingan belajar.Agar bimbingan belajar dapat terarah dalam upaya membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar ,maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

1) Identifikasi
merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk menentukan kesulitan belajar,dengan
melakukan kegiatan berikut:
 Data dokumen hasil belajar siswa.
 Menganalisis absensi siswa didalam kelas.
 Mengadakan wawancara dengan siswa.
 Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
 Tes untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.

2) Diagnosis
Diagnosis merupakan keputasan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan siswa.Diagnosis dapat
berupa sebagai berikut:
 Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.
 Keputusan mengenai factor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan
belajar
 Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.

3) Prognosis
Prognosis ini dapat berupa:
 Bentuk treatmen yang harus diberikan.

18
 Bahan atau materi yang diperlukan
 Metode yang akan digunakan
 Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
 Waktu kegiatan dilaksanakan

4) Terapi atau pemberian bantuan


Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar
sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapi yang
dapat diberikan antara lain melalui:
 Bimbingan belajar kelompok
 Bimbingan belajar individual
 Pengajaran remedial
 Pemberian bimbingan pribadi
 Alih tangan kasus

19
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar. Demikian pula dilihat daritahapnya, masalah belajar
dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama prosese belajar dan sesudah belajar.

Dari dimensi siswa, masalah – masalah belajar dapat muncul pada waktu sebelum kegiatan
belajar, selama berlangsungknya proses belajar dan sesudah proses belajar. Dari dimensi
guru, masalah belajar juga dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan pada
akhir proses evaluasi hasil belajar.

Secara spesifik masalah yang bersumber dari faktor internal berkaitan dengan; (1) karakteristik
siswa, (2) sikap terhadap belajar, (3) motivasi belajar, (4) konsentrasi belajar, (5) kemampuan
mengolah bahan belajar, (6) kemampuan menggali hasil belajar, (7) rasa percaya diri, (8)
kebiasaan belajar, (9) sedangkan dari faktor eksternal, masalah belajar dipengaruhi oleh; (a)
faktor guru, (b) lingkungaan sosial,terutama teman sebaya, (c) kurikulum sekolah, (d) sarana dan
prasarana.

Untuk mengatasi masalah belajar,guru perlu mengadakan pendekatan pribadi disamping


pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat lebih mengenal
dan memahami siswa serta masalah belajar.

20
SOAL LATIHAN

1. Langkah langkah mewujudkan proses pembelajaran yang efektif kondusif


dan menyenangkan agar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik?
Jawab :
 Menyampaikan aturan dengan tegas namun penuh empati.
 Bangun komunikasi yang baik dengan siswa dan orangtua
 Libatkan siswa dalam membuat aturan
 Amati dan pahami perilaku setiap siswa
 Berikan dukungan siswa dalam belajar.
2. Apa saja yang dapat dilakukan agar membangun pembelajaran yang efektif?
Jawaban :
 Guru harus konsisten dengan waktu pembelajaran
 Berikanlah materi pelajaran sesuai dengan silabus dan RPP.
 Pemilihan metode/model pembelajaran Kerja Kelompok
 Gunakan sumber belajar bisa berupa buku atau alat peraga.
3. Bagaimana cara memotivasi siswa dalam belajar?
Jawaban :
 Pilih Metode Pembelajaran yang Tepat
 Kualitas Guru
 Membuat Siswa Aktif
 Manfaatkan Teknologi
 Kompetisi Antar Siswa
 Lalukan Evaluasi.
 Pahami Perbedaan Setiap Siswa.
 Mendengarkan Siswa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aunurahman.Belajar Pembelajaran.2012.Bandung:Alfabeta

Dimyati dan Mujiono(1994).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Proyek Pembinaan dan


Peningkatan Mutu Tenaga Dikti

22

Anda mungkin juga menyukai