OLEH :
Khaerun Nisa (210902502017)
Putri Sari Rahman (210902501021)
A.Nur Ainun (210902500022)
Jumriani (210902501020)
Lulu Muarafah (210902501019)
Dinda Khaerunnisah (210902501022)
Widia Sulasmi (210902502027)
Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya meningkatkan
kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas
pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam
lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah
satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya
terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan
belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang tercantum
melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang
dimilikinya.Biasanya kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan kemampuan
intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes IQ (Intelligence
Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan IQ > 110 tergolong kedalam siswa dengan
kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata
normal, dan IQ < 90 tergolong kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
Ada siswa dengan kecerdasan intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak
menunjukkan prestasi yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan
dalam belajar. Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar,
dengan kemampuan yang cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam
belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan
yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah
maupun di rumah. Oleh karena itu, guru selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan
dorongan/motivasi kepada siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan
solusi terhadap permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.
B. Indikator
Diharap mahasiswa dapat mengerti tentang permasalah yang ada dalam pembelajaran, dan juga
mengatahui cara mengatasi dari permasalahn tersebut.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Masalah internal
1) Karakteristik Siswa
Pada dasarnya, bagaimana siswa memahami materi pelajaran dan mengerjakan tugas-
tugasnya terkait erat dengan karakteristik siswa itu sendiri. Bahkan eksplorasi cara-cara
baru dalam menuntaskan tugasnya juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik siswa. Ada
sebagian siswa yang tampak antusias dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Ada pula karakter siswa yang cenderung berhati-hati saat beradaptasi degan lingkungan
baru, namun semakin santai seiring waktu. Dan, ada karakter siswa yang lambat
beradaptasi serta rentan menampilkan ledakan emosi. Bagaimana siswa belajar dan
mengerjakan tugasnya biasanya dipengaruhi oleh karakteristik peserta didik – termasuk
dari caranya berinteraksi dengan lingkungan. Perlu diketahui, pengertian karakter siswa
juga mencakup latar belakang dan pengalaman yang berpengaruh pada efektivitas proses
belajar.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik peserta didik yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri peserta didik, yaitu:
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. Karna telah ada
perubahan fisik yang mencolok
Ketidakstabilan emosi sehingga sering bentrok dengan sesama teman.
Adanya perasaan hampa akibat perubahan pandangan dan petunjuk hidup.
Adanya sikap menentang orang tua karena telah memiliki pola fikir sendiri.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan -
pertentang dengan orang tua. Karna hal ini tidak adanya keselarasan antara
keinginan dengan bakat khusus.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi tidak sanggup memenuhi
semuanya.
Senang bereksperimentasi dan mencoba banyak hal.
2
Senang bereksplorasi.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Seperti hidup dalam gang yang tidak terbimbing sehingga mudah menimbulkan
kenakalan-kenakalan.
Melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan
agama.
Penyesuaian yang sulit terhadap sosial.
Ada kecendrungan untuk mandiri tapi belum bisa mengatur sendiri.
Keingian yang tidak sesuai dengan perekonomian keluarga.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, peserta didik khususnya seusia remaja adalah
masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan yang sangat
fundamental pada karakter, emosi, sosial, prilaku dan masa depan .Sebagian peserta didik
mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa peserta didik bisa jadi
mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang yang ada pada
peserta didik.
Banyak sekali faktor-faktor yang ikut berperan terhadap timbulnya permasalahan pada
peserta didik yaitu:
3
tidak
4
senang, perasaan setuju atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap
guru, tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya. (Nasution, 1978). Sikap belajar
dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang
bersifat akademik. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan
yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau
orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau
terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham,
1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus
lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding
sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik
harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik
yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
Secara umum sikap belajar mengandung tiga komponen yang membentuk struktur
sikap yang meliputi komponen kognitif, afektif dan konasi. Sebagai acuan dalam
penelitian ini, memakai teori Azwar terkait dengan struktur sikap, yaitu:
o Komponen kognitif
5
Yaitu komponen yang berisi kepercayaan siswa mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan, kepercayaan atau fikiran
dan keyakinan yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.
o Komponen afektif
Yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap yang berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu
yang berupa perasaan senang dan tidak senang. Objek disini dirasakan
menunjukkan arah sikap positif dan negatif.
o Komponen konasi
Yaitu komponen sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri siswa berkaitan dengan objek
sikap yang dihadapinya.
3) Motivasi Belajar
Motivasi diri untuk terus belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa sekolah,
karena motivasi tersebut akan menggugah anak untuk tetap bersemangat dalam belajar.
Sebaliknya, tanpa motivasi tersebut, siswa sekolah akan merasa sangat sulit untuk
memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru. Tentu saja hal ini akan berdampak
buruk bagi kualitas dirinya sendiri, juga kualitas generasi muda bangsa ini. Faktanya,
kurangnya motivasi diri untuk belajar pada siswa sekolah ternyata menjadikan masalah
yang begitu membingungkan bagi guru, misalnya banyak siswa menghabiskan tidur
selama pelajaran berlangsung, siswa mengabaikan penjelasan guru, dan lain-lain. Ini
adalah contoh masalah serius yang dialami oleh kebanyakan guru saat ini. Memang, di
era yang semodern ini, Anda tentu menemui banyak siswa sekolah yang memiliki
motivasi lemah dalam belajar, apalagi jika Anda adalah seorang guru. Untuk itu, Anda
perlu mengetahui apa penyebab kurangnya motivasi diri bagi siswa sekolah untuk tetap
aktif dalam kegiatan belajar mengajar
Guru Tidak Memberikan Motivasi Kepada Siswa
Hal pertama yang perlu dilakukan sebagai guru adalah mengevaluasi diri sendiri,
apakah Anda saat ini sudah sering memberikan motivasi kepada siswa ?. Guru di
sekolah bukan hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator
bagi
6
siswanya. Peran guru dalam memotivasi siswa sangatlah penting, khususnya bagi
siswa yang memiliki motivasi lemah dan siswa yang bermasalah. Sedikit
banyaknya, motivasi yang telah guru berikan pasti akan mengena di dalam hati
para siswa. Bahkan, fakta menyebutkan bahwa guru yang lebih sering
memberikan motivasi, lebih disukai oleh siswanya.
Siswa Tidak Menyukai Cara Pengajaran Guru
Kurangnya motivasi siswa dalam belajar di dalam kelas juga bisa disebabkan
karena gaya dan cara penyampaian materi oleh guru. Siswa pastinya akan merasa
bosan dengan metode pengajaran yang monoton, penyampaian materi yang sulit
dipahami, kurangnya melibatkan media belajar, dan lain-lain. Jika sudah
demikian, motivasi siswa untuk tetap memperhatikan materi akan semakin
melemah.
Siswa Tidak Menyukai Mata Pelajaran Tertentu
Setiap siswa di sekolah memiliki keahlian dan bakat masing-masing, khususnya
dalam materi pelajaran tertentu. Memang, ada siswa yang benar-benar tidak bisa
menguasai materi pelajaran tertentu meskipun dia sudah memaksakan diri untuk
belajar. Hal semacam ini pun bisa melemahkan motivasinya, jika Anda adalah
guru maka Anda harus memahami kondisi seperti ini, carilah langkah yang tepat
untuknya.
Lemahnya Motivasi Dalam Diri Siswa Sendiri
Ini adalah faktor umum utama yang dialami oleh kebanyakan siswa sekolah saat
ini, yaitu lemahnya motivasi diri untuk belajar. Sehingga hal ini menyebabkan
siswa sekolah kurang berminat untuk belajar dan menghabiskan 3 tahun di
sekolah dengan sia-sia. Beberapa hal yang menyebabkan lemahnya motivasi diri
antara lain
Siswa tidak memiliki impian dan cita-cita jelas
Siswa tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak pintar
Idealisme bodoh yang menganggap tujuan akhir pendidikan adalah untuk
mendapatkan pekerjaan, dan lain-lain.
Siswa Bermasalah
Masalah dalam kehidupan siswa juga menjadikan lemahnya motivasi diri untuk
7
belajar, bahkan sebagain siswa sampai terlibat kenakalan di sekolah. Adapun
masalah pada kehidupan siswa yang dapat melemahkan motivasi belajar misalnya
8
seperti pertengkaran orang tua, perceraian orang tua, pacaran, putus cinta, dan
lain- lain.
Kurangnya Perhatian Orang Tua di Rumah
Orang tua menempati peran yang sangat penting sebagai motivator bagi
pendidikan anak, karena secara tidak sadar, apapun yang berasal dari orang tua
baik, baik sifat maupun sikap, akan menjadi panutan anak, begitu pula dalam
masalah pendidikan anak.Anggapan bahwa “yang penting saya sudah
menyekolahkan anak” saja tidak cukup, orang tua masih butuh melakukan banyak
hal terkait pendidikan anak. Sebaliknya, kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak akan membawa dampak buruk bagi anak tersebut.
Pergaulan Buruk
Siswa yang bergaul dengan teman-teman nakal, baik di rumah maupun di sekolah,
pastinya akan terjerumus dalam kenakalan pula. Mereka beranggapan bahwa
begitulah seharusnya menikmati masa remaja, waktu yang seharusnya digunakan
untuk belajar pun terbuang sia-sia, sehingga tidak sadar keinginan untuk belajar
semakin menurun.
Faktor Kemajuan Teknologi
Tidak bisa terbantahkan bahwa kemajuan hebat teknologi memang membawa
kemudahan pada setiap aktivitas manusia. Kendati pun demikian, kemajuan
teknologi juga membawa dampak-dampak tidak baik, terutama bagi pendidikan
dalam hal ini.
Budaya-budaya luar yang terselip dalam fasilitas internet, progam-progam kurang
mendidik di TV, game dan media dalam handphone, dan lainnya, semua itu
menyibukkan aktivitas siswa sekolah sehari-hari sampai melupakan belajar. Dan
secara pelahan, kemajuan hebat peraban manusia inilah yang melemahkan
motivasi belajar dalam diri siswa sekolah. Anda pun bisa mengasumsi bahwa
siswa sekolah lebih mampu bertahan 5 jam bermain game daripada 1 jam belajar
di kelas.
9
pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahanbelajar merupakan
10
nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilaikesusilaan, serta nilai kesenian.
Kemampuan siswa dalam mengolah bahanpelajaran menjadi makin baik jika siswa
berperan aktif selama proses belajar.Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya materi yangdisampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami
materi yang telahdisampaikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika
mereka merasamateri yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru
sebaiknyamenyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkanperhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
11
Hasil Belajar Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa
menunjukkan bahwa dia mempu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentrasfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada beberapa siswa tidak
mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh
proses- proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan penyimpanan serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut
tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat gagal berprestasi
7) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu
yang relative lama sehingga memberikan cirri dalam aktivitas belajar yang
dilakukannya.Ada beberapa bentuk periaku yang menunjukkan kebiasaan tiak baik sering
kita jumpai pada sejumlah siswa,seperti:
Belajar tidak teratur
Daya tahan belajar rendah(belajar secara tergesa-gesa)
Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian
Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap
13
Tidak terbiasa membuat ringkasan
Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
Senang menjiplak ekerjaan teman,termasuk kurang percsys diri dalam
menyelesaikan tugas
Sering datan terlambat
Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk
Faktor eksternal adalah segala factor yang ada di luar diri siswa yang memebrikan pengaruh
terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa.Karena itu kita dapat memahami bahawa
hasil belajar di samping ditentukan oleh intern,juga dipengaruhi oleh factor-faktor
ekstren.Faktor- faktor estren yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah;
1) Guru
Dalam proses pembelajaran ,kehadiran guru masih menempati posisi penting,meskipun di
tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah kedunia pendidikan. Guru
memiliki peran penting untuk mengubah perilaku dan pemikiran peserta didik ke arah
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Salah satunya adalah pengajaran yang efektif, Karena pengajaran yang
efektif ini merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru
seharusnya memiliki kompetensi yang luas, agar dapat membangun semangat belajar
yang baik serta dapat mendorong peserta didik untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
2) Lingkungan Sosial
Sebagai makhluk social maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari
interaksi dengan lingkungan,terutama sekali teman-teman sebaya di sekolah.Lingkungan
social dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negative
terhadap siswa. Lingkungan sosial adalah interaksi diantara masyarakat dengan lingkungan,
ataupun lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau manusia, sedangkan lingkungan
pendidikan adalah lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan
bagian dari lingkungan sosial.
14
Lingkungan sosial dan lingkunga pendidikan memiliki hubungan yang sangat berkaitan,
hal itu merupakan setiap manusia memerlukan sosialisasi terhadap satu dengan lainnya
dan dalam lingkungan pendidikan. Dalam proses pembelajaran dalam dunia pendidikan
secara umum melibatkan empatt komponen yaitu murid, guru , lingkungan belajar dan
materi belajar. Kita ambil sebuah contoh di sekolah ada hubungan antara kepala sekolah
dengan siswanya, ada guru dengan siswanya, ada siswa dengan siswa-siswa lainnya. Hal
tersebut termasuk dalam lingkungan sosial karena terjadi interaksi terhadap satu dengan
yang lainnya. Dengan lingkungan sosial yang baik dalam proses pendidikan akan lebih
kondusif dalam melakukan pembelajaran, memiliki orientasi belajar yang kuat dalam
proses pembelajaran, memiliki keyakinan yang kuat akan potensi atau kemampuan yang
dimiliki, dan dapat menentukan strategis yang tepat dalam memahami suatu materi yang
diperoleh agar mudah di mengerti. Dan sebaliknya jika seorang siswa berada pada
lingkungan sosial yang kurang baik maka tidak kondusif dalam pembelajaran, memiliki
orientasi belajar yang rendah. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa lingkungan sosial
sangat berpengaruh dalam lingkungan pendidikan untuk mendorong seseorang dalam
mencapai suatu pembelajaran yang maksimal untuk dapat memajukan suatu sumber daya
manusia pada suatu bangsa dan Negara agar dapat meningkatkan potensi belajar yang
lebih baik dan meningkatkan suatu martabat Negara tersebut.
3) Kurikulum Sekolah
Dalam rangkaian proses pembelajaran di sekolah,kurikulum merupakan panduan yang
menjadikan guru sebagai kerangka acuan unuk mengembangkan proses
pembelajaran.Karena kurikulum disususn berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan
masyarakat,sementara perubahan-perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang harus
terjadi,maka kurikulum juga harus mengalami perubahan. Tujuan kurikulum secara
umum, yakni untuk pendidikan nasional, untuk lembaga atau institusi, untuk berbagai
bidang studi, dan untuk instruksi atau penjabaran bidang studi. Bila disingkat, tujuan
kurikulum adalah untuk melancarkan proses pendidikan.
15
Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan factor yang turut memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa.Dari dimensi guru ketersediaan prasarana dan sarana
pembelajaran akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.Sedangkan dari dimensi siswa,ketersediaan prasarana dan sarana
pembelajaran berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih kondusif
serta mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu proses mulai dari
pembelian sampai pengawasan tujuan khusus pendidikan. Tanpa pengelolaan, pembelian,
penggunaan, dan pemeliharaan lembaga dan prasarana pendidikan tidak akan menjadi
perhatian lembaga pendidikan. Sesuai ketentuan umum Permendiknas, pada tanggal 24
tahun 2007, sarana mencangkup sarana pembelajaran portabel, dan sarana prasarana
merupakan sarana dasar untuk menjalankan fungsi sekolah / madrasah. Fasilitas
pendidikan meliputi gedung, ruang kelas, meja, kursi dan alat media pembelajaran. Pada
saat yang sama, infrastruktur mencakup, misalnya pekarangan, taman, lapangan, dan
jalan menuju sekolah. Namun jika digunakan secara langsung dalam proses pengajaran,
komponen ini merupakan alat pendidikan. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan asri sehingga tercipta
kondisi yang baik bagi guru dan siswa untuk bersekolah. Selain itu, guru, guru, dan siswa
juga diharapkan dapat memperoleh sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai
baik dari segi kuantitas, kualitas dan permintaan, serta dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dalam proses pendidikan dan pengajaran yang berkontribusi pada
peningkatan mutu dan kualitas. pembelajaran maksimal.
Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah mengatur dan
memelihara sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi yang
terbaik dan bermakna bagi proses pendidikan.Kegiatan pengelolaan tersebut meliputi
perencanaan, pengadaan, pengawasan, inventarisasi, dan penghapusan pertanggung
jawaban.
Fungsi pengelolaan sarana dan prasarana meliputi:
Analisis perencanaan / kebutuhan
Membeli
Survei
16
Penggunaan atau pemanfaatan sarana dan prasarana
17
Mempertahankan
Menghapus
Akuntabilitas
1) Identifikasi
merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk menentukan kesulitan belajar,dengan
melakukan kegiatan berikut:
Data dokumen hasil belajar siswa.
Menganalisis absensi siswa didalam kelas.
Mengadakan wawancara dengan siswa.
Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
Tes untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
2) Diagnosis
Diagnosis merupakan keputasan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan siswa.Diagnosis dapat
berupa sebagai berikut:
Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.
Keputusan mengenai factor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan
belajar
Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.
3) Prognosis
Prognosis ini dapat berupa:
Bentuk treatmen yang harus diberikan.
18
Bahan atau materi yang diperlukan
Metode yang akan digunakan
Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
Waktu kegiatan dilaksanakan
19
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar. Demikian pula dilihat daritahapnya, masalah belajar
dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama prosese belajar dan sesudah belajar.
Dari dimensi siswa, masalah – masalah belajar dapat muncul pada waktu sebelum kegiatan
belajar, selama berlangsungknya proses belajar dan sesudah proses belajar. Dari dimensi
guru, masalah belajar juga dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan pada
akhir proses evaluasi hasil belajar.
Secara spesifik masalah yang bersumber dari faktor internal berkaitan dengan; (1) karakteristik
siswa, (2) sikap terhadap belajar, (3) motivasi belajar, (4) konsentrasi belajar, (5) kemampuan
mengolah bahan belajar, (6) kemampuan menggali hasil belajar, (7) rasa percaya diri, (8)
kebiasaan belajar, (9) sedangkan dari faktor eksternal, masalah belajar dipengaruhi oleh; (a)
faktor guru, (b) lingkungaan sosial,terutama teman sebaya, (c) kurikulum sekolah, (d) sarana dan
prasarana.
20
SOAL LATIHAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Aunurahman.Belajar Pembelajaran.2012.Bandung:Alfabeta
22