Dalam proses belajar, guru sering menghadapi masalah adanya murid yang
tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Dengan kata lain guru sering
menghadapi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Biasanya masalah
yang dihadapi para guru di sekolah adalah gejala atau manifestasi adanya
kesulitan belajar yang ditampakkan dalam bentuk-bentuk tingkah laku
tertentu.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar menurut Mohammad Surya (1992: 86) adalah sebagai
berikut:
• Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
• Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu
rendah.
• Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia. Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40
menit, maka anak yang menghadapi kesulitan belajar akan memerlukan waktu yang
lebih lama.
• Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang dan
sebagainya.
• Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri,
tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
• Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu,
misalnya dalam menghadapi nilai rendh tidak menunjukkan adanya perasaan sedih
atau menyesal, dan sebagainya.
Pendapat di atas sesuai dengan yang diungkapkan Kirk (Effendi Kusno, 1987: 57)
bahwa ada empat perilaku yang berkaitan dengan kesulitan belajar antara lain:
• Siswa lamban disemua bidang yang diikuti, dimana siswa mengalami
ketertinggalan dalam mata pelajaran yang diikutinya, serta tertinggal oleh kawan-
kawannya. Ia kesulitan menerima kesan yang disampaikan oleh gurunya dan selalu
terlambat dalam menyelesaikn tugas-tugas yang mesti dikerjakan.
• Ketidakmampuan dalam bidang-bidang khusus, ditandai oleh ketidakmampuan
siswa dalam bidang tertentu, misalnya siswa selalu sulit untuk memahami isi
bacaan, sulit untuk menguraikan bagan-bagan atau yang lainnya.
• Kesulitan akademik dalam kaitannya dengan kekacauan tingkah laku, ditandai
dengan tingkah laku siswa yang sulit diatur, senang membuat gaduh, malas
mencatat, ingin selalu berpindah-pindah tempat duduk ketika pelajaran
berlangsung dan gejala lain yang mengarah kepada behaviorial disorder.
• Masalah yang berhubungan dengan motivasi, ditandai dengan kurang bergairah
untuk mengikuti pelajaran, tidak ada minat berdiskusi, dan lalai mengerjakan
tugas.
Dari beberapa gambaran diatas, terutama dari kriteria yang dijadikan sebagai patokan
untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, kiranya dapat
dijadikan pedoman bagi guru untuk menetapkan kesulitan belajar siswanya. Guru
tidak hanya dapat menentukan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar itu
prestasinya rendah, tapi dapat diketahui melalui tingkah laku tertentu yang
ditampakkan siswa tersebut yang menyimpang dari kebiasaan- kebiasaan semula.
Guru dapat mendeteksi kesulitan tersebut melalui berbagai cara dan metode yang
mudah dilaksanakan.
Upaya Penanganan Masalah Dalam Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalah nya tidak berlarut-
larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal.
Bebrapa upaya yang dapat dilakukan menurut Prayinto (1994; 94-99) sebagai berikut:
• PengajaranPerbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. Bentuk kesalahan yang paling pokok
berupa salah pengertian, salah pemahaman, salah menafsirkan dan tidak menguasai konsep-
konsep dasar. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu maka siswa mempunyai kesempatan
untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
• Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau
beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai
sisa waktu yang berlebih dalam belajar, untuk itu mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang
terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
• Peningkatan motivasi belajar
Di sekolah sebagian siswa mungkin, telah memiliki motif yang kuat, untuk belajar, tetapi sebagian
lain mungkin belum. Disisi lain, mungkin juga ada siswa yang semula motifnya amat kuat, tetapi
menjadi pudar. Tingkah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas, bosan dan sebagainya dapat
dijadikan indikator kurang kuatnya motif ( motivasi) dalam belajar.
Guru bidang studi, guru pembimbing dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan menurut Prayitno (1994) adalah :
• Memperjelas tujuan-tujuan belajar, siswa akan didorong untuk lebih giat
belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai
• Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
• Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan
• Memberikan hadiah ( penguatan dan hukuman bila perlu)
• Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan
murid, serta antara murid dengan murid.
• Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu ( seperti
suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan,
menjengkelkan)
• Melengkapi sumber dan peralatan mengajar.
• Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan yang belajar
yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang yang mengamalkan sikap dan
kebiasaan belajar yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Bila siswa tidak
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik maka dikhwatirkan siswa
tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang
baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan kerja keras.
• Layanan konseling individual
Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung
tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tata muka ini klien
dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan
masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui
pembahasan dengan konselor.
Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu kondisi kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu
sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswa dapat dipengaruhi oleh 2
faktor ,yaitu :
• Faktor internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar
siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya diri siswa,
kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
• Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, sarana
dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.
Ciri-ciri siswa yang bermasalah belajar siswa dapat di lihat dari :
1.hasil belajar yang rendah ,
2.Hasil yang dicapai tidak seimbang
3.Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4.Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5.Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan,
6.Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar