Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 10 

MASALAH-MASALAH BELAJAR PEMBELAJARAN

Erna Suminarti 17835008


Niko Cahyana 16833029
Rd Rifky Kusuma 16833028
M.Agung Fadilah M 16833027
A.Pengertian Masalah Belajar
• Pengertian Belajar
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process
progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi
perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi
akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan
(reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan
yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga
memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk
mencapai suatu hasil.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar
dengan dua rumusan. Rumusan pertama(Belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman),Rumusan keduanya adalah(Belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip
oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami secara umum bahwa
belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang yang relatif menetap diberbagai bidang yang terjadi akibat
melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya yang melibatkan
proses kognitif.

Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu


proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian Masalah Belajar 
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah
sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak
disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain,
ingin atau perlu dihilangkan.Dari definisi masalah dan belajar maka masalah
belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan” atau masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat
kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu
sendiri  ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal,
pandai atau cerdas.
Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis,
sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang
terjadi pada siswa.
• Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
• Keterlambatan akademik
• Sangat cepat dalam belajar
• Lambat belajar
• Penempatan kelas
• Kurang motif dalam belajar
• Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk
• Kehadiran di sekolah.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi
guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah
belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan
sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum
kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya
sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
Masalah belajar siswa mencakup dalam
pengertian yang lebih  luas, diantaranya :
• Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-
gemulai.
• Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau
gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
• Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau
malah sangat rendah.
• Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
• Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Masalah
Belajar
Faktor Internal
• Ciri Khas/Karakteristik Siswa
• Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku,
alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila siswa tidak memiliki minat
untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
• Sikap terhadap Belajar
• Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar
merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak
ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih
dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan
atau mengikuti kegiatan belajar.
• Motivasi Belajar
• Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan
atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan
sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya
kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi
merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi tercapainya hasil
belajar yang diharapkan.
• Konsentrasi Belajar
• Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi
dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut
ketelatenan guru.
• Mengelola Bahan Ajar
• Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelola bahan, maka berarti ada
kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru.
Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki
kemampuan sendiri untuk terus mengelola bahan belajar, karena konstruksi
berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
• Rasa Percaya Diri
• Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas
fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa
percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di
dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai
sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah
dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus
diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
• Kebiasaan Belajar
• Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama
sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. Ada beberapa bentuk
kebiasaan belajar yang sering dijumpai seperti, belajar tidak teratur, daya tahan
rendah, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, tidak memiliki catatan yang
lengkap, sering datang terlambat, dan lain-lain
• Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang
tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan
rendahnya hasil belajar yang diperoleh.
• Tingkat Kecerdasan Rendah
• Walaupun tingkat kecerdasan seorang siswa bkanlah nilai mutlak dan berubah-ubah,
hal ini tetap saja dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Tingkat
kecerdasan atau kemampuan dasar yang rendah bisa menjadi salah satu penyebab
kesulitan belajar pada diri siswa.
• Kesehatan, Gangguan Fungsi Alat Indera, dan Alat Perseptual
• Kondisi tubuh yang sakit, kurang gizi dan vitamin dapat menyebabkan kurang
maksimalnya proses belajar. Begitupun jika terjadi gangguan pada fungsi alat indera,
seperti gangguan penglihatan dan pendengaran yang dapat secara langsung menjadi
penyebab terjadinya keslitan dalam belajar. Hal yang sama juga dapat terjadi jika
terdapat gangguan dalam proses penafsiran pesan di otak (alat perseptual).
Faktor Eksternal
• Guru
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya
menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar
secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses
pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik,
mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk
memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat
untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat
melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat
pencapaian hasil belajar mereka.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru
yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan
suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat
menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan
menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari,
guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya,
sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi, jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang
menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan
dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat
belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan
seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah
seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil
penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak
jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada
anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.
• Keluarga (rumah)
Masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak
untuk fokus dalam belajar, beberapa diantaranya adalah;
-Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
-Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
-Keadaan ekonomi
-Harapan orang tua yang terlalu tinggi
-Orang tua yang pilih kasih.

• Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)


Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa.
Contoh seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya
dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif
dan sebaliknya. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar
karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi motivasi
kepadanya untuk belajar.
• Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau
acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas
pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi
tuntunan perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga
menimbulkan masalah, yaitu :
(a)   Tujuan yang akan dicapai berubah
(b)   Isi pendidikan berubah
(c)   Kegiatan belajar mengajar berubah
(d)   Evaluasi belajar
 
5. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada
terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi
siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya
dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar
yang lebih baik.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :

• Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu


sendiri ), antara lain:

• Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu )


Ciri-Ciri Siswa yang Bermasalah Belajar

Dalam proses belajar, guru sering menghadapi masalah adanya murid yang
tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Dengan kata lain guru sering
menghadapi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Biasanya masalah
yang dihadapi para guru di sekolah adalah gejala atau manifestasi adanya
kesulitan belajar yang ditampakkan dalam bentuk-bentuk tingkah laku
tertentu.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar menurut Mohammad Surya (1992: 86) adalah sebagai
berikut:
• Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
• Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu
rendah.
• Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia. Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam  waktu 40
menit, maka anak yang menghadapi kesulitan belajar akan memerlukan waktu yang
lebih lama.
• Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang dan
sebagainya.
• Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri,
tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
• Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu,
misalnya dalam menghadapi nilai rendh tidak menunjukkan adanya perasaan sedih
atau menyesal, dan sebagainya.
Pendapat di atas sesuai dengan yang diungkapkan Kirk (Effendi Kusno, 1987: 57)
bahwa ada empat perilaku yang berkaitan dengan kesulitan belajar antara lain:
• Siswa lamban disemua bidang yang diikuti, dimana siswa mengalami
ketertinggalan dalam mata pelajaran yang diikutinya, serta tertinggal oleh kawan-
kawannya. Ia kesulitan menerima kesan yang disampaikan oleh gurunya dan selalu
terlambat dalam menyelesaikn tugas-tugas yang mesti dikerjakan.
• Ketidakmampuan dalam bidang-bidang khusus, ditandai oleh ketidakmampuan
siswa dalam bidang tertentu, misalnya siswa selalu sulit untuk memahami isi
bacaan, sulit untuk menguraikan bagan-bagan atau yang lainnya.
• Kesulitan akademik dalam kaitannya dengan kekacauan tingkah laku, ditandai
dengan tingkah laku siswa yang sulit diatur, senang membuat gaduh, malas
mencatat, ingin selalu berpindah-pindah tempat duduk ketika pelajaran
berlangsung dan gejala lain yang mengarah kepada behaviorial disorder.
• Masalah yang berhubungan dengan motivasi, ditandai dengan kurang bergairah
untuk mengikuti pelajaran, tidak ada minat berdiskusi, dan lalai mengerjakan
tugas.
Dari beberapa gambaran diatas, terutama dari kriteria yang dijadikan sebagai patokan
untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, kiranya dapat
dijadikan pedoman bagi guru untuk menetapkan kesulitan belajar siswanya. Guru
tidak hanya dapat menentukan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar itu
prestasinya rendah, tapi dapat diketahui melalui tingkah laku tertentu yang
ditampakkan siswa tersebut yang menyimpang dari kebiasaan- kebiasaan semula.
Guru dapat mendeteksi kesulitan tersebut melalui berbagai cara dan metode yang
mudah dilaksanakan.
Upaya Penanganan Masalah Dalam Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalah nya tidak berlarut-
larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal.
Bebrapa upaya yang dapat dilakukan menurut Prayinto (1994; 94-99) sebagai berikut:
• PengajaranPerbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. Bentuk kesalahan yang paling pokok
berupa salah pengertian, salah pemahaman, salah menafsirkan dan tidak menguasai konsep-
konsep dasar. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu maka siswa mempunyai kesempatan
untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
• Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau
beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai
sisa waktu yang berlebih dalam belajar, untuk itu mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang
terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
• Peningkatan motivasi belajar
Di sekolah sebagian siswa mungkin, telah memiliki motif yang kuat, untuk belajar, tetapi sebagian
lain mungkin belum. Disisi lain, mungkin juga ada siswa yang semula motifnya amat kuat, tetapi
menjadi pudar. Tingkah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas, bosan dan sebagainya dapat
dijadikan indikator kurang kuatnya motif ( motivasi) dalam belajar.
Guru bidang studi, guru pembimbing dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan menurut Prayitno (1994) adalah :
• Memperjelas tujuan-tujuan belajar, siswa akan didorong untuk lebih giat
belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai
• Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
• Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan
• Memberikan hadiah ( penguatan dan hukuman bila perlu)
• Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan
murid, serta antara murid dengan murid.
• Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu ( seperti
suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan,
menjengkelkan)
• Melengkapi sumber dan peralatan mengajar.
• Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan yang belajar
yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang yang mengamalkan sikap dan
kebiasaan belajar yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Bila siswa tidak
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik maka dikhwatirkan siswa
tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang
baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan kerja keras.
• Layanan konseling individual
Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung
tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tata muka ini klien
dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan
masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui
pembahasan dengan konselor.
Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu kondisi kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu
sendiri  ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswa dapat dipengaruhi oleh 2
faktor ,yaitu :
• Faktor  internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar
siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya diri siswa,
kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
• Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, sarana
dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.
Ciri-ciri siswa yang bermasalah belajar siswa dapat di lihat dari :
1.hasil belajar yang rendah ,
2.Hasil yang dicapai tidak seimbang
3.Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4.Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5.Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan,
6.Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar

Anda mungkin juga menyukai