Anda di halaman 1dari 21

BIMBINGAN KONSELING Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta
didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta
didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan
dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.Guru harus mampu
mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber
pada faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga
mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan
kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif
(pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin. Dengan demikian,
semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk
kegiatan diagnosa. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua
siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.Keberhasilan
dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang.
Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan
dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang
tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi
berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan
psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif. Aktivitas belajar bagi
setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Setiap individu memiliki
keunikan tersendiri. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkahlaku belajar
dikalangan siswa. Dalam hal ini anak tidak bisa belajar sebagaimana mestinya, inilah yang
disebut dengan kesulitan belajar. Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan kepada
setiap peserta didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesulitan belajar.
Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat
terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu :
BIMBINGAN KONSELING Page 2

memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus
sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir.Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh
di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak
kegagalam belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang
bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu upaya
mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar
melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)?
b. Bagaimana kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran?
c. Bagaimana Peserta Didik Berkesulitan Belajar ?
d. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
e. Bagamana Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik?
f. Bagaimana prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar?
g. Bagimana Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan Dalam Proses
Pembelajaran?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)
b. Untuk mengetahui kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
c. Untuk mengetahui Peserta Didik Berkesulitan Belajar
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
e. Untuk mengetahui Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik
f. Untuk mengetahui Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
g. Untuk mengetahui Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan Dalam Proses
Pembelajaran.






BIMBINGAN KONSELING Page 3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau
mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut
untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan
belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar.Dalam pengertian
diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu
istilah diagno sis dan kesulitan belajar.
Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain,
menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu
analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis
merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah.
Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak
menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui
ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai ,
yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan
bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar
belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. Setelah kita
pahami pengertian diagnosis, selanjutnya kita bahas mengenai kesulitan belajar. Kesulitan
belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya
prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. bahwa kesulitan
belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi actual).
Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi
normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses
belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi motoriknya.Jadi
kesulitan belajar yang dialami peserta didik tidak selalu disebabkan oleh intelejensi atau
angka kecerdasannya yang rendah. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta
didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses
menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar
BIMBINGAN KONSELING Page 4

belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau
hambatan belajar yang nampak.
Berikut ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut
Warkitri dkk (1990) sebagai berikut :
1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar
anak terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak tidak mampu
belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab sehingga hasil
belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar
yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak menunjukkan adanya
subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain.
4. Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki
potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai
tergolong rendah.
5. Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat
lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki
tingkat potensi intelektual yang sama.
2.2 Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan
penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk
nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam
belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya
peserta didik belummampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kaitannya dengan konsep belajar tuntas (mastery
learning) tingkat penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara 75% - 90%. Bila
peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka
peserta didik tersebut harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti
yang telah ditetapkan.
John B. Carol (1986) mengatakan : apabila peserta didik diberi kesempatan
menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan
sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan.
Jadi setiap peserta didik yang memiliki kecakapan normal, apabila diberi kecukupan waktu
BIMBINGAN KONSELING Page 5

cukup untuk belajar, mereka akan mampu menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama
kondisi yang tersedia menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil belajar
peserta didik dipengaruhi oleh :
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3. Bakat yang dimiliki peserta didik
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya.
5. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari keseluruhan
proses pembelajaran yang sedang dihadapi.
2.3 Peserta Didik Berkesulitan Belajar
Blassic dan Jones (19760 mengemukakan karakteristik anak yang mengalami
kesulitan belajar dapat ditunjukkan dalam karakteristik behavioral, fisikal, bicara dan bahasa,
serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Selain itu Sumadi Suryobroto (1984)
mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui
melalui kriteria-kriteria yang sebenarnya merupakan harapan dan sekaligus kriteria tersebut
merupakan indikator bagi terjadinya kesulitan belajar.
Adanya kesulitan belajar tersebut dapat diketahui atas dasar :
1. Grade level, yaitu apabila anak tidak naik kelas sampai dua kali.
2. Age level, yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan kelasnya.
3. Intellegensi level, terjadi pada anak yang mengalami under achiever .
4. General level, terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai prestasi sesuai
dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat dicapai sesuai
dengan kriteria atau sangat rendah dimana siswa mengalami kesulitan belajar.
Sumadi Suryabrata menggambarkan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar
menunjukkan adanya gangguan aktivitas motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat
menangkap arti, membuat dan menangkap simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan
tidak dapat mengalihkan perhatian, dan gangguan ingatan.
Sedangkan Moh. Surya (1978) mengemukakan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan
belajar :
1. Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah
2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan
BIMBINGAN KONSELING Page 6

6. Menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar
Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan ciri-
ciri sbb:
1. Prestasi belajarnya rendah artinya nilai yang diperoleh dibawah nilai rata-rata
kelompoknya.
2. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang
dicapai
3. Lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan atau
menyerahkan tugas.
4. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya.
5. Menunjukkan perilaku menyimpang dari peilaku temannya yang seusianya.
Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Latar belakang terjadinya kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar banyak
sekali macam ragamnya. Tetapi bila penyebab kesulitan belajar itu dikaitkan dengan faktor-
faktor yang berperanan dalam belajar, maka penyebab kesulitan belajar itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar
( faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan percaya
diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis ke lamin, kebiasaan belajar, kemampuan
mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan
merasakan(Fontana, 1981). Sedang faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal)
meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi:
guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa
hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan
alam.
Menyimak faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar tersebut di atas, maka
peserta didik mengalami kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar, ditunjukkan
oleh hasil belajar yang rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti yang
dikemukakan oleh Noehi Nasution. (1992: 215)
1. Rendahnya kemampuan intelektual anak
2. Gangguan perasaan atau emosi
3. Kurangnya motivasi untuk belajar
4. Kurang matangnya anak untuk belajar
5. Usia yang terlampau muda
BIMBINGAN KONSELING Page 7

6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7. Kebiasaan belajar yang kurang baik
8. Kemampuan mengingat yang rendah
9. Terganggunya alat-alat indra
10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan
11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Untuk lebih lengkapnya, marilah kita simak pandangan ahli yang lain yang berkaitan
dengan permasalahan belajar yang dialami peserta didik, baik faktor internal maupun
eksternal. Dimyati dan Mudjiono(1994: 228 -235)mengemukakan faktor-faktor internal yang
mempengaruhi proses belajar sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa
Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar meliputi:
1. Guru sebagai Pembina siswa belajar
2. Sarana dan prasarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah
2.5 Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus menentukan
faktor penyebab dari kesulitan belaja tersebut. Setelah faktor penyebab kesulitan belajar
diketahui, kita baru dapat menentukan alternative bantuan yang diberikan. Untuk dapat
menentukan kesulitan belajar peserta didik dengan tepat,maka kita harus mengumpulkan data
selengkap mungkin, baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes.

BIMBINGAN KONSELING Page 8

Teknik Nontes
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang
dilakukan dengan cara: wawancara, observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan
kesehatan dan fisik, dan dokumentasi.
A. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau keterangan
degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
B. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan
observasi:
a. Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan diobservasi dan jenis gejala
apa yang perlu dicatat.
b. Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga permasalahan yang
akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan apa yang harus
diobservasi.
c. Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat waktu dan
menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa.
d. Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan.
e. Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang sudah disederhanakan.
f. Catatlah gejala-gejala secara terpisah.
g. Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat sebelum melakukan
observasi.
C. Angket
Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang diselidiki atau disebut responden, secara
tertulis.
Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua
yaitu:
1. Angket langsung
Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan datanya.
2. Angket tidak langsung
BIMBINGAN KONSELING Page 9

Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap mengetahui keadaaan orang
yang akan dikumpulkan datanya.
Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi
tiga yaitu:
1. Angket tertutup
Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang sesuai dengan dirinya.
2. Angket terbuka
Pertanyaaan-pertanyaan dalam angket yang memberikan kesempatan kepada responden
untuk memberikan jawaban seluas-luasnya. Angket teruka ini tepat digunakan utuk
mengungkap pendapat seseorang tentang sesuatu.
3. Angket tertutup terbuka
Angket yang terdiri dari angket tertutup, shingga responden tinggal memilih jawaban
yang telah disediakan, namun bila jawaban tidak ada yang sesuai menurut responden, maka
responden diberi kesempatan untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan keadaan
responden.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan angket:
a. Gunakan angket dalam keadaan atau situasi yang setepat-tepatnya.
b. Tentukan terlebih dahulu tujuan kuisener/angket, baik tujuan umum maupun khusus.
c. Tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya:
1. Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti)
2. Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang
3. Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden
4. Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan
5. Pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang memalukan.
d. Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau golongan-golongannya,
agar lebih sistematis sehingga mudah menganalisisnya.
e. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang sesungguhnya ,
maka angket yang telah tersusun sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi materi.
D. Sosiometri
BIMBINGAN KONSELING Page 10

Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social seseorang, yang
sering disebut juga sebagai ukuran berteman seseorang. Gambaran mengenai hubungan
seseorang disebut sosiogram.
Baik tidaknya hubungan social seseorang denga orang lain dapat dilihat dari beberapa
segi. Bimo Walgito, 1980:72.mengemukakan sebagai berikut:
1. Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu bergaul.
2. Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam
pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul
3. Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat dgunakan
sebagaikriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan sosialnya..
E. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengutip dari
sumber catatan yang sudah ada
F. Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi dan
perkembangan fisik, misalya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang
menarik. Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita
seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi
tentang kesehatan seseorang.
Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan
memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-
perintah yang harus dijalankan, yang didasarkan atas jawaban testee terhadap pertanyaan-
pertanyaan atau melakukan perintah itu penyelidik megambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain(sumadi Suryoboto,1984).
Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang
telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk
evaluasi yang lain.
b. Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan yang
belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat, kepribadian,
sikap, dan sebagainya.
BIMBINGAN KONSELING Page 11

2.6 Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu :
1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.Dengan
cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non psikologis. Kasus
kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a. Analisis Perilaku
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau
laporan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui :
Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b. Analisis Prestasi Belajar
Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisishasil belajar serta
menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajarpeserta didik harus menggunakan norma
yaitu Penilaian Acuan Norma(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Dapat kita lakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran au bidangstudi apa
kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagiamana kesulitan belajar itu dirasakan oleh
peserta didik.Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar
dapat dilakukan dengan cara membandingkan skorestasi yang diperoleh peserta didik dengan
nilai rata-rata dari masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau
bagaimana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan
memeriksa hasil pekerjaan tes.
3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik
(internal) dan faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang menghambat
proses belajar dan atau pembelajaran.
4. Memperkirakan Alternatif Bantuan
Langkah yang akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitanpeserta didik?
Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik?
Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
BIMBINGAN KONSELING Page 12

5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan
yang diperlukan peserta didik Selanjutnya rencana pemberian bantuan harus disesuaikan
dengan jenis kesulitan yang dialami peserta didik.Bantuan dapat diberikan melalui program
remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program re feral
yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan
belajar peserta didik.
6. Tindak Lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya
b. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada
peserta didik
c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan
yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan atau
ketidaktepatan bantuan yang diberikan
d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani kesulitan
yang dialami peserta didik
2.7 Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan Dalam Proses Pembelajaran.
Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar misalnya tidak mampu
menyerap bahan pembelajaran dengan baik, tidak dapat konsentrasi dalam belajar,
tidakmampu mengerjakan tes dan sebagainya. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan
bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaranremedial
sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan
belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau enrichement.
a. Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran
Remedial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan) dan atau
korektif (perbaikan). Pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang
bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang
menjadipenghambat atau ya ng dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi
peserta didik.
BIMBINGAN KONSELING Page 13

Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran karena :
a. Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai kemampuannya.
b. Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan tingkah laku siswa
secara bulat sebagai hasil belajar
c. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik bimbingan belajar.
Salah satu teknik bimbingan belajar adalah pengajaran remedial
Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus mampu menciptakan situasi yang
memungkinkan peserta didik lebih mampu mengembangkan diri.
Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa mencapai mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara
khusus, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar ag
ar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian
atau dalam proses belajar mengajar.
Pengajaran remedial merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses
pembelajaran, mempunyai banyak fungsi dalam membantu pesert a didik yang mengalami
kesulitan belajar, antara lain
a. Fungsi korektif, adalah usaha untuk memperbaiki atau meninjau kembali sesuatu yang
dianggap keliru.
b. Fungsi pemahaman, dalam pengajaran remedial terjadi proses pemahaman terhadap
pribadi peserta didik, baik dari pihak guru, pembimbing, maupun peserta didik itu sendiri.
c. Fungsi penyesuaian, dalam pnegajaran remedial peserta didik dibantu untuk belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak merupakan beban bagi peserta
didik.
d. Fungsi pengayaan, dalam pengajaran remedial guru berusaha membantu peserta didik
mengatasi kesulitan belajar dengan menyediakan atau menambah berbagai materi pengajaran
yang tidak atau belum disampaikan dalam pengajaran biasa.
e. Fungsi akselerasi, dalam pengajaran guru berusaha mempercepat pengajaran dengan
menambah frekuensi pertemuan dan materi pengajaran.
f. Fungsi terapeutik, pengajaran remedial mengandung unsur terapeutik karena secara
langsung atau tidak langsung berusaha menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan
peserta didik.
Terdapat pendekatan-pendekatan dalam pengajaran remedial, antara lain
a. Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial
BIMBINGAN KONSELING Page 14

Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai
dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpa i beberapa bagian dari peserta didik yang
tidak mampu menguasai seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif
dapat dilakukan dengan cara :
Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir unit
pelajaran atau setiap pokok bahasan.
Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement), Layanan pengayaan
dapat ditujukan kepada peserta didik yang mempunyai kelemahan ringan dan secara
akademik mungkin peserta didik tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan
memberikan pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran
berlangsung.
Percepatan (acceleration)
Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang berbakat namun
menunjukkan kesulitan psikososial.
b. Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial
Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang diduga akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh. Guru meng-klasifikasikan
kemampuan siswa didik menjadi tiga golongan, yaitu peserta didik yang mampu
menyelesaikan pr ogram sesuai waktu yang ditentukan, peserta didik yangdiperkirakan akan
mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditentukan, dan peserta didik
yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan.
Sesuai penggolongan tersebut maka teknik layanan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini peserta didik diberi pelajaran,
waktu, dan tes yang sama.
2. Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan peserta didik, sehingga
setiap peserta didik mempunyai program tersendiri.
3. Layanan pengajaran dengan kelas khusus, peserta didik mengikuti program
pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Peserta yang mengalami kesulitan dalam
bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Bagi yang cepat belajarnya
disediakan program pengayaan.

c. Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial
BIMBINGAN KONSELING Page 15

Pengajaran remedial yang bersifat pengembangan merupakan upaya diagnostik yang
dilakukan guru selama berlangsungnya pembelajaran. Sasarannya agar peserta didik dapat
segera mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran.Dalam
pengajaran remedial juga terdapat beberapa metode.
Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu :
a. Metode pemberian tugas.
Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
b. Metode diskusi
Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu dalam kelompok untuk membahas suatu
masalah. Diskusi digunakan dalam pengajaran remedial untuk memperbaiki kesulitan belajar
dengan memanfaatkan interaksi individu dalam kelompok.
c. Metode tanya-jawab
Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tanya jawab dilakukan secara
individumaupun secara kelompok dengan peserta didik.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok dalam pengajaran remedial diusahakan agar terjadi interaksi diantara
anggota dalam kelompok. Kelompok sebaiknya heterogen artinya dalam satu kelompok
terdiri dari pria dan wanita, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan peserta didik
yang tidak mengalami kesulitan belajar.
e. Metode tutor sebaya
Tutor sebaya ialah peserta didik yang ditunjuk untuk membantu teman-temannya atau peserta
didik lainnya yang mengalami kesulitan belajar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan tutor sebaya adalah:
1. Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti program perbaikan
2. Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif, dan dapat menerangkan bahan
yang dibutuhkan oleh peserta didik yang mengikuti program perbaikan
3. Tidak sombong, sabar, telaten, hubungan sosialnya bagus, tidak pelit, dan suka
menolong sesama teman
f. Metode pengajaran individual
Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses pembelajaran yang hanya
melibatkan seorang guru dan seorang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
1. Pelaksanaan Pengajaran Remidial
BIMBINGAN KONSELING Page 16

Yang telah dikemukakan oleh Warkitri dkk. (1990) bahwa untuk melaksanakan
pengajaran remedial harus mengikuti langkah langkah sebagai berikut:
a) Penelaahan kembali kasus
Langkah ini merupakan langkah penting sabagai titik tolak kegiatan selanjutnya. Langkah ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kasus yang di hadapi dan
kemungkinan pemecahannya. Dalam langkah ini guru diharapkan memperoleh gambaran
tentang peserta didik yang perlu mendapatkan layanan, tingkat kesulitan yang dialami peserta
didik, letak terjadinya kesulitan, bagian ranah yang mengalami kesulitan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesulitan peserta didik.
b) Pemilihan alternatif tindakan
Berdasarkan temuan dan uraian pada langkah pertama, maka dapat disimpulkan karakteristik
kasus atau permasalahan dan alternatif pemecahannya. Karakteristik kasus atau permasalahan
yang dihadapi peserta didik dapat digolongkan menjadi kasus yang berat, cukup berat, dan
ringan. Kasus yang ringan yaitu apabila peserta didik belum menemukan cara belajar yang
baik. Kasus yang cukup berat yaitu apabila peserta didik telah mampu menemukan cara
belajar tetapi belum berhasil karena hambatan psikologis. Kasus dikatakan berat bila
siswa belum mampu menemukan cara belajar yang baik dan memiliki hambatan emosional.
1. Apabila kasus ringan, tindakan yang ditempuh adalah pemberian pengajaran remedial.
2. Apabila kasusnya berat dan cukup berat, maka sebelum melaksanakan pengajaran
remedial, peserta didik harus diberi layanan konseling untuk mengatasi hambatan
emosional yang mempengaruhi kegiatan belajarnya.
c) Pemberian layanan khusus
Layanan khusus disini maksudnya adalah layanan konseling, yang bertujuan agar peserta
didik yang mengalami kasus atau permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga
dapat mengikuti pembelajaran secara wajar.
Berikut ini kasus atau permasalahan peserta didik dan cara mengatasi yang dapat ditangani
oleg guru bidang studi :
Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya : menghindarkan peserta
didik dari pertanyaan pertanyaan negative yang dapat melemahkan semangat
belajar, termasuk memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan orang lain
yang lebih sukses. Disamping itu perlu diciptakan suasana kompetitif yang sehat,
mendorong agar lebih berhasil dalam belajar pada waktu= waktu berikutnya, member
hukuman yang bijaksana bila terjadi kealpaan dan member hadiah baik verbal
maupun non verbal atau material dan non material bila memperoleh kesuksesan.
BIMBINGAN KONSELING Page 17

Kasus sikap negative terhadap guru, cara mengatasinya dengan cara menciptakan
hubungan yang akrab antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik
dengan peserta didik lainnya, memberikan pengalaman yang menyenangkan dan
menciptakan iklim atau suasana social yang sehat dalam kelas.
Kasus kebiasaan belajar yang salah, cara mengatasinya menunjukan cara belajar yang
salah, memberikan kesempatan untuk berlatih dan belajar dengan pola-pola belajar
yang baru.
Kasus ketidak cocokan antara keadaan pribadi dengan lingkungan dan program
studinya, cara mengatasinya dengan cara memberikan layanan informasi tentang
pemilihan program studi dan cara belajarnya serta prospek dari program studi yang
dipilih oleh peserta didik.
d) Pelaksanaan pengajaran remedial
Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan pengajaran remedial. Adapun
sasaran pokok langkah ini adalah meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru.
e) Pengukuran kembali hasil belajar
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan pengukuran terhadap perubahan
pada diri peserta didik yang bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian
antara rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
f) Re-evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan menggunakan cara dan criteria
seperti pada proses pembelajaran yang sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan
menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut:
1. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaiannya mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang
diharapkan.
2. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian
drinya, tetapi belum sepenuhnya memadai criteria keberhasilan minimum
yang diharapkan.
3. Peserta didik menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam prestasinya
maupun kemampuan penyesuaian dirinya.Sebagai tindak lanjut dari
pengajaran remedial ini ada tiga kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh
guru, yaitu:
BIMBINGAN KONSELING Page 18

a) Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk melanjutkan ke program
pembelajaran utama tahap berikutnya.
b) Bagi peserta didik yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya diberi pengayaan dan
pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan melanjutkan ke program selanjutnya.
c) Bagi peserta didik yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan re-diagnostik untuk
mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau kekurangan pengajaran remedial yang
telah dilakukan, sehingga mungkin perlu adanya ulangan dengan alternative yang
sama atau alternative yang lain.

2. Program Pengayaan dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru disamping menemukan peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, akan menjumpai pula peserta didik yang cukup menguasai bahan, tetapi ada
pula yang mampu menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru
a. Pengertian program pengayaan
Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah
peserta didik yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Kegiatan untuk
mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini
disebut dengan program pengayaan.
b. Tujuan program pengayaan
Dalam proses pembelajaran, bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas
belajarnya akan mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi
peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini dimaksudkan agar peserta didik:
1) Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan
tentang materi mata pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu
mengajari temannya yang belum selesai tugasnya.
2) Memupuk rasa social karena peserta didik ini diminta membantu temannya yang belum
selesai tugas belajarnya.
3) Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan
guru dengan cara membaca surat kabar, atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber
belajar lainnya yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang diikuti.
4) Memupuk tasa tanggungjawab peserta didik dengan cara melaporkan atau menyampaikan
informasi yang diperoleh melalui membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau
sumber informasi lainnya kepada teman-temannya.
BIMBINGAN KONSELING Page 19

c. Faktor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan
a) Faktor anak atau peserta didik: bagi guru atau pendidik harus menyadari dan
memahami bahwa peserta didik disamping mempunyai beberapa kesamaan tetapi juga
mempunyai perbedaan-perbedaan yang sifatnya individual. Karena itu dalam
memberikan kegiatan pengayaan harus memperhatikan sifat-sifat individual peserta
didik misalnya bakat, minat, hobi dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik.
b) Faktor kegiatan pengayaan: kegiatan pengayaan yang diberikan oleh guru harus
menunjang pengembangan peserta didik secara optimal. Dalam hal ini kegiatan
pengayaan jangan sampai merugikan, menyusahkan, memberatkan, dan menimbulkan
kesulitan peserta didik. Tetapi kegiatan pengayaan herus bermanfaat bagi peserta
didik dalam menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan
kepribadiannya.
c) Faktor waktu : kegiatan pengayaan untuk mengisi waktu yang dimiliki peserta didik
yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya sangat bervariasi, ada yang 25 menit,ada
yang 15 menit dan sebagainya. Dalam hal ini guru harus memilih kegiatan pengayaan
yang tepat sesuai dengan waktu yang tersedia bagi setiap peserta didik. Kenyataan ini
menuntut kemampuan dan kreativitas guru dalam mempersiapkan kegiatan
pengayaan.
d. Pelaksanaan program pengayaan
Program pengayaan dalam proses pembelajaran berisi kegiatan pengayaan yang
diperuntukan bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya, karena mereka
mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan pengayaan diberikan oleh guru bidang studi
bersamaan dengan pembelajaran bagi peserta didik yang sedikit kesulitan dan yang
mengalami kesulitan belajar. Apabila peserta didik yang sedikit kesulitan belajarnya dan yang
mengalami kesulitan belajar sudah menyelesaikan tugas belajarnya sesuai dengan yang
diharapkan, maka kegiatan
pengayaan dihentikan.
Selanjutnya seluruh peserta didik mengikuti pelajaran berikutnya secara bersama-
sama. Agar kegiatan pengayaan terlaksana dengan baik, maka materi yang akan diberikan
dan bentuk kegiatannya harus dipersiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus
disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan di kelas, karena kegiatan
pengayaan merupakan kegiatan untuk memperdalam materi pelajaran bukan untuk
menambah konsep beru. Kegiatan pengayaan yang diberikan guru dapat disimak pada uraian
tentang tujuan program pengayaan.
BIMBINGAN KONSELING Page 20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau
mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut
untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan
belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Keberhasilan
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran
yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik.
Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar
yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belummampu menguasai
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (factor internal) yang meliputi: kemampuan
intelektual,afeksi seperti per asaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia,
jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan
seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang faktor yang berasal
dari luar pelajar (factor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas
pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah,
maka guru atau konselor harus memberikan layanan bimbingan dengan baik. Layanan
tersebut lebih dikenal dengan pengajaran remedial sedangkan layanan bimbingan belajar
bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan
atau enrichement.








BIMBINGAN KONSELING Page 21

DAFTAR PUSTAKA
- Abin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
- Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan
Kesulitan Belajar : Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
- Siti Mardiyati et al. (1994) Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.
- Warkitri, H. et al. (1990) Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.
- http://makalahinyong.blogspot.com/2014/01/makalah-cara-mengatasi-kesulitan.html
- http://focusofdesign.blogspot.com/p/diagnosis-kesulitan-belajar-a.html
- http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/
- Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Pres

Anda mungkin juga menyukai