Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, swt yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat membuat dan menyusun makalah pada mata
kuliahTeknologi Pembelajaran, yang berjudul Diagnosis”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi bahasa, sistematika penyusunan maupun pembahasan materi yang
disajikan, untuk itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan
makalah ini. Dengan kritik dan saran penulis dapat mempelajari, memahami serta
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis mengharapkan makalah tentang perkembangan Teknologi Pembelajaran dan
Hubungan dengan Ilmu-ilmu yang relevan ini dapat memberikan manfaat, menambah
wawasan bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian Diagnosis
2. Mengetahui pengertian kesulitan belajar
3. Mengetahui ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar
4. Mengetahui tahapan identifikasi dalam kesulitan belajar
5. Mengetahui tujuan layanan diagnostic
6. Mengetahui tujuan identifikasi kasus
2
BAB II
PEMBAHASAN
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-
arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat :
1) Riwayat hidupnya;
2) kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran;
3) memiliki daftar pribadinya;
4) catatan hariannya;
5) daftar hadist di sekolah;
6) kumpulan ulangan;
7) rapor, dan lain-lainnya.
2.2 Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang
harus dipahami.
1. Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang
telah dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) atau passing grade dari suatu kelompok atau kelas kemudian setelah
dilakukan tes ujian dan hasil nilai telah dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan
acuan criterion-referenced atau criterion norm-referenced (PAP atau PAN), dapat dicatat
kelompok maupun individu-individu yang belum bisa mencapai batas minimum kelulusan
yang dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Ketika menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada
pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau
jumlah kesalahan minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang
bersangkutan;
b. Bandingkan nilai setiap siswa dengan batas lulusan minimal yang telah
ditetapkan dan catat siswa-siswa yang nilainya dibawah angka kelulusan, siswa-
siswa tersebut dapat dipastikan sebagai siswa yang memiliki kesulitan belajar;
c. Himpun siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan
bisa sebagai kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d. Membuat ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan
menyelisihkan nilai prestasi setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian
mengurutkan dari siswa yang memiliki selisih paling besar (kesalahan paling
banyak).
Dari langkah tersebut diatas dapat kita tandai:
1) Kelas atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata
mayoritas kelas atau kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
2) Individu-individu siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil
(minoritas) dari kelas atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu
adanya prioritas bimbingan berdasarkan hasil ranking.
Dari proses penandaan diatas maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas.
Kelompok atau individu mana yang belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga
perlu adanya bimbingan belajar.
Berbeda halnya ketika pengukuran didasarkan pada criterion norm-referenced, maka
nilai prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap prestasi individu.
Lengkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu (nilai
berbobot keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau populasi
kelas);
b. Menandai siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c. Membuat ranking siswa berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata kelasnya.
Langkah diatas akan dijadikan acuan dalam memberikan layanan bimbingan dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai
rata-rata kelas yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah mendeteksi kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati
berdasarkan catatan-catatan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan
tentang (1) cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2)
ketekunan dalam mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam tugas kelompok; (4)
kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih lanjut penjelasan tentang
catatan proses belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini lembaga-
lembaga pendidikan tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi tertentu sudah
mulai ditetapkan waktu belajar efektif dengan alokasi waktu tertentu (misal 40-50
menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan waktu belajar efektif tersebut dapat
diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok yang biasa terlambat
dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga dapat
diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu
diadakan bimbingan bagi siswa tersebut.
b. Penggunaan catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini siswa-
siswa yang didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga diranking)
dapat diduga mengalami kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran dipehitungkan
dalam penilaian).
c. Penggunaan catatan atau bagan partisipasi (participation chart), melalui bidang
studi tertentu yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, misalnya menjawab pertanyaan, memberikan sanggahan atas
jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi tertentu, kita akan mendapat
gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi setiap siswa dalam kelasnya.
Kita dapat menandai mana siswa yang aktif, akomodatif dan pasif.
d. Penggunaan catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa dituntut
untuk dapat bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan saling
menyenangi sesama anggota dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat
diperoleh gambaran tentang mana siswa yang banyak disenangi, dipilih oleh
teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan mana yang paling
terisolasi.
http://arfiyadi.blogspot.co.id/2012/08/prosedur-dan-teknik-diagnosis-kesulitan.html
https://anisarizki1794.wordpress.com/2014/07/08/identifikasi-masalah-dalam-bk/
Prof.Dr.H. Abi Syamsuddin Makmum, M.A. (2016). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Partowisastro K. dan Hadisuparto. (1986). Diagnosa Pemecah Kesulitan Belajar. Jakarta :
Erlangga.
Drs. Nasution N dkk. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan TErtinggi.