Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, swt yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat membuat dan menyusun makalah pada mata
kuliahTeknologi Pembelajaran, yang berjudul Diagnosis”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi bahasa, sistematika penyusunan maupun pembahasan materi yang
disajikan, untuk itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan
makalah ini. Dengan kritik dan saran penulis dapat mempelajari, memahami serta
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis mengharapkan makalah tentang perkembangan Teknologi Pembelajaran dan
Hubungan dengan Ilmu-ilmu yang relevan ini dapat memberikan manfaat, menambah
wawasan bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.

Kisaran, 24 November 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesulitan belajar yang dialami individu atau siswa yang belajar dapat diidentifikasi
melalui faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor kesulitan
belajar yang berasal dari dalam diri siswa sangat terkait dengan kondisi-kondisi fisiologis dan
psikologisnya ketika belajar sedangkan faktor – factor kesulitan belajar yang berasal dari luar
diri siswa banyak yang bersumber pada kurangnya fasilitas, sebagai salah satu faktor
penunjang keberhasilan aktivitas atau perbuatan belajar. Ketidakberhasilan dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai suatu ketuntasan materi tidak dapat dilihat hanya pada satu
faktor saja, akan tetapi banyak faktor yang terlibat dan mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar. Faktor yang
dapat dipersoalkan adalah: siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi dan kegiatan-
kegiatan dalam proses belajar. Jadi, yang terpenting dalam kegiatan proses diagnosis
kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang
dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks, di mana siswa sendiri yang menentukan
terjadi atau tidak terjadinya aktivitas atau perbuatan belajar. Dalam kegiatan-kegiatan
belajarnya, siswa menghadapi masalah-masalah secara intern ekstern. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka siswa tidak dapat belajar dengan baik. Dimyati dan Mudjiono
(1994 : 228 – 235) mengatakan:
Faktor-faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada
proses belajar adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan belajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa.
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa, ditemukan beberapa
faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono, (1994) menyebutkan
faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah.
Dalam Buku II Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial,
Depdikbud Universitas Terbuka (1985) menjelaskan: Bila telah ditemukan bahwa sejumlah
siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan materi yang ditetapkan, maka kegiatan
diagnosis terutama harus ditujukan kepada:
1. Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara satu dari yang lainnya,
2. Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang
dipelajarinya
3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat
siswa yang sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya
4. Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
serta karakteristik individu
5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya
6. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan
perbaikannya apa dengan cukup mengulang dengan cara yang sama mengambil
alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial.
Oleh karena itu ,dalam makalah ini ,sengaja kami bahas mengenai diagnostic
kesulitan belajar , Karena sangat kental dalam proses pembelajaran . Disini pula banyak akan
banyak dibahas mulai dari ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar sampai tahapan
dalam mengidentifakasi kesulitan belajar .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalahnya , adalah “Bagaimana
Diagnostik Kesulitan Belajar” yang kemudian dirinci menjadi beberapa fokus masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Diagnosis ?
2. Apa pengertian Kesulitan Belajar ?
3. Apa Ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar ?
4. Bagaimana tahapan dalam mengidentifikasi dalam kesulitan belajar ?
5. Bagaimana cara mengetahui kesulitan belajar siswa ?
6. Apa tujuan layanan Diagnostik ?
7. Apa tujuan Identifikasi Kasus ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian Diagnosis
2. Mengetahui pengertian kesulitan belajar
3. Mengetahui ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar
4. Mengetahui tahapan identifikasi dalam kesulitan belajar
5. Mengetahui tujuan layanan diagnostic
6. Mengetahui tujuan identifikasi kasus
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar diagnostik kesulitan belajar


1. Pengertian Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari bidang medis.
Menurut Abin (2003:309), diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin
sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternative kemungkinan pemecahannya.
Melalui adanya diagnostik terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan
dengan proses belajar siswa dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-
pihak yang bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat
mengupayakan adanya pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada siswa tersebut
agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga siswa dapat
mencapai hasil yang diharapkan serta dapat mencapai tugas perkembangannya dengan baik.
Sedangkan menurut Thorndike dan hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan
sebagai:
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms);
b. studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian diatas, dapat kita maklumi bahwa didalam konsep diagnosis,
secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam
pekerjaan diagnostik nukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta
latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu melainkan juga mengimplikasikan
suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.

2. Pengertian kesulitan belajar


Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga
mengalami kesulitan belajar kalua yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure)
tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh
burton sebagai berikut.
a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan (level of mastery) minimal
dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau
guru. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai bats lulus
(passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60 atau C (60% dari
tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat
digolongkan ke dalam lower group.
b. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya ( berdasarkan tingkat
kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predict) akan dapat
mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan
kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-
tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola
organismiknya (hisorganismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti
yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan ( norm-reference),
kasus siswa bersankutan dapat dikategorikan kedalam slow learnes.
d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai syarat bagi kelanjutan pada
tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini data digolongkan ke dalam slow
learnes atau belum matang sehingga mungkin harus menjadi pengulang pelajaran

3. Diagnostik kesulitan belajar


Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar diatas (butir a dan b), kita dapat
mengidentifikasi diagnostic kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami
jenis dan karakteristiknya serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin
seingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternative kemungkinan pemecahannya.
4. Ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Seperti telah dijelaskan murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki
hambatan-hambatan sehingga menampakan gejala-gejala yang bisa diamati oleh oarng lain
(guru pembimbing).
Berapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:
a. Menunjukan prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok
kelas.
b. hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. ia berusaha
dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-
kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
d. Memumjukan sikap yang kurang wajar seprti; acuh tak acuh,berpura-pura, dusta,
dan lain-lain.
e. Menunjukan tingkah laku yang berlainan.
f. Misalnya: Mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang
gembira, selalu sedih.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajr itu biasa dikenal dengan sebutan
prestasi/kurang (under achiever). Anak ini terdorong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya
belajar rendah (di bawah rata-rata kelas). Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi
memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar itu
berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan, pola-pola pendidikan yang
diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang tempak itu, guru (pembimbing) bisa menginterpretasi bahwa
ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak,
guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
a. Observasi
Cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.Observasi
mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk
dipilih yang sesuai dengan tujuaun pendidikan. Data-data yang dapat diperoleh
dengan observasi, misalnya:
1) Bagaimana sikap siswa dalam menghikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat
lelah, mudah mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran.
2) Bagaimana kelengkpan catatan, peralatan dalam pelajaran.
Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat lelah, mudah
mengantuk, sukar konsentreasi, catatanya tidak lengkap, dan sebagainya.
b. Interview
Interview adalah cara mendapatkan data dengan waqwancara langsung terhadap orang
yang siselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang
diselidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk menyelidiki murid yang mengalami kesulitan
belajar, interview bisa dilaksanakan secara langsung atau gtidak langsung: kepada orang-
orang yang tahu tentang keadaan diri anak.
c. Tes diagnostic
Tes diagnostik adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach,
tes adalah: suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang
atau lebih.
Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan
guru (teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis. sebab yang
mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat,
mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
Untuk mengetahui IQ bisa digunakan:
1) Tes SPM (Standar Progressif Matrics).
2) Tes WAIS (Weschler Adult Intelligency Scale).
3) Tes Binet Simon (tes di buat oleh Binet dan Simon).
4) Tes bakat khusus: FACT (Flanagan Aptitude Classification Tes).

d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-
arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat :
1) Riwayat hidupnya;
2) kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran;
3) memiliki daftar pribadinya;
4) catatan hariannya;
5) daftar hadist di sekolah;
6) kumpulan ulangan;
7) rapor, dan lain-lainnya.
2.2 Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang
harus dipahami.
1. Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang
telah dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) atau passing grade dari suatu kelompok atau kelas kemudian setelah
dilakukan tes ujian dan hasil nilai telah dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan
acuan criterion-referenced atau criterion norm-referenced (PAP atau PAN), dapat dicatat
kelompok maupun individu-individu yang belum bisa mencapai batas minimum kelulusan
yang dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Ketika menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada
pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau
jumlah kesalahan minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang
bersangkutan;
b. Bandingkan nilai setiap siswa dengan batas lulusan minimal yang telah
ditetapkan dan catat siswa-siswa yang nilainya dibawah angka kelulusan, siswa-
siswa tersebut dapat dipastikan sebagai siswa yang memiliki kesulitan belajar;
c. Himpun siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan
bisa sebagai kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d. Membuat ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan
menyelisihkan nilai prestasi setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian
mengurutkan dari siswa yang memiliki selisih paling besar (kesalahan paling
banyak).
Dari langkah tersebut diatas dapat kita tandai:
1) Kelas atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata
mayoritas kelas atau kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
2) Individu-individu siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil
(minoritas) dari kelas atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu
adanya prioritas bimbingan berdasarkan hasil ranking.
Dari proses penandaan diatas maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas.
Kelompok atau individu mana yang belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga
perlu adanya bimbingan belajar.
Berbeda halnya ketika pengukuran didasarkan pada criterion norm-referenced, maka
nilai prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap prestasi individu.
Lengkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu (nilai
berbobot keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau populasi
kelas);
b. Menandai siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c. Membuat ranking siswa berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata kelasnya.
Langkah diatas akan dijadikan acuan dalam memberikan layanan bimbingan dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai
rata-rata kelas yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah mendeteksi kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati
berdasarkan catatan-catatan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan
tentang (1) cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2)
ketekunan dalam mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam tugas kelompok; (4)
kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih lanjut penjelasan tentang
catatan proses belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini lembaga-
lembaga pendidikan tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi tertentu sudah
mulai ditetapkan waktu belajar efektif dengan alokasi waktu tertentu (misal 40-50
menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan waktu belajar efektif tersebut dapat
diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok yang biasa terlambat
dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga dapat
diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu
diadakan bimbingan bagi siswa tersebut.
b. Penggunaan catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini siswa-
siswa yang didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga diranking)
dapat diduga mengalami kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran dipehitungkan
dalam penilaian).
c. Penggunaan catatan atau bagan partisipasi (participation chart), melalui bidang
studi tertentu yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, misalnya menjawab pertanyaan, memberikan sanggahan atas
jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi tertentu, kita akan mendapat
gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi setiap siswa dalam kelasnya.
Kita dapat menandai mana siswa yang aktif, akomodatif dan pasif.
d. Penggunaan catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa dituntut
untuk dapat bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan saling
menyenangi sesama anggota dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat
diperoleh gambaran tentang mana siswa yang banyak disenangi, dipilih oleh
teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan mana yang paling
terisolasi.

2. Melokalisasikan dimana Letak Kesuliatan


Setelah menemukan kelas, kelompok atau individu-individu yang diduga mengalami
kesulitan, langkah selanjutnya adalah menelaah hal-hal sebagai berikut:
a) Dalam mata pelajaran apa kesulitan itu terjadi?
b) Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi?
c) Pada bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
d) Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?
a. Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, dalam hal
menganalisis mata pelajaran apa yang menjadi letak siswa mengalami
kesulitan, kesulitan dapat dilihat ketika dalam mata pelajaran tertentu,
kelompok maupun individu memperoleh hasil yang lebih rendah disbanding
dengan mata pelajaran - mata pelajaran yang lainnya.
b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian (ruang lingkup) bahan
yang manakah kesulitan itu terjadi, setiap bidang studi atau mata pelajaran
tentunya memiliki ruang lingkup bahasan/materi yang berbeda-beda sehingga
tingkat kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi satu mata pelajaran
berbeda dengan kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi dalam
mata pelajaran yang lainnya. Kesulitan siswa dapat dilihat pada bagian mana
kebanyakan siswa mengalami kesalahan dan kegagalan dalam menjawab soal
yang diberikan pada mata pelajaran tertentu.
c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar, catatan tentang
keterlambatan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya, catatan
ketidakhadiran, kurang penyesuaian social, serta kekurangaktifannya dalam
proses belajar mengajar telah dapat menjelaskan posisi dari kasus yang
bersangkutan.
3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai
kesulitan
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
a. Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri.
Hal ini antara lain disebabkan oleh :
1) Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat:
khusus tertentu yan dapat diketahui melalui test tertentu.
2) Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
3) Gangguan, yang bersifat emosional
4) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran bahan
pelajaran tertentu.
5) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran
tertentu.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya
hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif
antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif
learning”)
2) Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
3) Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
4) Beban belajar yang terlampau berat.
5) Metode mengajar yang kurang memadai.
6) Sering pindah sekolah.
7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
8) Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
4. Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat
kesulitan, latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat
memperkirakan beberapa hal berikut:
a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya
atau tidak.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami
siswa tertentu.
c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e. Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f. Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana atau alternatif-alternatif rencana yang
akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan
belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami
siswa tersebut.
b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak
yang dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan
kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing
penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru mata
kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata
pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1) Jadwal kegiatan pemberian bantuan.
2) Cara bantuan diberikan.
3) Tempat.
4) Petugas yang akan memberikan bantuan.
5) Tindak lanjut bantuan.
6. Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau
pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini
dapat berupa :
a. melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata
pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan
oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar
siswa yang penuh motivasi.
b. membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan
bantuan pada siswa.
c. Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik
pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun
mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat
diadakan revisi dan improvisasi.
d. Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak
dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater,
lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan
lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut
2.3 Tujuan layanan diagnostik
Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik yang ingin dicapai,
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu pula dengan kegiatan ini.
Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar melibatkan guru dan siswa, maka tujuan
yang ingin dicapai juga berbeda antara guru dan siswa.
1. Siswa
Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan
belajar ini bagi siswa adalah :
a. Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya.
b. Siswa memperbaiki kesalahannya.
c. Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.
d. Siswa dapat mengusai pelajaran dengan baik.
e. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Guru
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru adalah :
a. Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar –mengajar.
b. Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
c. Guru dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan
keadaan diri siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.
2.4 Tujuan Identifikasi kasus
Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat
masalah belajar Bahasa Inggris khususnya dan yang memerlukan bantuan atau penanganan
untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.
1. Menentukan Pendekatan Dalam Menghadapi Permasalahan
Melihat masalah yang berkaitan dengan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran atau belajar di kelas, maka dapat dilakukan beberapa pendekatan sebagai
berikut :
a. Pendekatan perintah dan larangan
Maksud dari pendekatan ini sebagai suatu pemecahan masalah yang berkaitan dengan
rendahnya motivasi untuk berprestasi adalah dalam memberikan atau mengampu sebuah
pembelajaran hendaknya seorang guru mampu melakukan perintah lepada para siswanya
untuk dapat belajar secara optimal. Atau dengan kata lain perintah yang dimaksud adalah
ketika tidak memenuhi sebuah kewajiban belajar maka akan mendapat teguran, baik oleh
sekolah maupun orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan seorang anak. Sedangkan
pendekatan larangan yang dimaksud adalah dengan mensosialisasikan tata tertib atau aturan
yang mengikat kepada siswa agar dalam proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
baik dan penyampaian materi dapat optimal. Kemudian ada bentuk lain dari pendekatan ini,
yaitu ketika siswa berada pada sebuah kelompok belajar, maka seorang siswa diharuskan
atau dianjurkan untuk dapat bekerjasama dengan anggota lain, dan dilarang untuk
menonjolkan atau mementingkan kebutuhan pribadi yang nantinya dapat menimbulkan
kesenjangan.
b. Pendekatan Pemberian motivasi
Penerapan pendekatan jenis ini maksudnya adalah dalam setiap diri seorang siswa
sebenarnya terdapat berbagai potensi yang antara satu dengan lanilla tidak sama. Seperti yang
dikenal yaitu dengan kecerdasan majemuk, melalui pendekatan motivasi inilah dapat
digunakan untuk mengungkapkan setiap potensi tersebut. Agar seorang siswa ketika berada
di sekolah tidak hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademis atau nilai raport yang
tinggi melainkan ada aspek lain yang menjadi alasan bagi seseorang untuk berangkat ke
sekolah. Yaitu salah satunya ada beberapa materi yang menjadi hobi atau kegemaran setiap
anak tersebut. Selain itu juga dalam pendekatan ini harusnya setiap guru mampu untuk
mengenali setiap karakteristik dari para siswa, baik itu yang pandai, kurang pandai, yang
pendiam, yang hiperaktif, harus dapat dilihat oleh seorang guru, hal ini dimaksudkan agar
dalam pemberian motivasi juga tidak salah.
c. Pendekatan akal sehat
Pelaksanaan dari pendekatan ini adalah seorang siswa diajak untuk berfikir sekaligus
melakukan sebuah perencanaan tentang kehidupan masa mendatang yang akan dilalui atau
dilaksanakan. Contohnya adalah bahwa seorang guru dapat mengatakan, suatu saat siswanya
akan mengalami sebuah zaman yang ditandai dengan zaman komunikasi instan, kemudian
disusul berturut-turut dengan dunia yang tidak punya batas ekonomi sehingga seseorang
dapat menjalin kerjasama ekonomi dengan negara manapun tanpa terhalang oleh batas
tertentu, semakin sulitnya dalam mencari pekerjaan ketika kualifikasi yang dimiliki tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena ketika harapannya adalah ketika siswa mendapat
cerita yang semacam itu akan dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dan mengembangkan
setiap potensi yang dimiliki agar dapat hidup lebih baik.
d. Pendekatan isntruksional
Dalam hal ini, seorang guru dapat melakukan beberapa langkah dibawah ini untuk
menerapkan pedekatan ini, yaitu :
1) Seorang guru memberikan ceramah kepada siswa, selanjutnya setelah 20 menit
pertama memberikan pertanyaan tentang materi yang diberikan. Dan mengatakan
yang dapat menjawab akan mendapat tambahan nilai.
2) Guru memberikan pertanyaan setelah 15 menit pertama, tetapi dengan cara
menunjuk salah seorang siswa, jadi terdapat kemungkinan siswa untuk mendapat
pertanyaan.
3) Guru memerintahkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Dan pada pertemuan berikutnya
semua siswa yang ditunjuk oleh guru wajib memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan materi, dan selanjutnya guru juga menunjuk siswa lain untuk
menjawab pertanyaan, jadi semua siswa juga mendapat kemungkinan untuk
menjawab maupun memberikan pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya sebagai
fasilitator dan siswa dapat termotivasi untuk dapat belajar.
4) Guru membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dengan
karakteristik yang berbeda dalam satu kelompok. Kemudian memberikan instruksi
untuk setiap kelompok dapat mengenali setiap anggotanya. Setelah itu guru
mengajak semua siswa melakukan observasi atau belajar di luar kelas tetapi masih
dalam kelompok. Tujuannya adalah agar setiap kelompok dapat melakukan tugas
yang diberikan oleh guru dapat berlangsung secara maksimal dan tidak ada
kesenjangan antar siwa.
5) Guru hendaknya menyiapkan rencana mengajar dalam satu jam pelajaran, yaitu
ketika waktu belajar dikelas dalam satu pertemuan adalah 90 menit, maka guru
harus mampu membaginya kedalam beberapa bagian agar penyampaian materi
dapat lebih efektif dan efisien. Contohnya adalah, 20 menit pertama untuk
memberikan materi, kemudian dilanjutkan dengan 20 menit berikutnya dengan
tugas kelompok yaitu mendiskusikan materi yang diberikan, kemudian 35 menit
untuk diskusi kelas, yaitu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain saling
memberikan dan menjawab pertanyaan. 15 menit yang terakhir untuk
mengevaluasi dan memberikan kesimpulan terhadap pemberian materi
pembelajaran.
6) Pendekatan Sosioemosional
Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengajak para siswa untuk
melakukan pembelajaran di luar kelas. Atau lebih dikhususkan pada kehidupan
manusia. Yaitu contohnya di panti-panti asuhan yang ada beberapa orang anak
tidak dapat bersekolah, karena sudah ditinggalkan atau ditelantarkan oleh orang
tuanya, yang tidak memiliki biaya cukup untuk hidup. Sehingga ketika melihat
fenomena tersebut setiap siswa dapat mempelajari bagaimana sebaiknya dirinya
bersikap menghadapi masa depan yang semakin berat, dan tidak terkendali. Lantas
dari pembelajaran tersebut, guru selanjutnya memberikan tugas untuk melihat
bagaimana keadaan atau kondisi lingkungan tempat setiap siswa tinggal, lantas
mencatat dan memberikan laporan. Atas apa yang dilihat serta bagaimana langkah
agar dapat menghadapainya atau memecahkan fenomena tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diagnosis dalam kesulitan belajar adalah suatu tindakan untuk mengetahui kesulitan
belajar siswa. Kesulitan belajar adalah suatu kejadian yang dialami siswa saat proses
pembelajaran itu berlangsung.
Langkah-langkah dalam diagnosis kesulitan belajar terdiri dari melakukan observasi
kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran, memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar,
mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin
menimbulkan kesulitan belajar, memeberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk
mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa, dan memberikan tes kemampuan
intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Khusus
untuk langkah terakhir itu memerlukan bantuan klinik psikologi.
Setelah mengetahui letak dimana kesulitan belajar itu, maka langkah selanjutnya
adalah penyelesaiannya. Dalam penyelesaiannya serta tindak lanjutannya, terdiri dari
beberapa langkan, diantaranya analisis hasil diagnosis, menentukan kecakapan bidang
bermasalah, menyusun program perbaikan, dan melaksanakan program perbaikan.
Bagi guru itu sendiri, pengajaran remedial memiliki beberapa fungsi, diantaranya
fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi penyesuaian, fungsi pengayaan, fungsi akseleratif,
dan fungsi terapeutik. Selain itu, dalam usaha perbaikan harus memperhatikan hal yang
penting.
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, kami merumuskan saran sebagai berikut.
 Guru seharusnya peka terhadap apa yang menjadi kesulitan siswa.
 Guru tidak menjadikan hal ini adalah hal yang sepele, namun harus dijadikan hal
yang penting.
 Harus adanya keprofesionalnya seorang guru dalam bidang bimbingan dan
konseling ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://arfiyadi.blogspot.co.id/2012/08/prosedur-dan-teknik-diagnosis-kesulitan.html
https://anisarizki1794.wordpress.com/2014/07/08/identifikasi-masalah-dalam-bk/
Prof.Dr.H. Abi Syamsuddin Makmum, M.A. (2016). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Partowisastro K. dan Hadisuparto. (1986). Diagnosa Pemecah Kesulitan Belajar. Jakarta :
Erlangga.
Drs. Nasution N dkk. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan TErtinggi.

Anda mungkin juga menyukai