Anda di halaman 1dari 10

 

   Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa, ditemukan


beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono,
(1994) menyebutkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah.
              Dalam Buku II Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial,
Depdikbud Universitas Terbuka (1985) menjelaskan: Bila telah ditemukan bahwa
sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan materi yang
ditetapkan, maka kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada:
1. Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara satu dari yang lainnya,
2. Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang
dipelajarinya
3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat
siswa yang sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya
4. Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan serta karakteristik individu
5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya
6. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan
perbaikannya apa dengan cukup mengulang dengan cara yang sama mengambil
alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial.
            Oleh karena itu ,dalam makalah ini ,sengaja kami bahas mengenai diagnostic kesulitan
belajar , Karena sangat kental dalam proses pembelajaran . Disini pula banyak akan banyak
dibahas mulai dari ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar  sampai tahapan dalam
mengidentifakasi kesulitan belajar  .
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalahnya , adalah “Bagaimana
Diagnostik Kesulitan Belajar” yang kemudian dirinci menjadi beberapa fokus masalah sebagai
berikut :
1.      Apa pengertian Diagnosis ?
2.      Apa pengertian Kesulitan Belajar ?
3.      Apa Ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar ?
4.      Bagaimana tahapan dalam mengidentifikasi dalam kesulitan belajar ?
5.      Bagaimana cara mengetahui kesulitan belajar siswa ?
6.      Apa tujuan layanan Diagnostik ?
7.      Apa tujuan Identifikasi Kasus ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian Diagnosis
2.      Mengetahui pengertian kesulitan belajar
3.      Mengetahui ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar
4.      Mengetahui tahapan identifikasi dalam kesulitan belajar
5.      Mengetahui tujuan layanan diagnostic
6.      Mengetahui tujuan identifikasi kasus
BAB II
PEMBAHASAN 

A.    Konsep dasar diagnostik kesulitan belajar


1.      Pengertian Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari bidang
medis. Menurut Abin (2003:309), diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin
sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative
kemungkinan pemecahannya.
Melalui adanya diagnostik terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan dengan
proses belajar siswa dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-pihak yang
bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat mengupayakan adanya
pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada siswa tersebut agar dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga siswa dapat mencapai hasil yang
diharapkan serta dapat mencapai tugas perkembangannya dengan baik.
Sedangkan menurut Thorndike dan hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:
a.       Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami
seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya
(symptoms);
b.      studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau
kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c.       keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta
tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian diatas, dapat kita maklumi bahwa didalam konsep diagnosis, secara
implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan
diagnostik nukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang
dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk
meramalkan (predicting)  kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

2.      Pengertian kesulitan belajar


Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami
kesulitan belajar kalua yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut.
a.       Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai
ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu,
seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru. Dalam konteks sistem pendidikan di
Indonesia angka nilai bats lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60
atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat
digolongkan ke dalam lower group.
b.      Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak dapat
mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya ( berdasarkan tingkat kemampuannya:
intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predict) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu
prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan
ke dalam under achiever.
c.       Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (hisorganismic
pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia
yang bersangkutan ( norm-reference), kasus siswa bersankutan dapat dikategorikan
kedalam slow learnes.
d.      Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan
(level of mastery) yang diperlukan sebagai syarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran
berikutnya. Kasus siswa ini data digolongkan ke dalam slow learnes atau belum matang sehingga
mungkin harus menjadi pengulang pelajaran

3.      Diagnostik kesulitan belajar


Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar diatas (butir a dan b), kita dapat mengidentifikasi
diagnostic kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan
karakteristiknya serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin seingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative
kemungkinan pemecahannya.

4.      Ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar.


Seperti telah dijelaskan murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-
hambatan sehingga menampakan gejala-gejala yang bisa diamati oleh oarng lain (guru
pembimbing).
Berapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:
a.       Menunjukan prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
b.      hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. ia berusaha dengan keras tetapi
nilainya selalu rendah.
c.       Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya
dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
d.      Memumjukan sikap yang kurang wajar seprti; acuh tak acuh,berpura-pura, dusta, dan lain-lain.
e.       Menunjukan tingkah laku yang berlainan.
f.       Misalnya: Mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu
sedih.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajr itu biasa dikenal dengan sebutan
prestasi/kurang (under achiever). Anak ini terdorong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya
belajar rendah (di bawah rata-rata kelas). Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki
prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar itu berkaitan dengan
aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan, pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang tempak itu, guru (pembimbing) bisa menginterpretasi bahwa ia
kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru
pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
a.       Observasi
Cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
Observasi mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih
yang sesuai dengan tujuaun pendidikan. Data-data yang dapat diperoleh dengan observasi,
misalnya:
1)      Bagaimana sikap siswa dalam menghikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah
mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran.
2)      Bagaimana kelengkpan catatan, peralatan dalam pelajaran.
Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat lelah, mudah
mengantuk, sukar konsentreasi, catatanya tidak lengkap, dan sebagainya.
b.      Interview
Interview adalah cara mendapatkan data dengan waqwancara langsung terhadap orang
yang siselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang
diselidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk menyelidiki murid yang mengalami kesulitan
belajar, interview bisa dilaksanakan secara langsung atau gtidak langsung: kepada orang-orang
yang tahu tentang keadaan diri anak.
c.       Tes diagnostic
Tes diagnostik adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes
adalah: suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang atau
lebih.
Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan guru
(teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis. sebab yang mengalami
kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder,
dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
Untuk mengetahui IQ bisa digunakan:
1)      Tes SPM (Standar Progressif Matrics).
2)      Tes WAIS (Weschler Adult Intelligency Scale).
3)      Tes Binet Simon (tes di buat oleh Binet dan Simon).
4)      Tes bakat khusus: FACT (Flanagan Aptitude Classification Tes).

d.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip,
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat :
1)      Riwayat hidupnya;
2)      kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran;
3)      memiliki daftar pribadinya;
4)      catatan hariannya;
5)      daftar hadist di sekolah;
6)      kumpulan ulangan;
7)      rapor, dan lain-lainnya.

B.     Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar


Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang
harus dipahami.
1.      Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang telah
dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) atau passing grade dari suatu kelompok atau kelas kemudian setelah dilakukan tes ujian
dan hasil nilai telah dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan acuan criterion-
referenced atau criterion norm-referenced (PAP atau PAN), dapat dicatat kelompok maupun
individu-individu yang belum bisa mencapai batas minimum kelulusan yang dapat diduga
sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Ketika menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada
pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah
sebagai berikut:
a.       Menetapkan angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau jumlah kesalahan
minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang bersangkutan;
b.      Bandingkan nilai setiap siswa dengan batas lulusan minimal yang telah ditetapkan dan catat
siswa-siswa yang nilainya dibawah angka kelulusan, siswa-siswa tersebut dapat dipastikan
sebagai siswa yang memiliki kesulitan belajar;
c.       Himpun siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan bisa sebagai
kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d.      Membuat ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan menyelisihkan nilai prestasi
setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian mengurutkan dari siswa yang memiliki selisih
paling besar (kesalahan paling banyak).
Dari langkah tersebut diatas dapat kita tandai:
1)      Kelas atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata mayoritas kelas atau
kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
2)      Individu-individu siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil (minoritas) dari kelas
atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu adanya prioritas bimbingan
berdasarkan hasil ranking.
Dari proses penandaan diatas maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas. Kelompok atau
individu mana yang belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga perlu adanya
bimbingan belajar.
Berbeda halnya ketika pengukuran didasarkan pada criterion norm-referenced, maka nilai
prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap prestasi individu. Lengkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu (nilai berbobot
keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau populasi kelas);
b.      Menandai siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c.       Membuat ranking siswa berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata kelasnya.
Langkah diatas akan dijadikan acuan dalam memberikan layanan bimbingan dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai rata-rata kelas
yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah mendeteksi kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati berdasarkan
catatan-catatan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan tentang (1)
cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2) ketekunan dalam
mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam tugas kelompok; (4) kemampuan
kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih lanjut penjelasan tentang catatan proses
belajar siswa adalah sebagai berikut:
a.       Penggunaan catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini lembaga-lembaga pendidikan
tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi tertentu sudah mulai ditetapkan waktu belajar
efektif dengan alokasi waktu tertentu (misal 40-50 menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan
waktu belajar efektif tersebut dapat diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok
yang biasa terlambat dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga dapat
diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu diadakan bimbingan
bagi siswa tersebut.
b.      Penggunaan catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini siswa-siswa yang
didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga diranking) dapat diduga mengalami
kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran dipehitungkan dalam penilaian).
c.       Penggunaan catatan atau bagan partisipasi (participation chart),  melalui bidang studi tertentu
yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, misalnya menjawab
pertanyaan, memberikan sanggahan atas jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi
tertentu, kita akan mendapat gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi setiap siswa
dalam kelasnya. Kita dapat menandai mana siswa yang aktif, akomodatif dan pasif.
d.      Penggunaan catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa dituntut untuk dapat
bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan saling menyenangi sesama anggota
dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat diperoleh gambaran tentang mana siswa yang
banyak disenangi, dipilih oleh teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan
mana yang paling terisolasi.

2.      Melokalisasikan dimana Letak Kesuliatan


Setelah menemukan kelas, kelompok atau individu-individu yang diduga mengalami
kesulitan, langkah selanjutnya adalah menelaah hal-hal sebagai berikut:
a)      Dalam mata pelajaran apa kesulitan itu terjadi?
b)      Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi?
c)      Pada bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
d)     Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?
a.       Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, dalam hal menganalisis mata pelajaran
apa yang menjadi letak siswa mengalami kesulitan, kesulitan dapat dilihat ketika dalam mata
pelajaran tertentu, kelompok maupun individu memperoleh hasil yang lebih rendah disbanding
dengan mata pelajaran - mata pelajaran yang lainnya.
b.      Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah
kesulitan itu terjadi, setiap bidang studi atau mata pelajaran tentunya memiliki ruang lingkup
bahasan/materi yang berbeda-beda sehingga tingkat kesulitan siswa pada ruang lingkup
bahasan/materi satu mata pelajaran berbeda dengan kesulitan siswa pada ruang lingkup
bahasan/materi dalam mata pelajaran yang lainnya. Kesulitan siswa dapat dilihat pada bagian
mana kebanyakan siswa mengalami kesalahan dan kegagalan dalam menjawab soal yang
diberikan pada mata pelajaran tertentu.
c.       Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar, catatan tentang keterlambatan siswa dalam
menyelesaikan pekerjaannya, catatan ketidakhadiran, kurang penyesuaian social, serta
kekurangaktifannya dalam proses belajar mengajar telah dapat menjelaskan posisi dari kasus
yang bersangkutan. 
3.      Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
a.       Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal ini antara
lain disebabkan oleh :
1)      Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu yan
dapat diketahui melalui test tertentu.
2)      Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
3)      Gangguan, yang bersifat emosional
4)      Sikap dan kebiasaan yang  salah dalam mempelajari bahan pelajaran bahan  pelajaran tertentu.
5)      Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
b.      Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau
kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
1)      Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisifatif (kurang
kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif learning”)
2)      Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
3)      Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
4)      Beban belajar yang terlampau berat.
5)      Metode mengajar yang kurang memadai.
6)      Sering pindah sekolah.
7)      Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
8)      Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
4.      Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar
belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan
beberapa hal berikut:
a.       Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.
b.      Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu.
c.       Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d.      Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e.       Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f.       Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5.      Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana  atau alternatif-alternatif rencana yang akan
dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan belajarnya.
Rencana ini hendaknya berisi :
a.       Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b.      Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang
dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada
yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli
lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru mata kuliah yang tahu persis
tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1)      Jadwal kegiatan pemberian bantuan.
2)      Cara bantuan diberikan.
3)      Tempat.
4)      Petugas yang akan memberikan bantuan.
5)      Tindak lanjut bantuan.
6.      Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau
pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat
berupa :
a.       melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang
menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang
dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi.
b.      membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada
siswa.
c.       Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman
mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna
program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
d.      Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani
oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga
psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa
tersebut
.
C.     Tujuan layanan diagnostik
Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik yang ingin dicapai,
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu pula dengan kegiatan ini.
Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar melibatkan guru dan siswa, maka tujuan yang
ingin dicapai juga berbeda antara guru dan siswa.
1.      Siswa
Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini bagi
siswa adalah :
a.         Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya.
b.        Siswa memperbaiki kesalahannya.
c.         Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.
d.        Siswa dapat mengusai pelajaran dengan baik.
e.         Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2.      Guru
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru adalah :
a.         Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar –mengajar.
b.        Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
c.         Guru dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan keadaan diri siswa
perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.

D.    Tujuan Identifikasi kasus


Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat masalah
belajar Bahasa Inggris khususnya dan yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk
meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.
1.      Menentukan Pendekatan Dalam Menghadapi Permasalahan
Melihat masalah yang berkaitan dengan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran atau belajar di kelas, maka dapat dilakukan beberapa pendekatan sebagai berikut :
a.       Pendekatan perintah dan larangan
Maksud dari pendekatan ini sebagai suatu pemecahan masalah yang berkaitan dengan
rendahnya motivasi untuk berprestasi adalah dalam memberikan atau mengampu sebuah
pembelajaran hendaknya seorang guru mampu melakukan perintah lepada para siswanya untuk
dapat belajar secara optimal. Atau dengan kata lain perintah yang dimaksud adalah ketika tidak
memenuhi sebuah kewajiban belajar maka akan mendapat teguran, baik oleh sekolah maupun
orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan seorang anak. Sedangkan pendekatan larangan
yang dimaksud adalah dengan mensosialisasikan tata tertib atau aturan yang mengikat kepada
siswa agar dalam proses belajar mengajar dapat berlangsung secara baik dan penyampaian materi
dapat optimal. Kemudian ada bentuk lain dari pendekatan ini, yaitu ketika siswa berada pada
sebuah kelompok belajar, maka  seorang siswa diharuskan atau dianjurkan untuk dapat
bekerjasama dengan anggota lain, dan dilarang untuk menonjolkan atau mementingkan
kebutuhan pribadi yang nantinya dapat menimbulkan kesenjangan.
b.      Pendekatan Pemberian motivasi
Penerapan pendekatan jenis ini maksudnya adalah dalam setiap diri seorang siswa
sebenarnya terdapat berbagai potensi yang antara satu dengan lanilla tidak sama. Seperti yang
dikenal yaitu dengan kecerdasan majemuk, melalui pendekatan motivasi inilah dapat digunakan
untuk mengungkapkan setiap potensi tersebut. Agar seorang siswa ketika berada di sekolah tidak
hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademis atau nilai raport yang tinggi melainkan ada
aspek lain yang menjadi alasan bagi seseorang untuk berangkat ke sekolah. Yaitu salah satunya
ada beberapa  materi yang menjadi hobi atau kegemaran setiap anak tersebut. Selain itu juga
dalam pendekatan ini harusnya setiap guru mampu untuk mengenali setiap karakteristik dari para
siswa, baik itu yang pandai, kurang pandai, yang pendiam, yang hiperaktif, harus dapat dilihat
oleh seorang guru, hal ini dimaksudkan agar dalam pemberian motivasi juga tidak salah.
c.       Pendekatan akal sehat
Pelaksanaan dari pendekatan ini adalah seorang siswa diajak untuk berfikir sekaligus
melakukan sebuah perencanaan tentang kehidupan masa mendatang yang akan dilalui atau
dilaksanakan. Contohnya adalah bahwa seorang guru dapat mengatakan, suatu saat siswanya
akan mengalami sebuah zaman yang ditandai dengan zaman komunikasi instan, kemudian
disusul berturut-turut dengan dunia yang tidak punya batas ekonomi sehingga seseorang dapat
menjalin kerjasama ekonomi dengan negara manapun tanpa terhalang oleh batas tertentu,
semakin sulitnya dalam mencari pekerjaan ketika kualifikasi yang dimiliki tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Oleh karena ketika harapannya adalah ketika siswa mendapat cerita yang
semacam itu akan dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dan mengembangkan setiap potensi
yang dimiliki agar dapat hidup lebih baik.
d.      Pendekatan isntruksional
Dalam hal ini, seorang guru dapat melakukan beberapa langkah dibawah ini untuk
menerapkan pedekatan ini, yaitu :
1)      Seorang guru memberikan ceramah kepada siswa, selanjutnya setelah 20 menit pertama
memberikan pertanyaan tentang materi yang diberikan. Dan mengatakan yang dapat menjawab
akan mendapat tambahan nilai.
2)      Guru memberikan pertanyaan setelah 15 menit pertama, tetapi dengan cara menunjuk salah
seorang siswa, jadi terdapat kemungkinan siswa untuk mendapat pertanyaan.
3)      Guru memerintahkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran  yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya. Dan pada pertemuan berikutnya semua siswa yang ditunjuk oleh
guru wajib memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi, dan selanjutnya guru juga
menunjuk siswa lain untuk menjawab pertanyaan, jadi semua siswa juga mendapat kemungkinan
untuk menjawab maupun memberikan pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator
dan siswa dapat termotivasi untuk dapat belajar.
4)      Guru membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dengan karakteristik yang
berbeda dalam satu kelompok. Kemudian memberikan instruksi untuk setiap kelompok dapat
mengenali setiap anggotanya. Setelah itu  guru mengajak semua siswa melakukan observasi atau
belajar di luar kelas tetapi masih dalam kelompok. Tujuannya adalah agar setiap kelompok dapat
melakukan tugas yang diberikan oleh guru dapat berlangsung secara maksimal dan tidak ada
kesenjangan antar siwa.
5)      Guru hendaknya menyiapkan rencana mengajar dalam satu jam pelajaran, yaitu ketika waktu
belajar dikelas dalam satu pertemuan adalah 90 menit, maka guru harus mampu membaginya
kedalam beberapa bagian agar penyampaian materi dapat lebih efektif dan efisien. Contohnya
adalah, 20 menit pertama untuk memberikan materi, kemudian dilanjutkan dengan 20 menit
berikutnya dengan tugas kelompok yaitu mendiskusikan materi yang diberikan, kemudian 35
menit untuk diskusi kelas, yaitu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain saling
memberikan dan menjawab pertanyaan. 15 menit yang terakhir untuk mengevaluasi dan
memberikan kesimpulan terhadap pemberian materi pembelajaran.
6)      Pendekatan Sosioemosional
Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengajak para siswa untuk melakukan
pembelajaran di luar kelas. Atau lebih dikhususkan pada kehidupan manusia. Yaitu contohnya di
panti-panti asuhan yang ada beberapa orang anak tidak dapat bersekolah, karena sudah
ditinggalkan atau ditelantarkan oleh orang tuanya, yang tidak memiliki biaya cukup untuk hidup.
Sehingga ketika melihat fenomena tersebut setiap siswa dapat mempelajari bagaimana sebaiknya
dirinya bersikap menghadapi masa depan yang semakin berat, dan tidak terkendali. Lantas dari
pembelajaran tersebut, guru selanjutnya memberikan tugas untuk melihat bagaimana keadaan
atau kondisi lingkungan tempat setiap siswa tinggal, lantas mencatat dan memberikan laporan.
Atas apa yang dilihat serta bagaimana langkah agar dapat menghadapainya atau memecahkan
fenomena tersebut.

Anda mungkin juga menyukai