Anda di halaman 1dari 9

Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar (Definisi dan Prosedur atau Langkah-

Langkah Diagnostik Kesulitan Belajar)

A. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar


a. Pengertian Diagnosis

Diagnosis, merupakan istilah teknis yang kita adopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen (1995:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,


disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang saksama mengenai gejala-gejalanya (symptons);
2. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas
gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat kita maklumi bahwa di dalam
konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya.
Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya
untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.

Jadi, diagnosis ini merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan yang


dilakukan oleh seorang ahli dalam bidang medis dalam menemukan kesalahan-
kesalahan yang dialami oleh seseorang. Dalam pembahasan ini, diagnosis lebih
diarahkan kepada kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh para guru mata
pelajaran maupun guru bimbingan dan konseling dalam mengetahui kesalahan apa
yang dimiliki oleh peserta didiknya dalam proses pembelajaran.

b. Pengertian Kesulitan Belajar


Burton (1952:622-624) mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat
dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan
menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.
Seseorang diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan tidak
berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran
kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat
kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat
perkembangannya).

Jadi, kesulitan belajar adalah hal yang lumrah terjadi pada seseorang
khususnya peserta didik dalam mencapai hasil yang dituju dalam bidang tertentu.
Hal ini menjadi sorotan lebih oleh para guru mata pelajaran maupun guru
bimbingan dan konseling karena jika peserta didik mengalami kesulitan belajar,
maka ia tidak akan dapat memaksimalkan hasil yang didapatkannya dalam
kegiatan belajar.

c. Diagnostik Kesulitan Belajar

Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar diatas, kita dapat


mendefinisikan diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar
dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data atau informasi selengkap
dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan
dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.

Jadi, diagnostik kesulitan belajar memang ditujukan untuk peserta didik


yang dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru bimbingan dan konseling.
Kesulitan belajar setiap peserta didik berbeda-beda, karena itu para guru pun
harus mengetahui dengan pasti apa kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didiknya agar kesulitan tersebut dapat ditangani dengan baik, sehingga peserta
didik tidak mengalami kesulitan belajar lagi.

B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :

a. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa


Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal
bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak.
b. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik.
c. Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan
anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua
kategori di atas.

Setiap anak maupun peserta didik memiliki jenis kesulitan belajar yang
berbeda-beda, karena memang setiap peserta didik itu unik. Unik disini adalah
para peserta didik mempunyai cara sendiri dalam belajar yang berbeda dengan
yang lainnya, begitu pun dengan kesulitan belajar yang dialaminya. Kesulitan
belajar yang dialami oleh para peserta didik biasanya dipengaruhi oleh
kebiasaannya dalam belajar itu sendiri oleh diriya dan karena lingkungannya yang
memang tidak memberikan kemudahan peserta didik dalam belajar.

C. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari


menurunnya kinjerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar
juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa
seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi,
sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur dari sekolah. secara garis besar,
faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.

1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang berasal dari
dalam diri sendiri.
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain
tersebut di bawah ini.
a. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan dan kekurangmampuan psikofisik


siswa, yakni:

1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya


kapasitas intelektual atau inteligensi siswa;
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap;
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).

b. Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam,
yaitu:

1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara


ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
2. Lingkungan perkampuan atau masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group)
yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain
yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa
learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan
kesulitan belajar itu.

Menurut Cece Wijaya (2010), kerusakan-kerusakan itu dikategorikan


dalam lima hal, yaitu :

a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.


b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar
matematika.
d. Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan
perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
e. Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam
menilai dirinya menurutukuran ruang dan waktu.

Kerusakan lainnya yang membuat siswa lamban belajar adalah Social


defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial.

Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum


sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang
mengalami sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya
minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Upaya mengenali gejala terhadap fenomena yang menunjukkan


kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa, merupakan upaya
yang disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis kesulitan belajar. Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-
langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis
tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnostik
kesulitan belajar.
Banyak langkah diagnostik yang ditetapkan oleh guru. Antara lain yang
cukup terkenal adalah prosedur Weener & Serif sebagaimana yang dikutip
Wardani sebagai berikut.

1.Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa


ketika mengikuti pelajaran.
2.Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3.Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal internal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4.Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5.Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khusunya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.

Jadi, dalam mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta
didik para guru memang harus sangat memperhatikan setiap peserta didik yang
memang didiagnostik mengalami kesulitan belajar. Para guru pun dapat meminta
bantuan juga kepada orang tua peserta didik dalam membantu dalam proses
kesulitan belajar yang memang dialami oleh anaknya, karena memang dalam
proses ini dorongan dari orang tua juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
yang akan dicapai oleh peserta didik.

E. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan


belajar siswanya. Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru diharapkan
terlebih dahulu untuk melalukan beberapa langkah, yaitu:

a. Menganalisis hasil diagnosis.


b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang
memerlukan perbaikan.
c. Menyusun program perbaikan, khusunya program remedial
teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan
langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.

Jadi, dalam pemecahan kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta
didik, guru memang diharapkan dapat melakukan beberapa hal yang memang
dianggap tepat untuk mengetahui apa atau bagaimana kesulitan belajar yang
dialami oleh peserta didik. Terutama dalam hal menganalisi diagnosis, hal ini
harus dilakukan secara maksimal agar setiap guru tahu apa yang harus dilakukan
selanjutnya dalam membantu peserta didiknya yang mengalami kesulitan belajar.
Dan setelah mengetahui apa yang terjadi pada peserta didiknya, guru pun
diharapkan mampu melaksanakan program perbaikan yang sesuai dan dirasa
cocok dengan peserta didiknya.

F. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar


Ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu :
a. Mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
b. Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar yang dialami siswa.
c. Mengadakan terapi.

G. Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal


Diagnostik kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar dengan
cara membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak dengan anak lainnya
yang dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual
anak, tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk
memerhatikan dan memahami pertanyaannya. Masing-masing tipe gangguan
belajar didiagnostik dengan cara yang berbeda.

H. Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar


Evaluasi diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal
pengajaran, awal tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya
adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan awal siswa.
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar memang harus rutin dilakukan saat
awal pengajaran atau awal semester. Karena memang, ketika memasuki awal
pembelajaran kesulitan belajar yang dialami oleh para siswanya akan berbeda lagi,
tidak seperti tahun sebelumnya. Dan ini menjadi proses penting yang harus
dilakukan, karena dengan mengetahui pengetahuan awal siswa kita sebagai guru
akan tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengajar kedepannya, dan menjadi
tahu siapa saja yang memiliki pengetahuan awal yang rendah. Dengan begitu,
guru pun akan lebih memerhatikan siswa yang memiliki pengetahuan awal yang
rendah, maksudnya peserta didik ini akan lebih dibimbing dalam proses
pembelajarannya agar tidak terlalu ketinggalan dalam proses memahami pelajaran
yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR
Makmum, A. Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajar Modal. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. (2013). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

SUMBER WEB

Rwwidy, 2015, Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran


Remedial, [online], (http://rwwidya.blogspot.co.id/2015/05/konsep-dasar-
diagnostik-kesulitan_3.html, diakses pada tanggal 10 April 2017).

Yuninuraeniyna, 2015, Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar (Definisi dan


Prosedur atau Langkah-Langkah Diagnostik Kesulitan Belajar), [online],
(http://yuninuraeniyna.blogspot.co.id/2015/06/konsep-dasar-diagnostik-
kesulitan.html, diakses pada tanggal 10 April 2017).

Anda mungkin juga menyukai