Anda di halaman 1dari 16

MASA BERSEKOLAH*

OLEH**
A. Pendahuluan
Alhamdulillah rabbil alamin. Puji syukur kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat dan dalam kepada ruh junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW selaku nabi akhir zaman yang kita nantikan safaatnya diyaumil
akhir. Penulis juga berterima kasih kepada bapak Drs. H. Agus Salim Daulay,
M.Ag selaku Dosen Pembimbing pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
di Jurusan Tadris Bahasa Inggris dalam menyelesaikan makalah kelompok ini
dengan judul Masa Bersekolah.
Adapun garis-garis besar dalam yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Pengertian Masa Bersekolah
2. Perkembangan Fisik Motorik
3. Perkembangan Perasaan
4. Perkembangan Minat dan Kreativitas
5. Perkembangan Inteligensi
6. Perkembangan Berpikir Menurut Piaget
7. Perkembangan Sosial Kelompok
8. Perkembangan Kepribadian
Penulisan dalam Makalah ini menggunakan metode library research yaitu
metode penelusuran pustaka dan merujuk kepada buku-buku, kemudian
dituangkan dalam bentuk makalah ini.

*Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pada Jurusan TBI, Semester V,
dengan Dose Pengampu Drs. H. Agus Salim Daulay, M.Ag.
** Nama
Nim
Adapun
tujuan dalam penulisan
makalah
Akmal Mursalin
14 203
00005 ini selain untuk memenuhi tugas
Muhammad
Daud
203 00082
mata kuliah
perkembangan
peserta 14
didik
dan juga diharapkan dapat memperkaya
Rizky Hasian
14 203 00125

hazanah ilmu pengetahuan kita tentang masa bersekolah dan yang berkaitan

dengan hal itu.


Karena sumber yang dikumpulkan penulis sangat terbatas maka jelas yang
tersaji dalam makalah ini sangat terbatas pula. Demikianlah isi dari makalah ini

apabila ada kesalahan dalam penulisan ini saya berharap kepada bapak agar di
lebih teliti dalam pemeriksannya untuk dapat memperbaiki kedepannya.
B. Pengertian Masa Bersekolah
Masa usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah
menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mula
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasA dan memperoleh keterampilan tertentu.
Selama usia sekolah, pertumbuhan dan perkembangan anak relative stabil
dibandingkan masa bayi atau remaja yang sedang mengalami pertumbuhan cepat.
Pertambahan berat badan setiap tahun rata-rata sekitar 7 pounds (3-3,5 kg) dan
pertambahan tinggi badan setiap tahun rata-rata sekitar 2,5 inches (6 cm).
Kecepatan pertumbuhan anak wanita dan laki-laki hamper sama pada usia 9
tahun. Selanjutnya, antara usia 10-12 tahun, pertumbuhan anak wanita mengalami
percepatan lebih dulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia
reproduksi. Sementara anak laki-laki bar dapat menyusul dua tahunn kemudian.
C. Perkembangan Fisik Motorik
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fiusik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum
memasuki masa remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang tenang
ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak
lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan.
Kenaikan tinggi dan berat badan bervariasi antara anak satu dengan yang lain.
Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak
2. Perkembangan Motorik
Seiring perkembangan

fisiknya

yang

beranjak

matang,

maka

perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik. Setiap


gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini
ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh
karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang

berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik


(komputer), berenamg, main bola, dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu
kelancaran

proses

belajar, baik

dalam

bidang

pengetahuan

maupun

keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan motorik sanagat menunjang


keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar kematangan
perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya, karaena itu mereka
sudah siap menerima pelajaran keterampilan.1
Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas permulaan
sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.s
b. Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga

(menerima,

menendang, dan memukul).


c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban,
dan kedisiplinan.
D. Perkembangan Perasaan
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti
perasaan senang, bergairah, bersemangt atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan
tugas, dan disiplin dalam belajar.
Emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh
tersebut antara lain tampak dari peranan emosi sebagai berikut: 2
1. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk emosi
adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan.
Luapan ini menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam menjalani kehidupan

1 Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2009), hlm. 178.
2 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978), hlm. 211.

sehari-hari dan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak yang cukup


bervariasi untuk memperluas wawasannya.
2. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi
keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul sangat kuat, sebagai
contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan
bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal yang akan dilakukan ketika tibul
amarah. Apabila persiapan ini ternyata tidak berguna, akan dapat menyebabkan
timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, atau amarah yang justru terpendam
dalam diri anak.
3. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang memuncak
mengganggu kemampuan motorik anak. Anak yang terlalu tegang akan
memiliki gerakan yang kurang terarah, dan apabila ini berlangsung lama dapat
mengganggu keterampilan motorik anak.
4. Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara,
dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).
5. Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental,

seperti

berpikir,

berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi. Oleh karena


itu, pada anak-anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan emosi
dapat mengganggu aktivitas mentalnya.
6. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh anak
sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini menjadi
dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.
7. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak dalam
aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh
perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri, rasa aman, atau rasa
takut.
8. Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak mempengaruhi cara
anak berinteraksi dengan lingkungannya. Di lain pihak, emosi juga
mengajarkan kepada anak cara berperilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan
tuntutan lingkungan sosial.
9. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah. Perubahan emosi anak
biasanya ditampilkan pada ekspresi wajahnya, misalnya tersenyum, murung
4

atau cemberut. Ekspresi wajah ini akan mempengaruhi penerimaan sosial


terhadap anak.
10.Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak yang
ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini mendorong
lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak menunjukkan
perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang
menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan.
11.Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Setiap
ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan pada suatu titik
tertentu akan sangat sulit diubah. Dengan demikian, anak perlu dibiasakan
dengan mengulang-ulang perilaku yang bersifat positif, sehingga akan menjadi
kebiasaan yang positif pula.
E. Perkembangan Minat dan Kreativitas
1. Perkembangan Minat
Dengan meluasnya cakrawala mental anak, minat-minatnya pun
berkembang. Hal ini akan mempunyai dampak terhadap bentuk dan kedalaman
aspirasinya. Minat juga juga dapat menjadi kekuatan motivasi. Prestasis
seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas minat-minatnya.
Minat menimbulkan kepuasan. Seorang anak cenderung untuk mengulang
tindakan-tindakan yang didasari oleh minat. Dan minat ini dapat bertahan
sepanjang hidupnya.
Minatnya obyektif, perhatian lebih ditujukan pada dunia kenyataan atau
dunia obyektif yang dianalisa serta menunjukkan adanya hukum sebab akibat.
Anak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika lingkungannya
mendukung anak akan lebih mudah untuk belajar kebiasaan seperti tidur dan
bangun pada waktunya, makan, belajar, pada waktu dan tempatnya, dan anak
mudah diajak kerjasama dan patuh. Ikut aktif dalam kepramukaan akan sangat
membantu dalam pembentukan kepribadian yang stabil.
Untuk mengembangkan minat tergantung pada kesempatan yang ada,
misalnya saja seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius
kemungkinan besar anak tidak menaruh minat pada agama. Dalam
pengembangan minat, hubungan antar pribadi lebih menunjang daripada
pengajaran khusus, juga suka atau tidak suka memainkan peranan penting,
5

seperti anak yang tidak menyukai gurunya cenderung tidak menyukai


pelajarannya.
2. Perkembangan Kreativitas
Hurlock dikutip oleh Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi
kreativitas menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola
yang dapat diramalkan, ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga
ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap variasi-variasi tersebut.
Diantaranya :3
a. Jenis kelamin
Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada
anak perempuan, terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian
masyarakat, anak lelaki mendapat perlakuan yang berbeda dari anak
perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang lebih banyak daripada
anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat kesempatan untuk
menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan guru untuk
berinisiatif dan menampilkan keasliannya.
b. Status sosio-ekonomi
Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi
cenderung lebih kreatif daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah.
Kelompok pertama diduga mendapatkan perlakuan orangtua yang lebih
demokratis, sementara kelompok keduanya lebih banyak mendapat
perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis dapat memelihara
kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih banyak
kepada anak untuk mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat
dan aktivitas menurut pilihannya sendiri. Yang lebih penting lagi anak-anak
yang berlatar belakang ekonomi tinggi mendapat kesempatan yang lebih
banyak utnuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang diperluakan
untuk mengembangkan kreativitas, misalnya ke tempat-tempat rekreasi,
tempat-tempat penting, dan pusat-pusat informasi yang dapat mendorong
anak-anak untuk berimajinasi serta berpikir dan bertindak secara kreatif.
3 Conny R Semiawan, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, (Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm. 96.

c. Posisi urutan kelahiran


Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat
kreativitas yang berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa
lingkungan memiliki kedudukan yang lebih penting dari pada keturunan.
Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih kreatif daripada anak
sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih besar untuk
memenuhi harapan orang tua daripada anak berikutnya.
d. Ukuran besar anggota keluarga
Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anakanak dari keluarga besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam
keluarga besar menuntut sikap yang lebih otoriter guna bisa mengendalikan
anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter cenderung menghambat
perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil cenderung
mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut
memungkinkan bisa mendukung terciptanya suasana dan sikap yang
mendukung untuk pengembangan kreativitas.
e. lingkungan kota versus desa
Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada
anak-anak dari lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak
mendapatkan

lingkungan

yang

lebih

memberikan

stimulasi

dalam

pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak tempat-tempat, objekobjek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang setiap anak
untuk mengembangkan kemampuan kreatif.
f. Intelegensi
Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan
kemampuan kreatif yang lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas.
Yang pertama cenderung memiliki ide-ide yang lebih baru ingin mengatasi
situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak alternatif
pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-anak
yang cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anakanak seusianya.
F. Perkembangan Inteligensi

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat


mereaksi rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak
masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan
pada usia SD daya pikirnya sudah berkembang kearah berfikir
konkret dan rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya
sebagai masa operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai
masa operasi konkret, masa berakhirnya berfikirn khayal dan
mulai befikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata).4
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan
baru, yaitu mengklasifikasiakn (mengklompokkan), menyusun,
atau mengasiosikan (menghubungkan atau manghitung) angkaangka

atau bilangan.

perhitungan

Kemampuan

(angka),

seoerti

yang

berkaitan

menambah,

dengan

mengurangi,

mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak


sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem
solving )yang sedarhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk
menjdi

dasardiberikannya

berbagai

kecakapan

yang

dapat

mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak


sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seprti membaca,
menulis dan berhitung. Di sampin itu, kepada anak diberikan juga
pengetahuan-pengetahuan tentang manusian, hewan lingkungan
alam sekitar dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya
nalarnya

dengan

melatih

anak

untuk

mengungkapkan

4 Lyndon Saputra, Pengantar Psikologi, (Batam: Interaksa, 2010), hlm.


153.

pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik


yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi dilingkunganya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka
sekolah dalam hal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan
komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaaran yang
dibacanya atau yang dijelaskan guru, membuat karangan,
menyusun laporan (hasil study tour atau diskusi kelompok).
G. Perkembangan Berpikir Menurut Piaget
Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasianal konkret, anakanak menguasai berbagi konsep konservasi untuk melakukan manipulasi logis
lainya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti
tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk penyajian mental mengenai
serangkain tindakan. Anak-anak yang berumurlima tahun dapat mencari jalaqn
sendiri ke rumah temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan kepada anda atau
menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil. Mereka dapat mencari
jalan karena mereka tahu harus membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi
mereka tidak mempunnyai gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya anakanak berumur 8 tahun sanggup menggambarkan peta rute itu.
Pieget menamakan masa ini tahapan operasional konkret: meskipun anak-anak
memakai istialah abstrak, mereka hanya memakai dalam hubungannya dengan
objek yang konkret. Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan kogniti, pada
tahapan operasional formal, yang dimulai sekitar usia 11 sampai 12 tahun, anakanak sanggup berfikir logis dengan berbagai istilah simbolik murni.5
Stadium pemahaman moral pieget ketiga dimulai pada sekitar waktu ini. Anak
mulai menghargai bahwa beberapa peraturan adalah kebiasaan sosial- persetujuan
bersama yang dapat sekehandak hati diputuskan dan di ubah jikan semua setuju.
Realismemoral anak moral anak juga menyatakan: saat membuat pertimbangan
moral, anak sekarang memberikan bobot pada pertimbangan subjektif seperti

5 Syamsu Yusuf, Op. Cit., hlm. 3.

maksuk seseorang, dan mereka memandang hukuman sebagai keputusan manusia,


bukan retribusi dari kekuatan yang lebih tinggi.
Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium
keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil
menumjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi
situasi yang belum yang belum pernah mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh
model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah sosiol yang lebih luas
ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.6
H. Perkembangan Sosial Kelompok
Menurut Syamsu Yusuf, perkembangan sosial

adalah

pencapaian

kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama).
Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan
berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat
diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial,
dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar ditandai dengan adanya
perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan
baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak
hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan
sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain.
Maksud perkembangan sosial disni adalah pencapai kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan
sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman
sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
telah tembah luas.

6 Agus Dharma & Mickhael Andryanto, Pengantar Psikolog, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 101.

10

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendri


(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadapat kegiatankegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima
menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima
dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dalm proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik (seperti: membersihkan kelas dan halaman sekolah),
maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seprti: merencanakan kegiatan
camping, membuat rencana study tour).
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan
orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah
kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil
pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang
menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang
tuanya.

Kemampuan

abstraksi

anak

sering

menimbulkan

kemampuan

mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana


yang semestinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa:
1. Cita-cita dan idealism yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis
yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
daalm penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam
menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir

11

masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul
dengan baik7
I. Perkembangan Kepribadian
Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata
ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti topeng atau seorang
individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan
identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama Sehingga kepribadian
seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh
keseluruhan tingkah laku orang lain.8
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang
merupakan hal atau komponen penting. konsep diri merupakan konsep, persepsi,
maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari
cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan
hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya. Teori-Teori Pengembangan
Kepribadian ini berfokus pada berbagai aspek pengembangan psikologi
kepribadian, termasuk kognitif, perkembangan sosial dan moral.
Memahami karakteristik kepribadian peserta didik tidaklah mudah.
Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses
belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macammacam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan
antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup
pendidikan, salah satunya

dapat bertujuan untuk memperlancar proses

pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat
diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
memahami kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para
pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
karena pelajaran atau materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik
7 Sunarto dan Hartono, A., Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
133-135.
8 M. Bukhori, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Jemars, 1982), hlm. 91.

12

dapat fokus terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik
fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal
pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para
pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka
dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Berikut ini
adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih
memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan
mengajar berlangsung dengan maksimal.

Macam-macam kepribadian anak sebagai berikut:


1. Tipe Kepribadian Sanguinis
Tipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara
antusias; menyatakan pemikiran dengan penuh gairah; memperlihatkan
perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak; mementingkan
diri sendiri; sulit berkonsentrasi; kurang disiplin. Orang dengan tipe
kepribadian Sanguinis cenderung hangat (warm-hearted), ceria, optimis, PD,
namun juga egois. Sedangkan orang Phlegmatis adalah mereka yang punya
lebih banyak kadar lendir dalam tubuh
2. Tipe Kepribadian Melankolis
Tipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara
mendalam, memelihara catatan, bagan dan grafik; menganalisis masyarakat
yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan;
menunda nunda suatu pekerjaan; mempunyai citra diri yang rendah;
mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain. Orang dengan tipe
kepribadian melankolis cenderung lebih mudah sedih dan depresi (mood-nya
lebih gloomy), artistik dan puitis.
3. Tipe Kepribadian Koleris
Tipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan
cepat; persoalan yang memerlukan tindakan dan pencapaian seketika; bidangbidang yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini
adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain; sulit mengakui

13

kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu pekerja keras. Orang dengan tipe
kepribadian ini cenderung tenang, cool, rasional, dan konsisten namun juga
lamban dan pemalu. Orang Koleris adalah mereka yang punya kadar cairan
empedu lebih banyak dalam tubuh. Karakteristik orang Koleris menurut Galen
adalah bersemangat, antusias, enerjik, dan passionate. Terakhir, orang
Melankolis adalah mereka yang punya kadar black bile lebih banyak dalam
tubuh.
4. Tipe Kepribadian Phlegmatis
Tipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang
perlu diredakan; rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan
tipe ini adalah kurang antusias; malas; tidak berpendirian; sering mengalami
perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.
Kepribadian dan Watak Manusia Menurut William Sheldon membagi tipe
kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam tubuh seseorang.
Berdasarkan aspek ini, dia membagi tipe kepribadian menjadi tiga:
1. Ektomorph
Tipe orang yang berbadan kurus tinggi, karena lapisan badan bagian luar
yang dominan. Sifatnya antara lain suka menyendiri dan kurang bergaul dengan
lingkungan masyarakatnya.
2. Mesomorph
Tipe orang yang berbadan sedang, dikarenakan lapisan badan bagian
tengah yang dominan. Sifat orang tipe ini antara lain giat bekerja dan mampu
mengatasi sifat agresif.
3. Endomorph
Tipe orang yang memiliki bentuk badan gemuk, bulat, dan anggota tubuh
yang pendek karena lapisan badan bagian dalam yang dominan. Sifat yang
dimilikinya antara lain kurang cerdas, senang makan, suka dengan kemudahan,
dan tidak banyak mengambil resiko dalam kehidupan.
Perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor

yang

menentukan

perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:9


9 Ingridwati Kurnia dkk, Perkembangan belajar Peserta Didik. (Jakarta: Depdiknas, 2007),
hlm. 89.

14

1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat
sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga
wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman
itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada
perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar
kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga
mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.
J. Kesimpulan
Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan
operasianal

konkret,

anak-anak

menguasai

berbagi

konsep

konservasi u ntuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya,


mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti
tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk penyajian
mental

mengenai

serangkain

tindakan.

Anak-anak

yang

berumurlima tahun dapat mencari jalaqn sendiri ke rumah


temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan kepada anda atau
menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil.
Mereka

dapat mencari jalan karena mereka tahu harus

membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak


mempunnyai gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya
anak-anak berumur 8 tahun sanggup menggambarkan peta rute
itu.
Aspek

perkembangan

perkembangan
perkembangan

pada

intelektual,
sosial,

masa

sekolah

meliputi

perkemankembangan

bahasa

perkembangan

emosi,

perkembangan

moral, perkembangan penghayatan keagamaan, perkembagan


motorik, perkembangan fisik, perkembangan bicara, kegiatan
bermain,dan usia 10-12.

15

K. Daftar Pustaka
Agus Dharma & Mickhael Andryanto, Pengantar Psikolog, Jakarta: Erlangga,
2010.
Conny R Semiawan, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978.
Ingridwati Kurnia dkk, Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas,
2007.
Lyndon Saputra, Pengantar Psikologi, Batam: Interaksa, 2010.
M.Bukhori, Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars, 1982.
Sunarto dan Hartono, A., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,
2006.
Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak & Remaja, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.

16

Anda mungkin juga menyukai