Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah dikatakan bahwa pengaruh gender dan jenis kelamin dalam penggunaan
bahasa seringkali terjadi perbedaan didalamnya. Yang mana setiap bahasa mempunyai
karakteristik yang khas, demikian pula dengan bahasa arab. Bahasa arab memiliki
karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan unik karena bahasa arab memiliki ciri
khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya. sedangkan universal berarti adanya
kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.
Ketidaksetaraan dan ketidaksensitifan gender tersebut telah menyebar luas
dimasyarakat atas pengaruh budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat.
Budaya tersebut secara sadar ataupun tidak sadar disebarluaskan pula di dalam dunia
pendidikan yang mestinya menjunjung tinggi kesetaraan gender. Sebagai contoh,
banyak buku pelajaran di tingkat sekolah dasar hingga tingkat menengah memanipulasi
citra perempuan. Perempuan masih selalu digambarkan ada di lingkungan rumah
tangga, pekerjaannya hanyalah sebagai ibu rumah tangga yang bertugas memasak,
menyapu, mengasuh anak, dan belanja kebutuhan rumah tangga. Walaupun dalam
kenyataannya tidak ada lagi perbedaan antara insinyur perempuan dan insinyur laki-laki
atau antara dokter perempuan dengan dokter laki-laki, tetapi dalam buku Pelajaran
Bahasa Indonesia misalnya, profesi ini selalu digambarkan sebagai sosok laki-laki.
Jika dilihat dari pemakaian bahasa arab dalam komunikasi, baik tulis, maupun
lisan, lebih sering terjadi bias. Misalnya, ketentuan dalam tata bahasa arab yang
mengandung bias gender adalah isim muannats (nama untuk perempuan) cukup
dibentuk hanya dengan cara menambahkan satu huruf (ta’ marbuthoh) pada nama atau
isim yang telah ada bagi laki-laki, seperti kata ustadzah (guru perempuan) yang
dibentuk dari kata ustadz (guru laki-laki), muslimah dari muslim dll. Tata bahasa ini
mencerminkan cara pandang masyarakat Arab terhadap eksistensi perempuan sebagai
bagian (sangat kecil?) dari eksistensi laki-laki.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep gender dan jenis kelamin secara umum?
b. Bagaimana konsep mudzakar dan muannats dalam bahasa arab?
c. Mengapa gender memiliki pengaruh dalam penggunaan bahasa?

C. Tujuan
Tujuan utama dibuatnya makalah ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mengetahui
konsep dan pengaruh gender dalam penggunaan bahasa arab.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Jenis Kelamin dan Gender


Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan
perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan upaya
meneruskan garis keturunan. Jenis kelamin secara umum digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan yang berdasar atas anatomi
biologis dan merupakan kodrat Tuhan.
Secara terminologis, makna jenis kelamin (sex) adalah perbedaan fisik yang
didasarkan pada anatomi biologi manusia, terutama yang berhubungan dengan fungsi
reproduksi. Berdasarkan perbedaan fisik dan biologis inilah dapat teridentifikasi dua
jenis kelamin manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, perbedaan
antara perempuan dan laki-laki murni didasarkan pada fungsi organ reproduksi yang
kodrati dan bersifat alamiah (nature). Karena didasarkan pada perbedaan yang bersifat
alamiah, perbedaan jenis kelamin berlaku secara universial bagi semua laki-laki dan
perempuan di dunia. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia terpilih menjadi dua
jenis, perempuan dan laki-laki.
Sedangkan gender adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki
dan perempuan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki
yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
masyarakat. Gender merujuk pada perbedaan karakter laki-laki dan perempuan
berdasarkan konstruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat status, posisi, dan
perannya dalam masyarakat serta terjadinya perbedaan gender yang dikonstruksi secara
sosial-kultural. Di samping itu, masyarakat mempunyai berbagai naskah yang diikuti
oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran maskulin dan feminin.
Gender memiliki perbedaan-perbedaan bentuk antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain karena norma-norma, adat istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan
masyarakat yang berbeda. Misalnya:
 Menjadi tukang batu dianggap tidak pantas dilakukan oleh perempuan, tetapi di
Bali perempuan biasa menjadi tukang batu, tukang cat
 Di kebanyakan masyarakat petani, bekerja kebun adalah tugas laki-laki; sedangkan
di sejumlah masyarakat Papua, kerja kebun merupakan tugas utama perempuan,
karena berburu adalah tugas utama laki-laki.
Gender berubah dari waktu ke waktu karena adanya perkembangan yang
mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma masyarakat tersebut. Misal:
 Di Jawa Barat, sudah ada perempuan yang menjadi kepala desa karena
meningkatnya pendidikan.
 Di Sumba, laki-laki membantu-bantu ‘tugas perempuan’ dirumah tangga
 Di Indonesia, sekarang sudah banyak mulai perempuan yang menjadi dokter,
insinyur, dan pengusaha.

2
Perbedaan antara jenis kelamin dan gender:
Jenis Kelamin (Sex) Gender
Merupakan perbedaan biologis Merupakan perbedaan peran, hak, dan
antara laki-laki dan perempuan. kewajiban, kuasa dan kesempatan
antara laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan masyarakat.

Perbedaan sex sama diseluruh dunia Gender tidak sama di seluruh dunia,
bahwa perempuan bisa hamil tergantung dari budaya dan
sementara laki-laki tidak, sifatnya perkembangan masyarakat di satu
Universal. wilayah, sifatnya lokal.

Perbedaan sex tidak berubah dari Gender berubah dari waktu ke waktu.
waktu ke waktu. Dari dulu hingga Setiap peristiwa dapat merubah
sekarang dan masa datang , laki- hubungan antara laki-laki dan
laki tidak mengalami menstruasi perempuan dalam masyarakat.
dan tidak dapat hamil.

Berkaitan dengan gender, Islam memandang gender adalah pandangan atau


keyakinan yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana seharusnya seorang
perempuan atau laki-laki bertingkah laku maupun berpikir. Misalnya pandangan bahwa
seorang perempuan ideal harus pandai memasak, pandai merawat diri, lemah lembut
atau keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk yang sensitif, emosional selalu
memakai perasaan. Sebaliknya seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin,
pelindung, kepala rumahtangga, rasional dan tegas.
Gender adalah pandangan atau keyakinan yang dibentuk masyarakat tentang
bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkahlaku maupun
berpikir. Misalnya pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus pandai memasak,
pandai merawat diri, lemah lembut atau keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk
yang sensitif, emosional selalu memakai perasaan. Sebaliknya seorang laki-laki sering
dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala rumahtangga, rasional dan tegas.
Secara etimologis gender berasal dari kata gender yang berarti jenis kelamin.Tetapi
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun
perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara pria
dan wanita, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbentuk
melalu proses sosial dan kultural. Oleh karena itu gender dapat berubah dari tempat ke
tempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas sosial ekonomi masyarakat.

B. Konsep Mudzakkar dan Muannats dalam Bahasa Arab


Bahasa Arab yang telah menjadi bahasa umat Islam ini mengandung bias gender
yang berpengaruh pada proses tekstualisasi firman Allah dalam bentuk al-Qur‘an. Bias
tersebut tercermin dalam tata bahasa Arab seperti setiap nama (isim) dalam bahasa
3
Arab selalu berjenis kelamin (mudzakkar atau mu’annats), bisa secara hakiki maupun
majazi. Sebagaimana seseorang tidak bisa mengabaikan kelas sosial ketika berbicara
bahasa jawa, aturan di atas menyebabkan seseorang tidak bisa menghindari klasifikasi
laki-laki dan perempuan dalam berbahasa Arab karena dalam bahasa ini tidak ada nama
yang netral.
Sebagai pemakai bahasa Arab, teks al-Qur‘an juga mengikuti ketentuan ini
sehingga Allah sebagai Dzat yang tidak berjenis kelamin pun mempunyai nama yang
berjenis kelamin, yaitu mudzakkar (laki-laki) sehingga memakai kata kerja laki-laki
(fiil mudzakkar). Ketentuan lain dalam tata bahasa Arab yang mengandung bias gender
adalah isim muannats (nama untuk perempuan) cukup dibentuk hanya dengan cara
menambahkan satu huruf (ta’ marbuthoh) pada nama atau isim yang telah ada bagi laki-
laki, seperti kata ustadzah (guru perempuan) yang dibentuk dari kata ustadz (guru laki-
laki), muslimah dari muslim dll.. Tata bahasa ini mencerminkan cara pandang
masyarakat Arab terhadap eksistensi perempuan sebagai bagian (sangat kecil?) dari
eksistensi laki-laki.

1) Definisi Isim Mudzakkar dan Isim Muannats


a. Isim mudzakkar, yaitu isim yang menunjukkan arti laki-laki (baik manusia,
binatang, benda-benda mati) atau yang dianggap laki-laki. Contoh: ‫محمد‬
(Muhammad), ‫( طير‬burung), ‫( رجل‬orang laki-laki), ‫( مسجد‬masjid).
b. Isim muannats, yaitu isim yang menunjukkan arti perempuan (baik manusia,
binatang, benda-benda mati) atau yang dianggap perempuan. Contohnya: ‫عائشة‬
(‘Aisyah), ‫( مريم‬Maryam), ‫الشمس‬ (matahari), ‫( كبرى‬yang besar), ‫( حمراء‬yang
merah).

Cara membedakan antara isim mudzakkar dan isim muannats adalah dengan
dua cara, diantaranya:
a. Dengan melihat jenis kelamin baik manusia maupun binatang, ciri ini disebut
dengan ciri yang hakiki, contoh:

‫المؤنث‬ ‫المذكر‬
‫المرأة‬ Seorang ‫الرجل‬ Seorang
perempuan laki-laki
‫فاطمة‬ Fatimah ‫محمد‬ Muhammad

‫الدجاجة‬ Ayam betina ‫الدّيك‬ Ayam


jantan

b. Dengan pengelompokkan bahasa, ciri ini disebut dengan ciri yang majazi. Adapun
muannats ditandai dengan ciri-ciri khusus, diantaranya:
1. Diakhiri dengan ta’ marbuthah (‫)ة‬, contohnya: ‫( فاطمة‬Fatimah), ‫مدرسة‬
(sekolah).
2. Menunjukkan sesuatu yang berpasangan, contohnya: ‫( السماء‬langit)
dengan ‫( الرض‬bumi), ‫النار‬ (neraka) dengan ‫( الجنة‬surga).

4
3. Termasuk jamak taksir yang tidak beraturan, contohnya: ‫أ ق لم‬ (pena-pena),
‫( كتب‬buku-buku).

2) Pembagian Isim Mudzakkar dan Isim Muannats

Isim muzakkar dibagi menjadi dua, yaitu:


a. Mudzakkar hakiki, yaitu isim yang menunjukkan arti laki-laki dan dari sisi lafal,
tulisan atau bacaan tidak ditandai oleh salah satu dari tanda muannats, yaitu ، )‫(ة‬
‫ ى‬dan ‫ اء‬. contohnya: ‫ رجل‬، ‫ محمد‬، ‫ أستاذ‬، ‫أب‬.
b. Mudzakkar maknawi, yaitu isim yang mempunyai tanda muannats, tetapi
menunjukkan arti/arti mudzakkar. Contoh: ‫( طلحة‬Tholhah), ‫( حمزة‬Hamzah),
‫حذيفة‬ (Hudzaifah), ‫( مسيلمة‬Musailamah).
c. Mudzakkar majazi, yaitu isim yang tidak ditandai dengan tanda muannats, dan
dari sisi artinya juga tidak menunjukkan arti mudzakkar ataupun muannas.
Contohnya:‫ كرسي‬، ‫ فصل‬، ‫ كتاب‬، ‫ قلم‬.

Sedangkan isim muannats dibagi menjadi tiga macam, diantaranya:


a. Muannats lafal hakiki, yaitu isim yang ditandai dengan tanda muannats dan
menunjukkan arti perempuan atau yang dianggap perempuan. Contoh: ‫عائشة‬
(‘Aisyah), ‫( مسلمة‬orang Islam perempuan), ‫( حديقة‬kebun), ‫( سبورة‬papan tulis).
b. Muannats maknawi, yaitu isim yang tidak berakhiran ta’ ta’nits akan tetapi
menunjukkan arti perempuan. Contoh: ‫( مريم‬Maryam), ‫( زينب‬Zainab),‫هند‬
(Hindun),‫( أ ّم‬ibu).
c. Muannats majazi, yaitu isim yang menurut kaidahnya dihukumi muannats.
Contoh: ‫( الشمس‬matahari), ‫( دار‬rumah), ‫( ريح‬angin), ‫( أرض‬bumi).

3) Ciri-ciri Isim Muannats Lafdzi


a. Ta’ , contohnya: ‫‘( عائشة‬Aisyah), ‫مسلمة‬ (orang Islam perempuan), ‫حديقة‬
(kebun), ‫( سبورة‬papan tulis).
b. Alif, terkadang isim muannats ditandai dengan alif maqshuroh dan alif
mamdudah:
1. Alif ta’nis maqshuroh, yaitu alif layyinah yang ditambahkan pada bentuk
isim dengan tujuan menunjukkan muannats, contoh: ‫كبرى‬ (yang
besar), ‫( عليا‬yang tinggi), ‫( عطشى‬yang haus), ‫( فتوى‬fatwa).
2. Alif ta’nis mamdudah, yaitu alif layyinah yang ditambahkan pada bentuk
isim dengan tujuan menunjukkan muannats, yang sebelum alif tersebut
ditambahkan alif, lalu alif yang terakhir diganti hamzah. contoh: ‫حمراء‬
(yang merah), ‫عرجاء‬ (yang pincang), ‫صخراء‬ (batu besar), ‫عاشوراء‬
(bulan syuro).

5
C. Pengaruh Gender dalam Bahasa Arab

Setiap bahasa mempunyai karakteristik yang khas, demikian pula dengan bahasa
arab. Pengetahuan tentang karakteristik bahasa arab merupakan tuntutan yang harus
dipahami oleh para pengajar bahasa arab, karena pemahaman terhadap diskursus ini akan
memudahkan mereka yang berkecimpung pada bidang pendidikan dan pengajaran bahasa
arab dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Tetapi perlu diperhatikan bahwa
karakteristik bahasa arab tidaklah identik dengan kesulitannya, karena dengan memiliki
pengetahuan serta pemahaman tentang karakteristiknya, setidaknya akan tersingkap
kelebihan-kelebihan yang ada pada tubuh bahasa arab, dan menjadi aspek kemudahan
yang menjadi pintu untuk membuka jalan bagi mereka yang ingin mempelajari dan
mendalaminya. Bahasa arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan
unik karena bahasa arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya.
sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa
lainnya. Berikut adalah beberapa karakter umum bahasa arab:
1. Bahasa arab sangat kaya dengan mufradat (kosa kata) dan mutaradifat (sinonim).
2. Kata dalam bahasa arab secara garis besar dikelompokkan ke dalam tiga golongan,
yaitu: fi’il (verba), isim (nomina), dan hurf (preposisi).
3. Dalam bahasa arab dikenal perbedaan gender, mudzakkar (laki-laki) dan muanats
(perempuan).
4. Dalam kelompok kata bahasa arab fi’il (verba) dan isim(nomina) terdapat
awzan(pola-pola) dan isytiqaq (turunan kata).
5. Bahasa arab memiliki sistem i’rab, yaitu perubahan bunyi atau bentuk akhir suatu
kata tergantung kepada fungsinya dalam kalimat.
Berbicara mengenai gender, ternyata tidak hanya muncul pada wilayah hukum,
sosial maupun politik semata, akan tetapi muncul juga pada ranah bahasa (languge fields)
manusia yang secara otomatis dapat melahirkan sistem kehidupan yang cenderung
mengunggulkan kaum laki-laki tertimbang kaum perempuan. Indikasi adanya diskriminasi
gender terdapat juga dalam bahasa arab. sebagaimana poin ketiga dalam penjelasan
karakteristik umum bahasa arab di atas. Bahasa arab merupakan salah satu bahasa asing
yang sistem bahasanya sangat bias gender. Pemilahan gender yang diterapkan dalam
bahasa arab kerap mengakibatkan terjadinya pemahaman yang timpang bila ditinjau dari
sisi keadilan gender antara status dan peran sosial laki-laki dan perempuan dalam banyak
aspek yang diatur oleh Syariat Islam. Sebuah persoalan yang memerlukan upaya
penafsiran ulang, atau reinterpretasi, di mana pemahaman yang semestinya tetap harus
mengedepankan semangat kesetaraan gender yang tidak membedakan status dan peran
sosial berdasarkan jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, diperlukan sebuah uraian yang
mengupas aspek-aspek mana saja yang kerap dapat menimbulkan pemahaman yang bias
gender dalam bahasa arab.
Bias gender dalam bahasa arab tercermin dalam setiap kata benda atau isim ( ‫اسم‬
) yang dikategorikan menjadi laki-laki (mudzakkar) dan perempuan (muannats), baik
secara hakiki maupun majazi. Sehingga setiap kata benda atau isim ( ‫ ) اسم‬dalam bahasa
arab tidak ada yang netral dan tidak bisa dilepaskan dari klasifikasi laki-laki dan
perempuan. Ketentuan lain dalam tata bahasa arab yang mengandung bias gender adalah
isim muannats (kata benda untuk perempuan) cukup dibentuk hanya dengan cara
menambahkan ta’ marbuthah di akhir isim mudzakkar (kata benda untuk laki-laki). Seperti
kata (siswi) ‫ طالبة‬yang dibentuk dari kata ‫( طالب‬siswa), kata ‫( مد ّرسة‬guru perempuan)

6
dari ‫( مد ّرس‬guru laki-laki) dan sebagainya. Perubahan bentuk dari isim yang
menunjukkan laki-laki menjadi isim yang menunjukkan perempuan seperti keterangan di
atas mencerminkan cara pandang masyarakat arab terhadap eksistensi perempuan yang
seakan-akan merupakan bagian kecil dari eksistensi laki-laki.
Kata-kata dalam bahasa arab sendiri juga ada yang mengindikasikan adanya bias
gender. Beberapa ungkapan dalam bahasa arab ada yang cenderung memiliki struktur
dalam bentuk laki-laki saja, dan tidak memiliki struktur dalam bentuk feminin. Dalam hal
ini, kata imam dan khalifah dengan jelas menunjukkan bahwa dua kata tersebut
merupakan bentuk kata benda maskulin yang tidak memiliki bentuknya dalam gender
feminin. Kenyataan yang sangat bias gender dan cenderung patriarkhis ini pada gilirannya
menyumbang amat besar bagi lahirnya konsep-konsep keagamaan yang kemudian hanya
diperuntukkan sebagai hak bagi kaum laki-laki. Kata imam yang tidak memiliki bentuk
nomina feminin pada gilirannya selalu ditonjolkan sebagai sesuatu yang berkonotasi laki-
laki, seperti predikat imam sebagai pemimpin dalam salat berjamaah, pemimpin agama,
atau bahkan pemuka masyarakat.
Struktur bahasa arab yang didominasi bentuk maskulin kemudian memberi kesan
lebih jauh bahwa konsep imam melulu menjadi otoritas yang dimiliki kaum laki-laki, dan
sebaliknya meminggirkan atau bahkan meniadakan peran perempuan di dalamnya.
Sementara itu, kata khalifah meskipun memiliki ciri feminin dengan tambahan ta’
marbutah di akhir dianggap sebagai sebuah kata yang digolongkan ke dalam bentuk
mudzakkar dengan dua buah bentuk jamak khulafa’ dan khala’if. Bentuk jamak yang
pertama selalu menampilkan bentuk mudzakar, sementara bentuk jamak yang kedua bisa
pula dianggap sebagai mu’annats. Di sini, berkait dengan makna kata ini, bentuk yang
selalu mudzakkar diberikan untuk kata benda tunggal khalifah maupun bentuk jamaknya
yang membawa arti “pemimpin (imam) tertinggi yang tidak ada lagi imam di atasnya”.
Kekhususan bentuk mudzakar dalam contoh dua kata imam dan khalifah di atas menjadi
dasar bagi lahirnya konsepsi-konsepsi sosial dan politik yang kemudian turut pula
menyeret dominasi hak-hak khusus dan peran yang diperuntukkan hanya untuk kaum laki-
laki. Dalam hal ini, struktur bahasa arab yang cenderung didominasi laki-laki
menyumbang peranan yang sangat besar bagi bias gender yang asalnya sangat bersifat
liguistik ini, ketika kemudian dominasi budaya patriarkhis yang mendasari penafsiran
terhadap al-Qur’an, misalnya, tidak jarang pula memberikan sokongan bagi lahirnya
legitimasi secara keagamaan.
Stempel keagamaan untuk konsep-konsep yang bias gender ini merupakan
dampak langsung dari aktivitas interpretasi dalam bentuk ijtihad yang dilandasi pemakaian
bahasa yang didominasi oleh budaya, pemikiran, dan ideologi masyarakat Arab secara
umum yang masih patriarkhis dan meninggikan peran laki-laki Bias gender dalam kata
bahasa arab juga terlihat dari penggunaan kata ganti jamak mudzakkar (plural laki-laki)
untuk sekelompok perempuan, yang di dalamnya terdapat laki-laki meskipun hanya satu.
Hal ini memberikan kesan bahwa kehadiran seorang laki-laki jauh lebih penting
dibandingkan perempuan berapapun banyaknya jumlah perempuan yang ada.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara garis besar, jenis kelamin dan gender memiliki perbedaan yang signifikan,
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan
perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan upaya
meneruskan garis keturunan. Sedangkan gender adalah pembagian peran kedudukan,
dan tugas antara laki-laki dan perempuan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat.
Bias gender dalam bahasa arab tercermin dalam setiap kata benda atau isim (
‫ ) اسم‬yang dikategorikan menjadi laki-laki (mudzakkar) dan perempuan (muannats), baik
secara hakiki maupun majazi. Sehingga setiap kata benda atau isim ( ‫ ) اسم‬dalam bahasa
arab tidak ada yang netral dan tidak bisa dilepaskan dari klasifikasi laki-laki dan
perempuan. Ketentuan lain dalam tata bahasa arab yang mengandung bias gender adalah
isim muannats (kata benda untuk perempuan) cukup dibentuk hanya dengan cara
menambahkan ta’ marbuthah di akhir isim mudzakkar (kata benda untuk laki-laki). Seperti
kata (siswi) ‫ طالبة‬yang dibentuk dari kata ‫( طالب‬siswa), kata ‫( مد ّرسة‬guru perempuan)
dari ‫( مد ّرس‬guru laki-laki) dan sebagainya. Perubahan bentuk dari isim yang
menunjukkan laki-laki menjadi isim yang menunjukkan perempuan seperti keterangan di
atas mencerminkan cara pandang masyarakat arab terhadap eksistensi perempuan yang
seakan-akan merupakan bagian kecil dari eksistensi laki-laki.

B. Saran
Sebagai pengguna bahasa, khususnya calon guru bahasa arab kita sebaiknya
memperhatikan aturan penggunaan dalam bahasa yang kita gunakan. Terutama adanya
pengaruh gender dalam penggunaan bahasa arab.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agung Setiyawan ; Mudzakkar dan Muannats: Sumber Pendidikan Islam Bias Gender ;
PDF

Dr. Erlina, M.Ag ; Perspektif Gender dalam Buku Teks Bahasa Arab “Al-Arabiyah Baina
Yadaika” ; PDF

https://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/
http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2013/07/jenis-kelamin-dan-gender.html

Anda mungkin juga menyukai