BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Bagaimana Identifikasi Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri?
2. Bagaimana Identifikasi Masalah Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri?
3. Bagaimana Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E
SMP Banjar Asri?
4. Bagaimana Prognosis Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri?
5. Bagaimana Kesimpulan dan Rekomendasi Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas
IX E SMP Banjar Asri?
1
2
C. Tujuan Penelitian
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar
Asri
2. Mengidentifikasi Masalah Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar
Asri
3. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri
4. Menentukan Prognosis Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri
5. Mengetahui Kesimpulan dan Rekomendasi Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas
IX E SMP anjar Asri
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan observasi langsung ke SMP
Banjar Asri. Yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan
tujuan penelitian kepada guru bimbingan konseling serta pada guru yang mengajar
kelas di SMP Banjar Asri.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada data deskriptif yang diberikan
oleh guru SMP Banjar Asri. Dan jenisnya adalah deskriptif kualitatif, dimana data
yang dikumpulkan berupa kata-kata.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Setiap tipe dapat dibedakan satu sama lain dari segi kondisinya yang
diperlukan untuk berlangsung proses belajar yang bersangkutan. Kedelapan
tipe belajar itu ialah sebagai berikut.
(1) Tipe I : Signal Learning
Belajar signal atau tanda, isyarat. Tipe belajar ini menduduki tahapan
hierarki (yang paling dasar). Jadi, tidak menuntut prasyarat, teteapi
merupakan prasyarat bagi tipe belajar lainnya yang lebih tinggi. Signal
learning dapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar
perilaku yang bersifat involunter. Dalam pola perilaku ini terlibat aspek-
aspek reaksi emosional di dalamnya.
(2) Tipe II : Stimulus Respons Learning
Belajar stimulus-respons, sambut rangsang. Tipe belajar ini termasuk
ke dalam operant or instrumental condition atau belajar trial dan eror.
Kondisi yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe belajar iniialah
faktor reinforment. Jarak antara waktu dan stimulus pertama dan
berikutnya amat penting. Semakin singkat tertundanya S-R pertama dan
berikutnya semakin baik bagi terbentuknya reinforment.
(3) Tipe III : Chaining
Chaining atau mempertautkan ialah menghubungkan satuan ikatan S-R
yang satu dengan yang lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek
perilaku psikomotorik.
(4) Tipe IV : Verbal Association
Verbal association atau asosiasi verbal ialah menghubungkan
satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lainnya yang berkenaan dengan
aspek-aspek belajar verbal. Kondisi ini yang diperlukan bagi
berlangsungnya proses belajar ini, antara lain pada diri siswa harus sudah
terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R baik psikomotorik maupun
verbal.
(5) Tipe V : Discrimination Learning
Belajar mengadakan perbedaan. Dalam tahap belajar ini, siswa
mengadakan diskriminasi di antara dua perangsang atau sejumlah
stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang
6
3. Mastery Learning
9
Tidak semua bahan ajar yang telah dipersiapkan oleh guru dapat
dikuasai oleh semua siswa. Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa
hanya sebagian kecil siswa tertentu yang mampu menguasai sebagian
besar dari bahan yang telah disajikan oleh guru. Setiap siswa pada
dasarnya kalau diberikan kesempatan belajar dengan mempergunakan
waktu sesuai dengan yang diperlukannya, mungkin saja bisa mencapai
taraf penguasaan seperti yang dicapai oleh rekan-rekannya. Dengan
demikian, taraf atau tingkatan belajar itu pada hakikatnya merupakan
fungsi dari proporsi waktu yang disediakan untuk belajar dengan waktu
yang diperlukan untuk belajar oleh siswa yang bersangkutan.
4. Humanistic Education
Baik expository maupun mastery learning, keduanya bertolak dari
anggapan atau harapan bahwa siswa itu pada akhirnya harus menguasai
bahan tertentu, seperti yang telah diterapkan oleh guru atau penyusun
program yang bersangkutan. Sedangkan si dalam kenyataan kemampuan
dasar IQ siswa yang bersifat herediter iu tidak dapat kita sangkal
menunjukkan variasi yang bersifat individual sehingga tidak mungkin
semua siswa akan mencapai tingkat penguasaan pelajaran yang sama.
Oleh karena itu, muncul suatu gerakan teori belajar yang
menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai
perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang
dimilikinya.
Seorang pendidik harus dapat mana yang termasuk kegiatan evaluasi hasil
belajar dan mana yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil evaluasi yang
dicapai oleh siswa sesuain dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
informasi tentang keefektifan kegiatan pembelajaran dalam membantu siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Dengan demikian, evaluasi
hasil belajar akan menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Sementara evaluasi pembelajaran akan menetapkan baik buruknya proses dari
kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan suatu alat yang digunakan untuk menimbang serta menentukan nilai
dan arti akan sesuatu yang dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan maupun
suatu kesatuan tertentu berdasarkan seperangkat kriteria yang telah disepakati dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Jika definisi evaluasi tersebut dikaitkan dengan ‘hasil belajar’, evaluasi
berarti suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar
seseorang (siswa) setelah melakukan proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran mengalami perkembangan. Setidaknya ada empat jenis
evaluasi pembelajaran yang biasanya dilaukan untuk kepentingan pembelajaran
sebagai berikut ini.
1. Evaluasi Formatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap
peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus
dicapai pada mata pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran
tersebut. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat ketercapaian KD. Jika ada
peserata didik yang belum mencapainya maka diadakanlah remidial.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap
peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus
dicapai pada mata pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran
tersebut. Biasanya evaluasi pembelajaran sumatif ini dlaksanakan di setiap
pertengahan dan akhir pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi sumatif ini
bertujua untuk menilai hasil pencapaian belajar pesrta didik terhadap berbagai
komptensi yag harus dikuasainya dalam suatu periode, seperti akhir
semesterdan di kelas terakhir (Ujian Nasional)
3. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan sebagai
sarana untuk mendiagnosis berbagai kendala dalam proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk meneliti maupun mencari
sebab kegagalan dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui dimana
letak kesulitan belajar peserta didik.
4. Evaluasi penempatan, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan untuk
menempatkan peseta didik dalam suatu program pendidikan atau jurusan yang
sesuai dengan kemampuan (baik potensial maupun aktual) dan minat peserta
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
Profil sekolah yang disajikan pada bab ini meliputi identitas sekolah, data
pelengkap sekolah, kontak sekolah, data periodik, gambaran tentang sarana dan
prasarana sekolah serta visi dan misi sekolah. Agar deskripsi profil sekolah ini
mudah dibaca, maka disusun dalam format sebagaimana terurai berikut:
1. Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SMP Banjar Asri
2) NPSN : 20227640
3) Jenjang Pendidikan : SMP
4) Status Sekolah : Swasta
5) Alamat Sekolah : Jl. Gunung Puntang Km. 1
RT/RW : 3/5
Kode Pos : 40374
Kelurahan : Cimaung
Kecamatan : Kecamatan Cimaung
Kabupaten/Kota : Kabupaten Bandung
Provinsi : Jawa Barat
Negara : Indonesia
6) Posisi Geografis : -7,084891 Lintang
107,563927 Bujur
2. Data Pelengkap
7) SK Pendirian Sekolah : 117/I02/Kep/E/88
8) Tanggal SK Pendirian : 1988-04-19
9) Status Kepemilikan : Yayasan
10) SK Izin Operasional : 974/I02/07/R.92
11) Tgl SK Izin Operasional : 1992-10-01
12) Kebutuhan Khusus Dilayani :
13) Nomor Rekening : 0076802270101
13
Tangan
42) Apakah Sabun dan Air : Ya
Tersedia pada Tempat Cuci
Tangan
43) Jumlah Jamban Dapat : 4 (laki-laki), 4 (perempuan), 2 (bersama)
Digunakan
6. Visi dan Misi
Visi : Membentuk sumber daya manusia
yang berkarakter, terpercaya, berdaya
saing, dan berkualitas.
Misi : Peningkatan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
berkompetensi, ramah tamah terhadap
lingkungan.
B. Pembahasan
1. Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar
Asri
Siswa diduga mengalami kesulitan belajar jika siswa yang bersangkutan
tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Langkah-langkah
diagnostik yang akan dibahas pada paragraf ini mengenai identifikasi kasus
kesulitan belajar yang terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Menandai Siswa yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar
Setelah menghimpun dan menganalisis catatan-catatan hasil belajar dan
menafsirkan dengan cara tertentu, kami mendiagnostik terdapat 4 siswa kelas IX
E yang mengalami kesulitan belajar. Dan diagnostik tersebut akan lebih dirincikan
lagi menggunakan criterion referenced (PAP) dengan mengasumsikan bahwa
instrumen evaluasi yang digunakan telah memenuhi syarat, adapun langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Angka nilai kualifikasi minimal ditetapkan sebesar 70.
15
zulfikar
28 Taufiq 0 0
100
80
60
nilai
40
20
0
l sa r tri ly
se
p
rie el na ta
n ka ja va an si f
a nti tia
n
fit
a az e rli in a rti fa pu re l m ta m
h k m sa va
nama siswa
Dari grafik tersebut, tampak ada 4 siswa yang memiliki nilai dibawah
batas lulus ( Iman, Josua, M Zulfikar, dan Taufiq). Dengan demikian, keempat
siswa tersebut bisa dijadikan sebagai kasus, dimana siswa-siswa tersebut dijadikan
prioritas karena benar-benar jauh dibawah garis rata-rata.
Ditinjau dari penggunaan catatan kehadiran (presensi) dan ketidakhadiran
(absensi) keempat siswa yang di diagnostic mengalami kesulitan belajar tersebut
tampak relatif rendah absensinya.
100
80
60
nilai
40
20
0
p l sa a n ka ajar tri va a ly
se rie el erlin ta an si f nti tia
n
fit
a az in karti f pu re m ta
h m s al va
m
nama siswa
memiliki sikap dan kebiasaan yang salah, berikut ini catatan jurnal pengembangan
sikap 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Nama Butir
No Waktu Siswa Catatan Perilaku Sikap Tindak Lanjut
02/08/201 sosial
1 9 Iman terlambat (disiplin) pembinaan
M.
Zulfika sosial
r celana cutbray (disiplin) pembinaan
sosial
Taufiq kaki diangkat (disiplin) pembinaan
23/08/201
2 9 Taufiq tidak berdoa spiritual pembinaan
M.
Zulfika memakai topi sosial
r dikelas (disiplin) pembinaan
M.
Zulfika sosial
r kaki diangkat (disiplin) pembinaan
tidak membawa sosial
Taufiq kamus (disiplin) pembinaan
M.
30/08/201 Zulfika sosial
3 9 r makan dikelas (disiplin) pembinaan
M.
Zulfika
r tidak berdoa spiritual pembinaan
M.
Zulfika memakai topi sosial
r dikelas (disiplin) pembinaan
06/09/201 tidak membawa sosial
4 9 Taufiq kamus (disiplin) pembinaan
tidak membawa sosial
Iman kamus (disiplin) pembinaan
sosial
Taufiq kaki diangkat (disiplin) pembinaan
20
4. Prognosis Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar Asri
Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan itu diatasi
(1) Kasus kesulitan belajar pada 4 siswa kelas IX E ini terbilang sulit untuk diatasi
karena butuh waktu yang cukup lama untuk memperbaiki sikap dan sifat yang
menyebabkan kesulotan belajar. Guru-guru yang bersangkutanpun tidak bosan
untuk memberi peringatan dan membina mereka walau sudah berulang kali.
Namun walaupun hasilnya sama saja, sekolah tidak bisa semena-mena
mengeluarkan siswa tersebut. Kasus ini masih dalam penanganan.
(2) Mayoritas factor yang menyebabkan siswa tersebut mengalami kesulitan belajar
adalah factor dari luar siswa sehingga sangat mengunginkan untuk diatasi, namun
karena terdapat beberapa juga factor dari dalam siswa, membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk memecahkan kasus ini.
(3) Kelemahan dalam kasus ini bersifat menyeluruh sehingga perlu diadakan program
pengajaran khusus sebagai pengayaan (untuk siswa berprestasi dan sudah
diterapkan di SMP Banjar Asri) dan penyembuhan sampai siswa menguasai
pembelajaran. Selain itu system evaluasi perlu ditinjau ulang dan harus ditunjang
dengan komponen belajar yang memadai
memiliki efek jera. Dalam segi penilaian kami mendiagnostik 4 siswa tersebut
mengalami kesulitan belajar hampir di semua bidang studi, tetapi untuk bidang
studi Bahasa inggris 4 siswa tersebut bisa mengikuti dan memiliki nilai di atas
batas lulus, hal ini disebabkan karena ketidaksesuaian kurikulum bagi 4 siswa
tersebut dan di SMP Banjar Asri sedang terjadi perpindahan kurikulum, maka
tidak menutup kemungkinan factor dari luar yang menyebabkan 4 siswa tersebut
kesulitan belajar adalah susahnya beradaptasi dengan kurikulum baru. Dalam segi
factor penyebab, kami mendiagnostik siswa tersebut dari dua hal, selain factor
dari luar yang telah disebutkan alenia diatas factor lain yang
menyebabkankesulitan belajar adalah lingkungan sekitar yang membawa
pengaruh buruk yang dapat ditunjukkan dengan jurnal pengembangan sikap dan
lingkungan keluarga yang kurang mendukung proses pembelajaran , dan factor
dari dalam diri siswa, 4 siswa tersebut memiliki rasa kemalasan dan tidak
bergairah untuk belajar. Prognosis menurut kami, hal ini dapat diatasi karena
factor yang mempengaruhi adalah dominan factor dari luar, namun karena siswa
tersebut juga memiliki factor penyebab kesulitan dari dalam siswa maka kesulitan
belajar ini dapat diatasi namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut
kami, peran guru di SMP Banjar Asri sudah tepat, guru-guru sudah menjadi
fasilitator, motivator, administrator, dan evaluator.
b) Kasus Kelompok
1. Kasus dan Permasalahannya
Seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa minoritas siswa
memiliki nilai dibawah batas lulus, dapat disimpulkan bahwa di kelas IX E SMP
Banjar Asri terdapat 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar
yang dialami 4 siswa ini terjadi pada banyak bidang studi yang dmana hal ini
menunjukkan letak kelemahannya bersifat integral yang menyangkut keseluruhan
aspek kurikulum dan system pengajaran dengan pengelolaan di kelas
bersangkutan dimana aspek-aspek tersebut tidak atau mungin belum cocok untuk
4 siswa bersangkutan.
2. Sumber dan Faktor Penyebab Kesulitan
(1) Kurikulum sebagai factor penyebab kesulitan belajar. SMP Banjar Asri baru saja
menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang dimana system
22
pembelajarannya menuntut siswa turut aktif dan lebih menekankan kepada sikap.
Kasus yang terjadi pada 4 siswa kelas IX E ini adalah ketidakmampuan mereka
beradaptasi kepada peralihan kurikulum yang menuntut mereka untuk harus terus
berpartisipasi dalam pembelajaran.
(2) Factor organismic dalam diri siswa. 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Seperti kurangnya motivasi dan gairah semangat belajar, sikap yang negative
terhadap bidang studi tertentu yang diakaibatkan kurang menariknya penampilan
guru.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan
dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut
mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai
tujuan belajar.
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak
23
B. Saran
Keputusan dan penentuan alternatiflah yang sangat perperan penting
untuk mengatisi kesulitan belajar. Maka dalam mendiagnostik kesulitan
belajar harus secara bijak dan arif. Supaya hasil dan keputusan dalam
mengatasi masalah tersebut bermakna dan tepat guna.
Bagi penyusun, Manusia adalah tempatnya salah maka tidak
dipungkiri dalam penyusunan makalah ini terdapat salah dan kurang. Maka
dari itu penyusun sangat mengharapkan masukan dan saran yang
membangun. Dengan begitu bisa melakukan perubahan kepada kebaikan.
24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
NIM : 1903354
Email : desmitha.prafitri.dp@gmail.com
NIM : 1903639
Email : irmapebriyanti@upi.edu
Motto Hidup : Ngaraksa diri kucara ngaji
NIM : 1905748
Email : dewantari.julietaa@gmail.com