Anda di halaman 1dari 31

i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Pada masa sekarang
ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak
hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut
juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang
berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang
namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
 Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar, karena dalam rangka

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Bagaimana Identifikasi Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri?
2. Bagaimana Identifikasi Masalah Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri?
3. Bagaimana Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E
SMP Banjar Asri?
4. Bagaimana Prognosis Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri?
5. Bagaimana Kesimpulan dan Rekomendasi Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas
IX E SMP Banjar Asri?

1
2

C. Tujuan Penelitian
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar
Asri
2. Mengidentifikasi Masalah Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar
Asri
3. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri
4. Menentukan Prognosis Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP
Banjar Asri
5. Mengetahui Kesimpulan dan Rekomendasi Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas
IX E SMP anjar Asri

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan observasi langsung ke SMP
Banjar Asri. Yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan
tujuan penelitian kepada guru bimbingan konseling serta pada guru yang mengajar
kelas di SMP Banjar Asri.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada data deskriptif yang diberikan
oleh guru SMP Banjar Asri. Dan jenisnya adalah deskriptif kualitatif, dimana data
yang dikumpulkan berupa kata-kata.
3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar – Dasar Strategi Belajar-Mengajar


1. Konsep Dasar Strategi Belajar-Mengajar
Strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu garis besar
haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Menurut
Newman dan Logan (Makmun,1996), dalam bukunya yang berjudul
Strartegy Policy and Central Management , strategi dasar dari setiap usaha
akan mencakup keempat hal sebagai berikut ini.
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output)
seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran (target) usaha itu,
dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukakannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic ways)
manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
3. Mempertimbnagkan dan menetapkan langkah-langkah atau step mana
yang akan ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik akhir dimana
tercapainya sasaran tersebut.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (kriteria) dan patokan
ukuran (standard) yang bagaimana dipergunakan dalam mengukur dan
menilai taraf keberhasilan (achievment) usaha tersebut.

2. Menetapkan Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar


a. Sasaran-sasaran kegiatan belajar-mengajar
Yang dimaksud dengan sasaran atau tujuan adalah terjemahan ciri-
ciri atau sifat-sifat wujud perilaku dan pribadi dari manusia yang dicita-
citakan. Pada tingkat tujuan dan sasaran akhir yang universal. Pada tingkat
nasional, tujuan atau sasaran itu terbayang pada diri kita sebagia warga
negara yang baik. Bagi bangsa Indonesia, yang menetapkan Pancasila
sebagai pandangan hidupnya, maka sudah selayaknya sasan sistem
4

pendidikannya diarahkan kepada pembentukan warga negara yang cukup


untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan pancasila.
Pandangan hidup yang dianut oleh para guru dan juga para
siswanya akan mewarnai persepsi terhadap gambaran karakteristik sasaran
kegiatan belajar-mengajarnya. Konsekuensinya akan memengaruhi pula
kebijaksanaan-kebijaksanaannya dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluaasi kegiatan belajar-
mengajar.
b. Entering behavior siswa
Entering behavior siswa adalah tingkat dan jenis karakteristik
perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan
belajar-mengajar. Entering behavior ini akan dapat kita identifikasikan
dengan berbagai cara, antara lain:
(1) secara tradisional, telah lazim para guru memulai dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan yang telah pernah diberikan
terdahulu sebelum menyajikan bahan baru;
(2) secara inovatif, guru-guru tertentu pada berbagai lembaga pendidikan yang
telah dimiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran
prestasi belajar siswa secara memadai syarat (validitas, reliabilitas, dan
sebagainya), sudah mulai dengan mengadakan pre-test sebelum mereka
memulai denganprogram kegiatan belajar-mengajarnya. Instrumen
pengukurannya yang digunakan pada pre-test ini lazim sama atau serupa
dengan yang akan digunakan pada post test (setelah siswa selesai
menjalani program kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan).

B. Pola-Pola Belajar Siswa


a. Mengidentifikasi pola-pola belajar siswa
Dengan memperhatikan entering behavior, terutama yang
bersangkutan dengan aspek-aspek kognitifnya, Gagne (Makmun,1996)
mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe di mana yang
satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya yang lebih tinggi hierarkinya.
5

Setiap tipe dapat dibedakan satu sama lain dari segi kondisinya yang
diperlukan untuk berlangsung proses belajar yang bersangkutan. Kedelapan
tipe belajar itu ialah sebagai berikut.
(1) Tipe I : Signal Learning
Belajar signal atau tanda, isyarat. Tipe belajar ini menduduki tahapan
hierarki (yang paling dasar). Jadi, tidak menuntut prasyarat, teteapi
merupakan prasyarat bagi tipe belajar lainnya yang lebih tinggi. Signal
learning dapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar
perilaku yang bersifat involunter. Dalam pola perilaku ini terlibat aspek-
aspek reaksi emosional di dalamnya.
(2) Tipe II : Stimulus Respons Learning
Belajar stimulus-respons, sambut rangsang. Tipe belajar ini termasuk
ke dalam operant or instrumental condition atau belajar trial dan eror.
Kondisi yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe belajar iniialah
faktor reinforment. Jarak antara waktu dan stimulus pertama dan
berikutnya amat penting. Semakin singkat tertundanya S-R pertama dan
berikutnya semakin baik bagi terbentuknya reinforment.
(3) Tipe III : Chaining
Chaining atau mempertautkan ialah menghubungkan satuan ikatan S-R
yang satu dengan yang lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek
perilaku psikomotorik.
(4) Tipe IV : Verbal Association
Verbal association atau asosiasi verbal ialah menghubungkan
satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lainnya yang berkenaan dengan
aspek-aspek belajar verbal. Kondisi ini yang diperlukan bagi
berlangsungnya proses belajar ini, antara lain pada diri siswa harus sudah
terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R baik psikomotorik maupun
verbal.
(5) Tipe V : Discrimination Learning
Belajar mengadakan perbedaan. Dalam tahap belajar ini, siswa
mengadakan diskriminasi di antara dua perangsang atau sejumlah
stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang
6

dipandang paling sesuai. Kondisi yang utama untuk dapat berlangsung


proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai kemahiran melakukan
chaining dan asssociation serta memiliki kekayaan pengalaman.
(6) Tipe VI : Concept Learning
Belajar konsep, pengertian. Dengan diperolehnya kemahiran
mengadakan diskriminasi atas pola-pola S-R itu, siswa belajar
mengidentifikasikan persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah
pola-pola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentui suatu
pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama yang diperlukan bagi
proses berlangsungnya belajar tipe ini ialah terkuasainya kemahiran
diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya. Secara
eksternal, adanya persamaan-persamaan ciri tertentu dari sejumlah
perangsang dan objek-objek yang dihadapkan pada individu.
(7) Tipe VII : Rule Learning
Belajar membuat generalisasi, hukum-hukum. Pada tingkat ini
siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep dan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal, sintesis, asosiasi,
diferensiasi, komparasi, dan kausalitas, sehingga siswa dapat membuat
konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai rule
dan sebagainya.
(8) Tipe VIII : Problem Solving
Belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini siswa belajar
merumuskan dan memecahkan masalah denganmenggunakan rule yang
telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Makmun,1996) dalam bukunya
How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai
berikut.
1. Become aware of the problem (menyadari adanya masalah)
2. Clarifying and defining the problem (menegaskan dan merumuskan
masalah)
3. Searching for the facts and formulating hypotheses (mencari fakta
pendukung dan merumuskan hipotesis)
7

4. Evaluating proposed solution (mengevaluasi alternatif pemecahan


yang dikembangkan)
5. Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi
secara eksperimental, uji coba)

C. Sistem Belajar Mengajar (Pengajaran)


Di antara berbagai sistem pengajaran yang banyak menarik perhatian
orang akhir-akhir ini adalah enquiry-discovery approach, exspository
approach, mastery learning, dan manistic education.
1. Enquiry-Discovery Approach
Belajar mencari dan menemukan sendiri. dalam sistem belajar ini, guru
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah
yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannya sendiri
dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis
besar prosedurnya sebagai berikut.
(a) Stimulasi
Guru mulai dengan bertanya atau mengatakan persoalan, atau
menyuruh siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat
permasalahan.
(b) Perumusan masalah
Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan yang
relevan sebanyak mungkin. Kemudian mereka harus membatasi dan
memilih yang dipandang paling menarik untuk dipecahkan. Permasalahan
yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
(c) Pengumpulan data
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar dan tidaknya
hipotesis itu, siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan dengan jelas, melakukan telaahan literatur,
mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba sendiri, dan
sebagainya.
8

(d) Analisis data


Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan lain
sebagainya itu diolah (dicek, diklasifikasikan, ditabulasikan bahkan kalau
perlu dihitung dengan cara tertentu) serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
(e) Verifikasi
Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran atas informasi yang ada
tersebut, pertanyaan atau hipotetsis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjaawab dengan kata lain.
(f) Generalisasi
Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi, siswa belajar menarik
generalisasi dan kesimpulan tertentu.
2. Ekspository Teaching
Dalam sistem ini, guru menyajikan bahna dalam bentuk yang telah
dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga siswa tinggal
menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar
prosedurnya ialah sebagai berikut.
(a) Persiapan (preparation)
Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik dan rapi.
(b) Pertautan (aperception)
Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan
perhatian siswa kepada materi yang telah diajarkan.
(c) Penyajian (presentation)
Guru menyajikan dengan cara memberi ceramah atau menyuruh siswa
membaca bahan yang telah dipersiapkan.
(d) Evaluasi (resitation)
Guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang
dipelajari; atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan kata-
kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari (lisan atau tertulis).

3. Mastery Learning
9

Tidak semua bahan ajar yang telah dipersiapkan oleh guru dapat
dikuasai oleh semua siswa. Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa
hanya sebagian kecil siswa tertentu yang mampu menguasai sebagian
besar dari bahan yang telah disajikan oleh guru. Setiap siswa pada
dasarnya kalau diberikan kesempatan belajar dengan mempergunakan
waktu sesuai dengan yang diperlukannya, mungkin saja bisa mencapai
taraf penguasaan seperti yang dicapai oleh rekan-rekannya. Dengan
demikian, taraf atau tingkatan belajar itu pada hakikatnya merupakan
fungsi dari proporsi waktu yang disediakan untuk belajar dengan waktu
yang diperlukan untuk belajar oleh siswa yang bersangkutan.
4. Humanistic Education
Baik expository maupun mastery learning, keduanya bertolak dari
anggapan atau harapan bahwa siswa itu pada akhirnya harus menguasai
bahan tertentu, seperti yang telah diterapkan oleh guru atau penyusun
program yang bersangkutan. Sedangkan si dalam kenyataan kemampuan
dasar IQ siswa yang bersifat herediter iu tidak dapat kita sangkal
menunjukkan variasi yang bersifat individual sehingga tidak mungkin
semua siswa akan mencapai tingkat penguasaan pelajaran yang sama.
Oleh karena itu, muncul suatu gerakan teori belajar yang
menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai
perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang
dimilikinya.

D. Model Desain Evaluasi Belajar


Guba dan Lincoln (Khairal, 2017) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu
proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan, Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda,
kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu. Dari konsep tersebut ada dua hal
yang menjadi karakteristik evaluasi sebagai berikut ini.
1.      Evaluasi merupakan suatu proses, artinya dalam suatu pelaksanaan evaluasi
mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan, dengan
demikian evaluasi bukanlah hasil atau produksi, akan tetapi rangkaian
kegiatan.
2.      Evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti, berdasarkan hasil
pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak.
10

Seorang pendidik harus dapat mana yang termasuk kegiatan evaluasi hasil
belajar dan mana yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil evaluasi yang
dicapai oleh siswa sesuain dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
informasi tentang keefektifan kegiatan pembelajaran dalam membantu siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Dengan demikian, evaluasi
hasil belajar akan menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Sementara evaluasi pembelajaran akan menetapkan baik buruknya proses dari
kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan suatu alat yang digunakan untuk menimbang serta menentukan nilai
dan arti akan sesuatu yang dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan maupun
suatu kesatuan tertentu berdasarkan seperangkat kriteria yang telah disepakati dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Jika definisi evaluasi tersebut dikaitkan dengan ‘hasil belajar’, evaluasi
berarti suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar
seseorang (siswa) setelah melakukan proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran mengalami perkembangan. Setidaknya ada empat jenis
evaluasi pembelajaran yang biasanya dilaukan untuk kepentingan pembelajaran
sebagai berikut ini.
1. Evaluasi Formatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap
peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus
dicapai pada mata pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran
tersebut. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat ketercapaian KD. Jika ada
peserata didik yang belum mencapainya maka diadakanlah remidial.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap
peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus
dicapai pada mata pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran
tersebut. Biasanya evaluasi pembelajaran sumatif ini dlaksanakan di setiap
pertengahan dan akhir pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi sumatif ini
bertujua untuk menilai hasil pencapaian belajar pesrta didik terhadap berbagai
komptensi yag harus dikuasainya dalam suatu periode, seperti akhir
semesterdan di kelas terakhir (Ujian Nasional)
3. Evaluasi Diagnostik,  yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan sebagai
sarana untuk mendiagnosis berbagai kendala dalam proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk meneliti maupun mencari
sebab kegagalan dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui dimana
letak kesulitan belajar peserta didik.
4.  Evaluasi penempatan, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan untuk
menempatkan peseta didik dalam suatu program pendidikan atau jurusan yang
sesuai dengan kemampuan (baik potensial maupun aktual) dan minat peserta
11

didik. Evaluasi pembelajaran ini sangat bermanfaat dalam proses menentukan


jurusan sekolah.
12

BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah
Profil sekolah yang disajikan pada bab ini meliputi identitas sekolah, data
pelengkap sekolah, kontak sekolah, data periodik, gambaran tentang sarana dan
prasarana sekolah serta visi dan misi sekolah. Agar deskripsi profil sekolah ini
mudah dibaca, maka disusun dalam format sebagaimana terurai berikut:

1. Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SMP Banjar Asri
2) NPSN : 20227640
3) Jenjang Pendidikan : SMP
4) Status Sekolah : Swasta
5) Alamat Sekolah : Jl. Gunung Puntang Km. 1
RT/RW : 3/5
Kode Pos : 40374
Kelurahan : Cimaung
Kecamatan : Kecamatan Cimaung
Kabupaten/Kota : Kabupaten Bandung
Provinsi : Jawa Barat
Negara : Indonesia
6) Posisi Geografis : -7,084891 Lintang
107,563927 Bujur
2. Data Pelengkap
7) SK Pendirian Sekolah : 117/I02/Kep/E/88
8) Tanggal SK Pendirian : 1988-04-19
9) Status Kepemilikan : Yayasan
10) SK Izin Operasional : 974/I02/07/R.92
11) Tgl SK Izin Operasional : 1992-10-01
12) Kebutuhan Khusus Dilayani :
13) Nomor Rekening : 0076802270101
13

14) Nama Bank : Bjb


15) Cabang KCP/Unit : Soreang
16) Rekening Atas Nama : SMP BANJAR ASRI
17) MBS : Ya
18) Luas Tanah Milik : 1540 m2
19) Luas Tanah Bukan Milik : 0 m2
20) Nama Wajib Pajak : BENDAHARA BOS SMP BANJAR ASRI
21) NPWP : 0053224850421000
3. Kontak Sekolah
22) Nomor Telepon : 02285933352
23) Nomor Fax :
24) E-mail : banjar.asri_smp@yahoo.com
25) Website :
4. Data Periodik
26) Waktu Penyelenggaraan : Pagi/6 hari
27) Bersedia Menerima BOS? : Ya
28) Sertifikat ISO : Belum Bersertifikat
29) Sumber Listrik : PLN
30) Daya Listrik : 2200 watt
31) Akses Internet : Telkom Speedy
32) Akses Internet Alternatif : Telkomsel Flash
5. Sanitasi
33) Kecukupan Air : Cukup
34) Sekolah Memproses Air : Tidak
35) Air Minum Untuk Siswa : Tidak Disediakan
36) Siswa Membawa Minum : Tidak
37) Jumlah Toilet Berkebutuhan :0
38) Sumber Air Sanitasi : Sumur Terlindungi
39) Ketersediaan Air di : Ada Sumber Air
Lingkungan Sekolah
40) Tipe Jamban : Leher Angsa (toilet duduk/jongkok)
41) Jumlah Tempat Cuci :2
14

Tangan
42) Apakah Sabun dan Air : Ya
Tersedia pada Tempat Cuci
Tangan
43) Jumlah Jamban Dapat : 4 (laki-laki), 4 (perempuan), 2 (bersama)
Digunakan
6. Visi dan Misi
Visi : Membentuk sumber daya manusia
yang berkarakter, terpercaya, berdaya
saing, dan berkualitas.
Misi : Peningkatan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
berkompetensi, ramah tamah terhadap
lingkungan.

B. Pembahasan
1. Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar
Asri
Siswa diduga mengalami kesulitan belajar jika siswa yang bersangkutan
tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Langkah-langkah
diagnostik yang akan dibahas pada paragraf ini mengenai identifikasi kasus
kesulitan belajar yang terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Menandai Siswa yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar
Setelah menghimpun dan menganalisis catatan-catatan hasil belajar dan
menafsirkan dengan cara tertentu, kami mendiagnostik terdapat 4 siswa kelas IX
E yang mengalami kesulitan belajar. Dan diagnostik tersebut akan lebih dirincikan
lagi menggunakan criterion referenced (PAP) dengan mengasumsikan bahwa
instrumen evaluasi yang digunakan telah memenuhi syarat, adapun langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Angka nilai kualifikasi minimal ditetapkan sebesar 70.
15

2) Setelah ditetapkan nilai kualifikasi minimal, terdapat 4 siswa yang nilainya


berada dibawah batas lulus (dalam pelajaran Bahasa Sunda). Secara teoretis, 4
siswa yang nilainya berada dibawah batas lulus mengalami kesulitan belajar.
3) Setelah menetapkan siswa yang memiliki nilai dibawah batas lulus, lalu
dihimpun dengan keseluruhan populasi kelas IX E, dapat disimpulkan bahwa
siswa yang memiliki nilai dibawah batas lulus adalah minoritas yaitu 4 dari 28
siswa.
4) Membuat ranking sehingga dapat mengetahui dan membuktikan lalu
memprioritaskan siswa yang memerlukan bantuan belajar. Berkut ini urutan
ranking siswa kelas IX E:

RANK NAMA PENGET KETER


1 salman 91 87
2 Azriel 88 80
3 Putri 87 85
4 Enjel 85 90
5 herlina 85 45
6 Reva 85 87
7 Shiva 85 90
8 Sifa 85 85
9 Ulfa 85 90
10 Tian 83 85
11 Rhisma 82 90
12 Elsa 81 85
13 Astrid 80 85
14 Tanti 80 42
15 vamfitly 80 72
16 Intan 78 42
17 m fajar 78 80
18 Nabila 78 87
19 kartika 77 92
20 Dzikry 76 42
21 Zidane 76 40
22 Asep 73 40
23 Rena 73 82
24 Suci 70 87
25 Iman 38 37
26 Josua 10 40
27 m 0 0
16

zulfikar
28 Taufiq 0 0

Dapat disimpulkan dari tabel ranking diatas sebagian kecil (minoritas)


dari populasi kelas IX E memperoleh angka nilai prestasi dibawah batas lulus.
Dengan hasil pengurutan ranking seperti diatas, dapat dikatakan bahwa 4 siswa
tersebut memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi apa
yang diharapkan. Berikut ini disajikan grafik prestasi kelas IX E:

GRAFIK PRESTASI BERDASARKAN BATAS LULUS


120

100

80

60
nilai

40

20

0
l sa r tri ly
se
p
rie el na ta
n ka ja va an si f
a nti tia
n
fit
a az e rli in a rti fa pu re l m ta m
h k m sa va

nama siswa

Dari grafik tersebut, tampak ada 4 siswa yang memiliki nilai dibawah
batas lulus ( Iman, Josua, M Zulfikar, dan Taufiq). Dengan demikian, keempat
siswa tersebut bisa dijadikan sebagai kasus, dimana siswa-siswa tersebut dijadikan
prioritas karena benar-benar jauh dibawah garis rata-rata.
Ditinjau dari penggunaan catatan kehadiran (presensi) dan ketidakhadiran
(absensi) keempat siswa yang di diagnostic mengalami kesulitan belajar tersebut
tampak relatif rendah absensinya.

2. Identifikasi Masalah Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar


Asri
17

Setelah menemukan beberapa siswa yang didiagnostik mengalami


kesulitan belajar maka persoalan selanjutnya yang perlu ditelaah adalah sebagai
berikut:
1) Mendeteksi Kesulitan Belajar pada Bidang Studi Tertentu
Untuk mendeteksi hal ini, bisa kita lakukan dengan membandingkan satu
bidang pelajaran dengan bidang yang lain sehingga akan terlihat hasilnya.

grafik bidang Bahasa Sunda ( Biantara )


120

100

80

60
nilai

40

20

0
p l sa a n ka ajar tri va a ly
se rie el erlin ta an si f nti tia
n
fit
a az in karti f pu re m ta
h m s al va
m

nama siswa

Dalam bidang studi Bahasa Sunda, 4 siswa yang didiagnostik mengalami


kesulitan belajar memang mengalami kesulitan belajar dalam bidang studi ini
karena terlihat dari grafik yang menunjukkan 4 siswa tersebut memiliki nilai yang
rendah. Selain mengalami kesulitan belajar di bidang studi Bahasa Sunda, 4 siswa
tersebut juga mengalami kesulitan di semua mata pelajaran. Namun, dalam bidang
studi Bahasa inggris, 4 siswa tersebut tidak mengalami kesulitan belajar ( hanya
saja tidak ada nilai yang dapat disajikan dalam bidang studi Bahasa Inggris)
sebagimana guru bidang studi ungkapkan.

3. Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP


Banjar Asri
Variable yang mempengaruhi proses belajar mengajar menurut Loree
(1970:121-133) terdiri atas: (1) Stimulus atau learning variabels, (2) Organismic
variables, dan (3) Response variable. Kemudia ia mengelompokkannya secara
sederhana ke dalam dua kategori yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
siswa dan di luar diri siswa.
18

a) Faktor dalam diri siswa


Adapun beberapa faktor yang dalam diri siswa yang didagnostik
mengalami kesulitan belajar antara lain:
1) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik mental yang dibawa sejak lahir
maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang
bersangkutan juga oleh Pendidikan, antara lain:
(a) Kurang minat, bimbang, kurang usaha, aktivitas tidak terarah, kurang
semangat, kurang menguasai keterampilan, dan kebiasaan fundamental
dalam belajar.
2) Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap
yang salah, antara lain:
(a) Tidak menentu dan kurang menaruh minat terhadap pekerjaan-pekerjaan
sekolah;
(b) Malas belajar;
(c) Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab;
(d) Tak nafsu belajar;
(e) Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

b) Faktor yang terletak di luar diri siswa


Adapun beberapa faktor yang dalam diri siswa yang didagnostik
mengalami kesulitan belajar antara lain:
(a) Kurikulum, bahan dan buku-buku yang tidak sesuai dengan tingkat-
tingkat kematangan perbedaan individu;
(b) Kelemahan dari system belajar mengajar pada tingkat Pendidikan
sebelumnya;
(c) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran;
(d) Bergaul dengan orang-orang yang tidak mau sekolah.
Beberapa faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh pada sikap maupun
nilai akademik siswa yang didiagnostik mengalami kesulitan belajar. Hal ini dapat
dilihat dari jurnal pengembangan sikap (program pemerintah yang dibuat untuk
mencatat siswa yang memiliki sikap paling bagus dan paling tidak bagus) yang
menunjukkan bahwa 4 siswa yang didiagnostik mengalami kesulitan belajar
19

memiliki sikap dan kebiasaan yang salah, berikut ini catatan jurnal pengembangan
sikap 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Nama Butir
No Waktu Siswa Catatan Perilaku Sikap Tindak Lanjut
02/08/201 sosial
1 9 Iman terlambat (disiplin) pembinaan
M.
Zulfika sosial
r celana cutbray (disiplin) pembinaan
sosial
Taufiq kaki diangkat (disiplin) pembinaan
23/08/201
2 9 Taufiq tidak berdoa spiritual pembinaan
M.
Zulfika memakai topi sosial
r dikelas (disiplin) pembinaan
M.
Zulfika sosial
r kaki diangkat (disiplin) pembinaan
tidak membawa sosial
Taufiq kamus (disiplin) pembinaan
M.
30/08/201 Zulfika sosial
3 9 r makan dikelas (disiplin) pembinaan
M.
Zulfika
r tidak berdoa spiritual pembinaan
M.
Zulfika memakai topi sosial
r dikelas (disiplin) pembinaan
06/09/201 tidak membawa sosial
4 9 Taufiq kamus (disiplin) pembinaan
tidak membawa sosial
Iman kamus (disiplin) pembinaan
sosial
Taufiq kaki diangkat (disiplin) pembinaan
20

4. Prognosis Kasus Kesulitan Belajar pada Siswa Kelas IX E SMP Banjar Asri
Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan itu diatasi
(1) Kasus kesulitan belajar pada 4 siswa kelas IX E ini terbilang sulit untuk diatasi
karena butuh waktu yang cukup lama untuk memperbaiki sikap dan sifat yang
menyebabkan kesulotan belajar. Guru-guru yang bersangkutanpun tidak bosan
untuk memberi peringatan dan membina mereka walau sudah berulang kali.
Namun walaupun hasilnya sama saja, sekolah tidak bisa semena-mena
mengeluarkan siswa tersebut. Kasus ini masih dalam penanganan.
(2) Mayoritas factor yang menyebabkan siswa tersebut mengalami kesulitan belajar
adalah factor dari luar siswa sehingga sangat mengunginkan untuk diatasi, namun
karena terdapat beberapa juga factor dari dalam siswa, membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk memecahkan kasus ini.
(3) Kelemahan dalam kasus ini bersifat menyeluruh sehingga perlu diadakan program
pengajaran khusus sebagai pengayaan (untuk siswa berprestasi dan sudah
diterapkan di SMP Banjar Asri) dan penyembuhan sampai siswa menguasai
pembelajaran. Selain itu system evaluasi perlu ditinjau ulang dan harus ditunjang
dengan komponen belajar yang memadai

5. Mengambil Kesimpulan dan Membuat Rekomendasi Pemecahan Masalah pada


Siswa Kelas IX E SMP Banjar Asri
a) Kesimpulan Kasus Kesulitan Belajar Kelas IX E SMP Banjar Asri
Kelas IX E terbilang kelas yang berprestasi karena mayoritas siswa
memiliki nilai di atas batas lulus, namun ada yang harus menjadi perhatian khusus
yaitu terdapatnya empat orang siswa yang mengalami kesulitan belajar, setelah
kami menghimpun dan mengnalisis data yan telah didapat dan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada guru yang bersangkutan, ternyata benar 4 orang
siswa tersebut sering tidak mengikuti jam pelajaran, memiliki nilai dibawah batas
lulus, memiliki perilaku yang kurang baik, hingga mendapat skorsing. Jika tinjau
dari segi kesalahan 4 siswa tersebut layak untuk dikeluarkan dari sekolah, namun
karena terdapat kebijakan baru yang tidak diperbolehkannya mengeluarkan siswa,
maka guru-guru yang bersangkutan terus memberikan pembinaan, memberi surat
peringatan, pemanggilan orang tua, dan motivasi. Namun 4 siswa tersebut tidak
21

memiliki efek jera. Dalam segi penilaian kami mendiagnostik 4 siswa tersebut
mengalami kesulitan belajar hampir di semua bidang studi, tetapi untuk bidang
studi Bahasa inggris 4 siswa tersebut bisa mengikuti dan memiliki nilai di atas
batas lulus, hal ini disebabkan karena ketidaksesuaian kurikulum bagi 4 siswa
tersebut dan di SMP Banjar Asri sedang terjadi perpindahan kurikulum, maka
tidak menutup kemungkinan factor dari luar yang menyebabkan 4 siswa tersebut
kesulitan belajar adalah susahnya beradaptasi dengan kurikulum baru. Dalam segi
factor penyebab, kami mendiagnostik siswa tersebut dari dua hal, selain factor
dari luar yang telah disebutkan alenia diatas factor lain yang
menyebabkankesulitan belajar adalah lingkungan sekitar yang membawa
pengaruh buruk yang dapat ditunjukkan dengan jurnal pengembangan sikap dan
lingkungan keluarga yang kurang mendukung proses pembelajaran , dan factor
dari dalam diri siswa, 4 siswa tersebut memiliki rasa kemalasan dan tidak
bergairah untuk belajar. Prognosis menurut kami, hal ini dapat diatasi karena
factor yang mempengaruhi adalah dominan factor dari luar, namun karena siswa
tersebut juga memiliki factor penyebab kesulitan dari dalam siswa maka kesulitan
belajar ini dapat diatasi namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut
kami, peran guru di SMP Banjar Asri sudah tepat, guru-guru sudah menjadi
fasilitator, motivator, administrator, dan evaluator.
b) Kasus Kelompok
1. Kasus dan Permasalahannya
Seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa minoritas siswa
memiliki nilai dibawah batas lulus, dapat disimpulkan bahwa di kelas IX E SMP
Banjar Asri terdapat 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar
yang dialami 4 siswa ini terjadi pada banyak bidang studi yang dmana hal ini
menunjukkan letak kelemahannya bersifat integral yang menyangkut keseluruhan
aspek kurikulum dan system pengajaran dengan pengelolaan di kelas
bersangkutan dimana aspek-aspek tersebut tidak atau mungin belum cocok untuk
4 siswa bersangkutan.
2. Sumber dan Faktor Penyebab Kesulitan
(1) Kurikulum sebagai factor penyebab kesulitan belajar. SMP Banjar Asri baru saja
menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang dimana system
22

pembelajarannya menuntut siswa turut aktif dan lebih menekankan kepada sikap.
Kasus yang terjadi pada 4 siswa kelas IX E ini adalah ketidakmampuan mereka
beradaptasi kepada peralihan kurikulum yang menuntut mereka untuk harus terus
berpartisipasi dalam pembelajaran.
(2) Factor organismic dalam diri siswa. 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Seperti kurangnya motivasi dan gairah semangat belajar, sikap yang negative
terhadap bidang studi tertentu yang diakaibatkan kurang menariknya penampilan
guru.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan
dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut
mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai
tujuan belajar.
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak
23

dengan cara melihat indikasi-indikasi sebagai berikut.


1. Nilai mata pelajaran di bawah sedang.
2. Nilai yang diperoleh siswa atau mahasiswa sering dibawah nilai
rata-rata kelas.
3. Prestasi yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat intelegensi
yang dimiliki.
4. Perasaan siswa yang bersangkutan
5. Kondisi kepribadian siswa atau mahasiswa yang bersangkutan.
Siswa di kelas IX E SMP Banjar Asri memiliki nilai yang relatif baik.
Namun, ada 4 siswa yang ternyata memiliki kesulitan dalam belajar. Setelah
dilakukan diagnostik, ternyata faktor utama kesulitan belajar dari keempat
anak tersebut adalah karena faktor peralihan kurikulum, lingkungan, dan
pergaulan. Sudah banyak tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak sekolah dari
mulai nasihat, surat peringatan, pemanggilan orang tua, hingga skorsing.
Menurut kami tindakan tersebut sudah tepat. Namun, ketiga siswa tersebut
tidak memiliki efek jera. Sehingga, kini pihak sekolah hanya melakukan
pendekatan-pendekatan secara perlahan untuk mengubah sedikit demi sedikit
sikap dan mengatasi kesulitan belajar keempat siswa tersebut.

B. Saran
Keputusan dan penentuan alternatiflah yang sangat perperan penting
untuk mengatisi kesulitan belajar. Maka dalam mendiagnostik kesulitan
belajar harus secara bijak dan arif. Supaya hasil dan keputusan dalam
mengatasi masalah tersebut bermakna dan tepat guna.
Bagi penyusun, Manusia adalah tempatnya salah maka tidak
dipungkiri dalam penyusunan makalah ini terdapat salah dan kurang. Maka
dari itu penyusun sangat mengharapkan masukan dan saran yang
membangun. Dengan begitu bisa melakukan perubahan kepada kebaikan.
24

DAFTAR PUSTAKA

Empat, K. (2017). Desain Evaluasi Pembelajaran. [Daring]. Diakses dari :


https://contoh-makalah2.blogspot.com/2017/10/makalah-desain-evaluasi-
pembelajaran.html.
Khairal. (2017). Desain Evaluasi Pembelajaran. . [Daring]. Diakses dari : https://
khairal blogstar.blogspot.com/2017/12/makalah-tentang-desain-
evaluasi.html.
Makmun, A.(1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya .
25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Identitas Penulis

Nama : Desmitha Prafitri Alwi

NIM : 1903354

Kelas/Jurusan : Pendidikan Fisika

TTL : Bandung, 14 Desember 2001


26

Email : desmitha.prafitri.dp@gmail.com

Motto Hidup : What you give is what you get

Nama : Irma Pebriyanti S.

NIM : 1903639

Kelas/Jurusan : Pendidikan Fisika B

TTL : Bandung, 6 Februari 2002

Email : irmapebriyanti@upi.edu
Motto Hidup : Ngaraksa diri kucara ngaji

Nama : Julieta Dewantari

NIM : 1905748

Kelas/Jurusan : Pendidikan Fisika B

TTL : Ciamis, 9 Juli 2000

Email : dewantari.julietaa@gmail.com

Motto Hidup : sabisa bisa kudu bisa pasti bisa

Lampiran 2 Dokumentasi Observasi


27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai