Anda di halaman 1dari 59

ARTIKEL PENELITIAN OLAHRAGA

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Jasmani dan Olahraga dengan dosen
pengampu Widi Kusumah, M.Pd.

Disusun oleh :

Irma Pebriyanti S. NIM 1903639

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
PENGARUH OLAHRAGA TERPROGRAM TERHADAP
TEKANAN DARAH DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI
PADA ATLET PELATDA SLEMAN CABANG TENIS LAPANGAN

Oleh: Abdul Alim


Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK-UNY
Abstrak
Perubahan fungsi kardiovaskuler akibat latihan olahraga secara teratur akan
mempengaruhi nilai Tekanan Darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh latihan olahraga tenis secara terprogram selama 12 minggu terhadap tekanan
darah dan daya tahan kardio respirasi pada atlet pelatda sleman cabang olahraga tenis
lapangan.
Rancangan penelitian ini adalah quasi experimental dengan one group pretest-
posttest design. Sampel penelitian adalah atlet pelatda sleman cabang tenis lapangan
berjumlah 10 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok perlakuan
menerima latihan tenis terprogram, yaitu latihan 3 kali seminggu selama 120 menit
setiap latihan. Sphygmomanometer digunakan untuk mengukur tekanan darah pada
pembuluh arteri perifer.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Ada peningkatan daya tahan kardiorespirasi
yang signifikan (p<0,05) pada atlet yang mengikuti latihan tenis secara teratur selama
12 minggu. (2) Ada penurunan tekanan darah yang signifikan (p<0,05) pada atlet yang
mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12 minggu.

Kata Kunci : tekanan darah, latihan olahraga teratur

Berbagai aktivitas olahraga yang dilakukan manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas
fisiknya, terutama apabila dilakukan secara benar dan teratur. Latihan olahraga aerobik,
terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan
jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Menurut Bompa (1994:23) suatu
latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap tubuh. Latihan fisik dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh, yang
selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran jasmani. Perubahan secara cepat disebut
respon, sedangkan perubahan lambat akibat olahraga atau latihan teratur disebut adaptasi.
Tenis merupakan salah satu jenis olahraga yang berkembang dan banyak diminati di
masyarakat.
Semakin banyak jenis olahraga yang ditawarkan, semakin mudah bagi masyarakat
untuk memilih dan melakukan olahraga yang disenangi, meskipun amat disayangkan karena
hanya 26,2% dari masyarakat Indonesia yang berusia 10-30 tahun yang melakukan olahraga.
Dengan alasan inilah penulis merasakan perlunya dilakukan pendekatan secara ilmiah untuk
membuktikan pengaruh olahraga terhadap kesehatan, terutama faal tubuh.
Salah satu pendekatan secara ilmiah tersebut dapat dilakukan dengan melihat pengaruh
olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi dan tekanan darah. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menambah bahan acuan mengenai pengaruh olahraga terhadap penurunan
daya tahan kardiorespirasi dan tekanan darah serta memberi informasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya olahraga terhadap kesehatan, terutama nilai positif olahraga terhadap
tekanan darah. Disamping itu diharapkan juga tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya berolahraga, sebagai upaya preventif dari kejadian hipertensi.
Cerika (2008:48) mendapatkan adanya hubungan antara olahraga dengan penurunan
resiko hipertensi. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg
akan menyebabkan penurunan kejadian stroke sebanyak 40% dan penurunan kejadian infark
miokard sebanyak 15% pada subjek penderita hipertensi yang telah mengalami penurunan
tekanan darah. Berdasar uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai perbedaan Tekanan Darah antara sebelum dan sesudah individu melakukan latihan
secara benar dan teratur. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan acuan
mengenai pengaruh olahraga terhadap penurunan tekanan darah dan daya tahan
kardiorespirasi, serta memberi informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya olahraga
terhadap kesehatan, terutama nilai positif olahraga terhadap tekanan darah.

KARAKTERISTIK PERMAINAN TENIS


Prinsip dasar dalam permainan tenis adalah memukul bola melewati net dan masuk
dalam lapangan permainan lawan. Pada saat memukul bola diusahakan agar menyulitkan
pengembalian bola dari lawan. Penggunaan taktik dalam bermain tenis secara garis besar
bersifat menyerang dan bertahan atau kombinasi dari keduanya. Prinsip dasar bertahan yang
baik adalah melakukan penyerangan. Untuk itu taktik dasar bermain tenis adalah menghindari
terjadinya kesalahan yang dilakukan sendiri, seperti memukul bola menyangkut di net, atau
memukul bola keluar dari daerah lapangan permainan. Dengan demikian penerapan taktik
dasar yang sederhana dalam tenis adalah berusaha memukul bola untuk selalu masuk ke
dalam lapangan permainan lawan. Agar dapat menerapkan taktik tersebut diperlukan
kemampuan dan penguasaan keterampilan teknik, kondisi fisik, dan psikis.
DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI
Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh
darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses
metabolisme tubuh (Giam, C.K., 1993). Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen
terpenting dari kesegaran jasmani. Daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan
kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan
sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama. Daya tahan dalam dunia
olahraga dikenal sebagai kemampuan peralatan tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan
selama aktivitas atau kerja berlangsung. Olahragawan yang memiliki ketahanan baik, mampu
bekerja lebih lama dan tidak akan cepat merasa lelah. Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi
beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, aktivitas fisik, komposisi lemak tubuh
dan kebiasaan merokok.
Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik
yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya
tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat
merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki serat merah lebih banyak, lebih tepat untuk
melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka
putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula pengaruh
keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang
mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan
lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus
dan tinggi) (Giam, C.K., 1993).
Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jsmani. Daya tahan kardio-
vaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua
puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun. Daya tahan tersebut akan
makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade
untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-
5% perdekade (Giam, C.K., 1993). Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai
usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot,
maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia
65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai
25 tahun. Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi
karena proses menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya
aktivitas dan timbulnya obes pada usia tua (Giam, C.K., 1993).
Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran
tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada masa pubertas
terdapat perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dibandingkan
pria. Hal yang sama juga terjadi pada kekuatan otot, karena perbedaan kekuatan otot antara
pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan ukuran otot baik besar maupun proposinya dalam
tubuh.
Kegiatan yang mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani, seperti latihan
yang bersifat aerobik yang di lakukan secara teratur dapat meningkatkan daya tahan
kardiovaskuler dan dapat mengurangi lemak tubuh. Dengan melakukan latihan olahraga atau
kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ dipicu untuk menjalankan fungsinya
sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan. Latihan fisik akan
menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama otot pernapasan
menyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat istirahat.Ventilasi paru pada orang yang
terlatih dan tidak terlatih relatif sama besar, tetapi orang yang berlatih bernapas lebih lambat
dan lebih dalam. Hal ini menyebabkan oksigen yang diperlukan untuk kerja otot pada proses
ventilasi berkurang, sehingga dengan jumlah oksigen sama, otot yang terlatih akan lebih
efektif kerjanya (Giriwijoyo,S., Ali, M. 2005: 57).
Pada orang yang dilatih selam beberapa bulan terjadi perbaikan pengaturan pernapasan.
Perbaikan ini terjadi karena menurunnya kadar asam laktat darah, yang seimbang dengan
pengurangan penggunaan oksigen oleh jaringan tubuh. Latihan fisik akan mempengaruhi
organ sedemikian rupa sehingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas kerja maksimum yang
dicapai lebih besar. Faktor yang paling penting dalam perbaikan kemampuan pernapasan
untuk mencapai tingkat optimal adalah kesanggupan untuk meningkatkan capillary bed yang
aktif, sehingga jumlah darah yang mengalir di paru lebih banyak dan darah yang berikatan
dengan oksigen per unti waktu juga akan meningkat. Peningkatan ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen (Giriwijoyo,S., Ali, M. 2005: 57). Penurunan
fungsi paru orang yang tidak berolahraga atau usia tua terutama disebabkan oleh hilangnya
elastisitas paru-paru dan otot dinding dada. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kapasitas
vital dan nila forced expiratory volume, serta meningkatkan volume residual paru
(Giriwijoyo,S., Ali, M. 2005: 57).
Latihan ketahanan berpengaruh terhadap kualitas sistem kardiovaskuler, pernafasan,
dan sistem peredaran darah. Ada beberapa keuntungan bagi olahragawan yang memiliki
ketahanan yang baik, antara lain: (1) Menambah kemampuan untuk melakukan kerja secara
terus menerus dengan intensitas tinggi dalam jangka waktu lama, (2) menambah kemampuan
untuk memperpendek waktu pemulihan, dan (3) menambah kemampuan untuk menerima
beban latihan yang lebih berat dan bervariasi (Russel Pate R. Cleaneghan Mc Bruce. Rotella,
1993: 64).

TEKANAN DARAH
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat
dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut: 120 /80 mmHg. Nilai atas
(120) menunjukkan tekanan pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan
sistole. Nilai bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara
pemompaan, dan disebut tekanan diastolik. Menurut Dede Kusmana (2002: 86) tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Faktor-faktor yang
mempertahankan tekanan darah yaitu antara lain: kekuatan memompa jantung, banyaknya
darah yang beredar, kekentalan darah, elastisitas dinding pembuluh darah, dan tahanan tepi.
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang yaitu antara lain: umur,
jenis kelamin, emosi, aktivitas kerja, sikap tubuh (tidur, duduk), waktu (pagi, siang, malam)
Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan darah yang dipompakan dari jantung
untuk melawan tahanan pembuluh darah, atau sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah akan berubah-ubah
tergantung dari aktivitas tubuh. Tekanan darah bergantung kepada jantung sebagai pompa
dan resistensi pembuluh darah perifer. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menit
dinamakan cardiac output (curah jantung). Curah jantung dipengaruhi oleh kecepatan denyut
jantung dan volume darah yang dipompakan pada setiap denyutan. Pada umumnya tekanan
darah tidak stabil sepanjang hari, tetapi menunjukkan fluktuasi yang dipengaruhi oleh
aktivitas, emosi dan sebagainya, terutama tekanan sistolik. Sedangkan tekanan diastolik
relatif stabil, oleh karena itu tekanan darah yang normal harus ditentukan tidak pada suatu
saat saja, tetapi berulang-ulang.
Tekanan darah pada setiap orang bisa mengalami tekanan darah yang tinggi dan juga
bisa mengalami tekanan darah yang rendah. Tekanan darah yang naik di atas yang normal
atau tekanan darah yang tinggi disebut hipertensi. Sedangkan tekanan darah yang di bawah
normal atau tekanan darah yang rendah disebut hipotensi. Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain faktor keturunan, konsumsi garam dapur melebihi 15 g/hari, berat
badan berlebihan, kurang beraktivitas fisik, serta faktor mental (stress), serta penggunaan
obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (Syaifuddin, 2001: 48 ).
Adaptasi Sistem Kardiovasculer
Denyut jantung yang lebih rendah pada seorang olahragawan karena meningkatnya
pengaruh saraf vagus dan berkurangnya pengaruh simpatis. Jadi latihan, dapat membantu
jantung menjadi lebih efisien dan dapat mengedarkan lebih banyak darah dengan jumlah
denyut yang lebih rendah. Salah satu fungsi utama jantung adalah sebagai alat transportasi
pengangkutan gas oksigen dan karbondioksida. Dalam fungsinya sebagai pembawa gas,
fungsi ini tidak lepas dari fungsi paru-paru, sehingga kedua alat tersebut sulit sekali
dipisahkan sebagai kesatuan fungsi yang lebih sering disebut sebagai istilah kardiorespirasi.
Akibatnya ialah pada waktu aktivitas tidak mungkin salah satu system cardiorespirasi
meningkat maka yang lainnya akan meningkat pula. Di dalam suatu aktivitas fisik kebutuhan
otot akan oksigen meningkat dari keadaan normal, hal ini menyebabkan tubuh akan
mengoptimalkan sistem kardiorespirasi untuk memasok kebutuhan otot akan oksigen. Hal ini
membuat kerja jantung akan naik sesuai dengan tingkat berat aktivitas latihan tersebut.
Parameter untuk mengukur mengetahui berat atau tidaknya suatu latihan seseorang adalah
bisa dengan melihat sistem kardiorespirasi (Kiyonaga dkk, yang dikutip dari Kurniawan, C.,
2006125-131:
Denyut jantung waktu istirahat pada olahragawan yang terlatih menjadi lebih lambat
dibandingkan dengan yang tidak terlatih. Meningkatnya efisiensi jantung, mengakibatkan
aliran darah yang mencapai otot menjadi lebih banyak, dengan adanya persediaan makanan
dan O2 yang memadai, memungkinkan seseorang mencapai hasil yang lebih tinggi. Sebagai
tambahan dari perubahan-perubaha fungsional tersebut di atas, latihan juga menimbulkan
perubahan strukural dari jantung. Dengan latihan seseorang mampu menghentikan
pekerjaannya dengan kadar asam laktat yang lebih tinggi di dalam darah, yang berarti dia
lebih mampu daripada sebelumnya. Bila darah terlalu banyak mengandung asam laktat atlet
menjadi kehabisan tenaga (exhaustion). Berdasarkan hal ini banyak orang berfikir dengan
memberikan buffer atau cukup alkali akan dapat memperbaiki kapasitas latihan (Sherwood
Lauralle, 1996: 109). Penjelaskan tentang perubahan kardiovaskuler selama melakukan
olahraga dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Perubahan Kardiovaskuler Selama Melakukan Olahraga
Variabel kardiovaskuler Perubahan Keterangan
Kecepatan denyut jantung Meningkat Terjadi akibat peningkatan aktivitas simpatis dan
penurunan aktivitas parasimpatis pada nodus SA
Aliran balik vena Meningkat Terjadi akibat vasokontriksi vena yang diinduksi oleh
syaraf simpatis serta peningkatan aktivitas pompa otot
rangka dan pompa respirasi

Volume sekuncup Meningkat Terjadi akibat peningkatan aliran balik vena melalui
mekanisme Frank-Starling (kecuali apabila waktu
pengisian berkurang secara bermakna akibat tingginya
kecepatan denyut jantung) dan akibat peningkatan
kontraktilitas miokardium yang distimulasi oleh syaraf
simpatis
Curah jantung Meningkat Terjadi akibat peningkatan kecepatan denyut jantung dan
volume sekuncup
Aliran darah ke otot Meningkat Terjadi akibat vasodilatasi ateriol yang dikontrol secara
rangka aktif dan otot lokal, yang diperkuat oleh efek vasodilatasi epineprin dan
jantung kalahnya efek vasokontriksi simpatis yang lebih lemah
Aliran darah ke otak Tidak Terjadi karena stimulasi simpatis tidak berefek pada
berubah arteriol otak, mekanisme kontrol lokal mempertahankan
aliran darah ke otak konstan, apaun keadaannya.
Aliran darah ke kulit Meningkat Terjadi karena pusat kontrol hipotalamus menginduksi
arteriol kulit, peningkatan aliran darah kulit membawa
panas yang dihasilkan oleh otot yang berolahraga
kepermukaan tubuh, sehingga panas dapat disalurkan ke
lingkungan luar.
Aliran darah ke saluran Menurun Terjadi akibat vasokontriksi arteriol yang diinduksi oleh
pencernaan, ginjal dan syaraf simpatis secara umum.
organ lain
Resistensi perifer total Menurun Terjadi karena resistensi di otot-otot rangka, jantung, dan
kulit menurun dengan tingkat lebih besar daripada
peningkatan resistensi di organ-organ lain
Tekanan darah arteri rata- Meningkat Terjadi curah jantung meningkat lebih besar daripada
rata (sedang) penurunan resistensi perifer total

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah “ Quasi Experiment“ dengan desain penelitian “One Group
Pretest-Posttest design “ yang terdiri dari 1 kelompok perlakuan, di mana perlakuan yang
diberikan adalah latihan tenis secara terprogram dan terukur selama 12 minggu. Populasi
dalam penelitian ini adalah dari Atlet Pelatda Sleman cabang tenis lapangan. Sampel
penelitian diambil dari populasi terjangkau yang berusia antara 12-20 tahun, memiliki nilai
Indeks Massa Tubuh antara 18,5-24,9 kg/m², bukan atlet yang biasa melakukan latihan
olahraga berat, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tidak mempunyai riwayat penyakit
kardiovaskuler (hipertensi, penyakit jantung).
Subjek penelitian adalah seluruh populasi dari Atlet Pelatda Sleman cabang tenis
lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur dan mencatat nilai tekanan darah
sebelum dan sesudah melakukan latihan olahraga dengan beban tertentu dalam waktu
tertentu. Pengumpulan data nilai tekanan darah dilakukan oleh tim peneliti, mengambil
tempat di Lapangan Tenis Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli tahun 2011, di kampus Fakultas Ilmu
Keolahrgaan Universitas negeri Yogyakarta. Data yang dikumpulkan adalah data primer dari
Atlet Pelatda Sleman cabang tenis lapangan, yang didapat dari pengukuran tekanan darah
istirahat dan berupa kuesioner yang berisi pertanyaan meliputi nama, umur, tinggi badan,
berat badan, kebiasaan berolahraga, konsumsi alkohol dan riwayat penyakit kardiovaskuler.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data pada penelitian ini dambil dengan instrumen test kebugaran dan pengukuran
tekanan darah. Deskripsi data, secara ringkas disajikan pada uraian berikut ini.

a. Kebugaran
Kebugaran pada penelitian ini adalah daya tahan kardiorespirasi pada atlet Pelatda
Sleman cabang tenis lapangan dan distribusinya disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Tingkat Kebugaran pada Atlet Pelatda Sleman Cabang Tenis Lapangan
(n=10)
Kebugaran
No. Kategori Kebugaran Awal Akhir
f % f %
1. Sangat Baik 1 10,0 2 20,0
2. Di Atas Rata-rata 4 40,0 6 60,0
3. Rata-rata 3 30,0 1 10,0
4. Di Bawah Rata-rata 2 20,0 1 10,0
5. Buruk 0 0,0 0 0,0
Total 10 100,0 10 100,0

Berdasarkan analisis deskriptif, diperoleh nilai mean untuk tingkat kebugaran awal
2364,00; median 2415,00; mode 1950; dan standart deviasi 273,707. Adapun nilai mean
untuk tingkat kebugaran akhir 2467,00; median 2480,00; mode 2520; dan standart deviasi
230,654.
b. Tekanan Darah
Tekanan darah dilakukan dengan pengukuran tekanan darah pada atlet Pelatda
Sleman cabang tenis lapangan yang terdiri dari tekanan darah sistole dan diastole.
Dstribusinya tekanan darah berdasarkan kategori, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Tekanan Darah pada Atlet Pelatda Sleman Cabang Tenis Lapangan
(n=10)
Tekanan Darah
No. Kategori Tekanan Darah Awal Akhir
f % f %
1. Optimal 2 20,0 7 70,0
2. Normal 4 40,0 2 2,0
3. Borderline 3 30,0 1 1,0
4. Hipertensi 1 10,0 0 0,0
5. Stadium 1 0 0,0 0 0,0
6. Stadium 2 0 0,0 0 0,0
7. Stadium 3 0 0,0 0 0,0
Total 10 100,0 10 100,0
Berdasarkan analisis deskriptif, diperoleh nilai mean untuk tekanan darah sistole
awal 126,60; median 127,00; mode 127; dan standart deviasi 10,741; adapun nilai mean
untuk tekanan darah diastole awal 83,90; median 82,50; mode 82; dan standart deviasi
7,047. Dari analisis tersebut juga dihasilkan nilai mean untuk tekanan darah sistole akhir
119,90; median 121,00; mode 120; dan standart deviasi 6,887; adapun nilai mean untuk
tekanan darah diastole akhir 79,50; median 79,50; mode 75; dan standart deviasi 3,866.
1. Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah: ”setelah mengikuti latihan tenis secara
teratur selama 12 minggu, tekanan darah akan mengalami penurunan dan daya tahan
kardio-respirasi akan mengalami peningkatan”. Guna pengujian hipotesis ini, data
dianalisis dengan teknik analisis statistik non parametrik, yaitu dengan Wilcoxon Signed
Ranks Test. Sebelumnya data diuji normalitasnya dengan Kolmogorov-Smirnov dan
Shapiro-Wilk, berikut hasil analisisnya:
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Normalitas Sebaran Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kebugaran (Awal) .152 10 .200* .970 10 .891
TD Sistole (Awal) .134 10 .200* .959 10 .777
TD Diastole (Awal) .151 10 .200* .938 10 .531
Kebugaran (Akhir) .109 10 .200* .985 10 .987
TD Sistole (Akhir) .206 10 .200* .950 10 .670
TD Diastole (Akhir) .149 10 .200* .933 10 .479
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas seperti tersaji pada tabel tersebut di atas,
dinyatakan bahwa semua data pada penelitian ini, yaitu: (1) kebugaran awal; (2)
tekanan darah sistole awal; (3) tekanan darah diastole awal; : (4) kebugaran akhir; (5)
tekanan darah sistole akhir; dan (6) tekanan darah diastole akhir berdistribusi normal.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnof dan Shapiro-Wilk memiliki p-
value (sig.) lebih besar dari 5% (p>0,05). Adapun hasil analisis uji beda dengan
Wilcoxon Signed Ranks Test, secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Hasil Analisis Wilcoxon Signed Ranks Test


c
Test Statistics

Kebugaran TD Diastole
(Akhir) - TD Sistole (Akhir) - TD
Kebugaran (Akhir) - TD Diastole
(Awal) Sistole (Awal) (Awal)
Z a b b
-2.812 -2.601 -2.296
Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .009 .022
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

PEMBAHASAN
a. Pengaruh Latihan Tenis Terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi (Kebugaran)
Latihan olahraga dapat mengakibatkan efisiensi otot pernafasan meningkat, yang
dapat dilihat dengan ventilasi paru/menit; frekuensinya menurun, sedang dalamnya
bertambah. Orang terlatih, frekuensi dapat sampai 8 kali/menit sewaktu istirahat, tetapi
dilakukan lebih dalam. Sedang volume semenit untuk pekerjaan tertentu bisa hanya 25%
daripada sebelumnya. Volume paru-paru tidak dipengaruhi oleh latihan. Ini berarti bahwa
penggunaan kapasitas vital untuk pengukuran kesegaran jasmani tidak memenuhi syarat.
Pembesaran kapasitas vital yang didapat pada atlet yang terlatih, lebih berhubungan
dengan proses pertumbuhannya daripada rangsangan latihannya. Hasil uji beda dengan
Wilcoxon Signed Ranks Test pada data kebugaran (awal >< akhir) diperoleh nilai Z= -
2,812 dengan p-value (sig)= 0,005 dengan catatan: based on negative ranks. Ternyata
p<0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
kebugaran sebelum dengan sesudah mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12
minggu. Perbedaan itu berupa peningkatan, yang ditunjukkan dengan catatan bahwa
based on negative rank.
Pengaruh latihan terprogram terhadap pembuluh darah adalah: pembuluh darah
akan melebar (vasodilatasi), panas tubuh akan melebarkan pembuluh darah, dan
elasitisitas dinding pembuluh darah yang baik (khususnya pada olahraga yang bersifat
aerob) terjadi pada tubuh. Kecepatan denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling
mudah dipantau yang memperlihatkan baik respon segera terhadap olahraga maupun
adaptasi jangka panjang terhadap program olahraga tertentu. Sewaktu seseorang
melakukan gerak badan (berolahraga) sel-sel otot yang aktif menggunakan lebih banyak
oksigen untuk menunjang peningkatan kebutuhan energi yang digunakan pada waktu
berolahraga
Hal ini juga dibuktikan dengan peningkatan pada skor daya tahan kardiorespirasi
(kebugaran), yakni rata-rata kebugaran sebelum latihan sebesar 2364,00; sedangkan rata-
rata kebugaran setelah mengikuti latihan secara teratur selama 12 minggu meningkat
menjadi 2467,00. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini terbukti kebenarannya,
yaitu ada peningkatan yang signifikan (p<0,05) daya tahan kardiorespirasi pada atlet
Pelatda Sleman cabang tenis lapangan setelah mengikuti latihan tenis secara teratur
selama 12 minggu.

b. Pengaruh Latihan Tenis Terhadap Penuruan Tekanan Darah


Latihan otot menyebabkan berkembangnya mekanisme penghambatan di otak atau
di hipotalamus, yang menyebabkan aktivitas adrenergik rendah pada waktu istirahat. Hal
ini menunjukkan bahwa denyut jantung yang lebih rendah pada seorang olahragawan
karena meningkatnya pengaruh saraf vagus dan berkurangnya pengaruh simpatis. Jadi
dengan latihan, jantung menjadi lebih efisien dan dapat mengedarkan lebih banyak darah
dengan jumlah denyut yang lebih rendah. Hasil uji beda dengan Wilcoxon Signed Ranks
Test pada data tekanan darah sistole (awal >< akhir) diperoleh nilai Z= -2,601 dengan p-
value (sig)= 0,009 dengan catatan: based on positive ranks. Ternyata p<0,05; hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistole sebelum
dengan sesudah mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12 minggu. Perbedaan itu
berupa penurunan, yang ditunjukkan dengan catatan bahwa based on positive rank.
Denyut jantung waktu istirahat pada olahragawan yang terlatih menjadi lebih
lambat dibanding yang tidak terlatih. Meningkatnya efisiensi jantung, mengakibatkan
aliran darah yang mencapai otot menjadi lebih banyak, dengan adanya persediaan
makanan dan O2 yang memadai, memungkinkan seseorang mencapai hasil yang lebih
tinggi. Sebagai tambahan dari perubahan-perubahan fungsional tersebut di atas, latihan
juga menimbulkan perubahan strukural dari jantung. Hasil uji beda dengan Wilcoxon
Signed Ranks Test pada data tekanan darah diastole (awal >< akhir) diperoleh nilai Z= -
2,2961 dengan p-value (sig)= 0,022 dengan catatan: based on positive ranks. Ternyata
p<0,05; hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
diastole sebelum dengan sesudah mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12
minggu. Perbedaan itu berupa penurunan, yang ditunjukkan dengan catatan bahwa based
on positive rank.
Hal ini juga dibuktikan dengan penurunan tekanan darah sistole, yakni rerata
tekanan darah sistole sebelum latihan sebesar 126,60; sedangkan rata-rata tekanan darah
sistole setelah mengikuti latihan secara teratur selama 12 minggu meningkat menjadi
119,90. Penurunan tekanan darah diastole, sebelum latihan sebesar 83,90; sedangkan rata-
rata tekanan darah diastole setelah mengikuti latihan secara teratur selama 12 minggu
meningkat menjadi 79,50.
Bertambah banyaknya pembuluh-pembuluh darah kapiler otot akan memperbaiki
asupan darah keotot. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini terbukti
kebenarannya, yaitu ada penurunan yang signifikan (p<0,05) tekanan darah pada atle
Pelatda Sleman cabang tenis lapangan setelah mengikuti latihan tenis secara teratur
selama 12 minggu.

KESIMPULAN
Pada saat orang berolahraga jantung dan sistem peredaran darah harus bekerja lebih
banyak dengan kardiorespirasi yang semakin cepat dan tekanan darah akan meningkat.
Perubahan ini terjadi ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat tetap, dimulai dengan
perubahan fisiologis dan dalam waktu yang relatif lama akan terjadi perubahan morfologis
yang lebih konsisten. Olahraga Diantara banyak manfaat olahraga tenis yang lain, salah
satunya adalah bahwa olahraga tenis dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dan
tekanan darah. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang
akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan.
Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan
disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan
pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigenakan terjadi vasokonstriksi, misal
traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh terhadap tekanan
darah. Kesimpulan yang dapat diambil, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah
sebagai berikut: (1) Ada peningkatan dayatahan kardiorespirasi yang signifikan (p<0,05)
pada atlet Pelatda Sleman cabang tenis lapangan setelah mengikuti latihan tenis secara
teratur selama 12 minggu. (2) Ada penurunan tekanan darah yang signifikan (p<0,05) pada
atlet Pelatda Sleman cabang tenis lapangan setelah mengikuti latihan tenis secara teratur
selama 12 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Bompa, Tudor O (1994). Theory and Methodology of Training. The Key to Athletic
Performance, 3rd Edition. Dubuque. Lowa: Kendal/Hunt Publishing Company.

Cerika Rismayanthi (2009). Pengaruh Latihan Senam Jantung Indodenesia Terhadap


Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Thesis. Pps IK UNY.
Yogyakarta.

Dede Kusmana. (2002). Olahraga bagi Kesehatan Jantung, Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Giam, C.K., 1993, Ilmu Kedokteran Olahraga . Salma, 1994. (citase). Bina
RupaAksara, Jakarta

Giriwijoyo,S., Ali, M. 2005, Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga
untuk Kesehatan dan Prestasi. Fak. Pendidikan olahraga &kesehatan UPI,
BandungGledhill, N., 2002.

Kiyonaga,A., Arakawa,K., Tanaka,H., Shindo,M. , Blood Pressure and Hormonal Responses to


Aerobic Exercise , Hypertension by AHA 1985;7;125-131Kurniawan, C., 2006. Sinopsis
Fisiologi. PiDi Publisher,Yogyakarta.

Sherwood Lauralle, 1996. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, cetakan 1:2001

Sukadiyanto.(2002). Teori dan Metodologi Melatih Fisik Petenis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNY.

Syaifuddin, 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika, Jakarta.


Russel Pate R. Cleaneghan Mc Bruce. Rotella. (1993). Scientific Foundation of
Coaching. (Alih Bahasa oleh Kasiyo Dwijowinoto, dasar-Dasar Kepelatihan
Ilmiah) semarang: IKIP Semarang Press.

80
SP VOL 1 NO 1 2016

Pengaruh Olahraga Renang Gaya Dada Sebagai Hydro Therapy


Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma
(Penelitian Eksperimen pada Siswa di Adyas Aquatic Club Sumedang)

Ganjar Rulianto, Indra Safari M.Pd , Respaty Mulyanto M.Pd

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penjas


Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

Abstra
k

Renang adalah suatu olahraga yang dilakukan di air, dengan cara menggerakkan
anggota badan, mengapung di air, dan seluruh anggota badan bergerak dengan bebas. Cabang
olahraga renang diberikan sebagai salah satu materi yang diajarkan pada kegiatan
ekstrakurikuler di Sekolah maupun pembelajaran less renang di Club Renang Kabupaten
Sumedang. Kegiatan less renang diberikan sebagai atas dasar pertimbangan tingginya minat
siswa pada cabang olahraga ini, selain itu sarana dan prasarana yang cukup terjangkau
menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan less renang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara proses hidro therapy pada penyakit asma dengan olahraga
renang gaya dada pada siswa SD. Penulisan ini dilatar belakangi oleh permasalahan mengenai
kambuhnya penyakit asma dan renang adalah salah satu hidro therapy atau salah satu bentuk
terapi bagi penyembuhan asma yang dimiliki atau pada seseorang. Penanganan penyembuhan
penyakit asma dengan renang gaya dada dilakukan dengan cara melihat prospek latihan pada
anak atau siswa yang mempunyai penyakit asma dengan renang yang terprogram dan
dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang agar anak atau siswa tersebut mengalami
penurunan pada penyakit asmanya dan tidak mudah kambuh.
Kata kunci : Renang Gaya Dada, Hydro Therapy, Penyakit Asma

PENDAHULUAN dalam olahraga pertandingan (athletic


games di USA).
Olahraga secara umum adalah Pada dasarnya olahraga berfungsi
sebuah aktivitas yang berguna untuk untuk menjaga, meningkatkan,
melatih tubuh seseorang, tidak hanya menyeimbangkan kesehatan system
secara jasmani tetapi juga secara rohani. jasmani dan rohani seseorang dan
Ada beberapa ahli yang juga sekaligus meningkatkan rasa
mengungkapkan tentang pengertian kebersamaan serta daya saing antar
dari olahraga. Menurut ensiklopedia seseorang/individu.
Indonesia Olahraga merupakan gerakan Air adalah media yang sangat ideal
badan yang dilakukan oleh perorangan bagi program rehabilitasi, ketika berdiri
atau lebih yang atau dapat dikenal regu. pada kedalaman sebahu maka terjadi
Sedangkan dalam kamus Webster’s pengurangan berat badan sebesar 90%,
New Collegiate Dictonary (1980, Hlm 52) selain itu air juga mngurangi tekanan
adalah ikut serta dalam aktivitas tubuh musculoskeletal dan persendian. Contoh
untuk memperoleh kesenangan, dan lainnya ialah terapi kolam renang dengan
aktivitas khusus seperti berburu atau air hangat yang memberi

81
dampak kebebasan bergerak bagi pasien arah luar sementara kedua belah
dan mengurusi rasa sakit. Terapi di dalam tangan diluruskan di depan. Kedua belah
kolam renang memungkinkan untuk berdiri tangan dibuka ke samping seperti gerakan
bebas tanpa pegangan sehingga memiliki membelah air agar badan maju lebih cepat
manfaat tidak terjadi benturan dan tekanan ke depan.
sebagaimana bila dilakukan di daratan. Hydro Therapy atau terapy air
Artinya, terapi dengan media kolam renang adalah metode perawatan dan
sangat banyak manfaatnya pada penderita penyembuhan air untuk mendapatkan efek-
dengan gangguan efek trafis (Chaiton, 2002, Hlm 67). Hydro
muskuloskalatal. Olahraga renang adalah Therapy merupakan salah satu metode
olahraga yang paling baik untuk yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri
penyembuhan asma, apalagi penderita dan dapat dilakukan dengan mudah. Istilah
asma tersebut masih berusia muda. hidroterapi sendiri baru ada sekitar abad ke
Olahraga ini pasti menjadi rekomendasi 19. Namun, air telah dimanfaatkan sebagai
Dokter-Dokter Umum maupun Dokter bagian dari metode penyembuhan sejak
Spesialis Paru-Paru. beberapa abad yang silam. Di zaman
Yunani air dipercaya memiliki
kekuatan penyembuhan
Kajian Pustaka dan di zaman keemasan Romawi telah
Menurut Kamus Besar Bahasa memanfaatkan kolam air yang luas sebagai
Indonesia (2008, Hlm 979). Olahraga bagian kehidupan sehari-hari untuk
adalah gerak badan untuk menguatkan dan kesehatan.
menyehatkan tubuh (Sepak Bola, Asma adalah penyakit jalan nafas
Berenang, Lempar Lembing). Sedangkan obstruktif intermiten, reversibel dimana
pengertian Olahraga secara umum adalah trakea dan bronchi berspon dalam secara
“serangkaian gerak raga yang teratur dan hiperaktif terhadap stimuli
terencana yang dilakukan orang untuk tertentu.(Smeltzer, 2002, Hlm 611).
mencapai suatu maksud atau tujuan
tertentu.” (Giriwijoyoetal, 2005, Hlm 10). Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Menurut Kasiyo Dwijowinoto (1979, Untuk mencari kebenaran secara
Hlm 1). Renang adalah salah satu cabang sistematis dengan menggunakan metode
olahraga yang bias diajarkan pada semua ilmiah, maka perlu dibuat rancangan
umur, baik itu anak-anak maupun orang penelitian. Rancangan penelitian
dewasa. bayi yang berumur beberapa bulan merupakan tahapan yang diperlukan dalam
juga sudah bisa di ajarkan renang. merencanakan dan melaksanakan suatu
Menurut Haller, David (2015, Hlm penelitian. Rancangan penelitian
16) Renang Gaya Dada adalah gaya yang merupakan rencana cara
pertama-tama dipelajari oleh orang-orang mengumpulkan dan menganalisis data agar
pada waktu mereka mulai belajar berenang. dapat dilaksanakan secara ekonomis dan
Renang Gaya Dada atau Gaya serasi dengan tujuan penelitian (Nasution,
Katak adalah berenang 2004).
dengan
Penelitian eksperimental merupakan
posisi dada menghadap ke permukaan air,
bentuk penelitian percobaan yang berusaha
namun berbeda dari gaya bebas, batang
untuk mengisolasi dan melakukan kontrol
tubuh selalu dalam keadaan tetap. Kedua
setiap kondisi- kondisi yang relevan
belah kaki menendang ke
dengan situasi yang diteliti kemudian
melakukan pengamatan terhadap efek atau

82
pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut penelitian ini peneliti menentukan daerah
dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan populasi yaitu semua siswa di CLUB
atau manipulasi dilakukan terhadap ADYAS AQUATIC SUMEDANG yang
variabel bebas dan pengaruhnya diamati menderita penyakit asma. Data yang di
pada variabel terikat. Menurut Emzir peroleh peneliti adalah sejumlah 4 siswa
(2008:96-103) desain penelitian ekperimen penderita asma dari 10 siswa.
dibagi menjadi empat bentuk yakni,pre-
Menurut Arikunto (1995, Hal 120),
experimental design, true experimental
sampling didefinisikan sebagai sejumlah
design, quasy experimental design dan
subjek penelitian sebagai wakil dari
factorial design.
populasi sehingga dihasilkan sample yang
Berdasarkan judul penelitian ini mewakili populasi dimaksud. Semakin
”Pengaruh olahraga renang gaya dada banyak ciridan karakteristik yang ada pada
sebagai Hidro Therapy Terhadap populasi, maka akan semakin sedikit
Penurunan Intensitas Kambuh Pada subjek yang tercakup dalam populasi, dan
Penyakit Club Asma Adyas Aquatic sebaliknya.
Sumedang, maka rancangan penelitian
Jenis teknik sampling yang dimaksud
yang digunakan adalah eksperimental.
adalah cara untuk menentukan sample
Dengan menggunakan pretes dan post tes
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran
group disign, yaitu untuk mengetahui ada
sample yang akan dijadikan sumber data
atau tidaknya Pengaruh olahraga renang
sebenarnya, dengan memeperhatikan sifat-
gaya dada sebagai Hidro Therapy
sifat dan penyebaran populasi yang
Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh
di[peroleh sample representatif. Terdapat
Pada Penyakit Asma.
dua teknik sampling yang berbeda,
Setiap pelaksanan penelitian akan walaupun pada dasarnya bertolak dari
selalu dihadapkan pada masalah penentuan ansumsi yang sama, yaitu ingin
populasi dan sampel. Arikunto (2006) memeperoleh secara maksimal sempel
menyatakan bahwa populasi penelitian yang representative yang tidak didasari
merupakan keseluruhan subjek penelitian. oleh keinginan si penelii. Jenis teknik
Apalagi seseorang ingin meneliti semua sampling tersebut, yaitu 1) random
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, sampling, dan 2) non random sampling.
maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Sedangkan Hadi (1991)
menyatakan bahwa populasi penelitian Sampling Purposive
merupakan seluruh Sugiyono (2001, Hal 61)
penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. menyatakan bahwa sampling purposive
Populasi dibatasi sebagai sejumlah adalah teknik penentuan sampel dengan
kelompok atau golongan yang paling pertimbangan tertentu. Menurut Margono
sedikit mempunyai satu sifat yang sama. (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek
dalam purposive sampling, didasarkan
Setiap anggota populasi mempunyai atas ciri-ciri tertentu yang dipandang
kemungkinan dan kesempatan yang sama mempunyai sangkut paut yang erat dengan
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jadi ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
populasi adalah seluruh individu yang akan sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel
diselidiki sesuai dengan sifat tersebut di yang dihubungi disesuaikan dengan
atas. Dalam kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan

83
Pemilihan sekelompok subjek Hasil Latihan Raden Raihan
dalam purposive sampling, didasarkan atas
ciri-ciri tertentu yang dipandang Dari hasil tabel tersebut maka dapat
mempunyai sangkut paut yang erat dengan disimpulkan bahwa terjadinya
populasi yang diketahui sebelumnya. penurunan intensitas kambuh pada
Dengan kata lain, unit sampel yang penyakit asma setelah dilakukannya
dihubungi disesuaikan dengan kriteria- treetmen yaitu berupa latihan olahraga
kriteria tertentu yang diterapkan renang gaya dada sebagai hydro therapy.
berdasarkan tujuan penelitian. Raden Raihan yang tadinya kambuh
pada penyakit asmanya sebanyak 10 kali
dalam sebulan sekarang turun menjadi
Hasil Penelitian 4 kali dalam sebulan terakhir, dengan
Berdasarkan hasil pelaksanaan perlakuan treetmen yang teratur dan
tindakan yang dilakukan. latihan yang terjadwal.
10
Hasil 3 15
5 Hsiil 2 Hasil 3
10
Hasil 1 Hasil 2
0 5
Muhamad Zahir Al- Eksperimen Hasil 1
0
Farouq Sami Nur Cahya Eksperimen
Gambar 4.2 Sumaryana
Hasil Latihan Muhamad Zahir Gambar 4.4
Al-Farouq Hasil Latihan Sami Nur Cahya
Sumaryana
Dari hasil tabel tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terjadinya Dari hasil tabel tersebut maka dapat
penurunan intensitas kambuh pada disimpulkan bahwa terjadinya
penyakit asma setelah dilakukannya penurunan intensitas kambuh pada
treetmen yaitu berupa latihan olahraga penyakit asma setelah dilakukannya
renang gaya dada sebagai hydro therapy. treetmen yaitu berupa latihan olahraga
Muhamad Zahir Al- Farouq yang renang gaya dada sebagai hydro
tadinya kambuh pada penyakit asmanya therapy. Sami Nur Cahya Sumaryana
sebanyak 8 kali perbulan turun menjadi yang tadinya kambuh pada penyakit
2 kali di bulan terakhir penelitian asmanya sebanyak 11 kali perbulan
dengan intensitas latihan yang teratur sekarang turun menjadi
dan terjadwal. 5 kali dalam satu bulan terakhir, dengan
15 intensitas latihan yang teratur dan
Hasil 3 terjadwal.
10 15
Hasil 2
5 Hasil 3
Hasil 1 10
Hasil 2
0 Eksperimen
5 Hasil 1
Raden Raihan
0 Eksperimen
Yasmin Nailatul Izzah
Gambar 4.3

84
Gambar 4.5 dengan menganalisis tujuan pokok,
Hasil Latihan Yasmin Nailatul pembelajaran renang gaya dada
Izzah sebagai hidro therapy penurunan
intensitas kambuh pada penyakit
Dari hasil tabel tersebut maka dapat asma ditentukan 3 kali pertemuan
disimpulkan bahwa terjadinya dalam seminggu, dan dilaksanakan
penurunan intensitas kambuh pada selama 3 bulan. Agar proses
penyakit asma setelah dilakukannya pembelajaran berjalan efektif
treetmen yaitu berupa latihan olahraga sistematika tahapan dilakukan dari
renang gaya dada sebagai hydro therapy. bulan September 2015 sampai
Yasmin Nailatul Izzah yang tadinya dengan Februari 2016, Studi
kambuh pada penyakit asmanya Kepustakaan, Penulisan Proposal,
sebanyak 10 kali dalam satu bulan Pengumpulan Data, Pembuatan
sekarang menjadi 3 kali dalam satu Sistem/Program, Pengujian Sistem,
bulan terakhir, dengan perlakuan dan Penulisan Laporan Akhir.
treetmen serta jadwal latihan yang 2. Pelaksanaan pembelajaran
teratur. olahraga renang gaya dada sebagai
Hidro Therapy terhadap
Kesimpulan penurunan intensitas kambuh pada
Dari hasil pembahasan penelitian penyakit asma di Adyas Aquatic
yang telah dilakukan mengenai Club Sumedang, diikuti dengan
Pengaruh Olahraga Renang Gaya Dada kinerja pelatih yang maksimal dalam
Sebagai Hydro Therapy Terhadap memotivasi aktivitas siswa dan
Penurunan Intensitas Kambuh Pada bimbingan melalui petunjuk-
Penyakit Asma di Adyas Aquatic Club petunjuk pelaksanaan yang jelas dan
Sumedang, peneliti menarik kesimpulan koreksi-koreksi yang baik, baik
sebagai berikut: Dari keempat tabel secara khusus maupun umum.
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pencapaian tujuan dapat maksimal
dengan olahraga renang gaya dada dalam pembelajaran olahraga renang
sebagai hydro therapy terjadinya gaya dada sebagai Hidro Therapy
penurunan intensitas kambuh pada terhadap penurunan intensitas
penyakit asma dengan pola latihan yang kambuh pada penyakit asma di
teratur dan dengan intensitas waktu yang Adyas Aquatic Club Sumedang,
cukup dan pelaksanaan freetest dan kemudian pada akhirnya dapat
posttest secara berkala dan sebagai Hidro Therapy dalam
berkelanjutan penurunan intensitas menurunkan intensitas kambuh pada
kambuh pada penyakit asma bisa terjadi asma.
dan tidak menutup kemungkinan bahwa 3. Penerapan Program Latihan pada
siswa tersebut dapat menjadi atlet yang pembelajaran olahraga renang gaya
handal dan berprestasi di bidang dada sebagai Hidro Therapy terhadap
olahraga renang. penurunan intensitas kambuh pada
1. Perencanaanpembelajaran olahraga penyakit asma di Adyas Aquatic
renang gaya dada sebagai Hidro Club Sumedang, adanya penurunan
Therapy terhadap intensitas kambuh pada penyakit
penurunan intensitas kambuh pada asma dan dapat berprestasi.
penyakit asma di Adyas Aquatic Daftar Pustaka
Club Sumedang dimulai

85
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

Ali, Mohamad (1982). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa
Bandung (1985).
Arikunto Suharsimin. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA, 2006
Astuti, Peni Kusuma, dr. Sp.RM. (2008). Hidroterapi, pulihkan otot dan sendi yang
kaku. http://www.gayahidupseha t.com.rabu, 09 januari 2008.
Bates A, & Hansen N. (1996). The Principles and properties of water: aquatic Exercies and
Terapy. Philadelphia,PA: WB Saunders Co; pages: 21-28.
Chaiton, Leo. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Perestasi pustaka punlisher.
Jakarta-indonesia.
Garrioson,Susan J. (2001). Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Alih bahasa: dr. Anton
Cahaya Wijaja. Jakarta: hipokrates publisher.
Haller, David (2015). Belajar Berenang.
PIONIR JAYA Bandung.
Kurnia, Dadeng (2003). Teknik Dasar dan Lanjutan Renang. Pelatih Nasional Pelatih Akuatiks
di Jakarta. Jakarta Selatan (2003).
Supryanto, Agus (2015). Metode Melatih Fisik Renang. Adyas Aquatic Club Sumedang
(2015).

Suryanata, E & Suherman, A (2001), Renang Kompetitif Alternatif untuk SLTP. Direktorat
Jendral Olahraga, Depdiknas (2001). Jakarta Pusat.
Suherman, Ayi. (2014). Statistik Pendidikan Jasmani. Program

120
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

Studi PGSD Pendidikan Jasmani. Universitas Pendidikan Indonesia. Kampus Sumedang.


Bahan Belajar Mandiri. (2014).

121
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

Pengaruh Olahraga Terhadap Derajat Nyeri Dismenorea pada Wanita


Belum Menikah

The Influence of Exercise to The Degree of Dysmenorrhea Pain in


Premarietal Women

Putri Leilina Cahyaningtias1, Tri Wahyuliati2


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
2
Bagian Ilmu Saraf Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

Dysmenorrhea is a menstrual disorder that usually happens on the age between


15-45 years old. In Surabaya was found 1.07-1.31% and in United State
estimtedly that more than 140 million work hour has lost every year because of
dysmenorrhea, and also lost of job opportunity until 10-15%. This research was
done to know the influence of exercise to the degree of dysmenorrhea pain on
the premarietal woman.
This research is an analytic observation with cross sectional approach. The population
is 107 people, all menses woman with or without dysmenorrhea. Every sample divide into 2
groups, exercise and nonexercise groups based on Visual Analogue Scale (VAS). This is the
pain divide into no pain, mild pain, moderate pain and severe pain. The people of this research
were done in the 3 places: Medical Faculty of UMY, Max Gym and Melia Purosani Gym
Centre Yogyakarta. This research was done in 6 months, during June – December 2008.
Statistic test result with Mann-Whitney and Wilcoxon Signed Rank test shown the
decreasing degree of dysmenorrhea pain significantly, the woman that doesn’t do exercise
feel more pain than the woman that do exercise and after do exercise the degree of pain on
the woman that doesn’t do exercise before has decreasing significantly with p value = 0.001
(<0.05). This research shown that exercise give the effect to decreasing degree of dysmenorrhea
pain on the woman dysmenorrhea. This effect can be obtain by doing regular exercise.

Key words : Aerobic exercise, degree of pain, dismenorea

Abstrak

Dismenorea merupakan gangguan mentruasi yang sering terjadi pada usia 15-45 tahun. Di
Surabaya dijumpai sebesar 1,07%-1,31% dan Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa
lebih dari 140 juta jam kerja hilang tiap tahunnya karena dismenorea, dan juga kehilangan
kesempatan kerja hingga 10-15%.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh aktifitas olahraga tehadap derajat
nyeri dismenorhea pada wanita belum menikah.
Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan pendekatan secara cross
sectional. Populasinya adalah semua wanita menstruasi dengan atau tanpa dismenorea sejumlah
107 tiap sampelnya yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang melakukan olahraga dan
kelompok yang tidak melakukan olahraga dinilai berdasarkan skala analog visual, dimana nyeri di
bedakan menjadi tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat. Tempat penelitian di lakukan
di 3 tempat yaitu Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Max Gym, dan
122
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

Melia Purosani Gym Centre Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 6 bulan yaitu pada
bulan juni sampai dengan Desember 2008.
Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney test dan Wilcoxon Signed Ranks test menunjukkan
penurunan derajat nyeri yang signifikan dimana pada wanita yang tidak melakukan olahraga mengalami
nyeri yang lebih hebat dari pada yang olahraga, dan setelah melakukan olahraga derajat nyeri pada
wanita yang tadinya tidak melakukan olahraga mengalami penurunan yang sangat signifikan dengan
nilai p= 0,001 (0,05).
Penelitian ini menjukkan bahwa olahraga memberikan efek berupa menurunnya derajat nyeri
pada wanita yang mengalami dismenorhea. Efek ini didapatkan dengan melakukan olahraga secara
teratur.

Kata kunci : derajat nyeri, dismenorea, olahraga aerobik

Pendahuluan kesempatan kerja, mengganggu


Setiap bulan, secara periodik, keharmonisan kehidupan keluarga 3, dan
seorang wanita normal akan mengalami kerugian ekonomi yang diperkirakan
siklus reproduksi, yaitu menstruasi atau mencapai 600 juta jam kerja atau 2 miliyar
meluruhnya jaringan endometrium karena dolar.4
tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh Dismenorea dapat ditangani dengan
sperma, peristiwa itu begitu wajar dan alami pemberian obat analgatik misalnya aspirin
sehingga dapat dipastikan bahwa semua dan asetaminofen, diuretic misalnya tiazida,
wanita yang normal pasti akan mengalami spasmolitik, dan pengobatan suportif
proses itu. Walaupun begitu, pada meliputi aktifitas fisik misalnya olahraga.
kenyataannya banyak wanita yang Usaha penunjang lainnya adalah dengan
mengalami masalah menstruasi, tidur yang cukup, diet, dan fisioterapi3.
diantaranya adalah nyeri haid1. Nyeri haid Akan tetapi obat-obat analgesik seperti
tentu saja sangat menyiksa bagi aspirin dapat menimbulkan efek samping
perempuan yang setiap kali haid mengalami seperti iritasi mukosa lambung,
nyeri. Nyeri haid tidak hanya terjadi pada meningkatkan resiko tukak lambung, dan
perut bagian bawah saja. Beberapa remaja meningkatkan resiko perdarahan,
perempuan bahkan merasakannya pada sedangkan pada asetaminofen dapat
pinggang, panggul, otot paha atas, hingga menyebabkan efek samping seperti
betis. Rasa yang tidak nyaman ini hipersensitifitas, kerusakan hati,
disebabkan karena kontraksi otot perut yang mual, muntah, dan anoreksia.
sangat intens saat mengeluarkan darah Penggunaan thiazid pada orang yang
haid. Kontraksi yang sangat intens ini memiliki riwayat penyakit jantung akan
kemudian menyebabkan otot menegang.2 meningkatkan resiko kematian mendadak5,
Nyeri haid merupakan salah satu gangguan metabolik, ketidakseimbangan
gangguan menstruasi yang banyak diderita elektrolit, anoreksia (kehilangan nafsu
perempuan. Dalam istilah medis nyeri haid makan), gangguan lambung-usus, sakit
disebut dengan Dismenorea. Dismenorea kepala, pusing, hipotensi postural,
adalah nyeri selama menstruasi yang parestesia (gangguan perasaan kulit seperti
disebabkan oleh kejang otot uterus. kesemutan), penglihatan berwarna kuning,
Disamping perdarahan dan infeksi, reaksi hipersensitifitas, sakit kuning
dismenorea merupakan salah satu gejala kolestatik, pankreatitis, dan diskrasia darah.
dari hampir semua kelainan ginekologis Penggunaan papaverin dapat menimbulkan
pada wanita yang berusia 15-45 tahun dan efek samping gangguan gastrointestinal,
menjadi sebab langsung dari hilangnya dan hipersensitif hati.6
waktu kerja, sekolah, kehilangan Pada pengobatan suportif seperti
123
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

olahraga dapat membuat otot-otot tubuh

124
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

menjadi kuat, sehingga otot jantung dapat penelitian di bagi menjadi dua kelompok:
bekerja semakin kuat dalam memompakan
darah yang beroksigen dan meningkatkan
kesegaran jasmani. Sejauh ini olah raga
tidak menimbulkan efek samping, mudah
dilakukan, murah, dan sehat. Lebih baik
apabila olahraga dilakukan dengan teratur
dan benar.7 Olahraga dilakukan secara
benar dengan frekuensi 3-5 kali seminggu,
lama setiap olahraga 15-60 menit, dan
intensitas sampai berkeringat dan bernafas
dalam serta tidak timbul keluhan seperti
nyeri dan pusing 7 . Olahraga dapat
mempengaruhi hormon pituitari untuk
mengeluarkan suatu zat opiat endogen
yang bernama beta endorfin yaitu hormon
yang bekerja sebagai analgesik nyeri non
spesifik, yang dapat menurunkan drajat
nyeri dismenorea pada siklus menstruasi.4
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui perbandingan derajat nyeri
pada orang yang melakukan olahraga dan
yang tidak melakukan olahraga.

Bahan dan Cara


Desain penelitian yang digunakan
adalah observasi analitik dengan
menggunakan rancangan penelitian case-
control yaitu pengukuran variabel bebas
dan tergantung tidak dilakukan pada saat
yang sama. Dimana variabel tergantung
merupakan efek yang berupa derajat nyeri
dismenorea yang diukur menggunakan
visual analoge scale (VAS), dan variabel
bebas yaitu olagraga aerobik yang dicari
secara retrospektif yaitu peneliti melihat
riwayat nyeri pada subyek yang melakukan
olahraga dilahat riwayat nyeri
dismenoreanya pada saat sebelum
melakukan olahraga.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua wanita menstruasi yang mengalami
dismenorea maupun yang tidak. Penelitian
di laksanakan di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Max Gym, dan Melia Purosani Gym Centre,
yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus
sampai dengan 4 Desember 2008.
Besarnya populasi adalah 107 pada setiap
kelompok, pada paneitian ini Subyek
125
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

(1). kelompok yang tidak kelompok data yang tidak berpasangan


melakukan olahraga senam aerobic dengan data ordinal, untuk membedakan
secara rutin, yaitu subjek yang dua obyek sampel antara yang melakukan
didapat dari Fakultas Kedokteran olahraga senam aerobik dengan yang
Umum Universitas Muhammadiyah tidak melakukan olahraga senam
Yogyakarta, (2). kelompok yang aerobik. (2). Wilcoxon signed ranks tes,
melakukan olahraga senam aerobic untuk menguji perbedaan antara dua
secara teratur, yaitu subyek yang di variabel yang saling
dapat dari Max Gym, dan Melia
Purosani Gym Centre.
Kriteria inklusi sampel yang
diambil adalah sebagai berikut
adalah wanita menstruasi
berusia 14-35 tahun, belum menikah
dan nulipara.
Alat dan bahan penelitian yang
di gunakan adalah lembar kuisioner
yang berisi sejumlah pertanyaan yang
akan diisi oleh subyek, skala
pengukuran derajat nyeri (VAS), dan
Informed consent.
Pengumpulan data di lakukan
pada 3 tempat yaitu Fakultas
Kedokteran Umum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Max
Gym, dan Melia Purosani Gym Centre.
Dimana subyek penelitian ini akan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu subyek
yang tidak melakukan olahraga yang di
peroleh dari Fakultas Kedokteran
Umum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta sebagai kontrol, dan
subyek yang melakukan olahraga
yang diperoleh dari Max Gym, dan
Melia Purosani Gym Centre. Setelah
itu melakukan perizinan kepada
pihak manager gym center yang
bersangkutan, setalah diizinkan
kemudian mensosialisasi cara
menjawab kuisioner, kemudian
melakukan penyebaran lembar
pertanyaan dalam bentuk kuisioner
pada sejumlah subyek penelitian,
yang akan dijawab subyek sendiri,
setelah selesai di isi oleh para subyek
langsung dikumpulkan pada peneliti.
Data penelitian ini diolah dan
dianalisis dengan menggunakan
dua Metode: (1). Uji Mann Whitney,
untuk menguji dua distribusi
126
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

berhubungan dengan data ordinal, dimana Hasil


obyek yang di uji adalah sama yaitu sampel Uji statistik yang digunakan dalam
yang melakukan olahraga aerobik dilihat penelitian ini adalah uji mann whitney dan
drajat nyerinya saat sebelum dan sesudah wilcoxon sign rank tes, dengan hasil sebagai
olahraga. berikut:

Tabel 1. Hasil uji statistik Mann Whitney Drajat nyeri antara kelompok tidak olahraga dan
olahraga.

Tidak
Derajat nyeri Olahraga Olahraga p
Tidak Nyeri 13 57 0.001
Nyeri ringan 75 49 0.001
Nyeri sedang 10 1 0.001
Nyeri berat 9 0 0.001
TOTAL 107 107

Hasil diatas didapat dari survei kuisioner Dari hasil ini jelas terdapat
dari dua kelompok antara kelompok tidak perbedaan derajat nyeri dimana pada
olahraga dengan kelompok yang melakukan kelompok yang melakukan olahraga
olahraga berdasarkan perbedaan derajat mengalami derajat nyeri yang lebih rendah
nyerinya yang di bagi menjadi tidak nyeri, dari pada kelompok yang tidak melakukan
nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat olahraga, jadi dapat di ambil kesimpulan
dengan nalai signifikansinya (p<0,05). bahwa olahraga sangat berpengaruh dalam
Dimana pada kelompok yang tidak olahraga mengurangi derajat nyeri dismenorea.
dan tidak mengalami nyeri berjumlah 13 Selain hasil tersebut diatas, selanjutnya
subyek, nyeri ringan 75 subyek, nyeri peneliti mengolah data tentang subyek yang
sedang 10 subyek, dan nyeri berat 9 melakukan olahraga, dilihat dari riwayat
subyek, sedangkan pada kelompok yang derajat nyeri dismenorea yang dialami
melakukan olahraga tidak nyeri sebanyak subyek sebelum melakukan olahraga
57 subyek, nyeri ringan 49 subyek, nyeri teratur dan setelah melakukan olahraga
sedang 1 subyek, dan tidak terdapat nyeri teratur. Hasilnya tersaji dalam tabel berikut
berat. ini:

Tabel 2. Hasil uji statistik Wilcoxon signed ranks Drajat nyeri pada kelompok yang melakukan
olahraga, saat sebelum melakukan olahraga teratur

Derajat nyeri sebelum Jumlah


olahraga subyek
Tidak nyeri 10
Nyeri ringan 80
Nyeri sedang 11
Nyeri berat 6
Jumlah 107

127
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

Dari tabel tersebut diatas, derajat perubahan derajat nyerinya setelah


nyeri pada subyek yang melakukan melakukan olahraga. Sebelum olahraga
olahraga, dilihat riwauat nyeri saat sebelum dengan 80 subyek yang mengalami riwayat
melakukan olahraga secara teratur, nyeri ringan, 11 subyek yang mengalami
didapatkan tidak nyeri 10 subyek, nyeri riwayat nyeri sedang, dan 6 suyek yang
ringan 80 subyek, nyeri sedang 11subyek, mengalami riwayat nyeri berat, setelah
dan nyeri berat 6 subyek. melakukan olahraga terlihat perubahan
Subyek yang mengalami riwayat derajat nyerinya setelah melakukan
nyeri pada kelompok yang melakukan olahraga dengan hasil seperti tersebut di
olahraga tersebut, selanjutnya dilihat bawah ini:

Tabel 3. Hasil uji statistik Wilcoxon signed ranks Drajat nyeri pada kelompok yang
melakukan olahraga, saat sebelum melakukan olahraga teratur dan perubahan derajat
nyerinya setelah melakukan olahraga

Derajat nyeri sebelum Jumlah Derajat nyeri sesudah Jumlah


olahraga subyek olahraga subyek p
Tidak nyeri 48
Nyeri ringan 80 Nyeri ringan 32 0.001
Nyeri sedang 0
Nyeri Berat 0
Tidak nyeri 2
Nyeri sedang 11 Nyeri ringan 9 0.001
Nyeri sedang 0
Nyeri Berat 0
Tidak nyeri 0
Nyeri berat 6 Nyeri ringan 5 0.001
Nyeri sedang 1
Nyeri Berat 0
Jumlah 107 107

Berdasarkan tabel diatas perbedaan dan mengalami nyeri sedang didapatkan 11


derajat nyeri sebelum dan sesudah subyek, dan setelah melakukan olahraga
olahraga didapat nilai yang signifikan dari 11 subyek yang mengalami nyeri
(p<0,05). Hasil ini menunjukkan adanya sedang menjadi tidak nyeri sebanyak 2
hubungan yang bermakna antara pengaruh subyek, nyeri ringan 9 subyek, dan tidak ada
olahraga terhadap derajat nyeri yang mengalami nyeri sedang dan nyeri
dismenorhea. Pada wanita yang berat. Kemudian pada wanita yang
sebelumnya tidak melakukan olahraga dan sebelumnya tidak olahraga dan mengalami
mengalami nyeri ringan didapatkan 80 nyeri berat didapatkan 6 subyek, setelah
subyek, setelah olahraga ternyata dari 80 melakukan olahraga dari 6 subyek tersebut
subyek yang mengalami nyeri ringan yang mengalami nyeri berat menjadi nyeri
menjadi tidak nyeri sebanyak 48 subyek, ringan sebanyak 5 subyek, nyeri sedang 1
nyeri ringan 32 subyek, dan tidak ada yang subyek, dan tidak ada yang mengalami
mengalami nyeri sedang dan nyeri berat. tidak nyeri dan nyeri berat.
Wanita yang sebelumnya tidak olahraga
128
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

Dari hasil tersebut diperoleh setelah melakukan kegiatan olahraga


kesimpulan bahwa olahraga sangat senam aerobik secara rutin yang sesuai
berpengaruh dalam mengurangi derajat dengan kriteria ternyata memang
nyeri dismenorae pada wanita yang mendapatkan penurunan derajat nyeri yang
mengalami dismenorea sebelumnya dan sangat bermakna.

Tabel 4. Hasil uji statistik frekuensi umur maksimum dan minimum antara yang
melakukan olahraga dan tidak olahraga

Umur Minimum Maksimum


Tidak Olahraga 19 26
Olahraga 14 35

dismenorea, hal ini didukung dengan


Diskusi hilangnya atau berkurangnya derajat
Hasil uji statistik dengan analisis dismenorea setelah melahirkan, sesuai
Uji Mann- Whitney dan Wilcoxon signed
ranks tes diperoleh kesimpulan adanya
pengaruh yang bermakna (p<0,05) antara
olahraga terhadap derajat nyeri dismenorea.
Hasil ini sesuai sesuai dengan
pendapat Sumosardjuno (1988)8,
bahwa dismenorea dapat di kurangi
dengan olahraga secara teratur di alam
terbuka. Hal ini terjadi karena olahraga
berfungsi meningkatkan aliran darah
seperti mekanisme stimulant
adrenoseptor sebagai obat dismenorea
atau memperbesar volume darah,
menyebabkan berkurangnya dismenorea.9
Sependapat dengan Hembing, bahwa
dengan olahraga yang benar dan teratur
dapat mengurangi derajat nyeri
dismenorea.10 Pada tabel 3 didapatkan,
subyek yang melakukan olahraga secara
benar dan teratur berusia antara 14-35
tahun, sedangkan yang tidak melakukan
olahraga antara 19-26 tahun sampai
dengan belum menikah, hal ini sejalan
dengan teori yang disampaikan oleh
Basalamah et al., bahwa dismenorea dapat
dijumpai pada wanita muda yang berusia
antara 15-25 tahun dan akan menghilang
pada usia akhir 30-an tanpa ditemukan
kelainan alat genital pada pemeriksaan
ginekologis.11 Teori yang di ajukan oleh
hipokrates diyakini bahwa dilatasi servik
merupakan pengobatan permanen pada
129
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

dengan tingginya angka kejadian


dismenorea pada usia muda sampia belum
menikah.12
Penurunan aliran darah pada uterus
dapat menyebabkan dismenorea, tetapi
beberapa wanita menderita pengurangan
darah pada hiperaktifitas uterus. 13
Diperkirakan bahwa kontraksi uterus
sendiri mungkin bertanggung jawab untuk
nyeri kolik dismenorea yang khas,
sementara episode pengurangan aliran
darah uterus berkepanjangan yang
dijumpai pada beberapa wanita
menyebabkan pegal-pegal yang kontinyu
dan bervariasi intensitasnya. Jadi
dismenorea disebabkan oleh iskemia
uterus dimana hiperaktifitas uterus sebagai
penyebabnya, tetapi pada orang yang rutin
melakukan olahraga secara benar dengan
frekuensi 3-5 kali seminggu, lama tiap
olahraga 15-60 menit, dan intensitas sampai
berkeringat dan bernafas dalam dan tidak
timbul keluhan seperti nyeri dan pusing,
maka akan mendapatkan manfaat yaitu
terjadinya dilatasi pembuluh darah dan
peningkatan aliran darah ke seluruh organ
termasuk uterus yang menyebabkan
berkurangnya nyeri dismenorea.7
Bukti lain mengatakan bahwa
olahraga dapat menstimulasi pelepasan
beta endorfine yaitu hormon yang bekerja
sebagai analgesik nyeri non spesifik, yang
dapat menurunkan drajat nyeri dismenorea
pada siklus menstruasi.4
Olahraga atau senam aerobik yang
dilakukan sesuai dengan takaran yaitu 15-
60 menit, latihan atau olahraga tidak akan

130
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 120 - 126, Oktober 2007

efisien atau membuahkan hasil kalau 4. P Bolton, et al. (2003). Exercise For
kurang atau lebih dari takaran.8 Primary Dysmenorrheae. Diakses 18
Olahraga atau senam aerobik yang April 2008, dari http://
dilakukan sebelum dan selama haid secara www.mrw.interscience.wiley.com/
cochrane /clsysrev/articles/CD004142/
teratur dan benar dapat membuat aliran
frame.html
darah pada otot sekitar rahim menjadi
5. Tan Hoan T., & Kirana R. (2002). Obat-
lancar sehingga rasa nyeri dapat teratasi, Obat Penting - Khasiat, Pengunaan, dan
sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa Efek - Efek Sampingnya (5th ed).
terdapat pengaruh yang bermakna. Jakarta: PT Elex Media
Olahraga dapat mengurangi nyeri pada KomputindoKelompok Gramedia.
wanita yang mengalami dismenorea. 14 h.295-392
6. Aspirin. (2007). Diakses 21 April 2008,
Kesimpulan dari http://www.medicastore.com
Berdasarkan hasil penelitian ini 7. Endang, R., dkk. 1982. Olahraga dan
pengaruh olahraga terhadap derajat nyeri Kesehatan 2. Bandung: Angkasa. h.30- 33.
8. Sumosardjuno , S. , 1988, Manfaat
dismenorea pada wanita belum menikah
Olahraga bagi wanita, Simposium Olah
yang peneliti lakukan pada Fakultas RagaUntuk Kesehatan Wanita.
Kedokteran Umum Universitas Yogyakarta: UGM,.
Muhammadiyah Yogyakarta, Max Gym, dan 9. Mazer, C. , Israel, L.S., 1951, Diagnosis
Melia Purosani Gym Centre, memperoleh And Treatmen Of Menstrual Disorders
hasil sebagai berikut : adanya pengaruh And Sterility, 3rd Ed., New York : Medical
yang bermakna antara aktifitas olahraga Book Department Of HarperAnd
terhadap derajat nyeri dismenorea pada Brothers.
wanita belum menikah. Olahraga 10. Hembing, mengatasi gangguan haid,
menurunkan derajat nyeri dismenorea pada www.patient.co.uk.com.
wanita belum menikah. 11. Basalamah A, dkk. 1993. Endokrinologi
Ginekologi, ed.1 Jakarta : KSERI.
12. Arkelund, M. , 1979, Pathophysiology of
Daftar pustaka dismenorrhea, Acta obstet, Gynecology,
1. Kingston & Beryl. (1991). Mengatasi Scand.
Nyeri Haid. Jakarta: Arcan 13. Duenthoelter, J. H. 1988. Ginekologi
2. Cara Tepat Mengatasi Haid. (2008,15 Greenhill, Edisi 10, Terjemahan Adji
April). Diakses 22 April 2008, dari Dharma. Jakarata : EGC.
htt^ciekhaira.multiplv.com/reviews/ 14. Sumampow Albert GO , Radikal Bebas
item/2 danAntioksidan, http://
3. T.Z, Jacoeb., J.J, Endjun., Ali Baziad. www.kompascyber media.com.
(1993). Dismenorea Aspek Patofisiologi
dan Penatalaksanaanya (1st ed).
Jakarta: KSERI. h. 71-94

131
Universa Medicina Vol.25 No.3

132
Universa Medicina Vol.25 No.3

Pengaruh olahraga aerobik terhadap kadar estradiol pada wanita pascamenopause:


studi randomsasi selama 12 minggu

Martiem Mawi*, Reza Tandean**, Jemmy Hermawan*, Maria R. Rahmawati***, Lie


T. Merijanti** dan Nugroho Abikusno***
*Bagian Fisiologi, **Bagian Ilmu Kesehatan Kerja, ***Bagian Anatomi,
****Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK

Kadar estrogen yang tinggi dalam sirkulasi dan gaya hidup yang kurang bergerak meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara. Pola hidup yang kurang bergerak dapat diperbaiki walaupun efek dari aktifitas fisik terhadap pertanda
kanker payudara masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek dari perlakuan olahraga aerobik
selama 12 minggu terhadap kadar estradiol. Penelitian eksperimental secara random dilakukan pada 42 wanita
pascamenopause berumur 50–71 tahun, yang tidak menggunakan terapi hormonal, bertempat tinggal di Jakarta Timur,
dan bersedia mengikuti latihan olahraga secara teratur. Olahraga aerobik dilakukan dengan intensitas sedang selama
25 menit menggunakan ergocycle dari Monarch, 3 kali per minggu selama 12 minggu. Selama olahraga, frekuensi
jantung dipertahankan pada 60% x denyut jantung maksimal yaitu 60% x (220-usia) dan diberikan beban bertahap
sampai maksimal 1 kp. Hasil penelitian menunjukkan pada awal penelitian, kelompok perlakuan dan kontrol tidak
didapatkan adanya perbedaan yang bermakna pada berbagai karakteristik demografi, lamanya menopause dan kadar
estradiol. Setelah diberikan perlakuan olahraga aerobik pada wanita pascamenopause selama 12 minggu, kadar estradiol
pada kelompok perlakuan (11,59 ± 3,87 pg/ml) terdapat penurunan secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol
(16,75 ± 6,83 pg/ml) (p=0,004). Pada 12 minggu, kelompok yang melakukan olahraga terjadi penurunan kadar
estradiol sebesar 54,9%. Olahraga aerobik yang teratur selama 12 minggu pada wanita pascamenopause usia 50-71
tahun dapat menurunkan kadar estradiol secara bermakna.

Kata kunci : Pascamenopause, olahraga, aromatisasi, estradiol

Effect of aerobic exercise on serum estradiol in postmenopausal women:


a 12-weeks randomized controlled trial

ABSTRACT

Elevated circulating estrogens and sedentary lifestyle increase risk for breast cancer. Sedentary behavior is
modifiable although the effect of increasing physical activity on breast cancer biomarkers is unknown The objective
of this study was to examine the effects of a 12-weeks exercise intervention on serum estradiol. A randomized controlled
trial was conducted in 42 postmenopausal women ages was 50-71 years, not using hormone therapy, living in East
Jakarta , and willing to randomly assigned in an exercise intervention or control group. The exercise presciption
consisted of at least 25 minutes moderate-intensity exercise using Monarch ergocycle, 3 times per week for 12 weeks.
The heart rate during exercise was 60% of maximal heart rate with maximal weight of 1kp. At baseline, the intervention
and control groups were similar with regards to demographic characteristics, duration of menopause and serum
estradiol concentration. After 12 weeks aerobic exercise, the concentration of estradiol in the exercise group (11.59 ±
3.87 pg/ml) decreased significantly compared to the control group (16.75 ± 6.83 pg/ml) (p=0.004). The exercise
group experienced 54.9% decline in estradiol at 12 weeks. A-12 weeks moderate exercise intervention in postmenopausal
women resulted in significant decreases in serum estradiol concentration.
F
Keywords : Postmenopause, aerobics exercise, aromatization, estradiol a
k
Korespondensi : a Martiem Mawi u
Bagian Faal

133
Universa Medicina Vol.25 No.3
ltas Kedokteran, Universitas Trisakti Jl.
Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440
Tel. 021-5672731 eks. 2803, Fax. 021-5660706
E-Mail :
121

134
Universa Medicina Vol.25 No.3

PENDAHULUAN karsinoma payudara disamping faktor risiko


lainnya yaitu berat badan lebih dan obesitas.(10)
Insidens penyakit kardiovaskuler Wanita yang berolahraga secara teratur
berbeda secara bermakna antara laki-laki dan menunjukkan penurunan risiko terjadinya kanker
perempuan akibat adanya perbedaan faktor payudara. Wanita pascamenopause yang
risiko dan hormon.(1) Insidens dari penyakit berolahraga secara teratur  3 jam/minggu risiko
aterosklerotik rendah pada wanita terjadinya kanker payudara lebih rendah
pramenopause, meningkat pada panita
pascamenopause, dan berkurang pada wanita
pascamenopause yang diberikan pengobatan
estrogen.(2,3)
Menopause adalah kedaan
berhentinya menstruasi selama 12
bulan dan disebut pascamenopause bila
telah mengalami menopause 12 bulan
sampai menuju ke senium.(4,5) Pada masa
pascamenopause ovarium sebagai
penghasil utama estradiol (estrogen) sudah
tidak berfungsi lagi, sehingga terjadi
penurunan kadar estradiol. Kadar
estradiol sekitar < 30 pg/ml, nilai terendah
antara 2,5 sampai dengan 16,5 pg/ml. ( 4 , 6 )
Studi epidemiologi menunjukkan pada
wanita pascamenopause hormon
plasma steroid berpengaruh terhadap
risiko terjadinya kanker payudara.
Hubungan antara kadar estrogen pada
wanita pascamenopause dan risiko
terjadinya kanker payudara besarnya
berkisar antara 2,0
– 2,5.(7) Estradiol merupakan estrogen yang
paling kuat, dihasilkan terutama oleh ovarium
dan sedikit oleh kelenjar adrenal.
Pascamenopause ovarium berdegenerasi
sehingga tidak memproduksi estradiol lagi,
sumber estradiol hanya berasal dari kelenjar
adrenal, jaringan lemak dan otot melalui
proses aromatisasi dari androstenedion.(8,9)
Peningkatan kadar estradiol pada wanita
pascamenopause merupakan risiko terjadinya
122
Universa Medicina Vol.25 No.3
dibandingkan wanita pascamenopause dilakukan pengukuran tekanan darah. Alat
yang tidak aktif. ( 1 1 ) Walaupun belum yang dipakai untuk melakukan olahraga
banyak dibuktikan, hipotesis yang dapat adalah ergocycle dari Monark yang dapat
diajukan adalah menurunnya sirkulasi diatur beban sesuai kebutuhan dan stopwatch
estradiol pada wanita pascamenopause untuk mencatat waktu lamanya olahraga.
yang berolahraga dapat menurunkan Elektrokardiograf untuk memeriksa jantung,
risiko terjadinya kanker payudara. dan pengukuran denyut nadi menggunakan
Penelitian ini bertujuan untuk heart rate monitor berupa jam
menilai efek olahraga aerobik secara
teratur terhadap kadar estradiol pada
wanita pascamenopause.

METODE

Desain penelitian
Penelitian eksperimental dengan
kontrol digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian.

Subjek penelitian
Peserta studi ini adalah wanita
berusia  50 tahun yang bertempat tinggal
di Jakarta Timur, sudah menopause  5
tahun, sehat (tidak menderita penyakit
diabetes melitus, penyakit jantung, stroke,
penyakit paru dan penyakit ginjal), tidak
minum obat yang mengandung hormon
selama 3 tahun terakhir. Skrining
dilakukan pada 80 wanita
pascamenopause berusia 50–71 tahun,
namun yang memenuhi kriteria inklusi
dan bersedia menanda tangani informed
consent didapatkan 42 orang. Subjek
penelitian diacak menggunakan tabel
random dan dibagi dalam kelompok
perlakuan dan kontrol, masing-masing
sebanyak 21 orang.

Intervensi olahraga aerobik


Olahraga aerobik dilakukan dengan
frekuensi 3 kali seminggu selama 12
minggu. Sebelum dan sesudah olah raga 123
Universa Medicina Vol.25 No.3

tangan dan sebuah alat dari plastik yang Pengukuran variabel


dilingkarkan di dada (Polar). Pengukuran Semua responden diwawancarai
denyut nadi dilakukan sebelum, selama dan menggunakan kuesioner yang mencakup
sesudah latihan dengan menggunakan Polar. antara lain usia dan lama menopause.
Olahraga dilakukan selam 25 menit, 5 menit Subyek penelitian yang memenuhi syarat
pertama pemanasan, 15 menit berikutnya berdasarkan kriteria inklusi, dilakukan
latihan inti dan 5 menit terakhir pendinginan. pemeriksaan fisik, tinggi dan berat badan,
Frekuensi denyut nadi selama latihan inti elektrokardiogram (EKG), gula darah
ditentukan sesuai dengan 60% dari denyut puasa dan 2 jam postprandial. Indeks
jantung maksimal yaitu 60% x (220 – usia). massa tubuh (IMT) diukur berdasarkan
Selama 2 minggu pertama dilakukan latihan berat badan dibagi kuadrat tinggi badan.
tanpa beban, kemudian diberikan beban Dari hasil pemeriksaan tersebut subyek
secara bertahap mulai 0,5 kp, 0,75 kp dan yang memenuhi syarat diperiksa kadar
maksimal 1 kp. Pemberian beban disesuaikan estradiol awal. Pemeriksaan estradiol
dengan kemampuan masing-masing subyek. menggunakan Elecsys Estradiol II reagent
Apabila selama latihan terjadi peningkatan kit, Cat No. 03000079 dan dilakukan di
denyut nadi mencapai 170 kali/ menit atau laboratorium P di Jakarta.
lebih, atau subyek merasa pusing, lelah atau
palpitasi latihan dihentikan dan subyek Analisis statistik
dikeluarkan dari penelitian. Subyek yang Data awal semua variabel variabel
tidak mencapai latihan selama 12 minggu dikumpulkan diuji menggunakan uji t
juga dikeluarkan dari penelitian. independent. Analisis uji t independent
juga digunakan untuk menguji perbedaan
kadar estradiol sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan.

124
Universa Medicina Vol.25 No.3

Gambar 1. Skrining dan randomisasi wanita pascamenopause

125
Universa Medicina Vol.25 No.3

Tabel 1. Umur, IMT, lama menopause dan kadar estradiol pada awal penelitian

HASIL PEMBAHASAN

Hasil skrining dan randomisasi subjek Hasil studi eksperimental ini


penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. menunjukkan olahraga aerobik selama 12
Pada awalnya beberapa karakteristik minggu mampu menurunkan kadar estradiol
penting seperti umur, lama menopause dan pada wanita pascamenopause. Hasil
IMT menunjukan tidak ada perbedaan antara penelitian ini konsisten dengan penelitian
kelompok perlakuan dan kontrol. Umur rata- yang dilakukan pada wanita pascamenopause
rata kelompok kontrol adalah 60,48 ± 5,89 di Amerika, yang menunjukkan adanya
tahun, tidak berbeda bermakna dengan umur penurunan kadar estradiol sebesar 7,7%
kelompok yang melakukan olahraga setelah olahraga selama 3 bulan dan 4,4%
(perlakuan) yaitu 58,76 ± 4,23 tahun (p = setelah 12 bulan.(11) Hasil ini juga sesuai
0,285). Rata-rata IMT pada kelompok kontrol dengan dengan hasil penelitian dari Tehard B
adalah 25,97 ± 4,73 kg/m2 tidak berbeda et al,(12) Bernstein et al(13) dan Atkinson et al.(14)
Mekanisme terjadinya penurunan
bermakna dengan kelompok perlakuan yaitu
kadar estradiol pada wanita pasca
23,24 ± 3,28 kg/m2 (p= 0,229). Nilai
menopause yang melakukan olahraga
estradiol rata-rata awal pemeriksaan pada
aerobik ini adalah olahraga aerobik
kelompok kontrol 26,14 ± 6,77 pg/ml tidak
mampu menurunkan lemak dalam
berbeda bermakna dengan nilai rata-rata
tubuh. (15)
Penurunan lemak ini
kelompok perlakuan yaitu 25,70 ± 4,70 pg/ml
mengakibatkan menurunnya produksi
(p= 0.810).
estrogen dari androgen dijaringan lemak
(Tabel 1)
melalui proses aromatisasi. (16,17)
Setelah diberikan latihan olahraga
Kehilangan fungsi ovarium pada wanita
aerobik selama 12 minggu, kadar estradiol
pascamenopause mengakibatkan
pada kelompok perlakuan besarnya 11,59 ±
kehilangan 90% sirkulasi estradiol.
3,87 pg/ ml berbeda bermakna dengan
Estradiol pada wanita pascamenopause
kelompok kontrol 16,75 ± 6,83 pg/ml
secara kontinu dihasilkan oleh
(p=0,004). Terjadi penurunan kadar estradiol ekstragonad seperti kelenjar adrenal, sel-
sebesar 54,9% pada kelompok perlakuan sel lemak, jaringan otot skelet, tulang,
dibandingkan kelompok kontrol sebesar hepar, ginjal dan nukleus spesifik di
35,9%. (Tabel 2) hipotalamus melalui proses aromatisasi.
Pada wanita pascamenopause, aromatisasi

126
Universa Medicina Vol.25 No.3
mengubah androgen menjadi estradiol.(18)

Tabel 2. Kadar stradiol setelah pemberian perlakuan

127
Universa Medicina Vol.25 No.3

Jaringan lemak merupakan Daftar Pustaka


penghasil estradiol terbanyak. Kadar
1. Barrett-Connor E. Sex differences in coronary
estradiol yang tinggi pada wanita pasca heart disease: why are women so superior?
menopause merupakan risiko menderita The 1995 Ancel Keys Lecture. Circulation
karsinoma payudara.(19,20) 1997; 95: 252- 64.
Olahraga dapat juga meningkatkan sex
hormone-binding globulin yang berikatan
secara kompetitif dengan estrogen dan
androgen, sehingga mengurangi jumlah
estradiol bebas. Olahraga yang teratur
menurunkan kadar growth factors seperti
insulin secara bermakna yang dihubungkan
dengan penurunan risiko kanker, dengan
mempengaruhi kadar Insulin-Like Growth
Factors (IGF-I = Somatomedin-C).
Dikatakan bahwa kadar IGF-I yang tinggi
dalam sirkulasi meningkatan risiko kanker
kolon rektum, payudara, prostat dan paru.(21)
Analisis selanjutnya menunjukkan
meningkatnya penimbunan lemak dalam
tubuh berkaitan dengan meningkatnya risiko
terjadinya kanker payudara.(22)

KESIMPULAN

Olahraga aerobik yang dilakukan secara


teratur dapat menurunkan kadar estradiol
pada wanita pascamenopause.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih


kepada Pimpinan Universitas dan Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti yang telah
memberikan kesempatan dan dana untuk
melaksanakan penelitian ini. Tidak lupa
disampaikan penghargaan kepada wanita
pascamenopause yang bersedia ikut serta
dalam penelitian ini.

128
Universa Medicina Vol.25 No.3
2. Farhat MY, Lavigne MC, Ramwell PW. The
vascular protective effects of estrogen. FASEB J
1996; 10: 615-24.
3. Grady D, Rubin SM, Petitti DB. Hormone therapy to
prevent disease and prolong life in
postmenopausal women. Ann Intern Med 1992;
117: 1016-37.
4. Affandi B, Baziad A (editor). Panduan menopause.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997.
5. Burger HG. The menopausal transition. Baillierres
Clin Obstet Gynaecol 1996; 3: 347-59.
6. Shanafelt TD, Barton DL, Adjei AA, Loprinzi CL.
Pathophysiology and treatment of hot flushes.
Mayo Clin Proc 2002; 77: 1207-18.
7. Missmer SA, Eliassen AH, Barbieri RL, Hankinson
SE. Endogenous estrogen, androgen, and
progesterone concentrations and breast cancer risk
among postmenopausal women. J Natl Cancer Inst
2004; 96: 1856-65.
8. Simpson ER. Aromatization of androgens in
women : current concepts and findings. Fertil Steril
2002; 77: 6-10.
9. Bulun SE, Nelson LR. Estrogen production and
action. Semin Reprod Endocrinol 1999; 4: 349- 58.
10. Kabuto M, Akiba S, Stevens RG, Neriishi K, Land
CE. A prospective study of estradiol and breast
cancer in Japanese women. Cancer Epidemiol
Biomarkers Prev 2000; 9: 575-9.
11. McTierman A, Tworoger SS, Ulrich CM, Yasui Y,
Irwin ML, Rajan KB, et al. Effect of exercise on
serum estrogens in postmenopausal women: a 12-
month randomized clinical trial. Cancer Research
2004; 64: 2923-8.
12. Tehard B, Friedenreich CM, Oppert J-M, Clevel-
Chapelon F. Effect of physical activity on women at
increased risk of breast cancer. Result from E3N
cohort study. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev
2006; 15: 57-64.
13. Bernstein L, Patel AV, Ursin G. Lifetime
recreational exercise activity and breast cancer risk
among black women and white women. J Natl
Cancer Inst 2005; 97: 167-9.
14. Atkinson C, Lampe JW, Tworoger SS, Ulrich CM,
Bowen D, Irwin ML, et al. Effects of a moderat
intensity exercise intervention on estrogen
metabolism in potmenopausal women. Cancer
Epidemiol Biomarkers Prev 2004; 5: 868-74.
15. Pritchard KI. Is exercise effective in reducing the
risk of breast cancer in postmenopausal women.
CMAJ 2004; 10: 787.

129
Universa Medicina Vol.25 No.3

130
Universa Medicina Vol.25 No.3
16. Friedenreich CM. Physical activity and cancer prevention from observational to international
research. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2001; 10: 287-301.
17. Patel A, Sullivan-Halley J, Press MF, Calle EE, Bernstein L. Lifetime recrational exercise activity and
risk of breast carcinoma in situ. Cancer 2003; 98: 216-9.
18. Dick IM, Devine A, Prince RL. Association of an aromatase TTTA repeat polymorphism with
circulating estrogen, bone structure, and biochemistry in older women. Am J Physiol
Endocrinol Metab 2005; 288: E989-E95.
19. Larionov AA, Vasyliev DA, Mason JL, Howie AF, Berstein LM, Miller WR. Aromatase in skeletal

198
Universa Medicina Vol.25 No.3
muscle. J Clin Endocrinol Metab 2002; 3: 1327-
36.
20. Lea CK, Ebrahim H, Tennant S, Flanagan AM. Aromatase cytochrome P450 transcripts are
detected in fractured human bone but not in normal skeletal tissue. J Gerontol A Biol Sci Med Sci
2003; 3: 266-70.
21. Friedenreich CM, Orenstein MR. Physical activity and cancer prevention: tiologic evidence and
biological mechanisms. J Nutr 2002; 132(11 Suppl): 3456S-64S.
22. Morimoto L, White E, Zhao C. Obesity, body size, and risk of postmenopausal breast cancer: the
Women’s Health Initiative. Cancer Causes Control 2002; 13: 741-51.

199
Universa Medicina Vol.25 No.3

PENGARUH OLAHRAGA AEROBIK TERHADAP KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI

Rizki Kurniati1
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
kyereen19@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan pengaruh dari senam aerobik dan
bersepeda terhadap kesejahteraan psikologis remaja putri. Penelitian ini menitikberatkan
pada variabel-variabel: (1) senam aerobik dan bersepeda sebagai variabel bebas, dan (2)
kesejahteraan psikologis sebagai variabel terikatnya. Penelitian ini menggunakan
pretest-postest control group desain, dilakukan terhadap 40 orang remaja putri di SMK,
dengan membagi menjadi tiga kelompok eksperimen. Dua kelompok (40orang)
melakukan olahraga aerobik yaitu senam dan bersepeda sedangkan satu kelompok (20)
sebagai control. Hasil pada analisis hipotesis menggunakan ANOVA membuktikan
bahwa Fhitung > Ftabel dengan α (1%) (5%) yaitu (19.940 > 3,18 > 4.98). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa olahraga aerobik berperan dalam menurunkan rasa cemas, stress,
dan depresi, serta dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Kata kunci : olahraga aerobik, remaja, kesejahteraan psikologis.

Kesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan.
Berdasarkan standar kesehatan WHO, kesehatan mencakup kesehatan fisik, sosial dan
psikologis. Kesehatan psikologis merupakan salah satu faktor dimana orang dapat
dikatakan benar-benar sehat. Banyak sekali permasalahan-permasalahan yang menekan
pikiran, menyebabkan berbagai gangguan psikologis. Permasalahan dalam kehidupan
tidak hanya di hadapi oleh orang dewasa tetapi juga remaja. Remaja yang berada pada
tahap perkembangan tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan hidup yang
terkadang menyebabkan gangguan terhadap kesehatan baik secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan data WHO 2011, setiap tahunnya 20% remaja mengalami masalah
kesehatan mental khususnya stress, kecemasan dan depresi.
Terdapat banyak factor yang menyebabkan remaja ngelami stress. Misalnya,
remaja dapat terkena stress disebabkan antara lain adalah kehidupan sekolah hal ini
dapat menjadi faktor utama penyebab stress pada remaja. Tuntutan akademis yang
terlalu berat, hasil hasil ulangan yang buruk, tugas yang banyak, dan tuntutan orang tua

1
Rizki Kurniati; Mahasiswa PPs UNJ Jakarta

200
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

yang dianggap terlalu berat. Factor kedua adalah lingkungan yang merupakan sarana
sosialisasi anak dengan teman-teman sebaya. Factor ketiga yang dapat menyebabkan
stress adalah keadaan fisik. Fisik yang terlalu kurus, atau terlalu gemuk dapat
menyebabkan remaja menjadi stress hal ini menyebabkan menurunnya rasa percaya diri.
Sehingga, dapat mengurangi kesuksesan dalam pergaulan. Factor keempat adalah
kondisi keluaraga, kondisi yang tidak baik antara kedua orang tua atau tidak
harmonisnya hubungan anak dengan orang tua dapat menyebabkan seorang remaja
mengalami gangguan mental tersebut. Factor kelima adalah kondisi keuangan keluarga
yang tidak baik dapat menyebabkan seoarang remaja stres karena kondisi keuangan
keluarga menjadi masalah yang sensitive bagi para remaja. Dari berbagai macam factor
internal maupun eksternal dapat disimpulkan bahwa remaja sangat mudah mengalami
stress dan rendahnya kesejahteran psikologis pada remaja. Banyak penelitian yang
menyatakan bahwa olahraga aerobik dapat meningkatkan kesehatan psikologis remaja
putri. Oleh karena itu peneliti bermaksud membuktikan bahwa olahraga aerobik seperti
senam aerobik dan bersepeda dapat meningkatkan kesejahteran psikologis remaja putri.
Senam Aerobik
Kenneth Cooper memperkenalkan kebugaran aerobik pada dunia pada tahun
1960an. Pada tahun 1970an tarian aerobik menjadi berubah sejak tarian yang popular.
Pada saat itu, sekelompok orang mempelajari tarian dalam jangka waktu sekitar enam
sampai delapan minggu. Tarian–tarian ini diadakan di gereja, pusat rekreasi, klub–klub
kebugaran dan juga sekolah–sekolah. Pada masa ini, aerobik telah jauh berkembang
pesat dan berbeda. Sekarang aerobik bisa dilakukan secara individu dengan menirukan
gerakan senam yang terdapat dalam CD senam aerobik yang banyak beredar dipasaran.
Senam menurut Imam Hidayat (Koni: 2011) menyatakan senam ialah latihan
tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik dan dilakukan secara
sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam
adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana disusun secara
sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara keseluruhan
dan harmonis (Woerjati Soekarno, 1996: 3).
Menurut KONI (www.konidki.or.id) senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan
baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga

199
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan senam merupakan serangkaian gerakan


untuk mengembangkan kemampuan motorik melalui gerakan-gerakan yang harmonis.
Menurut Marta Dinata (2007: 5) senam aerobik adalah serangkaian gerak yang
dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang dipilih sehingga
melahirkan ketentuan ritmis, continusitas dan durasi tertentu. Senam aerobik adalah
salah satu bentuk olahraga semacam senam atau dansa yang diiringi berbagai ragam
irama musik. Olahraga ini umumnya dilakukan berkelompok dengan satu atau lebih
pemimpin gerakan, meskipun dengan panduan video sangat mungkin untuk dilakukan
sendiri.
Senam aerobik merupakan latihan fisik yang menggabungkan beberapa gerakan
latihan kebugaran seperti berjalan, jogging, tari, gerakan berenang dan lain sebagainya.
Senam aerobik yang dilakukan secara konstan akan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan menguatkan fungsi organ, serta memberi pasokan oksigen yang cukup baik
pada tubuh. Sehingga latihan kebugaran aerobik memiliki banyak manfaat yang berguna
bagi tubuh, seperti menurunkan resiko penyakit jantung atau diabetes, peningkatan
metabolisme tubuh menurunkan tekanan darah, mengurangi stress dan lain sebagainya.
Senam aerobik merupakan latihan yang menggerakan seluruh otot terutama otot
besar dengan gerakan yang mantap, terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan.
Latihan senam aerobik bisa dipilih gerakan-gerakan yang mudah, menyenangkan dan
bervariasi sehingga memungkinkan seseorang untuk melakukannya secara teratur dalam
kurun waktu yang lama. Pada latihan ini, daya tahan jantung dan paru-paru merupakan
sasaran utama, di samping sasaran-sasaran yang lain yang mendukung peningkatan
kebugaran seseorang (Woerjati Soekarno, 1996: 13).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan Senam aerobik adalah suatu
sistematika gabungan antara rangkaian gerak dan musik yang sengaja dibuat sehingga
muncul keselarasan antara gerakan dan musik tersebut untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk melakukan gerakan senam aerobik harus dapat melakukan teknik gerakan
yang benar, sehingga, teknik yang digunakan harus mendapatkan hasil tanpa
menyebabkan cidera. Menurut Brick (2003: 25) beberapa konsep teknik yang sering
digunakan sebagai berikut; (a) Menggunakan Sikap Tubuh yang Tepat, Sikap tubuh
yang benar yaitu, berdiri dengan tegak lurus dengan kepala tegak, bahu sejajar dengan

200
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

pinggul. Menjaga otot perut kencang, bahu ditarik kebelakang dalam keadaan rileks.
Pertahankan tubuh tetap tegak setiap melakukan pemanasan, latihan dan peregangan
bahkan saat tidak sedang berolahraga. Sehingga sikap tubuh yang baik dapat membantu
membangun kepercayaan diri. (b) Menyesuaikan Impact (benturan) Berdasarkan tingkat
intensitas gerakan dan pola kaki yang digunakan, maka senam aerobik dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu senam aerobik low impact (benturan ringan), moderate
impact (benturan sedang), dan juga aerobik high impact (benturan keras).
Bersepeda
Sepeda di temukan pertama kalinya pada tahun 1790, dibuat dari bahan kayu
dengan dua roda, akan tetapi tanpa kemudi dan pengayuh (Priye Anugrah, 2010: 9).
Sepeda pertama dengan dilengkapi pedal dan kemudi pada roda depan, dirancang dan
dibuat oleh Kirkpatrick Macmillan pada tahun 1839 (Prie Anugrah, 2010: 9). Akan
tetapi, sepeda yang sebenarnya baru diproduksi pada tahun 1861 oleh seorang jerman
bernam Pierre Mlchaux.
Pada tahun 1885 Jhon Kemp Starley membuat kendaraan transportasi yang
bernama sepeda menjadi kendaraan yang relative lebih aman, dengan ukuran ban yang
tidak terlalu besar (Prie Anugrah, 2010: 10). Kemudian, berkembang kembali menjadi
safety bike yang dapat digunakan baik pria maupun wanita. Dengan demikian pada
dasarnya mulai pada tahun 1890 sampai saat ini penemuan safety bike terus berevolusi
sebgai alat transportasi perorangan dan terkenal dengan nama sepeda.
Sepeda menurut kegunaannya dapat disesuaikan dengan pengendara sehingga
penuh kenyamanan, yang terpenting adalah menghindari cidera pada bagian tubuh yang
disebabkan oleh ketidak sesuaian jenis maupun ukuran sepeda. Menurut Prie Anugrah
(2010: 17) terdapat tujuh jenis sepeda berdasarkan fungsinya, yaitu: (1) sepeda
kompetisi untuk jalan raya, (2) sepeda kompetisi untuk triathlon, (3) Sepeda hybrid, (4)
Sepeda gunung, (5) sepeda rekreasi, (6) sepeda tandem, dan (7) sepeda lipat.Dari
berbagai macam jenis sepeda berdasarkan fungsinya dapat digunakan sepeda rekreasi
untuk kegiatan sehari-hari, bersantai, misalnya digunakan untuk kesekolah, bersantai,
kepasar, sepeda jenis ini dibuat untuk tidak mengahadapi medan yang berat, tetapi lebih
digunakan untuk bersantai sebagai rekreasi keluarga

201
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

Prinsip-Prinsip latihan
Latihan yang benar harus dengan menggunakan prinsip-prinsip latihan, yaitu
“F.I.T.T” (Frequency, Intensity, Type, dan Time) (Heithold & Glass, 2002: 2; Giam &
The, 1993: 16). Prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) Frekuensi menunjukkan pada jumlah
latihan perminggu. Menurut American college of sport medicine (ACSM) “ exercises
should be performed three to five days a week.” Artinya untuk menjaga kebugaran dan
kesehatan, olahraga harus dilakukan tiga sampai lima kali tiap minggu. (b) Intensitas
adalah ukuran berat atau ringan suatu beban yang harus dikerjakan pada saat latihan
berlangsung. Untuk menjaga kesehatan, olahraga aerobik sangat dianjurkan. Untuk
mengukur intensitas latihan dapat digunakan denyut nadi maksimal. Denyut nadi
maksimal dihitung berdasrkan rumus: DNM = 220 – umur. Sedangkan untuk penurunan
kecemasan dan depresi setelah olahraga aerobic dapat dicapai dengan intensitas antara
30% dan 70% dari maksimal denyut jantung untuk mencapai manfaat psikologis
(Winberg & Gould, 2007: 401). Sedangkan menurut American Heart Association
(AHA) untuk yang bukan atlet dianjurkan memulai dari intensitas 60 dan 75 % dari
denyut jantung maksimal. (c) Tipe atau bentuk latihan menunjukkan pada ragam
aktivitas fisik yang dipilih untuk berlatih. Untuk pengembangan kebugaran
kardiorespirasi latihan harus bertipe aerobik, seperti jogging, berenang, berjalan, atau
bersepeda. Untuk membina kekuatan otot, latihan yang baik adalah dengan latihan
beban. (d) Time menunjukkan pada beberapa lama latihan itu berlangsung. Durasi dan
intensitas saling berhubungan. Peningkatan kebugaran kardiorespirasi, sebaiknya
aktivitas fisik dilakukan selama paling sedikit 30 menit setiap harinya, dan disarankan
untuk tidak melebihi 60 menit. Menurut Winberg & Gould (2007: 401) lama latihan
secara signifikan mengurangi kecemasan, bahkan efek terbesar ditemukan pada periode
30 menit (terutama dibawah kondisi intensitas sedang).
Kesejahteraan Psikologis
Menurut bahasa, well-being atau sejahtera adalah aman sentosa dan makmur;
selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya). Sedangkan
kesejahteraan adalah keamanan dan keselamatan (kesenangan hidup dan sebagainya);
kemakmuran. Psychological well-being sebagai suatu yang mengukur tentang kondisi
well-being seorang individu dalam hidupnya yang dilihat berdasarkan enam aspek, yaitu

202
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

penerimaan individu terhadap dirinya, kemampuan individu untuk menguasai


lingkungannya, kemampuan untuk bersifat otonom, tingkatan hubungan positif dengan
orang lain, pertumbuhan pribadi, serta tujuan individu dalam hidupnya (Ryff, 1989).
Menurut Ryff (1989) gambaran tentang karakteristik seseorang yang memiliki
psychological well-being atau kesejahteraan psikologis dan merujuk pada pandangan
Rogers tentang seseorang yang berfungsi penuh (fully-functioning person), pandangan
Maslow tentang aktualisasi diri (self actualization), pandangan Jung tentang individuasi,
dan konsep Allport tentang kematangan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah suatu keadaan dimana
individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu membentuk hubungan yang hangat
dengan orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki
tujuan hidup dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan
pribadi.
Selanjutnya, aspek-aspek kesejahteraan psikologis (psychological well-being)
yang dikemukakan Ryff mengacu pada teori positive functioning (Maslow, Rogers, Jung
dan Allport), teori perkembangan (Erikson, Buhler dan Neugarten), dan teori kesehatan
mental (Jahoda) (Edwards, et. al (2005: 77). Masing-masing aspek ini menggambarkan
berbagai tantangan yang harus dihadapi individu sebagai upaya mereka untuk berfungsi
positif. Adapun ke enam dimensi dari psychological wellbeing tersebut adalah (Ryff,
1989: 57):
Aspek Penerimaan diri (self acceptance), Penerimaan diri didefinisikan sebagai
ciri-ciri utama dari kesehatan mental yang juga menjadi karakteristik dari aktualisasi
diri yang baik, menuju kepada kematangan individu dan memfungsian diri yang
optimal.
Aspek Hubungan Positif dengan Orang Lain (positive relations withothers).
Hubungan positif dengan orang lain ini yaitu ketika individu mampu merasakan
kehangatan dan memiliki rasa percaya kepada individu lain.
Aspek Otonomi/ Kemandirian (autonomy), merupakan kemampuan individu
dalam mengambil keputusan sendiri dan mandiri, mampu melawan tekanan sosial untuk

203
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

berpikir dan bersikap dengan cara yang benar, berperilaku sesuai dengan standar nilai
individu itu sendiri, dan mengevaluasi diri sendiri dengan standar personal.
Aspek Penguasaan Lingkungan (environmental mastery), Mental yang sehat
dikarakteristikkan dengan kemampuan individu untuk memiliki atau menciptakan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya, mampu dan berkompetensi mengatur
lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan
kebutuhan dan nilai individu itu sendiri.
Aspek Tujuan Hidup (purpose in life), Mental yang sehat meliputi adanya
keyakinan bahwa dapat melakukan sesuatu bagi orang lain adalah tujuan hidup
seseorang. Individu yang berfungsi secara positif memiliki tujuan, misi, dan arah yang
membuatnya merasa bahwa hidup ini memiliki makna, dan mampu merasakan arti
dalam hidup masa kini maupun yang telah dijalani. Dengan demikian seorang akan
memiliki gairah hidup dan hidup bermakna.
Aspek Pengembangan Pribadi (personal growth), Berfungsi secara optimal tidak
hanya membutuhkan pencapaian karakteristik sebelumnya, tetapi juga mempertahankan
perkembangan potensinya untuk tetap tumbuh dan berkembang sebagai individu.
Menyadari potensi yang ada dalam dirinya dan dapat terus mengembangkan potensi
diri, melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap waktu, sesuai dengan kapasitas
periode perkembangannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, keenam dimensi tersebut berkaitan
erat dengan penerimaan diri, hubungan yang erat dengan orang lain, kemenandirian atau
kebebasan menentukan pilihan, sosialisasi terhadap lingkungan, sebagai tujuan hidup,
serta pengembangan diri pribadi.
Selanjutnya, menurut Ryff & Singer (2006: 85) menyatakan bahwa factor-faktor
yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang adalah (1) Faktor
demografis (usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, budaya), (2) dukungan sosial,
(3) evaluasi terhadap pengalaman hidup, (4) factor relegius, (5) kepribadian.
Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, menunjukan bahwa wanita berada pada
level yang lebih sering mengalami stress dan depresi (Vazquez, et., al, 2009: 19).
Sharkey (2003: 25) kecemasan didefinisikan sebagai kebingungan yang dicirikan
dengan perasaan tidak yakin dan putus asa. Sedangkan orang yang berada pada tingkat

204
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

emosional yang tinggi dapat menyebabkan efek secara fisiologis, dan menyebabkan
penyakit seperti strok, serangan jantung, dan sebagainya (Vazquez, et., al, 2009: 18).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang yang sedang mengalami stress, depresi, kurang
sejahtera dapat berakibat pada system imun atau system kekebalan tubuh.
Menurut Vazquez, et al (2009: 22) menemukan bahwa individu yang
mendapatkan dukungan sosial memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi. Dukungan
sosial tersebut dapat diperoleh dari pasangan, keluarga, teman, atau lainnya. Secara
tidak langsung individu mendapatkan dukungan emosional dari orang-orang yang
dicintainya. Hal ini berdampak positif dan sangat penting bagi kesehajteraan, kesehatan
fisik maupun mental individu.
Kesejahteraan psikologis yang tinggi juga dipengaruhi oleh factor relegiusitas
seseorang (Vasquesz, et al, 2009: 22). Individu dengan tingkat relegius yang tinggi
cendrung tidak mudah putus asa, stress, menyesali hidup, dan sebagainnya. Oleh karena
itu dengan mudah bersyukur individu akan mendapatkan kesejahteraan secara mental.
Sedangkan kepribadian terkait dengan self estem, self acepteble, self perception
cendrung memiliki kesejahteraan psikologis yang baik (Edward, Ngcobo, Edwards &
Palavar, 2005: 78). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tidak
sejahteranya salah satu, bahkan lebih dari faktor-faktor tersebut seseorang akan
mengalami rendahnya kesejahteraan psikologis dalam diri individu tersebut.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan desain pretes-postest
control grup desain. Populasi dalam pebelitian ini adalah remaja putri di SMK N 4
Klaten yang berjumlah 148orang. Sampel dalam penelitian ini merupakan sebagian dari
populasi sebanyak 25% dari 148orang adalah 59.2  60orang. Teknik pengambilan
sampel secara random sampling, yaitu dengan undian. Instrumen dari penelitian ini
menggunakan angket dengan Scale of psychological well-being dari Carol D. Ryff
(1989) merupakan instrument baku untuk mengukur kesejahteraan psikologis
(psychological well-being). Alat ukur ini menggunakan versi skala 42 pertanyaan.
Instrument ini telah di uji coba kembali dengan Validitas dan Reliabilitas sebesar

205
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

0.933. Teknik analisis data ini menggunakan uji normalitas data, homgenitas data, uji t
dan ANOVA.

HASIL
Deskripsi data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran
data yang meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, simpangan baku,
median, modus, varians, distribusi frekuensi. Berikut data lengkapnya:
Tabel 1.
Deskripsi data
N Min Max Sum Mean Std. Deviation Variance
PretesK1 20 70 130 1999 99.95 8.062 64.997
PretesK2 20 72 120 1950 97.50 11.390 129.737
PretesK3 20 70 133 1870 93.50 17.071 291.421
Valid N (listwise) 20
PostesK1 20 84 140 2243 118.15 11.142 124.134
PostesK2 20 82 140 2156 109.80 14.997 224.905
PostesK3 20 71 133 1882 94.10 17.788 316.411
Valid N (listwise) 20

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara ke tiga
kelompok dari hasil pretes dan posttest. Pada kelompok eksperimen (senam dan
bersepeda) terdapat perbedaan rata-rata nilai sebelum dan sesudah perlakuan.
Sedangkan pada kelompok control tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai. Sehingga,
adanya pengaruh dari latihan senam aerobik dan bersepeda terhadap kesejahteraan
psikologis pada remaja putri. Selanjutnya, dilakukan Uji Normalitas Data sebagai
berikut.
Tabel 2.
Uji normalitas
Kelompok N Kolmogorov-Smirnov Dtabel Keterangan
K.1 20 0,681 Normal
K.2 20 0,901 0,294 Normal
K.3 20 0,960 Normal

206
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Dtabel sebesar 0.294 yang lebih kecil dari
Dhitung sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Analisis
selanjutnya adalah Uji Homogenitas. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 3.
Uji homogenitas
Kelompok Varians Varian Gabungan X2hitung X2tabel (5%) Keteragan
K.1 77,6161
K.2 60,5284 77,6478 43.467 79,082 Homogen
K.3 87,2921

Berdasarkan data yang dihitung menggunakan uji Bartlett dengan taraf kepercayaan 5%
diperoleh X2 tabel = 79,082 dan X2 hitung = 43.467 sehingga dapat ditulis 43.467 < 79,082
dengan syarat homogen: Xhitung < Xtable. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel dari
populasi yang sama (homogen). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah Uji t.
Karakteristik pengujian hipotesis Ho jika thitung < ttabel, dan Ha jika thitung > ttabel. Dalam
penelitian ini thitung dari setiap kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.
Uji t

Test Value = 0
95% Confidence Interval
of the Difference
T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
K1 7.284 19 .000 12.500 8.91 16.09
K2 6.031 19 .000 10.300 6.73 13.87
K3 1.453 19 .163 .600 -.26 1.46

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen senam
aerobik hasil thitung > ttabel atau 7.284 > 2.093. Pada kelompok eksperimen bersepeda
hasil thitung > ttabel atau 6.031 > 2.093. Artinya, terdapat pengaruh dari perlakuan terhadap
kesejahteraan psikologis. Sedangkan pada kelompok control hasil thitung < ttabel atau
1.453, artinya pada kelompok control tidak adanya pengaruh. Langkah terakhir adalah
dilakukan Analisis Varian sebagai berikut.

207
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

Tabel 6.
Analisis varian

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between
1603.600 2 801.800 19.940 .000
Groups
Within Groups 2292.000 57 40.211
Total 3895.600 59

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil hasil dihitung menggunakan
SPSS diperoleh Fhitung 19.40 sedangkan Ftabel 3,18 (5%), 4.98 (1%), Maka Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan olahraga
aerobik dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis.

PEMBAHASAN
Menurut Brick (2002: 7) aerobik adalah salah satu bentuk latihan yang paling
popular dalam latihan kebugaran. Sebab aerobik lebih menyenangkan untuk dilakukan
dan dapat dilakukan sendirian atau dengan orang lain. Latihan aerobik tidak haya
membantu untuk merasa lebih baik, tetapi juga membantu menghilangkan stress, merasa
nyaman, dan memberikan perasaan menyenagkan saat melakukan latihan. pada saat
melakukan senam aerobik adanya music yang memberikan efek yang menyenangkan,
sehingga memacu hormone serotonin dalam tubuh. Keuntungan lain yang diperoleh dari
senam aerobik berupa kebugaran jantung, kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan
dan komposisi tubuh.
Sedangkan bersepeda juga merupakan cara terbaik untuk memperoleh kesehatan
dan kebugaran. Bersepeda efektif untuk menjaga kesehatan otot bagian bawah tubuh.
Bersepeda juga memenuhi tambahan aerobik yang diperlukan bagi sistem jantung tetapi
dengan tekanan yang kurang terhadap anggota tubuh (Carmichael & Burke, 2003; 6).
Namun, bersepeda mempunyai pengaruh yang kecil pada peningkatan flesibilitas tubuh.
Menurut Carmichael & Burke (2003; 7) rendahnya fleksibilitas tubuh dikarenakan
berada di atas sadel secara berlebihan. Meskipun demikian bersepeda dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot, terutama otot bagian bawah tubuh. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa senam aerobik dan bersepeda memeiliki manfaat
yang sama meskipun dengan sedikit perbedaan.

208
Motion, Volume VI, No.2, September 2015

Bukti telah menunjukan hubungan positif antara latihan dan kesehahteraan


psikologis. Beberapa hipotesis, baik psikologis dan fisiologis telah diusulkan untuk
menjelaskan bagaimana latihan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Bagaimanapun,
salah satu teori atau hipotesis utama yang mendukung menghasilkan mekanisme
perubahan positif. Pada kenyataannya, perubahan positif dalam kesejahteraan psikologis
merupakan interaksi antara mekanisme psikologis dan fisiologis. Oleh karena itu,
peneliti mengusulkan catatan sederhana potensi mekanisme psikologis dan fisiologis
terhadap efek positif dari latihan pada kesejahteraan psikologis sebagai berikut.
Tabel 7.
Potensi mekanisme psikologis dan fisiologis terhadap efek positif dari latihan
pada kesejahteraan psikologis
Penjelasan fisiologis Penjelasan psikologis
 Meningkatkan control perasaan
 Peningkatan aliran darah ke otak
 Merasa kompetansi dan
 Perubahan neurotransmitter (misalnya,
keterampilan diri
efineprin, endofrin, serotonin
 Interaksi sosial yang positif
 Penigkatan konsumsi oksigen maksimal
 Peningkatan konsep diri dan harga
dan pengiriman oksigen ke jaringan
diri
otak
 Kesempatan untuk bersenang dan
 Penurunan keteganan otot
kegembiraan
 Perubahan structural otak

SIMPULAN
Berdasarkan uraian serta hasil penelitian pada, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) terdapat pengaruh senam aerobik terhadap kesejahteraan psikologis pada
remaja putri dengan hasil uji t sebesar 7.284 setelah perlakuan, (2) terdapat pengaruh
bersepeda terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja putri dengan hasil uji t sebesar
6.031 setelah perlakuan, (3) tidak terdapat pengaruh pada kelompok control terhadap
peningkatan kesejahteraan psikologis setelah posttest, dan (4) Senam aerobik dan
bersepeda memberikan efek yang positif terhadap peningkatan kesejahteraan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA
Brick, Lynne. (2002). Bugar dengan senam aerobik. Jakarta; PT. Raja Grafindo
Persada.

209
Motion, Volume VI, No.2, September 2015
Carmicahael. C & Burke, E. R. (2003). Bugar dengan bersepeda. Jakarta; PT. Rajagrafindo Persada.

Edwards. S. D. (2003). Physical xercise and psychological wellness in health club members: a
comparative and longitudinal study. South African Journal for Research in sport, Physical
Education and reacreation. Diambil pada tanggal 10 Agustus 2011, dari
http://proquest.umi.com

Edwards. S. D., Ngcobo. S. B., Edwards. J. D., & Palavar. K. (2005). Exploring the relationship
between physical activity, psychological well-being and physical self- perception in different
exercise groups. South African Journal for Research in sport, Physical Education and
reacreation. 27 (1): 75-90. Diambil pada tanggal 10 Agustus 2011, dari
http://proquest.umi.com

Heithold, K., & Glass, S. (2002). Variation in heart rate and perception of effort during land and
water aerobik in older women. Journal of exercise physiology. Diambil pada tanggal 12 Juli
2011,dari http://proquest.umi.com

Koni. (2011). Senam. Diambil pada tanggal 09 Agustus 2011, dari www.//konidki.or.id

Marta Dinata. (2007). Langsing dengan aerobik. Jakarta: Cerdas Jaya.

Prie Anugrah. (2010). Gowes yuuk, cara yang benar dan sehat. Jakarta: Dian Rakyat.

Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Exploration on the meaning of psychological


well-being. Journal of personality and social psychology, 57, 1069- 1081. Diambil pada
tanggal 12 Juli 2011, dari http://proquest.umi.com

Ryff, C. D. & Singer, B. H (2006). Best news yet on the six-factor model of well-being. Social
Science Research. Diambil pada tanggal 12 Juli 2011, dari http://proquest.umi.com

Sharkey, B.J. (2003). Kebugaran dan kesehatan. (Terjemahan Eri Desmarini Nasution).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Vasquez. C., Hervas. G., Rahona. J. J., & Gomez. D. (2009). Psychological well-being and health.
Contributions of positive psychology. Annuary of Clinical and health psychology, 5: 15-27.
Diambil pada tanggal 12 Juli 2011, dari http://proquest.umi.com

Winberg, R. S., & Daniel Gould. (2007). Foundation of sport and exercise psychology (4th ed.).
USA: Human Kinetics.

Woerjati Soekarno. (1996). Teori & praktek senam dasar. Klaten: PT. Intan Pariwara.

210

Anda mungkin juga menyukai