Anda di halaman 1dari 12

A.

FISIOLOGI OLAHRAGA PADA ATLET

Secara umum pengertian olahraga dapat kita lihat sebagai Suatu rangkaian kegiatan
keterampilan gerak atau memainkan objek, yang disusun secara terstruktur dan sistemmatis
dengan menggunakan suatu batasan aturan tertentu dalam pelaksanaannya (Liliani Puspa
2009).

Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahwa, didalam olaharaga secara pasti terdapat
aktivitas fisik dalam bentuk gerak dan latihan, sehingga dalam kaitannya dengan mempelajari
fisiologi olahraga kita akan melihat olahraga dari sudut pandang aktivitas gerak dalam proses
latihan dan kompetisi.

Fisiologi Olahraga berakar pada disiplin ilmu anatomi, ilmu fisiologi dan ilmu kedokteran.
Disiplin ilmu ini mengeksplorasi struktur dan fungsi tubuh manusia; mempelajari respon dan
adaptasi tubuh terhadap suatu latihan fisik atau olahraga (Junaidi, 2020).

Respon tubuh ketika saat melakukan latihan olahraga merupakan perubahan fungsi sistem
tubuh dalam menghadapi beban kerja yang diberikan. Besaran responnya bergantung dengan
intensitas beban kerja yang diberikan. Beban kerja dengan intensitas ringan akan
menyebabkan perubahan fungsi tubuh yang ringan juga, sebaliknya beban kerja dengan
intensitas berat akan menyebabkan perubahan fungsi tubuh yang besar. Walaupun demikian
bila intensitas beban kerja terlalu berat akan menyebabkan tubuh tidak memberi respon yang
berarti lagi yang biasanya disebut dengan kelelahan.

Adaptasi tubuh juga terjadi ketika saat melakukan latihan (akut), misalnya ketika seseorang
yang sedang berpuasa melakukan olahraga dimana kadar gula darahnya rendah, kadar gula
tersebut tidak mungkin akan turun terus walaupun orang tersebut terus melakukan olahraga.
Hal ini karena tubuh beradaptasi dengan mengontrol kadar gula darah melalui pemecahan
glikogen hati menjadi glukosa. Sedangkan respon dan adaptasi kronik terjadi pada satu
periode latihan. Respon tubuh terhadap suatu latihan yang diberikan berulang-ulang tidak
sehebat respon tubuh ketika pertama diberikan beban latihan. Responnya biasanya rendah dan
hal ini seperti terlihat pada orang yang terlatih. Sebaliknya adaptasi tubuh yang terjadi setelah
menjalani satu periode latihan akan lebih besar seperti yang terlihat pada otot rangka dan otot
jantung. Sebagai contoh seseorang yang berulang-ulang mengangkat beban berat biasanya
menghasilkan kemampuan lebih besar untuk mengangkat beban lebih berat. Perubahan
fungsional ini disebabkan latihan berulang-ulang menyebabkan pertumbuhan jaringan otot,
sehingga meningkatkan kekuatan kontraktil. Selain itu latihan berulang-ulang akan
menyebabkan peningkatan kinerja sistem saraf yang akan menyebabkan lebih besar jumlah
serat otot berkontraksi secara bersamaan.

Fisiologi olahraga juga menjelaskan bagaimana fungsi tubuh berespon ketika suatu latihan
akan dilakukan atau ketika latihan dihentikan. Mengapa frekuensi denyut jantung seseorang
sudah meningkat walaupun orang tersebut belum memulai suatu latihan, demikian juga
frekuensi denyut jantung seseorang tetap tinggi walaupun latihan sudah dihentikan. Dengan
banyaknya yang dapat dijelaskan oleh fisiologi olahrag, maka fisiologi olahrag dapat
digunakan untuk peningkatan penampilan seorang atlet.

B. MEKANISME DALAM FISIOLOGI LATIHAN

Bila seseorang ingin mengetahui bagaimana beberapa perubahan yang terjadi pada fungsi
tubuh setelah menjalani suatu latihan, maka dia harus mengerti tentang mekanisme fisik dan
kimia yang mendasari perubahan tersebut. Sebagai contoh, mari kita lihat hubungan antara
olahraga endurance yang teratur (joging, bersepeda, berenang, dan sebagainya) dengan resiko
menderita penyakit jantung koroner pada usia dini. Banyak penelitian yang membandingkan
resiko penyakit jantung koroner pada kelompok orang yang aktif berolahraga secara teratur
dengan kelompok yang tidak aktif berolahraga, menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat
menjadi pelindung terhadap resiko menderita penyakit jantung pada usia dini. Perubahan
fungsi tubuh, terutama pada dinding pembuluh darah akan menyebabkan pembuluh darah
menjadi lebih elastis. Selain itu penurunan kadar kolesterol pada olahraga endurance juga
akan melancarkan aliran darah ke otot jantung.

C. RESPOND DAN ADAPTASI TUBUH TERHADAP LATIHAN

Sebagai mana dijelaskan sebelumnya, perubahan fungsi tubuh yang ditimbulkan oleh
latihan tunggal dan latihan berulang-ulang sangat bervariasi. Kadang-kadang latihan tunggal
disebut juga latihan akut, sedangkan latihan berulang-ulang selama beberapa hari atau bulan
dapat disebut latihan kronis. Penting untuk diketahui bahwa perubahan fungsional tubuh tidak
selalu terjadi pada latihan tunggal. Misalnya, latihan tunggal tidak mempengaruhi frekuensi
denyut jantung istirahat, sedangkan latihan berulang-ulang akan menurunkan frekuensi denyut
jantung istirahat. Respon adalah perubahan fungsional sementara yang disebabkan oleh
latihan. Perubahan fungsional ini segera hilang setelah latihan berakhir. Contoh respon
terhadap latihan adalah peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah dan
peningkatan frekuensi pernapasan selama latihan. Semua respon ini akan berhenti beberapa
menit setelah latihan berakhir.
Adaptasi adalah perubahan persisten dari struktur atau fungsional tubuh setelah
menjalani latihan yang berulang-ulang. Hasil adaptasi ini memungkinkan tubuh memberi
respon lebih mudah lagi terhadap latihan berikutnya. Biasanya, adaptasi terlihat empat sampai
enam minggu setelah latihan berjalan, tetapi beberapa kasus adaptasi terjadi setelah hanya
empat atau lima hari latihan. Salah satu contoh adaptasi latihan adalah pengurangan denyut
jantung untuk beban latihan submaksimal yang hampir selalu mengikuti beberapa minggu
latihan. Penurunan denyut jantung latihan tampaknya memungkinkan jantung untuk
memompa jumlah yang sama darah ke otot-otot bekerja dengan jumlah energi yang lebih
rendah untuk jantung. Contoh lain dari adaptasi adalah ukuran otot meningkat sebagai hasil
program angkat berat berat dan memungkinkan pengangkat untuk mengerahkan kekuatan otot
yang lebih besar dari sebelumnya pelatihan. Sebagian besar peningkatan kekuatan ini
berlangsung selama berbulan-bulan setelah program pelatihan berakhir.

Secara umum yang dikatakan Wara Kushartanti (2009) olahraga yang dilakukan
secara teratur dengan takaran yang cukup akan menyebabkan perubahan sebagai berikut:

1. Perubahan Pada Jantung


Jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga daya tampung besar dan denyutan
kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja
yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut terlalu sering. Pada orang yang tidak
melakukan olahraga, denyut jantung rata-rata 80 kali per menit, sedang pada orang
yang melakukan olahraga teratur, denyut jantung rata-rata 60 kali per menit. Dengan
demikian dalam satu menit dihemat 20 denyutan, dalam satu jam 1200 denyutan, dan
dalam satu hari 28.800 denyutan. Penghematan tersebut menjadikan jantung awet, dan
boleh diharap hidup lebih lama dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
2. Perubahan Pada Pembuluh Darah Elastisitas
Pembuluh darah akan bertambah karena berkurangnya timbunan lemak dan
penambahan kontraksi otot dinding pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang
tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi.
Disamping elastisitas pembuluh darah yang meningkat, pembuluh-pembuluh darah
kecil (kapiler) akan bertambah padat pula. Penyakit jantung koroner dapat diatasi dan
dicegah dengan mekanisme perubahan ini. Kelancaran aliran darah juga akan
mempercepat pembuangan zat-zat lelah sebagai sisa pembakaran sehingga bisa
diharapkan pemulihan kelelahan yang cepat.
3. Perubahan Pada Paru Elastisitas
Paru akan bertambah sehingga kemampuan berkembang kempis juga akan bertambah.
Selain itu jumlah alveoli yang aktif (terbuka) akan bertambah dengan olahraga teratur.
Kedua hal diatas akan menyebabkan kapasitas penampungan dan penyaluran oksigen
ke darah akan bertambah. Pernafasan bertambah dalam dengan frekuensi yang lebih
kecil. Bersamaan dengan perubahan pada jantung dan pembuluh darah, ketiganya
bertanggung jawab untuk penundaan kelelahan.
4. Perubahan Pada Otot Kekuatan,
Kelentukan, dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan oleh bertambah
besarnya serabut otot dan meningkatnya sistim penyediaan energi di otot. Lebih dari
itu perubahan pada otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi,
sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat dihindari.
5. Perubahan Pada Tulang Penambahan
Aktivitas enzim pada tulang akan meningkatkan kepadatan, kekuatan, dan besarnya
tulang, selain mencegah pengeroposan tulang. Permukaan tulang juga akan bertambah
kuat dengan adanya tarikan otot yang terus menerus.
6. Perubahan Pada Ligamentum Dan Tendo
Kekuatan ligamentum dan tendo akan bertambah, demikian juga dengan perlekatan
tendo pada tulang. Keadaan ini akan membuat ligamentum dan tendo mampu
menahan beban berat dan tidak mudah cedera.
7. Perubahan Pada Persendian Dan Tulang Rawan
Latihan teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di persendian
sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber) dan melindungi tulang serta sendi
dari bahaya cedera.
8. Perubahan Pada Aklimatisasi Terhadap Panas
Aklimatisasi terhadap panas melibatkan penyesuaian faali yang memungkinkan
seseorang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas
disebabkan karena pada waktu melakukan olahraga terjadi pula kenaikan panas pada
badan dan kulit. Keadaan yang sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat
panas.

Respon dan Adaptasi Fisiologis Pada Sistem Kardiovaskular


A. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan pada dinding pembuluh darah akibat aliran darah yang
turbulen. Setiap kontraksi ventrikel kiri, akan meningkatkan aliran darah memasuki aorta.
Lonjakan aliran darah yang memasuki aorta ini, akan mengelembungkan pembuluh darah
aorta sehingga menyebabkan terjadinya tekanan di dalamnya. Tekanan darah dipengaruhi
oleh; curah jantung, volume darah, elastisitas pembuluh darah, tahanan perifer dan
viskositas/kekentalan darah.
Peregangan dan relaksasi dinding aorta secara berulang-ulang akan menyebarkan
gelombang melalui seluruh sistem arteri. Gelombang akibat tekanan yang timbul dapat
dibaca sebagai denyut nadi . Denyut nadi ini dapat terlihat pada arteri radial superfisial
pada sisi ibu jari pergelangan tangan, arteri temporal pada sisi samping kepala , dan arteri
karotis disepanjang samping trakea. Pada orang sehat, denyut nadi sama dengan denyut
jantung.

B. Tekanan Darah Saat Istirahat


Tekanan tertinggi yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri disebut dengan tekanan
sistolik. Pada saat istirahat, tekanan sistolik orang normal biasanya mencapai 120 mm Hg.
Saat jantung berelaksasi dan katup aorta menutup, maka darah dari atrium kiri akan masuk
ke ventrikel kiri. Tekanan ketika pengisian akhir ventrikel atau end diastolic volume
disebut dengan tekanan diastolik. Selama siklus diastolik jantung, tekanan pada pembuluh
darah arteri menurun hingga 70 hingga 80 mm Hg.

D. Tekanan Darah Saat Istirahat


Ketika melakukan olahraga jalan cepat, mendaki gunung, joging, berenang atau
bersepeda, terjadi vasodilatasi pembuluh darah otot yang aktif. Peningkatan penampang
pembuluh darah ini akan meningkatkan aliran darah. Kontraksi dan relaksasi otot rangka
secara bergantian akan memaksa darah mengalir melalui pembuluh darah dan
mengembalikannya ke jantung. Meningkatnya aliran darah selama latihan dengan
intensitas sedang akan menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dalam beberapa menit
pertama, biasanya meningkat sampai 140 dan 160 mm Hg. Sedangkan tekanan diastolik
relatif tidak berubah. Gambar 5.4 menunjukkan pola umum perubahan tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik selama latihan terus menerus dengan menggunakan
treadmill. Intensitas latihan terus menerus dengan menggunakan treadmill ini dinaikkan
secara bertahap. Pada awalnya terjadi peningkatan cepat tekanan darah dari level istirahat.
Setelah itu tekanan darah sistolik meningkat secara linier sesuai dengan intensitas latihan,
tapi tekanan diastolik tetap stabil. Pada latihan dengan intensitas yang lebih tinggi, tekanan
darah diastolik malah sedikit menurun. Baik orang yang terlatih ataupun pada orang yang
tidak terlatih, respon kenaikan tekanan darah relatif sama. Bila melakukan latihan dengan
intensitas maksimum, tekanan darah sistolik dapat meningkat hingga 200 mm Hg atau
lebih tinggi meskipun terjadi pengurangan resistensi perifer. Peningkatan tekanan darah
arteri ini mencerminkan curah jantung yang besar selama latihan maksimal.

Gambar. 1. Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik selama olahraga


Sumber : Reff. Victor L. Katch.et al. Essentials of Exercise Physiology

D. Latihan Resistensi
Gambar 1 memperlihatkan gambaran yang jelas mengenai respon kenaikan tekanan
darah selama latihan aerobik dan latihan resistensi/ketahanan yang melibatkan kelompok
otot besar dan kelompok otot kecil. Latihan resistensi dengan intensitas berat akan
meningkatkan tekanan darah secara dramatis karena otot yang berkerja akan menekan
arteriol perifer, sehingga meningkatkan tahanan terhadap aliran darah. Respon kenaikan
tekanan darah selama latihan aerobik dan latihan resistensi yang melibatkan kelompok
otot besar dan kecil.
Pembebanan pada jantung akibat tekanan darah yang meningkat secara mendadak
akan memberi resiko buruk pada orang yang menderita hipertensi atau bagi mereka yang
menderita penyakit jantung koroner. Dalam kasus seperti itu, bentuk aktivitas fisik
dengan intensitas sedang akan memberikan resiko yang lebih sedikit dan memberi
manfaat kesehatan yang lebih besar. Pada banyak penelitian, orang yang terlatih
menunjukkan kenaikan tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan dengan orang
yang tidak terlatih.

E. Pengaturan Denyut Jantung


Otot jantung memiliki pengaturan ritmisitas intrinsik. Tanpa adanya rangsangan
eksternal, jantung orang dewasa akan berdetak terus antara 50 dan 80 kali per menit. Di
dalam tubuh, terdapat system saraf dan zat kimia yang langsung dapat mempengaruhi otto
miokardium yang dengan cepat dapat mengubah frekuensi denyut jantung. Kontrol
ekstrinsik pada fungsi jantung menyebabkan jantung berdetak dengan cepat guna
mengantisipasi terhadap olahraga yang segera dimulai. Dilain pihak, pada atlet endurance,
pengaturan ekstrinsik dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung melambat hingga 40
per menit. Sedangkan pada latihan maksimal, denyut jantung dapat meningkat 215 kali
hingga 220 kali per menit.

G. Distribusi Curah Jantung Selama Fase Latihan


Gambar 2. memperlihatkan distribusi curah jantung ke berbagai jaringan selama
latihan aerobik. Aliran darah ke jaringan sangat bervariasi tergantung pada kondisi
keasaman jaringan, tingkat kelelahan, dan intensitas latihan. Artinya selama latihan,
setiap jaringan atau organ tidak menerima darah dalam jumlah yang proporsional. Selama
fase istirahat, setiap 100 g otot menerima 4 hingga 7 ml darah per menit. Bila melakukan
latihan maksimal, aliran darah ke otot ini akan terus meningkat mencapai 50 ml hingga
75 ml per 100 g otot aktif.

Gambar 2. Respon denyut nadi dan asupan oksigen pada orang terlatih dengan orang
yang tidak terlatih selama latihan aerobik.
Sumber : Reff. Victor L. Katch.et al. Essentials of Exercise Physiology

H. Distribusi Curah Jantung Selama Fase Istirahat


Distribusi aliran darah jantung ke jaringan meningkat sesuai dengan kebutuhan
metabolisme tubuh selama beraktivitas. Gambar 3. memperlihatkan distribusi aliran darah
jantung ke jaringan selama fase istirahat. Dari lima liter curah jantung, lebih dari
seperempatnya dialirkan ke hati; seperlima dialirkan ke ginjal dan otot, sisanya dialirkan
ke otot jantung, kulit, otak, serta jaringan lain.

Gambar 3. Perbedaan distribusi curah jantung selama fase istirahat dan latihan aerobic
Sumber : Reff. Victor L. Katch.et al. Essentials of Exercise Physiology

I. Curah Jantung dan Transport Oksigen


 Selama Fase Istirahat
Setiap 100 ml darah arteri normalnya membawa sekitar 20 ml oksigen atau 200 ml
oksigen per liter darah. Pada orang dewasa, saat istirahat baik yang terlatih maupun
tidak terlatih mengalirkan 5 lt darah per menit, berarti 1000 ml oksigen dialirkan
selama 1 menit (5 lt darah x 200 ml O2). Pada saat istirahat ambilan oksigen rata-rata
hanya sekitar 250 ml permenit, ini berarti 750 ml ambilan oksigen yang dialirkan
jantung "tidak terpakai". Walaupun demikian, oksigen yang berlebihan dalam darah
tersebut digunakan sebagai “ oksigen cadangan” bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
 Selama Fase Latihan
Seseorang dengan denyut jantung maksimal 200 kali permenit dan volume isi
sekuncup 80 ml per kali denyutan akan menghasilkan curah jantung maksimal 16 lt
(200 x 0,080 lt). Bahkan selama latihan maksimum, kejenuhan hemoglobin tetap
penuh dengan oksigen, sehingga setiap liter darah arteri membawa sekitar 200 ml
oksigen. Hal ini berarti, 3200 ml oksigen beredar setiap menitnya melalui curah
jantung (16 lt x 200 ml Oksigen). Jika tubuh mampu mengambil semua oksigen yang
dipompa oleh jantung sebesar 16 lt, berarti VO2 maksimalnya sama dengan 3200 ml.
Peningkatan curah jantung maksimum secara langsung akan meningkatkan
kemampuan seseorang untuk mengalirkan oksigen dan hal ini akan berdampak pada
konsumsi oksigen maksimal. Jika volume isi sekuncup meningkat dari 80 menjadi 200
ml, sementara denyut jantung maksimum tetap tidak berubah pada 200 kali permenit,
maka curah jantung secara dramatis akan meningkat menjadi 40 lt permenit. Hal ini
berarti jumlah oksigen yang beredar selama latihan maksimum setiap menitnya
meningkat kira-kira 2,5 kali dari 3200 menjadi 8000 ml (40 lt x 200 ml O2)

Respon dan Adaptasi Fisiologis Pada Sistem Keseimbangan Cairan tubuh


Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler.
Cairan dalam tubuh manusia memiliki persentase yang cukup besar sekitar 50-60%
dari berat tubuh perempuan dan laki-laki dewasa. Konsumsi caira sehari-hari dapat melalui
minuman ataupun makanan yang rata rata dalam sehari mencapai 2,100 ml pada kondisi
normal. Konsumsi cairan setiap individu memiliki variasi yang tinggi karena dipengaruhu
oleh kondisi lingkungan, kebiasaan individu dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.
Proses penggantian cairan tubuh pada atlet terutama saat aktivitas fisik dipengaruhi
oleh berberapa hal. Hal utama yang memengaruhi keinginan untuk minum adalah rasa haus
yang muncul dari dalam tubuh. Munculnya rasa haus pada atlet sering tidak diacuhkan,
terutama saat atlet berada di lapangan. Beberapa jenis cabang olahraga, seperti sepak bola,
sepeda, dan basket, tidak memiliki waktu untuk istirahat minum (water break) selama
pertandingan sehingga para pemain harus pintar mencuri waktu supaya dapat melakukan
rehidrasi cairan saat bertanding.

Respon dan Adaptasi Fisiologis Pada Sistem Respirasi

Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi. Hampir
segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada kedalaman dan
tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian menunjukkan bahwa kenaikan awal dalam
ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah latihan dimulai, namun sebelum
rangsangan secara kimia, korteks motor menjadi lebih aktif dan mengirimkan impuls
stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon dengan meningkatkan respirasi juga. Secara
umpan balik proprioseptif dari otot rangka dan sendi aktif memberikan masukan tambahan
tentang gerakan ini dan pusat pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu berdasarkan
kesesuaiannya.

Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh perubahan
status suhu dan kimia dari darah arteri. Sambil latihan berlangsung, peningkatan proses
metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon dioksida dan ion hidrogen.
Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen dalam otot, yang meningkatkan oksigen
arteri juga. Akibatnya, lebih banyak karbon dioksida memasuki darah, meningkatkan kadar
karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor,
yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi, dimana terjadi peningkatan dan kedalaman
pernapasan. Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa kemoreseptor dalam otot juga
mungkin terlibat iaitu dengan meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan volume tidal.

Fungsi sistem pernapasan biasanya tidak terbatas karena ventilasi dapat ditingkatkan
ke tingkat yang lebih besar daripada fungsi kardiovaskular. Melainkan sistem kardiovaskuler
dan sistem lain, sistem respirasi juga mengalami adaptasi khusus untuk ketahanan pelatihan
untuk memaksimalkan efisiensi. Adaptasi ini meliputi, peningkatan ventilasi dengan
peningkatan dalam pengambilan oksigen maksimal dengan minimum empat minggu pelatihan
dan diikuti dengan pengurangan yang signifikan pada ventilasi yang setara yang diamati.
Akibatnya, sedikit udara akan dihirup pada konsumsi oksigen pada tingkat tertentu. Hal ini
akan mengurangi persentase oksigen total yang digunakan dibandingkan pernapasan. Oleh
karena itu, keadaan ini membantu dalam melakukan olahraga berat yang berkepanjangan
tanpa kelelahan otot ventilasi. Mekanisme yang tepat tidak diketahui untuk adaptasi pelatihan
dalam sistem ventilasi. Secara umum, ada peningkatan dalam 'volume dan kapasitas' saat
istirahat karena fungsi pernapasan ditingkatkan.

Respon dan Adaptasi Fisiologis Pada Sistem Muskuloskletal

Sistem muskuloskeletal dibagi menjadi 3 komponen utama, trunks, ekstremis atas, dan
ekstremis bawah. Setiap komponen diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tulang, sendi,
ligamen, tendon, dan otot. Sistem muskuloskeletal ini tersusun dari komponen yang saling
bergantung supaya bisa berfungsi dengan baik. Tidak hanya itu, sistem ini bergantung dan
mendukung sistem peredaran darah dan saraf.
Faktanya, gangguan muskuloskeletal sering dikaitkan dengan cedera terkait olahraga.
Luka pada bagian yang sering digunakan menyebabkan cedera memburuk, sementara cedera
otot akut menyebabkan kerusakan struktural atau fungsional yang signifikan pada otot.

Kegiatan dan olahraga mengharuskan untuk mengerahkan kekuatan tertentu. Ketika


kekuatan yang diperlukan melebihi jumlah yang disanggupi tubuh, akan menyebabkan
kerusakan. Kerusakan dapat terjadi dari gerakan tunggal atau gerakan berulang dari waktu ke
waktu.

Ketika bagian tubuh digunakan berulang-ulang, dengan sedikit istirahat tanpa


memberikan waktu pemulihan untuk tubuh, maka nyeri sering terjadi pada bagian tersebut.
Bahkan jika paksaan kekuatan bersifat rendah dan dengan postur yang baik, tindakan berulang
seperti mengetik, dapat menyebabkan kelelahan, kerusakan jaringan, dan, akhirnya, rasa sakit
dan ketidaknyamanan. Risiko terkena gangguan muskuloskeletal meningkat ketika kecepatan
aktivitas meningkat, atau ketika tubuh dalam posisi canggung.

Daftar Pustaka
Liliani, Puspa. (2009). Hubungan Fisiologi dengan Prestasi Olahraga. Jurnal Ilmiah Abdi
Ilmu: Vol. 2 No. 2.
Wara, Kushartanti. (2009). Fisiologi dan Kesehatan Olahraga.Fakultas Ilmu Keolahragaan:
UNY.
Anggriawan, N. 2015. Peran Fisiologi Olahraga Dalam Menunjang Prestasi. Jurnal Olahraga
Prestasi, 11 (2): 8 – 18.

Hamid, J. 2020. Fisiologi Olahraga. Jakarta.

Budiwanto, Setyo. 2012. Metodologi Latihan Olahraga. Malang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang.

Elaine, et al. (2017, October 31). Biomarkers in Sports and Exercise: Tracking Health,
Performance, and Recovery in Athletes. Journal of Strength and Conditioning Research.

Kusmawati, W., et al. (2019). BUKU AJAR ILMU GIZI OLAHRAGA. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.

Maharjito, Anang B. 2019. Jantung Atlet. RS Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan
Olahraga. Jakarta
Rismayanthi, Cerika. 2012. Persepsi Atlet Terhadap Macam, Fungsi Cairan, Dan Kadar
Hidrasi Tubuh Di Unit Kegiatan Mahasiswa Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta.
Medikora. 9 (1). 1-14.

Siswanto, Heri. 2010. Fisiologi Olahraga. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai