Anda di halaman 1dari 10

Laporan Fisiologi Test Harvard (Harvard Step Test)

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dam beraktivitas. Olehnya itu, kita dianjurkan
untuk berolah raga pasling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga memiliki sangat
bermanfaat
untuk
kesehatan
sistem
kardiovaskuler.
Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang
berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti
berolahraga dan rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan cara menjaga makanan agar
cukup gizi dan menjaga kebersihan sehari-hari. Kebersihan ini meliputi kebersihan diri sendiri,
misalnya mandi, berpakaian, dan lain-lain.
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana kesanggupan
kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung dengan tangga
bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang terlihat biasa saja. Hal ini
dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan
terbiasa atau beradaptasi sehingga ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya
lebih banyak dibandingkan dengan yang jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah
raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya tekanan darah
dibanding yang jarang berolah raga.(1)
Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh aktivitas
terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan badan kita
dalam melakukan suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes ini bertujuan untuk
menentukan indeks kesanggupan badan untuk melakukan kerja, di sini kita menilai kebugaran
dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat.
B. Tujuan
Tujuan percobaan yaitu menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja
(menentukan
kapasitas
kerja).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau
mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran,

dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka
semakin bugar tubuhnya.(2)
Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari
seluruh bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
a) Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
b) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, pembuluh darah.
Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran.
c) Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1. Untuk menggerakkan skelet
2. Untuk menghasilkan panas
3. Untuk mempertahankan sikap badan
B. Jaringan Otot

pengendalian

Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia
luar. Fungsi-fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya.
Namun tidak kalah penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa darah
kita dan mengatur alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan
menyebabkan pembuangan limbah, dan berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses
internal. (3 :138)
Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas,
elastisitas, dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini
berpasangan namun memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi (penggerak
yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik
tulang yang berfungsi sebagai tangkai dan persendian bekerja sebagai engsel. Kekuatan setiap
gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang
diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan metabolik otot.(4)
C. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap
1. Pengaruh Denervasi
Pada hewan atau manusia yang hidup, otot rangka yang normal tidak berkontraksi kecuali
sebagai respons terhadap rangsang saraf motoriknya. Kerusakan persarafan ini
menimbulkan atropi ototdan juga menyebabkan kepekaan otot yang abnormal serta
meningkatkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot terhadap
asetilkolin yang beredar dalam darah.
2. Unit motorik
Oleh karena setiap akson neuron motor spinal, yang mempersarafi otot rangka,
bercabang-cabang untuk mempersarafi kelompok-kelompok serat otot, jumlah terkecil

otot yang dapat berkontraksi sebagai respons terhadap perangsangan oleh satu
motor neuron bukan satu serat otot melainkan seluruh serta otot yang dipersarafi neuron
tersebut.
3. Elektromiografi
Penggiatan unit motorik dapat dipelajari dengan elektromiografi, proses perekaman
kegiatan listrik otot pada osiloskop sinar katoda.
4. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap
Otot rangka manusia saat istirahat, kalaupun ada, hanya sedikit ada sedikit kegiatan
spontan. Pada kegiatan volunter minimal, sejumlah kecil unit motorik terbangkit, dan
dengan meningkatnya kegiatan volunter makin banyak unit motorik yang terbangkit.
5. Kekuatan Otot Rangka
Otot rangka manusia dapat menahan 3-4 kg tegangan per cm2 potongan melintang. Nilai
itu kira-kira sama dengan yang diperoleh pada berbagai hewan percobaan dan tampaknya
sama pada semua spesies mamalia. Oleh karena otot manusia banyak yang potongan
melintangnya reatif besar, tegangan yang dihasilkannya dapat sangat besar.
6. Mekanik tubuh
Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur berdasarkan pemanfaatan prinsip-prinsip
fisiologi. Misalnya, otot-otot tubuh melekat pada tubuh dengan panjang awal yang sama
dengan atau mendekati panjang istirahatnya, pada saat otot akan mengawali kontraksinya.
7. Penyakit otot
Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin glikoprotein
menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot progresif.
Sebagian besar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecatatan berat dan berakhir fatal.
8. Perkembangan Otot
Perlu diingat bahwa telah terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam pengetahuan
mengenai pengendalian genetik terhadap perkembangan otot beberapa tahun terakhir ini.
Miogenin merupakan faktor transkripsi yang utama pada proses ini. Miogenin
merangsang fibroblas menjadi sel-sel otot, dan ketika mencit yang dibuat menjadi
homozigot untuk gen miogenin mutant dilahirkan, mereka mati karena ketiadaan otot,
termasuk otot-otot yang perlu untuk pernapasan.(5 : 72)
D. Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut
otot.
2. Di setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah
sedikit.

3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal
asetilkolin melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran.
4. Terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian
dalam membran serabut otot. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut orot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik potensial
aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum
sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum
ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh
pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksti otot
yang baru datang lagi, pengeluran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontaksi
terhenti.(6:74)
Ada tiga jenis kerja otot yaitu :
a) Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian berkontraksi
dan relaksasi (misalnya, menaiki bukit).
b) Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian memperpanjang
istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa beban (misalnya, menuruni bukit).
c) Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya, berdiri tegak).
Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot.Efek kerja
mekanik diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan murni
postural. Dalam kasus terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih digunakan dan
benar-benar berubah menjadi bentuk panas disebut pemeliharaan panas (kekuatan otot kali durasi
kerja postural).(7 : 74)
E. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik.
Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi
kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya
kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan
teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu

lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama
kerja fisik tersebut.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan
yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan
tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami
perubahan, antara lain :
1) Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan cukup
informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar
antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan
menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat
pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantungsendiri. Frekuensi denyut
jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk.
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung
yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap
maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik,
frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik
kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban
kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung
tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap
orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai
hubungan erat dengan faktor usia.
2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel
selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari
denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan
jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis
menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan
simpatis membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan
perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak
belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah
banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase
sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang.
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5
liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah
akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat
meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit.
3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri
dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas

fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume
sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-130ml/kontraksi
scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki
stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150220ml/kontraksi.
4) Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan
dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan
istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik,
ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar
seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi
panas.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masingmasing jaringan baik dalam keadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah
yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan
berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif
merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan
penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih
banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus
darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan
terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya
waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian
pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya
fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 6090 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama
kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada
250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan
ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga
latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai
penilaian untuk tes toleransi latihan.
Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan
peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada
pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara
progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun (8)
Tekanan dalah arteri ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistole
ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai
puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan menurun. Nilai terendah yang
dicapai disebut tekanan diastolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu :

1) Kekuatan memompa jantung.


2) Banyaknya darah yang beredar.
3) Viskositas (kekentalan) darah.
4) Elastisitas dinding pembuluh darah.
5) Tahanan tepi (resistensi periferi).(9 : 141)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
Percobaan Harvard (Harvard Step Test)
B. Alat dan Bahan
1. Bangku Harvard
2. Metronom
3. Stopwatch
4. Sphygmanometer
5. Stetoskop
C. Prosedur Kerja
1. Sebelum percobaan dimulai aturlah metronom dengan kecepatan 30 kali permenit yaitu sesuai
dengan kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan.
2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk).
3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (systole) sebaiknya percobaan ini jangan dilakukan
pada orang tersebut.
4. Mintalah orang coba untuk melakukan kerja naik turun bangku Harvard dengan kecepatan
tetap 30 kali naik turun satu menit sesuai dengan bunyi metronom.
5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak lebih 5 menit.
6. Setelah selesai dengan kerja ini orang coba segera diminta duduk dan ukurlah tekanan darah
dan denyut nadi orang coba.
7. Kemudian lakukan pencatatan denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit. Setelah percobaan
(denyut nadi dihitung selama 30 detik).
Pencatatan denyut nadi :
F1 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian
F2 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian
F3 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian
8. Hitunglah Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut ini.
Rumus Indeks Kesanggupan Badan
Cara Cepat :
Cara Lambat :

Ket : T = Lamanya orang turun naik (dalam detik)


Penilaian :
Cara Cepat

: <50

Cara Lambat : 50-80

: kesanggupan kurang
: kesanggupan sedang

>80

: kesanggupan baik

<55

: kesanggupan kurang

55-64

: kesanggupan sedang

>64
: kesanggupan baik
D. Hasil Percobaan
Nama orang coba : Tn. HR
Pemeriksa : Nn. F
Umur : 18 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Sebelum melakukan aktivitas :
Tekanan darah kontrol : 120/70 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Saat melakukan aktivitas : T = 74 detik
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : F1 = 44 kali/30 detik
F2 = 40 kali/30 detik
F3 = 34 kali/30 detik
Indeks Kesanggupan Badan :
a) Cara Cepat :
= 30,57 (Kesanggupan kurang)
b) Cara Lambat : IKB
= 31,35 (Kesanggupan kurang)
E. Analisis Hasil Percobaan
Sebelum melakukan aktivitas pada orang coba yaitu Tn. HR didapatkan hasil pemeriksaan
tekanan darah normal 120/70 mmHg dan denyut nadi 78 kali/menit. Hal ini berarti orang coba
dapat mengikuti test harvard. Apabila orang coba mempunyai tekanan darah di atas 130 mmHg
(sistole) maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini, begitu pun dengan denyut nadi apabila
melebihi 80 kali permenit maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini.

Setelah melakukan aktivitas yaitu test harvard yang dilakukan Tn. HR, tekanan darah
meningkat menjadi 130/80 mmHg, dan denyut nadi meningkat pada F1 = 44 kali/30 detik, F2 =
40 kali/30 detik dan F3 = 34/30 detik. Setelah itu dilakukan perhitungan indeks kesanggupan
kerja dan didapatkan hasil pada perhitungan cara cepat yaitu 30,57 dan cara lambat 31,35. Hal ini
menunjukkan bahwa orang coba mempunyai kesanggupan kerja kurang, karena dalam
pengukuran dengan cara cepat hasil yang didapatkan hasil <50, demikian pula dengan cara
lambat <55 pada hasil ini temaksud pada golongan kesanggupan kerja kurang. Hal ini mungkin
disebabkan karena orang coba kurang istirahat dan kurang berolahraga secara teratur.
Pada orang coba dapat dilihat peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Hal ini disebabkan
karena aktivitas orang coba meningkat maka curah kerja jantung ikut meningkat hal ini bertujuan
untuk menyuplai O2 dan nutrisi dari jantung ke bagian tubuh yang membutuhkan. Karena
peningkatan curah jantung darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh
dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan tekanan darah yang
berjalan disepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi
meningkat.
Dari hasil yang diperoleh, belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan orang coba kurang
karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan lebih berat dari
yang biasanya dan tanpa pemanasan sebelumnya, frekuensi naik turun harvard kurang
maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana
orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya
karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kapasitas kerja adalah kesanggupan orang coba untuk melakukan kerja hingga batas
kemampuan kerja dalam percobaan ini setelah dilakukan perhitungan adalah cara cepat 30,57
dan cara cepat 31,35 hal ini termasuk dalam kategori kesanggupan badan kurang.
Aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan carah jantung karena peningkatan diastole
sebagai akibat dari peningkatan tonus otot. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang
meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat.
B. Saran
1) Sebaiknya orang coba dalam keadaan baik agar hasil yang didapatkan maksimal.
2) Alat yang digunakan dalam laboratorium sebaiknya ditambah untuk kelancaran praktikum.
3) Ruangan praktikum sebaiknya diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan
untuk mengifisienkan waktu.

4) Sebaiknya ruangan praktikum diberi penyejuk ruangan agar pada saat praktikum mahasiswa tidak
mengalami kegerahan

Anda mungkin juga menyukai