Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI ISTILAH

1. gerakan : perbuatan aatau keadaan bergerak


2. konfigurasi : bentuk; wujud (untuk menggambarkan orang
atau benda)
3. mekanika : cabang fisika mengenai gerak
4. otot skeletal : Otot skeletal, juga dikenal sebagai otot rangka,
adalah jenis otot yang terikat pada kerangka tubuh manusia. Otot
skeletal adalah otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh
dan memberikan dukungan struktural.
5. postural : berkaitan dengan posisi tubuh dan pengaruhnya
terhadap keseimbangan, kenyamanan, dan fungsi tubuh secara
keseluruhan.
6. atraksi : sesuatu yang menarik perhatian; daya tarik

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana otot skeletal dapat berkontraksi?

Kontraksi otot skeletal terjadi melalui mekanisme yang kompleks


yang melibatkan interaksi antara protein-protein di dalam serat
otot. Proses ini melibatkan tiga komponen utama: filament aktin,
filament miosin, dan ion kalsium.

1. Stimulus saraf: Proses kontraksi otot skeletal dimulai ketika


sistem saraf mengirimkan sinyal listrik, yang disebut impuls saraf,
ke otot melalui serat saraf motorik. Impuls saraf tersebut
mencapai ujung saraf motorik dan melepaskan neurotransmiter
yang disebut asetilkolin ke dalam celah sinapsis.

2. Pengikatan asetilkolin: Asetilkolin berikatan dengan reseptor


asetilkolin pada membran otot, memicu perubahan dalam
potensial membran. Ini menyebabkan perambatan impuls saraf
ke dalam serat otot melalui sistem transmisi sinapsis.

3. Pelepasan kalsium: Impuls saraf mencapai sistem transmisi


sinapsis di dalam serat otot dan merangsang pelepasan ion
kalsium dari sistem retikulum sarkoplasma, suatu struktur di
dalam sel otot.
4. Pengikatan kalsium: Kalsium yang dilepaskan berikatan dengan
molekul tropomiosin di dalam filamen aktin, mengubah
konformasi protein dan mengungkapkan situs pengikatan pada
filamen aktin.

5. Interaksi aktin-miosin: Filamen aktin dan miosin saling


berinteraksi. Kepala miosin (myosin head) pada filamen miosin
berikatan dengan situs pengikatan aktin pada filamen aktin. Ini
membentuk jembatan silang antara dua filamen.

6. Siklus silang: Kepala miosin mengalami perubahan konformasi,


menghasilkan gaya yang mengarahkan filamen aktin ke arah
tengah sakaromer. Proses ini melibatkan pelepasan ADP dan
fosfat, serta re-ikatan ATP pada kepala miosin.

7. Kontraksi otot: Selama siklus silang, kepala miosin berulang


kali berinteraksi dengan filamen aktin, menyebabkan filamen
aktin ditarik lebih dekat ke pusat sakaromer. Akibatnya, panjang
serat otot mengecil dan terjadi kontraksi.

8. Relaksasi otot: Setelah impuls saraf berhenti, kalsium di dalam


serat otot dikembalikan ke sistem retikulum sarkoplasma dengan
bantuan ATP.

2. apa saja struktur dan fungsi otot skeletal?

Struktur Otot Skeletal:

1. Serat otot: Otot skeletal terdiri dari serat-serat otot yang


panjang dan silindris. Setiap serat otot mengandung banyak
miofibril, yang merupakan unit kontraktif terkecil otot skeletal.

2. Miofibril: Miofibril adalah struktur dalam serat otot yang terdiri


dari filamen aktin dan miosin yang berulang secara periodik.
Miofibril merupakan unit kontraktif sejati otot skeletal dan
bertanggung jawab atas kontraksi otot.
3. Sakaromer: Sakaromer adalah segmen berulang pada miofibril
yang terdiri dari filamen aktin dan miosin. Sakaromer adalah unit
struktural terkecil otot skeletal yang dapat berkontraksi.

4. Serabut Tendon: Tendon adalah struktur ikat yang


menghubungkan otot dengan tulang. Ini memungkinkan transfer
gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang, menghasilkan
gerakan tubuh.

5. Pembuluh Darah: Otot skeletal memiliki jaringan pembuluh


darah yang menyediakan suplai darah, oksigen, dan nutrisi ke
serat otot. Pembuluh darah juga membawa sisa-sisa metabolisme
yang dihasilkan selama kontraksi otot.

Fungsi Otot Skeletal:

1. Gerakan Tubuh: Fungsi utama otot skeletal adalah


menghasilkan gerakan tubuh. Otot-otot ini bekerja bersama-sama
untuk menghasilkan gerakan yang kompleks seperti berjalan,
berlari, melompat, atau mengangkat benda.

2. Pemeliharaan Postur: Otot skeletal memainkan peran penting


dalam mempertahankan postur dan stabilisasi tubuh. Mereka
membantu menjaga keseimbangan dan menjaga posisi tubuh yang
tepat.

3. Perlindungan Organ: Beberapa otot skeletal berfungsi sebagai


"pelindung" organ-organ vital tubuh. Misalnya, otot-otot dinding
perut melindungi organ-organ perut, seperti usus dan kandung
kemih.

4. Pengaturan Suhu Tubuh: Kontraksi otot skeletal menghasilkan


panas sebagai produk sampingan. Hal ini membantu
mempertahankan suhu tubuh yang konstan dan mencegah
terjadinya perubahan suhu yang ekstrem.

5. Dukungan Struktural: Otot skeletal memberikan dukungan


struktural pada tubuh dan membantu menjaga posisi tulang dan
sendi. Mereka memberikan kekuatan dan kestabilan yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

6. Metabolisme Energi: Otot skeletal menyimpan energi dalam


bentuk glikogen dan menggunakan oksigen untuk memproduksi
ATP, sumber energi yang digunakan oleh otot untuk
berkontraksi.

3. apa saja faktor yang mempengaruhi kerja otot/ apa saja yang
mempengaruhi kekuatan dari otot skeletal ?

1. Ukuran Otot: Ukuran otot, atau luas penampang melintang


otot, berhubungan erat dengan kekuatan otot. Semakin besar
ukuran otot, semakin besar pula potensi kekuatan otot. Latihan
resistensi atau latihan beban dapat membantu meningkatkan
ukuran otot dan, karenanya, meningkatkan kekuatan otot.

2. Komposisi Serat Otot: Otot skeletal terdiri dari dua jenis serat
otot utama: serat otot tipe I (serat lambat) dan serat otot tipe II
(serat cepat). Serat otot tipe I lebih mengarah ke daya tahan dan
serat otot tipe II lebih berkaitan dengan kekuatan dan kecepatan.
Proporsi relatif serat otot tipe I dan tipe II dalam otot seseorang
dapat mempengaruhi kekuatan dan jenis aktivitas yang lebih
dominan.

3. Tingkat Kontraksi Otot: Kekuatan otot tergantung pada


kemampuan otot untuk menghasilkan kontraksi yang kuat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kontraksi otot
meliputi tingkat stimulasi saraf, pengaruh hormon, dan
ketersediaan substrat energi seperti ATP dan kalsium.

4. Koordinasi dan Kontrol Saraf: Otot skeletal diberi sinyal


kontraksi melalui sistem saraf. Koordinasi dan kontrol yang baik
antara sistem saraf pusat dan otot sangat penting untuk
mengoptimalkan kekuatan dan kinerja otot. Latihan dan
pelatihan dapat membantu meningkatkan koordinasi saraf-otot.
5. Rentang Gerak Sendi: Rentang gerak sendi yang baik
memungkinkan otot untuk bekerja secara efektif dan
mengoptimalkan kontraksi otot. Kekurangan fleksibilitas atau
adanya pembatasan dalam rentang gerak sendi dapat membatasi
kekuatan dan performa otot.

6. Faktor Genetik: Faktor genetik juga dapat mempengaruhi


kekuatan otot. Beberapa individu mungkin memiliki
kecenderungan alami untuk memiliki kekuatan otot yang lebih
besar atau respons yang lebih baik terhadap latihan fisik.

7. Faktor Usia: Kekuatan otot cenderung menurun seiring


bertambahnya usia karena adanya proses degeneratif alami dalam
otot dan penurunan massa otot. Latihan fisik yang teratur dapat
membantu mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot
pada usia lanjut.

4. Bagaimana mekanisme mengangkat beban?

1. Persiapan Tubuh: Sebelum mengangkat beban, tubuh perlu


melakukan beberapa persiapan. Ini termasuk mengatur postur
tubuh yang tepat, mengatur posisi kaki yang stabil, dan
menyesuaikan pegangan pada beban.

2. Aktivasi Otot: Sinyal saraf dikirim dari sistem saraf pusat ke


otot yang terlibat dalam gerakan mengangkat beban. Ini
menyebabkan kontraksi otot dan aktivasi serabut otot yang
terlibat dalam gerakan.

3. Kontraksi Otot: Kontraksi otot terjadi ketika filamen aktin dan


miosin dalam serat otot saling berinteraksi. Ini menghasilkan gaya
tarik pada tendon yang terhubung ke tulang. Ketika kontraksi otot
meningkat, gaya ini menghasilkan gerakan yang mengangkat
beban.

4. Stabilisasi Tulang dan Sendi: Selama mengangkat beban,


otot-otot yang tidak langsung terlibat dalam gerakan mengangkat
beban bekerja sebagai otot stabilisator. Mereka mempertahankan
posisi tulang dan sendi untuk mengoptimalkan kekuatan dan
stabilitas saat mengangkat beban.

5. Koordinasi dan Sinkronisasi: Selama mengangkat beban,


banyak otot yang terlibat bekerja bersama-sama dengan
sinkronisasi yang tepat. Koordinasi otot yang baik diperlukan
untuk mengatur gerakan dan menjaga keseimbangan tubuh saat
mengangkat beban.

6. Pernapasan: Pernapasan yang tepat juga penting dalam


mekanisme mengangkat beban. Mengambil napas dalam dan
menahan napas secara singkat dapat membantu meningkatkan
stabilitas tubuh dan memberikan dukungan yang diperlukan saat
mengangkat beban yang berat.

7. Pemindahan Beban: Setelah beban terangkat, tubuh perlu


mengatur ulang posisi dan postur untuk memindahkan beban
dengan aman. Ini melibatkan kerja otot-otot lain yang terlibat
dalam memindahkan beban dari satu titik ke titik lainnya.

5. Bagaimana peran otak dalam kerja otot skeletal?

1. Pengaturan dan Koordinasi: Otak bertanggung jawab untuk


mengatur dan mengoordinasikan aktivitas otot-otot secara
keseluruhan. Ini melibatkan mengirimkan sinyal dan impuls saraf
yang tepat ke otot-otot yang terlibat dalam gerakan tertentu. Otak
mengoordinasikan kontraksi dan relaksasi otot yang diperlukan
untuk gerakan yang tepat dan koordinasi yang halus.

2. Perencanaan Gerakan: Sebelum gerakan fisik dilakukan, otak


terlibat dalam perencanaan gerakan tersebut. Ini melibatkan
memproses informasi sensorik tentang posisi tubuh, tujuan
gerakan, dan lingkungan sekitar. Otak merencanakan urutan dan
pola aktivasi otot yang diperlukan untuk mencapai gerakan yang
diinginkan.
3. Kendali Presisi: Otot skeletal terlibat dalam gerakan yang
sangat presisi, seperti menulis, bermain alat musik, atau bermain
olahraga yang membutuhkan keterampilan khusus. Otak
memainkan peran penting dalam mengendalikan otot-otot
dengan presisi tinggi untuk mencapai gerakan yang halus dan
tepat.

4. Pengendalian Kecepatan dan Kekuatan: Otak mengendalikan


kecepatan dan kekuatan kontraksi otot sesuai dengan tuntutan
gerakan yang sedang dilakukan. Ini melibatkan pengaturan
intensitas sinyal saraf yang diberikan ke otot, yang memengaruhi
kecepatan dan kekuatan kontraksi otot.

5. Umpan Balik Sensorik: Selama gerakan, otak menerima


umpan balik sensorik dari otot-otot dan sistem saraf perifer
lainnya. Ini membantu otak dalam mengoreksi dan
menyesuaikan aktivitas otot saat gerakan berlangsung. Umpan
balik sensorik memungkinkan otak untuk memantau dan
mengatur gerakan secara real-time.

6. Pembelajaran dan Adaptasi: Otak juga terlibat dalam proses


pembelajaran dan adaptasi terhadap gerakan yang baru atau
kompleks. Selama latihan atau pengulangan gerakan tertentu,
otak belajar untuk mengoptimalkan aktivasi otot-otot yang terlibat
dan memperbaiki koordinasi gerakan.

6. Mengapa saat sudah terbiasa mengangkat beban terasa lebih


mudah?

1. Adaptasi Otot: Latihan pengangkatan beban secara teratur


menyebabkan adaptasi otot. Otot-otot akan mengalami
peningkatan kekuatan, daya tahan, dan koordinasi kontraksi. Ini
berarti otot-otot menjadi lebih efisien dalam menghasilkan
kekuatan dan berkontraksi dengan lebih baik, sehingga
mengangkat beban terasa lebih mudah.
2. Peningkatan Koordinasi: Latihan yang konsisten dan teratur
memperbaiki koordinasi antara otot-otot yang terlibat dalam
pengangkatan beban. Peningkatan koordinasi memungkinkan
otot-otot bekerja secara sinergis dan efisien, menghasilkan
gerakan yang lebih halus dan lebih terkoordinasi. Ini membuat
pengangkatan beban terasa lebih mudah karena gerakan menjadi
lebih terkontrol.

3. Sistem Saraf: Latihan pengangkatan beban yang konsisten


memengaruhi sistem saraf pusat dan perifer. Sistem saraf menjadi
lebih efisien dalam mengirimkan sinyal saraf ke otot-otot yang
terlibat, sehingga reaksi otot menjadi lebih cepat dan lebih
terkoordinasi. Ini dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk
membangkitkan kontraksi otot dan membuat pengangkatan
beban terasa lebih mudah.

4. Perubahan Struktural: Latihan pengangkatan beban yang


teratur dapat menyebabkan perubahan struktural pada otot dan
jaringan terkait. Hal ini meliputi peningkatan kepadatan tulang,
peningkatan kekuatan ligamen, dan perbaikan struktur tendon.
Perubahan struktural ini memberikan dukungan yang lebih baik
pada sistem muskuloskeletal, sehingga meningkatkan kestabilan
dan efisiensi saat mengangkat beban.

5. Peningkatan Persepsi dan Kepercayaan Diri: Terbiasa dengan


pengangkatan beban juga dapat meningkatkan persepsi diri dan
kepercayaan diri. Ketika seseorang merasa lebih percaya diri
dalam kemampuannya untuk mengangkat beban, mereka
mungkin mengalami perasaan yang lebih ringan dan lebih mudah
dalam melakukan tugas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai