TINJAUAN PUSTAKA
5
6
c. Sistem metabolisme
Sistem metabolisme terdiri dari otot, sendi dan tulang.
1) Otot
Otot adalah organ pada manusia yang memiliki sifat
elastisitas dan kontraktilitas. Kemampuan ini yang membuat
organ yang menyertainya dapat melakukan pergerak, seperti
gerakan pada jantung, paru-paru, dan organ lainnya. Miofibil-
miofibril adalah serat-serat otot yang berisi protein-protein
kontraktil yang menyusun otot. Pada masing-masing miofibril
terdiri atas miofilamen-miofilamen. Miofilamen terbagi lagi
menjadi 2 yakni miofilamen tebal yang disebut juga myosin dan
myofilamen tipis yang disusun dari aktin, troponin dan juga
tropomiosin.
2) Sendi
Sendi merupakan penghubung antara tulang dan tendon.
Tulang yang dihubungkan dengan tendon merupakan tulang yang
didukung oleh ligamen. Ligamen digunakan untuk menstabilkan
tulang yang berada diantara tulang lainnya agar lebih elastis
daripada tendon. Sementara sendi terbagi atas sendi yang tidak
dapat digerakkan yang disebut dengan sendi sinatrosis contohnya
seperti pada epifisis dan diafisis, sendi yang dapat melalukan
pergerakan bebas yang disebut dengan sendi diartrosis contohnya
pada jari-jari tangan, siku dan lutut, dan sendi yang hanya dapat
melakukan sedikit gerakan contohnya seperti simfisis.
Sendi diartrosis merupakan sendi yang mampu melakukan
pergerakan dibandingkan dengan sendi-sendi yang lain. Sendi
diartrosis juga disebut dengan sendi sinovial karena sendi ini
dilapisi oleh jaringan yang kaya akan pembuluh darah dan dapat
memproduksi cairan sinovial yang sangat penting karena
digunakan sebagai pelumas sendi agar sendi dapat bergerak lebih
mudah. Kebebasan sendi dalam bergerak disebut juga dengan
range of motion atau rentang gerak sendi.
7
3) Tulang.
Dalam tubuh manusia terdapat 206 tulang. Tulang-tulang
tersebut dihubungkan satu sama lain melalui sendi yang nantinya
akan membentuk sebuah rangka. Fungsi tulang adalah sebagai
penyangga tubuh, sebagai pelindung bagi organ-organ penting
seperti otak, jantung dan hati, dan yang terakhir berfungsi sebagai
pengatur mineral seperti kalsium dan fosfat.
d. Sistem persyarafan
Sistem persyarafan memiliki peran dalam mengontrol fungsi
motorik. Serebelum, korteks serebri dan bangsal ganglia merupakan
pusat dari pengendalian pergerakan. Serebelum memiliki peran
untuk mengkoordinasi aktivitas motorik antara keseimbangan dan
pergerakan. Korteks serebri memiliki peran untuk mengontrol
aktivitas motorik yang disadari. Sementara bangsal ganglia memiliki
peran untuk mempertahankan postur.
Dalam (Wahid Iqbal Mubarak, 2015) Sistem persarafan secara
spesifik memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1) Saraf aferen (resptor) yang memiliki fungsi sebagai penerima
rangsangan yang datang dari luar yang akan diteruskan ke susunan
saraf pusat.
2) Sel saraf atau neuron yang berfungsi untuk memproses impuls
dari bagian tubuh yang satu kebagian tubuh yang lain.
3) Sistem saraf pusat memiliki fungsi untuk memproses impuls dan
memberikan respons melalui saraf eferen.
4) Saraf eferen berfungsu sebagai penerima respon dari sistem saraf
pusat dan meneruskannya ke otot rangka.
2. Mekanisme Pergerakan
Secara keseluruhan gerakan tubuh diatur oleh prinsip-prinsip
fisiologis. Tubuh manusia dapat melakukan aktivitas, melakukan
pergerakan yang cepat dan tepat, kemudian dapat mengatur posisi tubuh
8
6. Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh merupakan suatu aktivitas penggunaan organ
secara efektif sesuai dengan fungsinya. Mekanika tubuh ini melibatkan
body alignment atau postur, koordinasi pergerakan dan juga
kesimbangan. Pada pasien yang tidak melakukan pergerakan atau
aktivitas dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan tonus
otot. Tonus merupakan kemampuan kontraksi pada otot rangka.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi mekanika tubuh
diantaranya tingkat perkembangan tubuh, kesehatan fisik, keadaan
nutrisi kelemahan neuromuskular dan skletal, emosi, dan pekerjaan.
Selain itu terdapat juga beberapa faktor yang memengaruhi imobilisasi
seperti pada gangguan muskuloskletal yang terjadi karena masalah
atrofi, osteoporosis, kontraktur, dan fraktur ekstermitas, pada gangguan
kardiovaskuler yang terjadi karena masalah hipotensi postural, gagal
jantung dan vasodilatasi vena, kemudian pada gangguan sistem
respirasi yang terjadi karena masalah penurunan pengembangan paru,
atelektasis, dan pneumonia hipostatis, lalu pada gangguan sistem
persyarafan yang terjadi karena masalah trauma medula spinalis, stroke,
dan penurunan kesadaran, dan yang terakhir pada gangguan
metabolisme yang terjadi karena masalah anemia, hipertiroid dan
hiperparatiroid, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta penyakit hati
menahun.
11
d. Atropi
Atropi bisa terjadi pada pasien yang mengalami kelumpuhan karena
otot rangka mengalami pengurangan massa otot dan volume otot.
e. Hipotensi
Untuk meningkatkan kerja jantung dalam memompa darah dengan
sempurna diperlukan aktivitas dan juga latihan. Pada pasien yang
memiliki gangguan mobilisasi, kerja jantung menjadi menurun dan
menyebabkan curah jantung berkuurang pada tekanan darah pasien.
1) Identitas pasien
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, suku,
status, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajia, nomor register, dan diagnosis medis pasien.
2) Identitas penanggungjawab
Meliputi nama penanggungjawab, umur, hubungan dengan
pasien, pekerjaan, dan alamat.
3) Keluhan utama
Keluhan utama adalah masalah yang paling menonjol yang
dirasakan oleh pasien sehingga membuat pasien mencari
pertolongan (Muttaqin, 2014). Keluhan utama yang yang paling
sering dirasakan oleh pasien dengan gangguan aktivias adalah
kurangnya pergerakan atau imobilisasi.
4) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pengkajian sekarang berisi alasan pasien mengenai
penyebab dari timbulnya keluhan atau gangguan mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri, kelelahan, kelemahan otot,
tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas
dan imobilitas, serta lama terjadinya gangguan mobilitas.
5) Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, seperti ada atau tidaknya riwayat penyakit neurologis
contohnya trauma kepala, cedera medula spinalis, peningkatan
tekanan intrakranial, kecelakaan serebrovaskular, dan lain-lain.
Selain itu, ada atau tidaknya riwayat penyakit sistem
kardiovaskuler, riwayat penyakit sistem muskuloskletal, riwayat
penyakit sistem pernapasan, dan riwayat pemakaian obat seperti
hipnotik, depresan pusat pernapasan, laksansia, dan sedativa.
6) Kemampuan fungsi motorik
14
Bahu. 180
Adduksi: gerakan lengan lateral dari posisi samping ke
atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang
paling jauh.
15
Siku.
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah 150
atas menuju bahu.
Pergelangan tangan.
Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam 80-90
lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah belakang 70-90
sejauh mungkin.
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika 0-20
telapak tangan menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, 30-50
telapak tangan menghadap ke atas.
b. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai dengan ujung
kaki.
1) Keadaan umum
17
8) Ekstemitas
Pemeriksaan pada ekstermitas atas dan ekstermitas bawah pasien
untuk mengetahui ada tidaknya masalah:
a) Kelemahan
b) Gangguan sensorik
c) Tonus otot
d) Atrofi
e) Tremor
f) Gerakan tak terkendali
g) Kekuatan otot
h) Kemampuan jalan
i) Kemampua berdiri
j) Kemampuan duduk
k) Nyeri sendi
l) Kekakuan sendi.
9) Neurologis
Pemeriksaan mengenai status mental dan emosi, pengkajian saraf
kranial, dan pemeriksaan refleks.
10) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pengkajian dengan
masalah gangguan kebutuhan aktivitas diantaranya pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan CT Scan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatau penilaian klinis tentang
respon klien baik individu, keluarga ataupun komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang sedang dialami klien
baik aktual ataupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
20
b) Kanker
c) Hipotiroidisme/hipertiroidisme
d) AIDS
e) Depresi
f) Menopause
b. Intoleransi Aktivitas
1) Definisi
Kondisi ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
e) Gaya hidup monoton
3) Gejala dan tanda mayor (subjektif)
a) Mengeluh lelah
4) Gejala dan tanda mayor (objektif)
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
5) Gejala dan tanda minor (subjektif)
a) Dispnea saat atau setelah beraktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
6) Gejala dan tanda minor (objektif)
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat atau setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
d) Sianosis
7) Kondisi klinis terkait
a) Anemia
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung koroner
22
2. Terapi aktivitas
Observasi:
a. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas.
b. Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu.
c. Monitor respons
emosional, fisik,
sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas.
Terapeutik:
a. Fasilitasi fokus pada
kemampuan , bukan
27
a. Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor pogram
aktivitas, jika sesuai.
berjalan menenangkan.
meningkat. Edukasi:
olahraga bersama
pasien.
d. Libatkan keluarga
dalam merencanakan
dan memelihara
program latihan.
e. Berikan umpan balik
positif terhadap setiap
upaya yang dijalankan
pasien.
Edukasi:
a. Jelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga.
b. Jelaskan jenis latihan
yang sesuai dengan
kondisi kesehatan.
c. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan yang
diinginkan.
d. Ajarkan teknik
menghindari cedera
saat beolahrraga.
e. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang
tepat.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan
rehabilitasi medis atau
ahli fisiologi olahraga,
jika pelu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah perwujudan intervensi
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai tujuan yang telah
31
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian yang dilakukan dengan
membandingkan perubahan keadan pasien dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah dibuat di intervensi keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tujuan yang telah dibuatt tercapai atau tidak tercapai.
Evaluasi di rumah sakit ditetapkan setiap 24 jam kecuali untuk kasus
gawat darurat dan intensive care (Pertami, 2015).
2. Klasifikasi Anemia
a. Anemia Hipoproliferatif yang terjadi akibat rusaknya produksi sel
darah merah.
b. Anemia karena kekurangan zat besi yang ditandai dengan penurunan
zat besi, retikulosit, feritin, kejenuhan zat besi, MCV (mean
corpuscular volume) dan peningkatan TIBC (total iron-binding
capacity).
c. Anemia karena kekurangan vitamin B12 (megaloblastic) yang
ditandai dengan turunnya tingkat vitamin B12 dan meningkatnya MCV
MCV (mean corpuscular volume).
d. Anemia yang disebabkan karena kekurangan folat yang ditandai
dengan peningkatan MCV (mean corpuscular volume) dan penurunan
tingkat folat.
e. Anemia yang disebabkan karena penurunan produksi eritropoietin
misalnya karena disfungsi ginjal yang ditandai dengan turunnya kadar
eritropoietin, MCV (mean corpuscular volume), normal dan mean
corpuscular hemoglobin, disertai peningkatan kreatinin.
f. Anemia pada penyakit kanker atau radang yang ditandai dengan
meningkatnya saturasi besi da tingkat feritin, penurunan besi, normal
atau menurunny eritropoietin, dan MCV (mean corpuscular volume)
normal.
g. Anemia yang terjadi karena pendarahan yang ditandai dengan
kehilangan sel darah merah yang berlebih.
h. Anemia hemolitik yaitu kondisi hancurnya eritrosit atau sel darah
merah dalam waktu yang lebih cepat dibanding waktu
pembentukannya.
i. Anemia hipersplenisme atau hemolisis yang ditandai dengan
meningkatnya MCV (mean corpuscular volume).
j. Anemia pada autoimun yang ditandai dnegan meingkatnya kadar
sferosit.
33
3. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh kehilangan darah, penurunan
produksi sel darah merah dan meningkatnya kerusakan sel darah merah
(hemolisis). Setiap penyebab anemia memiliki kelainan yang
membutuhkan terapi yang spesifik dan tepat. Anemia yang terjadi
karena adanya inflamasi kronis secara fungsional sama seperti anemia
yang terjadi pada infeksi kronis, tetapi sedikit lebih sulit karena terapi
yang efeketif untuk penderita anemia yang disebabkan inflamasi kronis
lebih sedikit. Penyebab genetik anemia antara lain:
a. Hemoglobinopati.
b. Thalassemia.
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik.
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah.
e. Anemia persalinan kongenital.
f. Anemia fanconi.
g. Penyakit Rh null.
h. Abetalipoproteinemia.
i. Xerocytosis herediter.
34
4. Patofisiologi
Disfungsi Ginjal
6. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
gejala anemia diantaranya kecepatan anemia, kronisitas anemia,
kebutuhan metabolik, gangguan fisik dan kondisi umum yang
menyebaban anemia. Pada umumnya semakin cepat anemia yang
diderita maka gejala yang akan dirasakan juga semakin parah. Anemia
juga dapat diperparah oleh berbagai kelainan yang lain yang tidak
diakibatkan oleh anemia tetapi dihubungkan dengan penyakit tertentu
(Tarwanto, 2015).
7. Komplikasi
Anemia dapat menimbulkan masalah kesehatatan lain jika tidak diobati.
Beberapa masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan diantaranya:
a. Kelelahan berat yang membuat penderita tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari.
b. Komplikasi kehamilan.
Pada penderita anemia yang sedang hamil dapat terjadi defisiensi folat
yang dapat menyebabkan komplikasi seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung.
Kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan detak jantung menjadi
cepat dan tidak teratur atau yang biasa disebut dengan aritmia. Apabila
seseorang menderita anemia, maka darah yang dipompa oleh jantung
menjadi lebih banyak untuk menjaga keseimbangan oksigen dalam
darah. Hal tersebut dapat menimbulkan gagal jantung.
36
d. Kematian.
Beberapa penyakit anemia dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwanya karena kekurangan darah yang dapat berakibat
fatal.
8. Faktor Risiko
a. Diet.
Apabila seseorang melakukan diet yang secara konsisten rendah zat
besi, vitamin B-12, dan folat akan berisiko menderita anemia.
b. Gangguan usus.
Adanya kelainan usus yang dapat menyebabkan jumlah penyerapan
nutrisi menjadi sedikit yang kemudian dapat membuat seseorang
berisiko menderita anemia.
c. Haid.
Pada umumnya setiap wanita yang belum memasuki masa
menopause cenderung berisiko anemia karena kekurangan zat besi
yang tinggi dibandingkan laki-laki ataupun wanita yang sudah
menopause. Hal tersebut terjadi karena menstruasi menyebabkan
kehilangan sel darah merah.
d. Kehamilan.
Pada wanita hamil yang kurang mengonsumsi multivitamin dan
asam folat berisiko anemia.
e. Kondisi kronis.
Penderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit kronis lainnya berisiko
anemia.
f. Riwayat keluarga.
Seseorang memiliki risiko yang tinggi menderita anemia apabila
dalam keluarganya terdapat riwayat anemia bawaan, contohnya
seperti anemia sel sabit.
g. Faktor lainnya.
Faktor lainnya seperti riwayat penyakit tertentu, penyakit darah dan
gangguan autoimun, paparan bahan kimia beracun, penggunaan
37
8. Pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada penderita anemia diantaranya:
a. Jumlah hemoglobin dibawah nilai normal (12-14 g/dl).
b. Penurunan kadar Ht (normal 37% - 41%).
c. Pada penderita anemia hemolitik terjadi peningkatan bilirubin total.
d. Tampak sferositosis dan retikulositosis pada saat dilakukan tes
diagnostik pertama.
e. Pada penderita anemia aplastik terdapat pansitopenia, sumsum tulang
yang kosong dan digantikan dengan lemak.
f. Pada anemia penyakit kronis terjadi penurunan Fe serum
(hipoferemia).
9. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa cara penatalaksaan pasien anemia yang tujuannya
untuk mencari mengatasi darah yang hilang. Penatalaksanaan tersebut
diantaranya:
a. Melakukan tranfusi sel darah merah.
b. Memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
c. Memberikan suplemen asam folat untuk merangsang pembentukan
sel darah merah.
d. Mengatasi perdarahan yang tidak normal.
e. Memberikan diet tinggi besi yang terkandung dalam daging dan
sayuran hijau.