Anda di halaman 1dari 4

Macam-macam mekanisme kerja otot

Mekanisme kerja otot polos

Otot polos atau otot licin merupakan salah satu otot yang menyusun organ dalam tubuh kita.
Umumnya, otot polos berada pada saluran pencernaan (usus dan lambung), pembuluh darah,
saluran pernapasan, saluran kelamin, dan dinding rahim (uterus). Kemudian, karena otot polos
banyak terletak pada organ dalam, maka otot polos sering disebut juga sebagai otot dalam.

Mekanisme kerja otot polos, yaitu berjalan secara otomatis tanpa adanya perintah dari otak atau
secara tidak sadar. Misalnya, organ pencernaan kita (usus dan lambung) yang terdiri dari otot
polos akan bekerja langsung secara otomatis tanpa diperintah oleh otak dan tanpa kita sadari.

Demikian pula pada otot-otot aliran darah yang melalui pembuluh darah, juga berlangsung
secara otomatis. Oleh sebab itu, mekanisme kerja otot polos disebut sebagai otot tak sadar,
karena gerakannya yang tidak kita sadari. Gerakan otot polos umumnya bergerak lambat, teratur,
dan tidak cepat lelah.

Mekanisme kerja otot lurik

Otot lurik merupakan otot-otot yang melekat pada rangka (tulang), sehingga disebut juga sebagai
otot rangka. Jaringan otot lurik umumnya terdapat pada seluruh tubuh, terutama pada rangka
anggota gerak.

Mekanisme kerja otot lurik dipengaruhi oleh kesadaran kita melalui perintah yang diatur oleh
otak. Misalnya, kita akan menulis menggunakan pena, maka dengan kesadaran kita, tangan
diperintahkan oleh otak untuk memegang pena dan menggerakannya untuk menulis. Oleh sebab
itu, kerja otot lurik termasuk ke dalam otot sadar.

Gerak otot lurik umumnya berlangsung secara cepat, tapi cepat lelah, dan tidak teratur.
Kelelahan ini dapat menyebabkan otot tidak mampu melakukan fungsi gerak lagi, seperti kram
yang merupakan kejang otot.

Mekanisme kerja otot jantung


Otot jantung merupakan otot yang khusus membentuk jantung dan berfungsi menggerakkan
jantung untuk melakukan pemompaan darah ke seluruh tubuh. Kontraksi dan relaksasi yang
dilakukan otot jantung menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit, serta melebar secara
berirama, sehingga menghasilkan denyut jantung.

Mekanisme kerja otot jantung pun tidak dipengaruhi oleh kesadaran kita, yaitu di luar perintah
otak. Akan tetapi, kerja otot jantung masih dipengaruhi oleh saraf otonom (simpatetik dan
parasimpatetik). Meski begitu, kerja otot jantung termasuk dalam kerja otot tak sadar.

Sebab, kesadaran kita tidak dapat memerintahkan otak, supaya otot jantung tidak bergerak
dahulu (istirahat), lalu memerintahkan untuk bergerak kembali. Otot jantung bekerja secara
otomatis dan terus menerus selama manusia hidup.

Otot jantung memiliki gerakan yang teratur dan tahan akan kelelahan, seperti otot polos. Jadi,
otot jantung merupakan otot yang istimewa karena mempunyai bentuk seperti otot lurik, tapi
bekerja seoerti otot polos.

Mekanisme kerja otot biseps dan triseps

Otot bisep dan otot trisep merupakan dua otot yang bekerja secara antagonis, dan terdapat pada
lengan atas. Otot bisep terletak di lengan atas bagian depan, dan otot trisep berada pada lengan
atas bagian belakang.

Mekanisme kerja kedua otot ini, yaitu dengan bekerja secara berlawanan. Saat otot bisep
berkontraksi, maka otot trisep akan melakukan relaksasi, sehingga lengan bawah dapat tertarik
ke atas. Sebaliknya, bila otot trisep yang berkontraksi, maka otot bisep yang akan relaksasi,
sehingga lengan bawah kembali lurus.

Dalam melakukan gerakan tersebut, otot bisep merupakan otot fleksor (otot yang dapat
melakukan gerak membengkokkan) dan otot trisep merupakan otot ekstensor (untuk
meluruskan).

Tahapan mekanisme kerja otot

Tahapan mekanisme kerja otot dapat dijelaskan melalui teori sliding filament (filamen yang
bergeser) yang ditemukan oleh Hansen dan Huxly pada tahun 1955 dalam otot lurik. Hansen dan
Huxly menjelaskan, bahwa saat otot berkontraksi tidak terjadi adanya pemendekan filamen, tapi
hanya pergeseran filamen-filamen aktin dan miosin.

Melalui pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron dan difraksi sinar
X, keduanya menemukan dua set filamen, yaitu aktin dan miosin. Aktin dan miosin tersebut
bergeser, sehingga otot dapat memendek dan memanjang ketika otot berkontraksi dan
berelaksasi.

Filamen-filamen tersebut pun terdapat di dalam sarkomer yang berada dalam sel otot. Jumlah
filamen dalam satu sarkomer bisa mencapai ratusan hingga ribuan filamen, tergantung dengan
jenis ototnya. Kumpulan filamen itulah yang membangun 80% massa sarkomer.

Berikut tahapan mekanisme gerak otot berdasarkan teori sliding filament Hansen dan Huxly
yang diurutkan dari awal munculnya kontraksi otot, sehingga menjadi siklus mekanisme kerja
otot.

Impuls saraf tiba di neuromuscular junction dan menyebabkan terjadinya pembebasan zat
asetilkolin yang peka terhadap rangsangan.

Zat asetilkolin kemudian memicu pembebasan ion Ca dari reticulum sarkoplasma.

Ion Ca lalu terikat pada troponin, sehingga terjadi adanya perubahan struktur troponin yang
menyebabkan aktifnya tropomiosin.

Kepala miosin akan menarik aktin pada daerah aktif tropomiosin dengan bantuan ATP
(adenosine triphospate).

Kepala miosin selanjutnya berubah konfirmasinya, dan berikatan dengan aktin untuk
menggerakkan filamen tipis, sehingga zona H menghilang (terjadi kontraksi otot), kemudian
ADP (adenosine diphospate) dan Pi dilepaskan, dan membentuk cross-bridge.

Karena ATP berikatan dengan kepala miosin, maka ditahap selanjutnya bisa menyebabkan
kepala miosin terpisah dari cross-bridge. Penguraian ATP menjadi ADP dan Pi lah yang
kemudian menyebabkan kepala miosin kembali ke konformasi awal (terjadi relaksasi), dan siap
memulai siklus mekanisme kerja otot kembali.
Terakhir, supaya siklus mekanisme kerja otot bisa terus berlanjut, maka ATP dan kandungan
Ca2+ pada sarkoplasma harus tinggi.

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme kerja otot?

Faktor yang mempengaruhi mekanisme kerja otot agar dapat berlangsung, yaitu karena
melibatkan ion kalsium (Ca2+), protein regulator tropomiosin, dan protein troponin yang
mengontrol posisi tropomiosin pada filamen halus.

Selain itu, berbagai faktor lainnya, seperti jumlah protein, jenis protein, dan waktu konsumsi
protein, berperan dalam penguatan dan pembentukan otot-otot tubuh. Tak hanya itu, kebiasaan
makan dan tingkat aktivitas, komposisi tubuh, serta usia dan jenis kelamin juga merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja otot untuk penguatan dan
pembentukan otot.

Menurut Suharno, adapun faktor-faktor penentu kekuatan otot seseorang terdiri dari:

Besar kecilnya potongan melintang (overlapping) filamen aktin dan miosin.

Jumlah fibril otot yang ikut bekerja dalam melawan beban yang emban. Semakin banyak fibril
otot yang bekerja, maka kekuatan kontraksi otot juga bertambah besar.

Tergantung dari besar kecilnya rangka tubuh. Semakin besar tulang rangka seseorang, maka
semakin besar kekuatan ototnya.

Innervasi otot, baik pusat maupun perifer.

Keadaan zat kimia dalam otot (glikogen dan ATP).

Keadaan tonus otot saat istirahat. Jika tonus otot keika istirahat semakin rendah, maka kekuatan
otot tersebut pada saat bekerja akan semakin besar.

Umur dan jenis kelamin. Kedua hal ini tentunya menentukan baik tidaknya kekuatan otot.

Anda mungkin juga menyukai