Anda di halaman 1dari 18

Nama : Lilik Huriani

Nim : E1A022057

Kelas : 3C

STRUKTUR HISTOLOGI OTOT

A. Pengertian Otot
Otot adalah jaringan yang berada di dalam tubuh. Adapun macam – macam
otot yakni otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Ketiganya otot ini dikelompokkan
menjadi 2 tipe yaitu otot lurik dan otot polos. Otot rangka dan otot jantung disebut
otot lurik, karena filament aktin dan myosin tersusun secara teratur dan berulang
dimana memberikan gambaran bergaris (lurik) secara mikroskopis sedangkan otot
polos memiliki filament dalam jumlah yang sedikit namun tidak tersusun teratur.
Empat puluh persen dari berat badan manusia terdiri dari otot rangka, serta terdiri juga
dari otot polos dan otot jantung. Otot polos terdapat pada dinding saluran cerna,
saluran kemih, uterus, dan pembuluh darah; sedangkan otot jantung hanya terdapat di
jantung.

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik


dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot sebagai jaringan dibina
atas sel-sel otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu alat atau bagian tubuh.
Dengan kemampuan otot dalam berkontraksi, ia mengemban 3 fungsi utama yaitu
melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas. Gerakan yang di
hasilkan oleh otot pada dasarnya ada 2, yaitu gerakan tubuh yang mudah di amati dan
gerakan tubuh yang tidak mudah di amati.

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh
rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan
banyak lurik-lurik, memiliki nucleus banyak yang terletak di tepi sel contohnya
adalah otot pada lengan. Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel-sel pada serabut
otot. Selama perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor
dengan ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Jaringan otot rangka
merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam
sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel
menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan
gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot(

Otot merupakan struktur elastik yang terdapat dalam medium yang viscous (teori
viskoelastic 1840-1920). Jumlah energi yang dilepaskan pada proses kontraksi
tergantung dari seberapa jauh otot tersebut diregangkan. Sejak ditemukannya struktur
aktin dan myosin sebagai protein kontraktil maka muncullah teori continous filament
theory yang menjelaskan 50 bahwa proses kontraksi molekul aktin dan myosin
berkombinasi membentuk satu continous filament. Tahun 1954, Huxley mengajukan
sliding filament theory. Dengan menggunakan mikroskop electron serta dukungan
data biokimia, maka teori sliding filament dikembangkan menjadi cross-bridge theory
yang mana menjelaskan bahwa kepala dari myosin membentuk cross-bridges dengan
aktin monomer. Menurutnya bahwa pada saat kontraksi cross-bridges pertama-tama
akan menempel pada filament tipis dan menariknya kearah central dari pita A,
kemudian ia akan terlepas dari filament tipis sebelum kembali bergerak kedalam
posisinya yang semula. Gerakan yang terjadi tersebut disebut juga rachet theory. Jika
terdapat troponin-tropomiosin kompleks, filament aktin akan melekat erat dengan
filament miosin dengan adanya ion Mg dan ATP. Namun, jika terdapat troponin-
tropomiosin kompleks maka interaksi antara filament aktin dan myosin tidak terjadi.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pada keadaan relaksasi bagian
aktif dari filamen aktin ditutupi oleh troponin-tropomiosin kompleks. Hal ini
menyebabkan bagian aktif tersebut tidak dapat melekat dengan filament myosin untuk
menimbulkan kontraksi. Setiap dikeluarkannya isi sebuah gelembung sinaptik
(biasanya berisi Ach) akan dihasilkan perubahan tegangan listrik pada sel post
sinaptik. Pada setiap perangsangan saraf pada umumnya akan dilepaskan sejumlah
gelembung sinaptik secara serentak sehingga membran ototnya mengalami
depolarisasi diatas nilai ambang sehingga terbangkitlah aksi potensial. Potensial
menyebar ke seluruh sel otot yang akan berakhir sebagai kontraksi.

Secara umum proses kontraksi dan relaksasi yang terjadi pada otot terjadi
melalui beberapa tahapan yaitu dimulai pada terjadinya aksi potensial pada motor
neuron yang menyebabkan pelepasan Ach. Ach akan terikat dengan reseptor pada otot
yang menyebabkan end plate potential ( EPP ), Na channel terbuka dan ion Na akan
masuk kedalm sel otot dan memulai aksi potensial pada otot. Aksi potensial pada otot
tersebut akan menyebabkan ion Ca masuk ke dalam sel dan merangsang pelepasan ion
Ca intra sel dari sisterna RS (Ca interduced Ca Released). Depolarisasi dari SR terjadi
dengan Ca channel pad tubulus T melalui reseptor dihidropiridin yang terdapat pada
Ca channel. Ion Ca dari RS ini akan terikat dengan TN-C dan selanjutnya merubah
konfigurasi troponin-tropomiosin kompleks dan terjai sliding dari filament aktin dan
myosin. Proses ini disebut proses eksitasikontraksi kopling (excitation-contraction
coupling). Dalam beberapa detik setelah proses kontraksi, ion Ca akan dipompa
kembali kedalam sisterna RS oleh Ca pump (Ca ATpase) yang terdapat pada
membran RS. Dengan tidak adanya ion Ca, troponin-tropomiosin kompleks akan
kembali ke konfigurasi semula, dan trpomiosin akan kembali menutupi bagian aktif
dari aktin, sehingga menghalangi interaksi antara aktin dan myosin hingga terjadilah
relaksasi

B. Fungsi Jaringan Otot


1. Mengatur postur tubuh.
Fungsi jaringan otot adalah mengatur postur tubuh. Postur tubuh yang tepat
bergantung pada kelenturan dan kekuatan otot. Apabila otot leher dan panggul
kaku, serta otot punggung lemah, akan merusak postur tubuh. Akibatnya akan
mengalami nyeri sendi.
2. Melakukan gerak
Fungsi jaringan otot ialah melakukan gerak. Karena otot melekat pada tulang dan
dikendalikan sistem saraf. Ketika seseorang bergerak, akan melibatkan otot
rangka yang mengikuti gerakan yang diinginkan. Otot menghasilkan gerakan pada
tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal
tubuh karena ada rangsangan.
3. Menjaga keseimbangan
Keseimbangan yang dimiliki juga berkaitan dengan fungsi otot. Penopang tubuh
dan mempertahankan postur : memelihara sikap dan posisi tubuh , Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat
duduk terhadap gaya gravitasi. Dalam sistem otot, ada yang namanya otot inti.
Otot ini, meliputi otot perut, otot panggul, dan otot punggung. Makin kuat otot
inti, keseimbangan kita akan bertambah baik.
4. Membantu peredaran darah
Peredaran darah dalam tubuh manusia dibantu oleh otot. Karena ada otot jantung
dan otot polos yang berfungsi membantu jantung berdetak dan mengalirkan darah
ke seluruh tubuh.
5. Sebagai produksi panas :
heat production : produksi energi dan panas tubuh, Kontraksi otototot secara
metabolis menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.

C. Mekanisme Kontraksi Otot


1. Filamen-Filamen Tebal dan Tipis yang Saling Bergeser Saat Proses Kontraksi.
Menurut fakta, kita telah tahu bahwa panjang otot yang terkontraksi akan lebih
pendek daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini rata-
rata sekitar sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini
dapat dilihat sebagai konsekuensi dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada
saat pemendekan berlangsung, panjang filamen tebal dan tipis tetap dan tak
berubah (dengan melihat tetapnya lebar lurik A dan jarak disk Z sampai ujung
daerah H tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami reduksi yang sama
besarnya. Berdasar pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean Hanson, Andrew Huxley
dan R.Niedergerke pada tahun 1954 menyarankan model pergeseran filamen
(filament-sliding). Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan
oleh suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat
bergeser antar sesamanya .

2. Aktin Merangsang Aktivitas ATPase Miosin.


Model pergeseran filamen tadi hanya menjelaskan mekanika kontraksinya dan
bukan asal-usul gaya kontraktil. Pada tahun 1940, Szent-Gyorgi kembali
menunjukkan mekanisme kontraksi. Pencampuran larutan aktin dan miosin untuk
membentuk kompleks bernama aktomiosin ternyata disertai oleh peningkatan
kekentalan larutan yang cukup besar. Kekentalan ini dapat dikurangi dengan
menambahkan ATP ke dalam larutan aktomiosin. Maka dari itu, ATP mengurangi
daya tarik atau afinitas miosin terhadap aktin. Selanjutnya, untuk dapat
mendapatkan penjelasan lebih tentang peranan ATP dalam proses kontraksi itu,
kita memerlukan studi kinetika kimia. Daya kerja ATPase miosin yang terisolasi
ialah sebesar 0.05 per detiknya. Daya kerja sebesar itu ternyata jauh lebih kecil
dari daya kerja ATPase miosin yang berada dalam otot yang berkontraksi.
Bagaimanapun juga, secara paradoks, adanya aktin (dalam otot) meningkatkan
laju hidrolisis ATP miosin menjadi sekitar 10 per detiknya. Selanjutnya, Edwin
Taylor mengemukakan sebuah model hidrolisis ATP yang dimediasi /ditengahi 52
oleh aktomiosin. Pada tahap pertama, ATP terikat pada bagian miosin dari
aktomiosin dan menghasilkan disosiasi aktin dan miosin. Miosin yang merupakan
produk proses ini memiliki ikatan dengan ATP. Selanjutnya, pada tahap kedua,
ATP yang terikat dengan miosin tadi terhidrolisis dengan cepat membentuk
kompleks miosin-ADP-Pi. Pada tahap keempat yang merupakan tahap untuk
relaksasi konformasional, kompleks aktin-miosin-ADP-Pi tadi secara tahap demi
tahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP sehingga kompleks yang tersisa
hanyalah kompleks Aktin-Miosin yang siap untuk siklus hidrolisis ATP
selanjutnya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa proses terkait dan terlepasnya
aktin yang diatur oleh ATP tersebut menghasilkan gaya vektorial untuk kontraksi
otot .

3. Model untuk Interaksi Aktin dan Miosin berdasarkan Strukturnya.


Rayment, Holden, dan Ronald Milligan telah memformulasikan suatu model yang
dinamakan kompleks rigor terhadap kepala S1 miosin dan F-aktin. Mereka
mengamati kompleks tersebut melalui mikroskopi elektron. Daerah yang mirip
bola pada S1 itu berikatan secara tangensial pada filamen aktin pada sudut 45o
terhadap sumbu filamen. Sementara itu, ekor S1 mengarah sejajar sumbu filamen.
Relasi kepala S1 miosin itu nampaknya berinteraksi dengan aktin melalui
pasangan ion yang melibatkan beberapa residu Lisin dari miosin dan beberapa
residu asam Aspartik dan asam Glutamik dari aktin.

4. Kepala-kepala Miosin “Berjalan” Sepanjang Filamen-filamen Aktin.


Hidrolisis ATP dapat dikaitkan dengan model pergeseran-filamen. Pada mulanya,
kita mengasumsikan jika cross-bridges miosin memiliki letak yang konstan tanpa
berpindah pindah, maka model ini tak dapat dibenarkan. Sebaliknya, cross-bridges
itu harus berulang kali terputus dan terkait kembali pada posisi lain namun masih
di daerah sepanjang filamen dengan arah menuju disk Z. Melalui pengamatan
dengan sinar X terhadap struktur filamen dan kondisinya saat proses hidrolisis
terjadi, Rayment, Holden, dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa tertutupnya
celah aktin akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP) itu berperan besar untuk
sebuah perubahan konformasional (yang menghasilkan hentakan daya miosin)
dalam siklus kontraksi otot. Postulat ini selanjutnya mengarah pada model
“perahu dayung” untuk siklus kontraktil yang telah banyak diterima berbagai
pihak. Pada mulanya, ATP muncul dan mengikatkan diri pada kepala miosin S1
sehingga celah aktin terbuka. Sebagai akibatnya, kepala S1 melepaskan ikatannya
pada aktin. Pada tahap kedua, celah aktin akan menutup 53 kembali bersamaan
dengan proses hidrolisis ATP yang menyebabkan tegaknya posisi kepala S1.
Posisi tegak itu merupakan keadaan molekul dengan energi tinggi (jelas-jelas
memerlukan energi). Pada tahap ketiga, kepala S1 mengikatkan diri dengan lemah
pada suatu monomer aktin yang posisinya lebih dekat dengan disk Z dibandingkan
dengan monomer aktin sebelumnya. Pada tahap keempat, Kepala S1 melepaskan
Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala S1
terhadap aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya, pada
tahap kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut
menarik ekor kepala S1 tadi terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu,
pada tahap akhir, ADP dilepaskan oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap.
D. Tipe Kontraksi Otot
Bila otot dirangsang : timbul masa laten yang pendek yaitu sewaktu rangsangan
diterima. otot berkontraksi berarti menjadi pendek dan tebal. dan akhirnya mengendur
dan memanjang Kembali. Jenis kontraksi ada 2 macam yaitu :
 Kontraksi isotonic (kontraksi dengan pemendekan otot).
 Kontraksi isometric (kontraksi otot meliputi pemendekan elemen-elemen
kontraktil otot).
Kontraksi otot dimana Otot dapat berkontraksi dengan cepat, bila mendapat
rangsangan dari luar berupa :arus listrik, mekanis, panas, dingin, dsb. Rangsangan
saraf minimal yang dapat menimbulkan kontraksi otot disebut rangsang treshold /
liminal. Rangsangan di atas treshold, intensitas kontraksi tak akan bertambah.
Rangsangan di bawah treshold/ subliminal, kontraksi serat otot tak terjadi sama sekali.
Bila suatu rangsang cukup kuat diterima, maka serat otot akan berkontraksi pada
maksimum kapasitas. Kecenderungan untuk berkontraksi penuh atau tidak sama
sekali disebut :All or none principle.
Adapun tipe – tipe kontraksi otot sebagai berikut:
1. Kontraksi Twitch.
Kontraksi twitch atau kedutan adalah model dasar dari sebuah kontraksi otot. Otot
tidak langsung berkontraksi bila di stimulus, namun akan mulai berkontraksi
spersekian detik kemudian. Setelah itu akan meningkatkan kontraksinya hingga
puncaknya (otot memendek, kemudian secara bertahap menurun menuju
relaksasi. Ketiga fase kontraksi twitch yaitu periode laten, fase kontraksi, dan fase
relaksasi.

2. Kontraksi Treppe.
Kontraksi treppe dimulai secara bertahap, setiap kontraksi akan terjadi
peningkatan dari kekuatannya. Dengan kata lain, sebuah kontraksi otot lebih kuat
setelah berkontraksi beberapa kali daripada saat pertama kontraksi. Prinsip ini
yang digunakan oleh atlet saat mereka pemanasan. Ada beberapa faktor yang
berkontribusi untuk 54 fenomena ini. Pada saat pemanasan ion kalsium di
difusikan sangat efektif sehingga memicu aktin dan myosin secara bertahap dan
menurunkan waktu relaksasi dari otot. Bila rangsangan ini terus menerus akan
mengakibatkan kelelahan otot.
3. Kontraksi tetanus.
Kontraksi terjadi bila stimulus yang terjadi terus menerus hingga relaksasi otot
menjadi sangat pendek bahkan bisa menghilang.

4. Tonus otot.
Tonus otot adalah kondisi palpasi otot normal saat istirahat yang bersifat tidak
flaksid dan mempunyai regangan tertentu. Hal ini juga diperoleh saat otot tersebut
digerakkan secara pasif. Resistensi otot karena digerakkan secara pasif secara
prinsip dapat disebabkan oleh dua faktor: yaitu sifat viskoelastik otot itu sendiri
dan tegangan yang diakibatkan oleh kontraksi. Dari penelitian binatang yang
dideserebrasi terbukti bahwa tonus otot terutama disebabkan oleh refleks, yang
disebabkan oleh aliran impuls yang berkesinambungan dari muscle spindle, yang
mengaktivasi motorneuron.

5. Kekuatan otot.
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Latihan yang sesuai untuk
mengembangkan kekuatan ialah melalui bentuk latihan tahanan (resistence
exercise). kontraksi otot yang terjadi pada saat melakukan tahanan dan latihan
kekuatan terbagi dalam tiga kategori , yaitu :
a. Kontraksi isometrik (kontraksi statik) yaitu kontraksi sekelompok otot untuk
mengangkat atau mendorong beban yang tidak bergerak. Dengan tanpa
gerakan anggota tubuh, dan panjang otot tidak berubah.
b. Kontraksi isotonik (kontraksi dinamik), yaitu kontraksi sekelompok otot yang
bergerak dengan cara memanjang dan memendek jika tensi dikembangkan.
c. Kontraksi isokinetik, Yaitu otot mendapatkan tahanan yang sama melalui
seluruh ruang geraknya, sehingga otot bekerja secara maksimal pada setiap
sudut ruang gerak persendianya.

6. Metabolisme otot.
ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah kontraksi, sehingga
ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber
lain. Terdapat empat jalur biokimia yang menyediakan ATP untuk kontraksi otot :
Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat simpanan ke ADP, yang
merupakan sumber pertama ATP pada permulaan olahraga. Fosforilasi oksidatif,
yang secara efisien mengekstraksi sejumlah besar ATP dari molekul nutrien
apabila tersedia cukup O2 untuk menunjang sistem ini. Fosforilasi oksidatif
merupakan reaksi aerob. Glikolisis, yang dapat mensintesis ATP walaupun tidak
tersedia O2 tetapi menggunakan banyak glikogen dan dalam prosesnya
menghasilkan asam laktat. Oxygen debt yaitu oksigen ekstra yang harus dihirup
setelah aktivitas berat

E. Macam – macam otot


1. Otot Rangka (otot lurik)

Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi


menggerakkan bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot
bercorak/striated karena pada pengamatan mikroskopik jaringan ini
memperlihatkan adanya garis/pita gelapterang bergantian. Jaringan otot rangka
bersifat volunter karena berkontraksi dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran.
Jaringan otot jantung juga tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di
bawah kontrol kesadaran. Dalam keadaan segar, otot rangka berwarna merah
muda karena banyak pembuluh darah dan pigmen di dalam serat ototnya.
Berdasarkan warnanya, otot rangka terbagi menjadi otot "merah" dan otot "putih".
Serat otot rangka terdiri atas sel dengan bentuk silindris berujung runcing atau
agak membulat antara otot dan tendon, serta intinya banyakKekuatan suatu otot
dipengaruhi oleh jumlah total serat yang menyusun otot tersebut. Orang yang
memiliki otot besar akibat seringnya berolahraga, menyebabkan terjadinya
penebalan serat otot atau hipertrofi otot, bukan peningkatan jumlah serat otot atau
hiperplasia. (Fawcett, 2002).

Epimisium merupakan jaringan ikat berwarna putih yang menyelubungi


otot. Serat otot tersusun membentuk berkas atau fasikulus di mana setiap fasikulus
dibungkus oleh perimisium. Setiap serat otot di Pada setiap serat otot pembuluh
darah yang mengalir melewati otot rangka, tampak bercabang di dalam
epimisium, menembus septa perimisium, dan membentuk anyaman kapiler dalam
endomesiumPada beberapa otot yang relatif pendek, fasikel tersusun secara
paralel terhadap arah tarikan dan sepanjang ototnya ia utuh. Sedangkan, otot yang
panjang tersusun atas serat otot pendek dan berhubungan dengan satu atau lebih
pita melingkar jaringan ikat berjarak teratur sepanjang otot.

Otot rangka membentuk sebagian besar jaringan otot tubuh dan terdiri dari
serat otot yang panjang dengan inti banyak yang terdapat di tepi sel otot. Otot
rangka mampu berkontraksi dengan kuat (sekitar 100 watt per kilogram) karena
memilki protein filament yang kompleks dan teratur. Namun kontraksi yang kuat
tersebut mengakibatkan otot rangka membutuhkan asupan energi dan oksigen
yang besar dari pada otot jantung maupun otot polos. Otot rangka dipersarafi oleh
saraf motorik somatik disebut juga otot volunter (disadari). Serat otot tersusun
parallel satu sama lain, dengan ruang intersellular di antaranya memuat susunan
parallel kapiler kontinu. Diameter serat otot rangka bervariasi antara 10 sampai
100 mikrometer, tertapi serat yang hipertropi dapat melebihi angka tersebut. Otot
rangka berwarna merah muda hingga merah karena memiliki suplai vaskuler yang
banyak dan terdapat pigmen mioglobin

Pada serabut otot tampak garis terang diselingi garis gelap melintang :
Sejumlah serabut miofibril berkumpul membentuk berkas dan diselubungi
membran halus yang disebut sarkolema (selaput otot). Banyak berkas – berkas
yang diikat menjadi satu oleh jaringan ikat membentuk otot besar dan otot kecil .
Otot ini hanya berkontraksi jika dirangsang oleh rangsang saraf. Otot skelet
disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabutserabut berbentuk
silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot. Setiap serabut otot
sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak nukleus ditepinya.
Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-
macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan
myofibril. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm,berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Bekerja dibawah kesadaran :
volunter , menurut perintah dari otak , disebut juga otot sadar, Kontraksinya
sangat cepat dan kuat. Otot dapat memanjang (relaksasi) dan memendek
(kontraksi) mempunyai banyak inti(multi nukleus). Menggerakkan dan melekat
pada tulang rangka. Ujung tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak
disebut origo (asal), otot yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersi
( sisipan) Tendon menggerakkan tulang dengan kontraksi Otot lurik digolongkan
dalam 2 kelompok berdasarkan mioglobin pigmen penyusunnya yaitu : Otot
merah : mempunyai mioglobin lebih banyak dan Otot putih : mioglobin sedikit
Mioglobin merupakan senyawa protein yang berfungsi mengikat molekul –
molekul oksigen yang berperan untuk respirasi sel–sel otot rangka. Myofibril
disusun oleh myofilamentmyofilament yang berbeda-beda ukurannya :yang kasar
terdiri dari protein myosin dan yang halus terdiri dari protein aktin/actin. Respirasi
sel otot lurik akan menghasilkan energi yang penting untuk melakukan aktifitas
gerak otot rangka dan dikontrol oleh neuron motorik dari medula spinalis. Satu
neuron motorik dapat mempersyarafi beberapa serabut otot. Neuron motorik dan
seluruh serabut saraf yang disarafinya disebut unit motorik Untuk berkontraksi
otot lurik perlu konsentrasi kalsium  Serabut otot mengalami relaksasi ketika
kalsium dipompa keluar dari sitoplasma kembali kedalam retikulum sarkoplasma
Kontraksi otot bergantung pada produksi ATP yang bersumber dari Creatinine
phosphat (CP) yang disimpan di otot Fosforilasi oksidatif bahan makanan yang
disimpan diotot atau dikirim ke otot.Glikolisis an aerob . Keletihan otot terjadi
bila penggunaan ATP di otot berlebihan . Sumber energi untuk fosforilasi
oksidatif adalah glikogen yang disimpan di otot , glukosa dan asam lemak yang
dikirim ke otot dalam suply darah . Glikolisis an aerob menghasilkan ATP dalam
jumlah terbatas dari metabolisme glikogen otot dan glukosa darah yang
bersirkulasi. Otot yang menggunakan glikolisis an aerob untuk produksi ATPnya
cepat mengalami keletihan hal ini disebabkan deplesi glikogen yang disimpan di
otot dan menghasilkan asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot.

Fungsi Sistem Otot Rangka

a. Menghasilkan gerakan rangka.


b. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
c. Menyokong jaringan lunak.
d. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.
e. Mempertahankan suhu tubuh; dengan cara kontraksi otot:menghasilkan energi
panas.

2. Otot Polos

Otot polos banyak ditemukan di organ visceral seperti pada bagian kontraktil
saluran cerna dari pertengahan esofagus hingga ke anus dan saluran keluar organ
pada sistem reproduksi, pernapasan, sistem urinalis, pembuluh darah (arteri dan
vena), pembuluh limfe yang besar, pada dermis dan pada iris dan korpus siliaris
pada mata. Otot polos tersebut berperan untuk mengatur dan mempertahankan
garis tengah lumen dari visera berongga. Otot polos dalam berbagai jaringan dan
organ memiliki cara aktivasi yang berbeda. Otot polos unitari, bersifat autoritmis.
Rangsang yang timbul intrinsik diteruskan melalui taut rekah, dari sel ke sel di
daerah luas otot yang berkontraksi serentak. Jenis otot polos demikian berfungsi
untuk gelombang peristaltik usus untuk mendorong isinyaGelombang kontraksi
spontan serupa terdapat pada ureter dan duktus biliaris. Mekanisme eksitasi
intrinsik dari otot polos unitari dalam visera masih belum jelas, tetapi
kemampuannya menghasilkan kontraksi lambat dan sinkron disebabkan ikatan
listrik serat-serat berdekatan oleh taut rekah yang memungkinkan penyebaran
eksitasi dari serat ke serat.
Otot polos tidak bergaris = Otot licin : Otot tak sadar:otot tidak berlurik Dapat
berkontraksi tanpa rangsangan saraf . bekerja diluar kesadaran kita (involunter)
artinya. tidak dibawah perintah otak, Kontraksinya kuat dan lamban. Dibeberapa
bagian besar tubuh kegiatan otot ini berada dibawah pengendalian saraf otonom
(tak sadar). Serabut otot berbentuk spindel(bergelendong) dengan kedua ujungnya
meruncing, dibagian tengahnya menggelembung, dengan nukleus sentral.Didalam
sel terdapat satu inti sel ( nukleus sentral).
 Bentuk dan ukuran otot polos
Sel otot polos berbentuk fusiform, yaitu sel yang terdapat pelebaran di tengah
dan kedua ujungnya runcingPada kapiler darah, sel otot polos berukuran ±20 μm.
Sedangkan pada masa kehamilan sel otot polos uterus dapat membesar hingga 500
um dan jumlahnya bertambah banyak. Sel otot polos berinti tunggal terletak di
pusat. Agar berhimpit lebih erat, bagian yang lebih sempit dari satu sel terletak
bersebelahan dengan bagian yang lebih lebar dengan sel lainnya. Pada potongan
melintang tampak bervariasi ukuran garis tengah dan hanya garis berukuran lebih
besar yang memiliki inti. Apabila otot polos berkontraksi, batas sel tampa.
bergelombang dan intinya terlipat atau seperti alat pembuka tutup botol. Otot
polos memiliki ukuran yang bergantung dari tempat sel otot tersebut berada. Pada
pembuluh darah kecil, ukuran sel otot polos <20 µm, dan pada uterus wanita
hamil sel otot polos berukuran 0,05 mm; biasanya mereka mempunyai panjang 0,2
nm dan bergaris tengah 6 um pada serah intiSarkoplasmanya biasanya terlihat
bersifat asidofil dan homogen.
 Struktur Otot polos
Di sekitar inti sarkoplasma, terutama pada kutubnya terdapat mitokondria,
sejumlah elemen dari retikulum granular dan ribosom bebas, badan golgi kecil,
glikogen dan terkadang dijumpai butiran lemak. Sisa- sisa sarkoplasmanya
mengandung miofilamen aktin yang lebih banyak daripada miosin. Pada bagian
tepi sarkolema, terdapat elemen-elemen dari retikulum sarkoplsma dan banyak
"caveole". Caveole subsarkolema ini berperan sebagai tubul T saat terjadi
depolarisasi dan sebagai retikulum sarkolem. Caveol ini memiliki lebar 7 nm dan
luarnya dibungkus lamina basal. Serabut retikular dan elastin mengisi celah
interseluler yang sempit; pada tempat-tempat tertentu plasmalema sel-sel yang
berdekatan atau cabang-cabangnya membentuk neksus (gap junction), yang
memungkinkan penghantaran impuls listrik secara cepat dari satu sel ke sel
lainnya
Struktur Mikroskopis Otot Polos Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang
disusun oleh myofilamen-myofilamen. Serabut berukuran kecil, berkisar antara 20
mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil, Jenis
otot polos tak sadar ini dapat ditemukan pada organ dalam yang berongga seperti :
pada sistem respiratorik (Trakhea dan bronkhi), dinding saluran pencernaan,,
urinarius, Pada kandung kemih. Pada Iris dan muskulus siliaris mata. pada sistem
reproduksi : dinding tuba, uterus. Pada sistem sirkulasi darah (Dinding pembuluh
darah), dan Pembuluh limfe. Serta pada otot tak sadar dalam kulit.
 Aktivitas kontraksi
Karakteristik aktivitas kontraktil dari otot polos berhubungan dengan struktur
dan pengaturan dari filamen aktin dan miosin otot polos yang tidak
memperlihatkan pengaturan parakristal yang ada di dalam otot lurik. Pada sel otot
polos, berkas miofilamen bersilangan secara oblik melewati sel, membentuk suatu
jalinan kerja seperti kisi-kisi. Berkas ini terdiri atas 5-7 nm filamen tipis yang
mengandung aktin dan tropomiosin, dan 12-16 nm filamen tebal yang
mengandung miosinStudi struktural dan biokimia keduanya mengemukakan
bahwa aktin dan miosin otot polos berkontraksi melalui mekanisme pergeseran
filamen yang mirip dengan otot lurik. Pemasukan Ca2+ diperlukan untuk
mengawali kontraksi pada sel-sel otot polos. Akan tetapi miosin otot polos,
berinteraksi dengan aktin hanya bila rantai ringannya mengalami fosforilasi. Oleh
karena hal ini dan tidak adanya kompleks tropomiosin otot rangka, maka
mekanisme kontraksi pada otot polos berbeda dari yang terjadi pada otot rangka
dan jantung. Ca2+ pada otot polos bergabung dengan kalmodulin. Sebuah protein
pengikat kalsium juga berperan pada kontraksi sel bukan otot
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi.
 Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, jalan
udara besar traktus respiratorik, otot mata yang memfokuskan lensa dan
menyesuaikan ukuran pupil dan otot erektor pili rambut.
 Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontrak si sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri
atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil
dari aktivitas listrik spontan. Otot sfingter terdiri atas : Lingkaran serabut
otot yang mengelilingi lubang masuk atau lubang keluar sebuah saluran
atau mulut saluran yang akan menutup erat bila berkontraksi Contoh ;
Sfingter jantung Sfingter piloris pada mulut lambung. Sfingter antara ileus
dan kolon, Sfingter bagian dalam dan luar anus dan uretra.
 Persarafan Otot Polos

Otot polos dipersarafi oleh saraf otonom, yaitu saraf aferen yang terdiri atas
saraf simpatis dan parasimpatis, di mana serat saraf tersebut post ganglionik dan
tanpa mielin. Otot polos digolongkan berdasarkan persarafan dan fungsinya.
Pertama, otot polos multi unit memiliki persarafan yang luas dan terdapat saraf
terminal. Otot polos ini ditemukan pada organ yang ototnya mampu berkontraksi
secara bersamaan dan relatif cepat, misalnya pada arteri besar, iris, dan duktus
deferens. Kedua, otot polos ini memiliki sedikit ujung saraf terminal, transmisi
stimulus melalui neksus dan hanya terdapat pada organ yang berkontraksi relatif
lambat, seperti organ viscera dan pembuluh darah kecil.

 Asal, Pertumbuhan, dan Regenerasi Otot Polos

Otot polos sebagian besar berasal dari sel mesenkimal, misalnya yang
terdapat di saluran kelenjar saliva, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal.
Namun, otot polos pada iris berasal dari ektoderm yang disebut mioepitel. Ukuran
sel otot polos dapat membesar karena faktor fisiologi, contohnya pada uterus masa
kehamilan dan karena faktor patologi, contohnya arteriol pada hipertensi. Ada
pula peningkatan jumlah sel-sel akibat diferensiasi sel-sel mesenkimal yang ada di
dalam dinding rahim. Ada bukti bahwa sel-sel otot polos sendiri dapat membelah
melalui mitosis.
3. Otot Jantung = Miokardium

Otot jantung mempunyai komponen penyusun yang sama seperti otot rangka,
namun terdapat perbedaan cara kerjanya. Otot jantung hanya ditemukan di lapisan
tengah dinding jantung dan mempunyai cabang diskus interkalaris. Otot jantung
bekontraksi secara refleks atau tidak sadar dan apabila dirangsang, reaksi yang
muncul berjalan lambat. Otot jantung berperan sebagai pompa darah untuk
dialirkan ke seluruh tubuh dan seumur hidupnya otot jantung akan selalu bekerja
meskipun saat kita bekerja, istirahat, tidur, dan pingsan.
 Struktur Otot Jantung

Otot jantung tersusun atas sel silindris, serabut luriknya pendek, dan cabangnya
saling terhubung satu sama lain, serta terdapat 1-2 inti di sentral sarkoplasmaOtot
jantung hanya berada di jantung dan yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom
bekerja secara involunter atau tidak sadar, ritmis, tidak pernah lelah, dan bekerja
lambat. Saat otot jantung kontraksi, maka jantung akan menguncup dan darah
akan diedarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan, saat otot jantung relaksasi, maka
jantung mengembang dan darah kembali mengalir ke jantung. Pada pengamatan
menggunakan mikroskop, terdapat pertemuan antar dua sel yang tampak gelap,
yaitu diskus interkalaris yang merupakan ciri khas otot jantung. Pada jantung,
terdapat tiga hubungan khusus dengan diskus interkalaris, antara lain:

a) Fascia adherens merupakan tempat melekatnya filamen aktin pada


sarkomer terminal.
b) Maskula adherens berperan dalam mempertahankan otot jantung agar tidak
terpisah dengan sarkomer saat terjadi kontraksi yang kontinu.
c) Gap junction merupakan kontinuitas ionik di antara sel-sel yang
berdekatan.

Struktur Mikroskopis Otot Jantung mirip dengan otot skelet, bergaris seperti otot
sadar, Perbedaannya pada serabutnya yang bercabang dan mengadakan
anastomose (bersambungan satu sama lain) ,tersusun seperti pada otot bergaris
Berciri khas merah Disebut juga otot serat lintang involunter tak dapat
dikendalikan kemauan Otot ini hanya terdapat pada dinding jantung dan vena
kava yang masuk kejantung.
Sel otot jantung menyerupai otot lurik dengan satu inti sel yang disebut juga otot
serat lintang involunter. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut setiap satu sel
otot jantung membentuk anyaman yang disebut sinsitium, Pada setiap
percabangan sel otot jantung terdapat jaringan ikat yang disebut diskus
interkalaris. berkontraksi secara ritmis akibat aktivitas sel otot yang saling
bertautan. Gerakan otot jantung dikendalikan oleh saraf tak sadar (saraf otonom),
kontraksi dan relaksasi menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit dan
melebar secara berirama menimbul kan denyut jantung .Normal jantung
berkontraksi 72 kali setiap menit Sifat otot jantung/

Otot jantung mempunyai ciri – ciri yang khas yaitu :


A. Kemampuan berkontraksi -> Dalam berkontraksi otot jantung memompa
darah yang masuk sewaktu diastole dan keluar dari ruangan – ruangannya
sewaktu systole.
B. Daya antar / konduktivitas -> Kontraksi diantarkan melalui setiap serabut otot
jantung secara halus sekali , Kemampuan pengantaran ini sangat jelas dalam
berkas His.
C. Ritme : Otot jantung memiliki kekuatan kontraksi ritmik secara otomatis tanpa
tergantung pada rangsangan saraf.
REFRENSI

Mustiadi, I. 2017. KLASIFIKASI SINYAL EMG BERBASIS JARINGAN SYARAF

TIRUAN DAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM. Jurnal Klasifikasi Sinyal

EMG Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan. 23(3) : 223 – 240.

Soesilawati, P. 2020. HISTOLOGI KEDOKTERAN DASAR. Surabaya : Airlangga

University Press.

Wangko., S. 2014. JARINGAN OTOT RANGKA Sistem membran dan struktur halus unit

kontrakti. Jurnal Biomedik. 6(3) : 27 – 32.

Dafriani, P. 2019. BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI untuk Mahasiswa Kesehatan.

Padang : CV Berkah Prima.

Abdurrahman., Krismashogi, D., Farindra, I., dan Rambung, E. 2017. INDAHNYA

SEIRAMA KENESIOLOGI DALAM ANATOMI. Malang : CV. Cita Intrans

Selaras.

Anda mungkin juga menyukai