Anda di halaman 1dari 5

Apa yang terjadi ketika otot berkontraksi?

Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain.
Akibatnya zona H dan pita I memendek, sehingga sarkomer pun juga memendek. Dalam otot
terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang
menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan
aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang
bergerak.

Jika otot dirangsang berulang-ulang secara teratur dengan interval waktu yang cukup, otot
akan berelaksasi sempurna di antara 2 kontraksi. Namun jika jarak rangsang singkat, otot
tidak berelaksasi melainkan akan berkontraksi maksimum atau disebut tonus. Jika otot terus-
menerus berkontraksi, disebut tetanus. Saat berkontraksi, otot membutuhkan energi dan
oksigen. Oksigen diberikan oleh darah, sedangkan energi diperoleh dari penguraian ATP
(adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat. ATP terurai menjadi ADP (adenosin difosfat) + Energi.
Selanjutnya, ADP terurai menjadi AMP (adenosin monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat
terurai menjadi kreatin + fosfat + energi. Energienergi ini semua digunakan untuk kontraksi
otot. Pemecahan zat-zat akan menghasilkan energi untuk kontraksi otot berlangsung dalam
keadaan anaerob sehingga fase kontraksi disebut juga fase anaerob.

Energi yang membentuk ATP berasal dari penguraian gula otot atau glikogen yang tidak
larut. Glikogen dilarutkan menjadi laktasidogen (pembentuk asam laktat) dan diubah
menjadi glukosa (gula darah) + asam laktat. Glukosa akan dioksidasi menghasilkan energi
dan melepaskan CO2 dan H2O. Perhatikan skema di dibawah.

Gambar 3. proses penguraian glikogen

Secara singkat proses penguraian glikogen sebagai berikut.

Proses penguraian glikogen terjadi pada saat otot dalam keadaan relaksasi. Pada saat relaksasi
diperlukan oksigen sehingga disebut fase aerob. Asam laktat atau asam susu merupakan hasil
samping penguraian laktasidogen. Penimbunan asam laktat di dalam otot dapat
mengakibatkan pegal dan linu atau menyebabkan
kelelahan otot. Penguraian asam laktat memerlukan banyak oksigen.
Mekanisme pergerakan otot

a. Otot lurik
Otot lurik yang disebut juga otot rangka merupakan otot yang melekat pada tulang rangka
sehingga jika otot berkontraksi menyebabkan tulang bergerak. Otot lurik bekerja dipengaruhi
oleh susunan saraf pusat sehingga sering disebut otot sadar. Inti sel otot ini berjumlah banyak
dan terletak di tepi. Otot ini disebut otot lurik, karena pada serabut-serabut panjang otot
terdapat garis terang (isotrop) dan garis gelap (anisotropi) secara bergantian.

1) Mekanisme gerak otot


Serabut otot lurik terdiri atas kumpulan serabut-serabut
halus yang disebut miofibril. Setiap miofilamen longitudinal
terdiri atas sejumlah besar protein miofilamen longitudinal
terdiri atas dua macam, yaitu filamen tebal dan tipis. Filamen tipis terdiri atas monomer aktin
globular yang ada hubungannya dengan kompleks tropomiosin dan troponin. Filamen tebal
terdiri atas ekor-ekor molekul miosin yang memanjang. Kepala molekul miosin menjulur ke
arah filamen tipis sebagai jembatan silang yang potensial dapat menghubungkan filamen-
filamen tersebut. Tiap kepala dan ekor disatukan oleh suatu engsel. Filamen ini disusun
sedemikian rupa sehingga satu filamen tebal dikelilingi oleh enam filamen tipis. Filamen
tebal yang lebih padat berhubungan satu sama lain dan membentuk pita A yang lebih gelap,
dan filamen tipis membentuk pita I yang lebih terang. Kedua jenis filamen saling bertumpang
tindih sebagian sehingga ada bagian yang lebih padat dan kurang padat pada pita A. Garis Z
tempat bertautnya filamen tipis, menyeberangi miofibril di pusat pita I. Bagian miofibril yang
terletak antara dua garis Z disebut sarkomer. Jika otot lurik berkontraksi, maka pita I
menyempit dan zone H dapat hilang karena garis Z saling mendekat. Derajat penyempitan
pita I tergantung pada kekuatan kontraksi.

Pada waktu istirahat, tidak ada interaksi antara filamenfilamen, karena tempat aktif pada
filamen aktin tempat kepala miosin dapat terikat diblokir oleh tropomiosin. Jika sebuah
serabut otot dirangsang (impuls saraf sampai pada ujung suatu neuron), asetilkolin dilepaskan
oleh ujung neuron yang menyebabkan ion Ca++ dilepaskan dan bersenyawa dengan troponin
dan mengubah konfigurasinya. Hal ini, menyebabkan serat otot kepala miosin mengikat diri
di tempat aktif filamen aktin menggantikan tropomiosin yang memblokade tempat aktif
tersebut.

2) Keperluan energi untuk kontraksi otot


Pengikatan dan pelepasan tiap kepala miosin menggunakan satu molekul ATP. Jika
persediaan ATP yang di dalam sel habis terpakai, maka ATP disintesis lagi dari ADP dengan
pemindahan satu gugus fosfat dari fosfat lain yang kaya energi, yaitu kreatin fosfat pada otot
vertebrata. Fosfat kaya energi ini dibuat dengan metabolisme makanan dalam daur glikolitik
dan asam nitrat.

Penggunaan energi oleh otot dengan laju kontraksi yang


relatif pelan akan dapat diimbangi oleh pembentukan ATP dari fosforilasi oksidatif
(metabolisme makanan dengan menggunakan oksigen). Jika kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi, maka kebutuhan energi dipenuhi dengan glikolisis anaerobik glikogen (glikolisis
gula otot tanpa oksigen) yang menghasilkan ATP dan asam piruvat. Asam piruvat ini akan
diubah menjadi asam laktat. Timbunan asam laktat di dalam otot akan menyebabkan otot
menjadi pegal. Jika oksigen tersedia lagi, sebagian besar asam laktat itu akan diubah menjadi
glikogen otot. Otot yang terus-menerus dirangsang akan meningkatkan kadar asam laktat di
dalam otot sehingga pengembalian asam laktat menjadi gula otot lambat. Tertimbunnya asam
laktat dalam otot yang berlebihan dan tidak dapat ditoleransi lagi menyebabkan tetanus atau
kejang otot.

b. Otot polos

Sel otot polos memiliki bentuk memanjang dengan kedua ujungnya yang runcing dan nukleus
terletak di tengah sel otot. Serat miofibril pada otot polos bersifat homogen dan lebih kecil
dari serabut otot lurik. Otot polos terdapat pada dinding pembuluh darah, dinding saluran
pencernaan, paru-paru, dan ovarium. Otot ini bersifat lambat bereaksi dalam menerima
rangsang, tetapi tahan terhadap kelelahan, dan bekerja di bawah pengaruh saraf tak sadar.

Mekanisme gerak
Mekanisme dasar kontraksi otot polos sama dengan kontraksi otot lurik. Serabut-serabutnya
mengandung aktin dan miosin, tetapi miofilamen ini tersebar. Serabut otot polos kecil, maka
ion Ca++ disimpan dalam cairan ekstraseluler. Aktivasi untuk kontraksi meliputi pemasukan
ion Ca++ dan pembentukan jembatan silang antara aktin dan miosin. Pada waktu jembatan
itu terbentuk, filamen aktin menarik "benda padat" yang berada di posisi tetap dalam
sitoplasma dan serabut itu memendek.

c. Otot Jantung
Otot jantung dijumpai hanya pada dinding jantung.
Struktur otot jantung menyerupai otot lurik, tetapi nukleus
terletak di tengah sel dan memiliki percabangan. Setiap
percabangan pada otot jantung terdapat jaringan pengikat yang
disebut discus interkalaris. Otot jantung bekerja di bawah
pengaruh saraf tidak sadar, cepat bereaksi terhadap rangsangan, dan tahan terhadap kelelahan.
Kontraksi otot jantung menimbulkan denyut jantung. Jantung akan berkontraksi terus-
menerus selama organisme hidup. Pada manusia dewasa normal, jantung berdenyut sebanyak
72 kali setiap menit.
Mekanisme Gerak Otot
Mekanisme gerak pada otot polos dan otot jantung prinsipnya sama dengan mekanisme gerak
otot rangka.

Serabut halus sel otot rangka atau miofibril mengandung filamen protein (miofilamen) yaitu
filamen halus dan filamen kasar. Filamen halus dibangun oleh dua untai aktin dan satu
untai protein regulator (pengatur) berupa tropomiosin dan troponin kompleks yang
membelit masing-masing untaian aktin. Filamen kasar yang dibangun oleh miosin.

Kombinasi kedua filamen protein ini menyebabkan adanya pola terang dan gelap disebut
sarkomer. Sarkomer merupakan unit fungsional yang mendasar pada kontraksi otot.
Sarkomer satu dengan sarkomer yang lainnya dibatasi oleh garis Z.

Filamen halus melekat pada garis Z dan mengarah ke bagian tengah sarkomer. Sebaliknya,
filamen kasar berada di bagian tengah sarkomer. Filamen halus dan kasar saling tumpang
tindih disebut pita A, namun tidak seluruh filamen tersebut saling tumpang tindih. Pita A
yang hanya mengandung filamen kasar ditengah disebut garis M. Daerah ujung dekat
sarkomer di mana hanya dijumpai filamen halus saja disebut pita I.

Saat otot berkontraksi, panjang tiap sarkomer mengalami reduksi (berkurang). Reduksi yang
terjadi yaitu jarak dari satu garis Z ke garis Z berikutnya menjadi lebih pendek. Sarkomer
yang berkontraksi tidak menyebabkan perubahan pada panjang pita A, namun pita I akan
memendek dan garis M menghilang. peristiwa ini disebut sebagai model geseran (luncuran)
filamen kontraksi otot. Menurut model ini, filamen halus dan kasar tidak mengalami
perubahan panjang selama kontraksi otot. Namun, justru aktin dan miosin saling bergabung
membentuk aktomiosin dan menggeser satu dengan yang lain secara longitudinal sehingga
panjang daerah filamen halus dan kasar yang tumpang tindih bertambah besar. Apabila
panjang daerah filamen yang tumpang tindih meningkat, panjang filamen halus berupa pita I
dan filamen kasar berupa garis M menjadi berkurang.

Pada saat sel-sel otot yang berelaksasi, tempat pengikatan miosin pada filamen halus
dihambat oleh protein regulator tropomiosin. Protein regulator yang lain yaitu troponin
kompleks mengontrol posisi tropomiosin pada filamen halus.
Agar sel otot dapat berkontraksi, tempat pengikatan miosin di aktin harus terbuka. Tempat
pengikatan miosin di aktin dapat terbuka saat ion kalsium mengikat troponin yang mengubah
interaksi anatara troponin dan tropomiosin. Pengikatan ion Kalsium menyebabkan seluruh
kompleks troponin-tropomiosin berubah bentuk. Akibatnya, tempat pengikatan miosin pada
aktin menjadi terpapar. Saat ada ion kalsium, terjadi gerakan gesekan atau luncuran antara
filamen halus dan kasar yang tumpang tindih sehingga otot berkontraksi. Pada saat kontraksi
ion kalsium menurun, tempat pengikatanmiosin pada aktin tertutup dan kontraksi onot
menjadi berhenti (relaksasi).

Mekanisme Kontraksi Pada Otot.


Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot
dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat
memanjang dan memendek. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan ,
sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.

Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:


a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran
semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran
semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin.
Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril.
Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot. Kontraksi
pada otot juga seringkali disebut dengan nama pergeseran filament.

Proses krontraksi otot sendiri di dahului dengan datangnya impuls saraf. Dimulai ketika ada
impuls yang akan mengenai bagian sinapsis atau bagian saraf dan serabut otot yang dipenuhi
juga dengan asetil kolin. Asetil kolin inilah yang nantinya akan menyerap ion kalsium ke
serabut otot yang menyebabkan sisi aktif pada filament yang tipis.

Nantinya akan terbentuk sebuat jembatan penyebrangan yang terbentuk dari kepala miosin
dan juga filament yang tipis. Energi kemudian akan terbentuk dan dilepaskan kearah filament
tipis hingga membuat filament tipis menjadi berkerut. Hal inilah yang membuat otot juga ikut
berkerut dan berkontraksi.

Kontraksi otot akan terus terjadi selama ada rangsangan. Jadi bisa disimpulkan bahwa
mekanisme kontraksi otot sangat bergantung pada rangsangan ion kalsium yang akan diserap
dan disalurkan ke filament. Untuk melakukan kontraksi otot juga dibutuhkan energi.

Anda mungkin juga menyukai