DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROMOSI KESEHATAN DALAM PENINGKATKAN PEMBERIAN ASI
EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH 4 BINAAN PUSKESMAS
KARANG KITRI BEKASI TAHUN 2018
Pembimbing Akademik
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKIM
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Promosi Kesehatan
PROMOSI KESEHATAN DALAM PENINGKATKAN PEMBERIAN ASI
EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH 4 BINAAN PUSKESMAS
KARANG KITRI BEKASI TAHUN 2018
Pembimbing Lapangan
Mengetahui
Ka. Departemen Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
SURAT PERNYATAAN
ii
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
LAPORAN PROMOSI KESEHATAN
ABSTRAK
Pneumonia merupakan masalah penyakit menular yang belum teratasi
hingga saat ini, sehingga dapat menyerang siapa saja, namun lebih banyak pada
balita dan lanjut usia. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang pada
saluran paru-paru. Penderita pneumonia di Wilayah Jakarta Selatan Pada tahun
2019 sebanyak 5.861 jiwa. Responden yang bersedia untuk diwawancara dalam
penelitian ini berdomisili di Wilayah Jakarta Selatan. Hasil observasi awal
didapatkan keluarga yang merokok didalam rumah sebanyak 66,7% dan
pengetahuan ibu yang kurang tentang penyakit pneumonia sebanyak 33,3%.
Tujuan praktek belajar lapangan II ini untuk mengetahui analisis determinan
kejadian penyakit pneumonia tahun 2020 yang di lakukan pada bulan September
2020 - Februari 2021. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitik. Berdasarkan analisa penyebab masalah diketahui minimnya pengetahuan
serta minat ibu untuk mencari tahu informasi tentang pneumonia dan minimnya
ketersediaan media promosi (poster online, pamflet). Prioritas penyelesaian
masalah yang dilakukan dengan kegiatan dinamika kelompok (kelompok belajar)
“ibu cerdas, lindungi si kecil dari pneumonia” saran untuk Dinas Kesehatan
diharapkan dapat bekerjasama dengan puskesmas di Wilayah Jakarta Selatan
untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pneumonia dengan melakukan
kegiatan kelompok belajar.
iii
COMMUNITY HEALTH BACHELOR STUDY PROGRAM
INDONESIA HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE ADVANCED
REPORT ON THE RESULTS OF FIELD LEARNING PRACTICE 2
ABSTRACT
Pneumonia is an infectious disease problem that has not been resolved
until now, so it can affect anyone, but mostly in infants and the elderly.
Pneumonia is an infectious disease that attacks the lung tract. In 2019, there were
5,861 pneumonia sufferers. Respondents who are willing to be interviewed in this
study are domiciled in the South Jakarta area. The results of preliminary
observations showed that 66.7% of families who smoke indoors and less
knowledge of mothers about pneumonia are 33.3%. The purpose of this second
field study practice was to determine the determinant analysis of the incidence of
pneumonia in 2020 which was carried out in September 2020 - February 2021.
The design of this study used a descriptive analytic method. Based on the analysis
of the causes of the problem, it is known that the mother's lack of knowledge and
interest in finding out information about pneumonia and the lack of availability of
promotional media (online posters, pamphlets). The priority of problem solving is
carried out by group dynamics activities (study groups) "smart mothers, protect
your little one from pneumonia". The suggestion for the Health Office is that it is
hoped that the Health Office can collaborate with puskesmas in the South Jakarta
Region to increase maternal knowledge about pneumonia by conducting study
group activities.
iv
KATA PENGANTAR
Puji sykur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berterima kasih kepada Ibu Astrid Novita dan Ibu Rindu selaku Dosen mata
kuliah Promosi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan Laporan ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mohon maaf jika ada kata-
Penyusun
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5
2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif.......................................... 5
2.2 ASI Ekslusif.................................................................................... 9
2.3 Sistem Perncernaan Bayi Baru Lahir.............................................. 23
2.4 Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian ASI Ekslusif................ 24
2.5 Mitos dan Fakta............................................................................... 30
2.6 Dampak tidak Diberikan ASI Eklusif 0-6 Bulan............................ 33
BAB III ANALISIS SITUASI................................................................... 36
3.1 Keadaan Umum.............................................................................. 36
3.2 Situasi Kesehatan............................................................................ 40
3.3 Kegiatan Program Kesehatan Di Puskesmas.................................. 42
3.4 Data Pola Penyakit.......................................................................... 44
BAB IV ANALISA MASALAH................................................................. 47
4.1Perumusan Masalah ........................................................................ 47
4.2 Prioritas Masalah............................................................................ 47
4.3 Analisa Masalah ............................................................................. 49
BAB V PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
5.1 Tujuan Promosi Kesehatan ............................................................ 50
5.2 Sasaran Promosi Kesehatan............................................................ 50
5.3 Isi Promosi Kesehatan..................................................................... 50
5.4 Metode Promosi Kesehatan............................................................ 50
5.5 Media Promosi Kesehatan.............................................................. 50
5.6 Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan........................................... 51
vi
5.7 Anggaran yang diperlukan.............................................................. 51
5.8 Monitoring dan Evaluasi Promosi Kesehatan................................. 51
vii
DAFTAR TABEL
viii
61
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Mengeksplorasi bagaimana pengalaman kader kesehatan dalam promosi
kesehatan mengenai program ASI ekslusif
b. Bagaimana pengetahuan yang dimiliki Ibu Trimester 3 dan Ibu menyusui 6
bulan terhadap pentingnya ASI bagi bayi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Tereksplorasinya makna dan arti ASI Ekslusif bagi Kader Kesehatan, Ibu
Trimesetr 3, Ibu menyusui 6 bulan.
b. Tereskplorasinya berbagai hal yang dibutuhkan kader kesehatan, Ibu
Trimesetr 3, Ibu menyusui 6 bulan terkait upaya promosi kesehatan
mengenai program ASI ekslusif.
c. Tereksplorasinya hambatan kader dalam meningkatkan program ASI
eklusif dimasyarakat
d. Tereksplorasinya hamabatan bagi Ibu Trimester 3 dan Ibu menyusui 6
bulan dalam mewujudkan program ASI ekslusif.
65
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
saja karena dua sebab yaitu kandungan air dalam ASI yang diminum
bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi
dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya
mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum - cairan kental kekuningan),
tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan
cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih
tinggi biasanya akan „keluar‟ pada hari ketiga atau keempat.
Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan
bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya
sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-
bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna
hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut
lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya.
Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak
membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa.
C. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak konstan atau tidak sama dari waktu ke waktu.
Menurut Roesli, diantara faktor yang mempengaruhi komposisi ASI
adalah stadium laktasi yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu :
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamae. Kolostrum ini berlangsung sekitar tiga sampai
empat hari setelah ASI pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai
karakteristik yaitu cairan ASI lebih kental dan berwarna lebih
kuning dari pada ASI mature. Lebih banyak mengandung protein
dimana protein pada umumnya adalah gamaglobulin. Lebih banyak
mengandung antibody dibandingkan dengan ASI mature dan dapat
memberikan perlindungan pada bayi sampai usia enam bulan. Kadar
karbohidrat dan lemaknya lebih rendah daripada ASI mature. Lebih
tinggi mengandung mineral terutama sodium dibandingkan ASI
mature. Ph lebih alkali. Total energinya hanya 58 kalori/ 100 ml
kolostrum. Vitamin yang larut lemak lebih banyak dbandingkan ASI
mature sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal. Lipidnya lebih
banyak mengandung kolesterol dan lecitinin dibandingkan ASI
mature. Volume kolostum berkisar 150-300 ml/ 24 jam.
2. ASI Peralihan
Air Susu peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum
sampai menjadi ASI mature. ASI peralihan berlangsung dari hari ke
empat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Beberapa
karakteristik ASI peralihan meliputi kadar protein lebih rendah,
sedangkan kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan
kolostrum serta volume ASI peralihan ini lebih tinggi dibandingkan
dengan kolostrum.
69
3. ASI Mature
ASI Mature adalah ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh
atau setelah minggu ke tiga sampai minggu ke empat dan seterusnya.
Komposisi ASI masa ini relatif konstan. Karakteristik dari ASI
mature ini adalah Cairan berwarna kekuning- kuningan. Tidak
menggumpal bila dipanaskan. Ph 6,6-6,9. Terdapat antimicrobial
faktor. Kadar air dalam ASI mature 88 gram/ 100 ml. Volume ASI
mature antara 300- 850 ml/ 24 jam.
Immuboglobin ini dapat bertahan pada anak sampai dengan bayi berusia
6 bulan.
3. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi
indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan
yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam
mengawali atau memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan
membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi
persoalan atau masalah, dalam hal ini menghadapi proses
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Demikian sebaliknya dengan
usia yang belum memasuki usia dewasa maka kemungkinan
kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi
perubahan dan adaptasi selama melahirkan.
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang
persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh. Dari
kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan
seseorang lebih tanggap adanya persalinan yang bermasalah atau
terjadi insiden selama proses persalinan terjadi dan keluarga dapat
segera mengambil tindakan secepatnya. Tingkat pendidikan turut
menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan
memakai pengetahuan, demikian halnya dengan persiapan
menghadapi
persalinan dan proses pengasuhan bayi.
5. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk
kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak
belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada persiapan
menghadapi persalinan dan pengasuhan bayi. Ibu yang bekerja di
luar rumah akan sangat kesulitan membagi waktu untuk
memberikan ASInya kepada bayi yang masih sangat
77
7. Dukungan Keluarga
Faktor psikologis ibu dalam menyusui sangat besar pengaruhnya
terhadap proses menyusui dan produksi ASI. Ibu yang stres,
khawatir bisa menyebabkan produksi ASI berkurang.Hal ini karena
sebenarnya yang berperan besar dalam memproduksi ASI itu
adalah otak, otak yang mengatur dan mengendalikan ASI.Sehingga
apabila mengiginkan ASI dalam jumlah yang banyak otak harus
distel dan diset bahwa kita mampu menghasilkan ASI sebanyak
yang kita mau. Dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas
kesehatan dan dukungan keluarga menjadi penentu timbulnya
motivasi ibu dalam menyusui. Dukungan keluarga dapat diberikan
dalam beberapa bentuk, yaitu:
1) Dukungan informasional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan emosional.
Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan,
baik ketika memulai maupun melanjutkan menyusui.Sebagai
langkah awal mereka membutuhkan bantuan sejak kehamilan
dan setelah melahirkan.Mereka membutuhkan dukungan
pemberian ASI hingga 2 tahun, perawatan kesehatan maupun
dukungan dari keluarga dan lingkungannya. Keluarga terutama
suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau
kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran
pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan emosi dan perasaan ibu.
8. Pengewasan dari Puskesmas
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberi layanan
(fasilitas kesehatan) justru melemahkan upaya peningkatan ASI
Eksklusif. Hasil Rapid Assessment 2010, dan Kinerja USAID
2012, ditemukan masih banyak rumah sakit pemerintah dan swasta,
79
gumoh, tapi ini merupakan hal yang umum terjadi. Ginjal bayi juga
belum sepenuhnya matang, sehingga bayi berisiko mengalami dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan ketidakcukupan penyerapan nutrisi.
3. Bayi belum bias melindungi dirinya dari infeksi
Normalnya, saluran pencernaan manusia mempunyai lapisan lendir
yang mampu melindunginya dari mikroba dan kontaminan lain yang
mungkin ada dalam makanan. Namun, sistem perlindungan ini belum
sepenuhnya terbentuk pada bayi baru lahir. Sehingga, saluran
pencernaan bayi belum siap dalam melawan bakteri dan patogen yang
masuk. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi.
Akan tetapi, antibodi yang terdapat dalam ASI mampu membantu
bayi menciptakan perlindungan untuk dirinya. Karena itu, ibu menyusui
disarankan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai bayi
berusia 6 bulan. Pada usia ini, lapisan lendir pada saluran pencernaan
bayi sudah terbentuk hampir sempurna dan antibodi juga sudah mulai
diproduksi dalam tubuh bayi.
ASI juga mengandung faktor pertumbuhan usus yang membantu
bayi dalam mengembangkan bakteri baik dalam usus. Sehingga, ASI
sangat penting untuk membantu pematangan pencernaan bayi.
Merujuk pakar kebijakan publik yaitu May & Walt merumuskan empat
komponen kebijakan yaitu konten, konteks, proses dan aktor.
Komponenkonten menyangkut hal-hal teknis dan institusi yaitu organisasi
publik danswasta yang menjadi sasaran kebijakan. Konten Peraturan
Pemerintah Nomor33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif terdiri
dari 10 bab, 43pasal dan 55 ayat serta mengandung tujuh pokok pikiran
yaitu:
1. Tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah (provinsi
dankabupaten/kota).
2. Air susu ibu eksklusif yang mencakup kewajiban ibu memberikan ASI
eksklusif, inisiasi menyusui dini, donor asi, informasi dan edukasi, serta
sanksi administratif.
3. Ketentuan penggunaan susu formula
4. Pemberian ASI eksklusif di tempat kerja dan tempat umum
5. Dukungan masyarakat
6. Pendanaan
7. Pembinaan dan pengawasan.
Sesuai komponen konten institusi, PP Nomor 33 Tahun 2012
mengamanatkan tanggung jawab kepada Pemerintah Pusat,
PemerintahProvinsi, Pemerintah Daerah, ketentuan di fasilitas pelayanan
kesehatanpemerintah dan swasta, ketentuan bagi produsen dan distributor
susu formula,organisasi profesi kesehatan, pengelola tempat kerja dan
tempat saranaumum. Konteks yaitu lingkungan atau setting tempat dimana
kebijakan dibuatdan diimplementasikan. Secara kontekstual Peraturan
Pemerintah Nomor 33Tahun 2012 mencakup tiga hal, yaitu:
1. Menjamin pemenuhan hak bayiuntuk mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan sampai usia enam bulandengan memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangannya.
2. Melindungi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
3. Mmeningkatkan dukungan dan peran keluarga, masyarakat, Pemerintah
Daerahdan Pemerintah Pusat terhadap pemberian ASI eksklusif.
86
tidur. Perlu diketahui, hanya ibu dengan keadaan gizi yang sangat buruk
saja yang tidak dapat memproduksi ASI cukup.
4. ASI Bisa Terpapar Kafein
Kualitas ASI juga bergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu.
Karena itu ibu menyusui sebaiknya tidak mengonsumsi kopi atau
minuman lain yang mengandung kafein, karena ASI yang dihasilkan
bisa memengaruhi detak jantung bayi menjadi lebih cepat. ASI yang
mengandung kafein juga membuat bayi lebih sering kencing karena
ginjalnya bekerja lebih keras.
5. ASI Lebih Lancar di Malam Hari
Prolaktin merupakan hormon penting yang dibutuhkan dalam produksi
ASI. Menyusui di malam hari membuat hormon ini lebih aktif, sehingga
produksi ASI tidak tersendat. Menyusui malam penting untuk
keberhasilan ASI eksklusif, karena prolaktin memang lebih aktif di
malam hari.
6. ASI Dijemur Jadi Darah
Sempat beredar kabar jika ASI dijemur maka akan berubah menjadi
darah. Hal ini dikaitkan dengan keharusan seorang anak berbakti kepada
ibunya, karena ketika ia meminum ASI sama dengan ia meminum darah
ibu. Faktanya, hal itu sama sekali tidak berhubungan. Perubahan warna
ASI ketika dijemur dikarenakan adanya reaksi kimia antara kandungan
vitamin dan beberapa unsur-unsur ASI itu sendiri. Bahkan ASI yang
dijemur pun warnanya tidak merah.
7. Tak Terpengaruh Ukuran Payudara
Ukuran payudara tidak mempengaruhi berapa banyak ASI yang bisa
dihasilkan, karena ukuran payudara lebih tergantung pada jumlah
pendukung dan lemak jaringan fibrosa dari jumlah kelenjar susu. Karena
itu wanita dengan payudara besar tidak selalu menghasilkan ASI lebih
banyak. Namun ukuran payudara biasanya akan meningkat selama
kehamilan, terutama selama trimester ketiga saat alveoli (sel yang
92
ASI. Hal ini berdampak pada produksi ASI ibu yang bisa saja berkurang
dan menurun jumlahnya.
5. Persentasi keberhasilan KB alami menurun
Pemberian ASI eksklusif biasanya sangat efektif dalam mencegah
kehamilan secara alami. Jika bayi sudah diberikan makanan dan
minuman selain ASI, biasanya bayi tidak lagi menyusu secara eksklusif
sehingga persentasi keberhasilan KB alami ini akan menurun.
6. Bayi berisiko tidak mendapatkan nutrisi optimal seperti ASI
Pada umumnya makanan pendamping ASI yang diberikan
bentuknya bubur encer atau cair yang mudah ditelan bayi. MPASI
seperti ini mengenyangkan bayi tapi sebenarnya nutrisi yang
dikandungnya tidak memadai. Demikian juga pemberian susu formula di
samping pemberian ASI, sebenarnya tak diperlukan lagi karena gizi
yang dapat diserap dari susu formula tidak sebanyak yang dapat diserap
dari ASI. Akhirnya bayi sebelum usia 6 bulan bisa jadi hanya menimbun
lemak dari makanan dan minuman yang diberikan selain ASI.
96
BAB III
ANALISA SITUASI
Tabel 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH KK DAN
KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KELURAHAN
PUSKESMAS KARANG KITRI
KOTA BEKASI
TAHUN 2016
Tabel 2
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA
PENCARIAN DI WILAYAH KERJA PKM KARANG
KITRI TAHUN 2016
1 PEDAGANG/WIRAUSAHA
2 PNS
5 KARYAWAN SWASTA
3 BURUH
4 PETERNAKAN
5 LAIN-LAIN
SUMBER: Profil Desa
98
3.1.4 Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja PKM Karang Kitri
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Table 3
JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PKM KARANG KITRI
TAHUN 2016
1 TK -
2 SD/MI 12.750
3 SMP 526
4 SMA 1.043
5 DIPLOMA III/AKADEMI 978
6 UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 874
7 S2/S3 -
7 LAIN-LAIN -
SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016
Tabel 4
JUMLAH DAN JENIS SARANA PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG KITRI
TAHUN 2016
99
Tabel 6
JUMLAH PENDUDUK/ KELUARGA NON MISKIN DAN MISKIN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG KITRI TAHUN 2016
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK
NO KELURAHAN
NON GAKIN GAKIN NON GAKIN GAKIN
1 Margahayu 39.010 25.161 12.972 717
Tabel 7
SARANA PELAYANAN KESEHATAN
DI WILAYAH KERJA PKM KARANG KITRI TAHUN 2016
JUMLAH KUNJUNGAN
BULAN Umu AsKe JamK KesD K Puslin
UKS BPJS Pustu Total
m s es a S g
Jan 1007 103 45 202 46 67 1 492 93 2056
Feb 1682 126 44 182 64 66 636 145 2945
Mar 1831 276 53 168 16 76 584 102 3106
Apr 1865 153 49 197 19 84 2 601 294 3264
Mei 1547 57 29 150 14 57 438 210 2502
Jun 1626 19 19 112 7 36 516 105 2440
Jul 1054 12 12 103 8 35 1 376 218 1819
Agust 1420 98 23 120 7 48 436 116 2268
Sept 1404 24 14 81 1 37 573 64 2198
Okt 1526 20 19 98 2 49 687 30 2431
Nov 1517 16 27 97 1 42 1 515 16 2232
Des 1369 4 21 71 5 131 1 415 134 2151
JUMLA
17848 908 355 1581 190 728 6 6269 1527 29412
H
3.4.2 10 Besar Masalah Pada Masyarakat Binaan Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016
NO JENIS MASALAH JUMLAH
1 TB 25 Kasus
2 Balita Pnemoni 78 Kasus
3 HIV/AIDS 12 Kasus
4 Diare Pada Anak 480 Kasus
5 Kusta 6 Kasus
6 Campak 13 Kasus
7 DBD 91 Kasus
8 Filiriasis 0 Kasus
9 Tidak Asi EKs 525 Kasus
10 Gizi Buruk 4 Kasus
105
TUJUAN RUJUKAN
NO JENIS RUJUKAN JUMLAH
RSUD SWASTA
1 Penyakit Dalam 184 120 64
2 Poli Anak 51 42 9
3 Poli Mata 75 49 26
4 Ob-gyn 65 56 9
5 THT 24 16 8
6 Bedah 56 39 17
7 Kulit Kelamin 29 24 5
8 Gigi dan Mulut 5 4 1
9 Syaraf 66 46 20
10 Jantung 79 57 22
11 0rtopedi 19 18 1
106
12 Paru 70 60 10
13 Radiologi 4 3 1
14 Laboratorium 3 2 1
15 URM 1 1 -
16 Urologi 30 20 10
17 IGD 119 85 34
18 Jiwa 29 20 9
19 Hemodialisa 10 7 3
TOTAL 919 669 250
BAB IV
ANALISA MASALAH
8. Kusta : 0,4 %
9. Gizi Buruk : 0,3 %
10. Filiriasis :0 %
4. Balita pnemoni 9 5 5 19 IV
5. TB 8 5 4 17 V
6. campak 7 5 3 15 VI
7. HIV/AIDS 6 4 3 13 VII
8. Kusta 6 4 2 12 VIII
9. Gizi buruk 4 4 3 11 XI
10. Filiriasis 6 2 2 10 X
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
didaerah sasaran
2 Penentuan tempat kegiatan
intervensi
3 Pengurusan perizinan kegiatan
4 Konfirmasi jumlah peserta
5 Cross cek ketersediaan alat dan
bahan intervensi
6 Perbanyak dokumen atau bahan
intervensi
7 Pelaksanaan Kegiatan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dari 35 responden masyarakat Kabupaten
Bogor sebanyak 30 responden (85%) belum mengetahui bahwa
merokok dapat menyebabkan hipertensi dan masih kurangnya
pemahaman tentang hubungan antara rokok dengan penyakit
hipertensi.
2. Berdasarkan analisis kelompok didapatkan 1 poin prioritas masalah
yaitu perilaku merokok pada pasien Hipertensi, Pada penelitian yang
telah banyak dilakukan, dijelaskan bahwa efek akut yang disebabkan
oleh merokok antara lain meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah dengan adanya peningkatan kadar hormon epinefrin dan
norepinefrin karena aktivasi sistem saraf simpatis. Banyak penelitian
juga mengatakan bahwa efek jangka panjang dari merokok adalah
peningkatan tekanan darah karena adanya peningkatan zat inflamasi,
disfungsi endotel, pembentukan plak, dan kerusakan vaskular.
3. Perilaku merokok merupakan masalah yang kami hadapi selama
pengawatan di wilayah Kabupaten Bogor, hal ini disebabkan karena
masih banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa merokok dapat
menyebabkan hipertensi, kurangnya kesadaran dan pengetahuan
tentang bahaya merokok. Maka alternatif penyelesaian masalah yang
peneliti ingin lakukan adalah dengan menjalankan program “ Hidup
Sehat Tanpa Rokok “ Dengan B2LM ( Berhenti Bertahap atau
Berhenti Langsung Perilaku Merokok).
Diharapkan dengan adanya program ini membantu menekan perokok
untuk berhenti merokok dan terhindar dari penyakit hipertensi khususnya
di wilayah Kabupaten Bogor.
7.2. Saran
62
2. Mempersiapkan waktu dengan baik untuk melakukan penelitian
63
DAFTAR PUSTAKA
1
LAMPIRAN
1. Daftar Nama dan Biodata Peserta Promosi Kesehatan, meliputi: Nama,
NPM, Tempat Tanggal Lahir dan Alamat dilengkapi pas photo
menggunakan almamater.
2
P.S. SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
3
DAFTAR HADIR BIMBINGAN
PROMOSI KESEHATAN
P.S. SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
4
4. Instrumen Lapangan
5. Dokumentasi umum