Anda di halaman 1dari 70

PROMOSI KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN DALAM PENINGKATKAN PEMBERIAN ASI


EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH 4 BINAAN PUSKESMAS
KARANG KITRI BEKASI TAHUN 2018

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

Riyen Sari Manulang 20160000082


Komala Dewi 20160000083

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
TAHUN 2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROMOSI KESEHATAN DALAM PENINGKATKAN PEMBERIAN ASI
EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH 4 BINAAN PUSKESMAS
KARANG KITRI BEKASI TAHUN 2018

Laporan Promosi Kesehatan

ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Akademik


Promosi Kesehatan
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, 11 Februari 2018

Pembimbing Akademik
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKIM

Agustina Sari, S.ST., M.Kes

i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Promosi Kesehatan
PROMOSI KESEHATAN DALAM PENINGKATKAN PEMBERIAN ASI
EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH 4 BINAAN PUSKESMAS
KARANG KITRI BEKASI TAHUN 2018

Jakarta, 11 Februari 2018

Pembimbing Lapangan

(Agustina Sari, S.ST. M. Kes)

Mengetahui
Ka. Departemen Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

SURAT PERNYATAAN

(Nina, SKM. M.Kes)

ii
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
LAPORAN PROMOSI KESEHATAN

ANALISIS DETERMINAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA


BALITA DI WILAYAH JAKARTA SELATAN TAHUN 2020

VII BAB + 58 Halaman + 12 Tabel + 4 Gambar + 6 Lampiran

ABSTRAK
Pneumonia merupakan masalah penyakit menular yang belum teratasi
hingga saat ini, sehingga dapat menyerang siapa saja, namun lebih banyak pada
balita dan lanjut usia. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang pada
saluran paru-paru. Penderita pneumonia di Wilayah Jakarta Selatan Pada tahun
2019 sebanyak 5.861 jiwa. Responden yang bersedia untuk diwawancara dalam
penelitian ini berdomisili di Wilayah Jakarta Selatan. Hasil observasi awal
didapatkan keluarga yang merokok didalam rumah sebanyak 66,7% dan
pengetahuan ibu yang kurang tentang penyakit pneumonia sebanyak 33,3%.
Tujuan praktek belajar lapangan II ini untuk mengetahui analisis determinan
kejadian penyakit pneumonia tahun 2020 yang di lakukan pada bulan September
2020 - Februari 2021. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitik. Berdasarkan analisa penyebab masalah diketahui minimnya pengetahuan
serta minat ibu untuk mencari tahu informasi tentang pneumonia dan minimnya
ketersediaan media promosi (poster online, pamflet). Prioritas penyelesaian
masalah yang dilakukan dengan kegiatan dinamika kelompok (kelompok belajar)
“ibu cerdas, lindungi si kecil dari pneumonia” saran untuk Dinas Kesehatan
diharapkan dapat bekerjasama dengan puskesmas di Wilayah Jakarta Selatan
untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pneumonia dengan melakukan
kegiatan kelompok belajar.

Kata Kunci : Balita, Faktor Risiko, Pengetahuan, Perilaku, Pneumonia


Daftar Pustaka : 59 (2015-2020)

iii
COMMUNITY HEALTH BACHELOR STUDY PROGRAM
INDONESIA HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE ADVANCED
REPORT ON THE RESULTS OF FIELD LEARNING PRACTICE 2

ANALYSIS OF DETERMINANTS OF PNEUMONIA DISEASE IN


CHILDREN IN THE SOUTH JAKARTA REGION IN 2020

VII CHAPTER + 58 Pages + 12 Tables + 4 Pictures + 6 Attachments

ABSTRACT
Pneumonia is an infectious disease problem that has not been resolved
until now, so it can affect anyone, but mostly in infants and the elderly.
Pneumonia is an infectious disease that attacks the lung tract. In 2019, there were
5,861 pneumonia sufferers. Respondents who are willing to be interviewed in this
study are domiciled in the South Jakarta area. The results of preliminary
observations showed that 66.7% of families who smoke indoors and less
knowledge of mothers about pneumonia are 33.3%. The purpose of this second
field study practice was to determine the determinant analysis of the incidence of
pneumonia in 2020 which was carried out in September 2020 - February 2021.
The design of this study used a descriptive analytic method. Based on the analysis
of the causes of the problem, it is known that the mother's lack of knowledge and
interest in finding out information about pneumonia and the lack of availability of
promotional media (online posters, pamphlets). The priority of problem solving is
carried out by group dynamics activities (study groups) "smart mothers, protect
your little one from pneumonia". The suggestion for the Health Office is that it is
hoped that the Health Office can collaborate with puskesmas in the South Jakarta
Region to increase maternal knowledge about pneumonia by conducting study
group activities.

Keywords : Toddlers, Risk Factors, Knowledge, Behavior, Pneumonia


Bibliography : 59 (2015-2020)

iv
KATA PENGANTAR

Puji sykur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan

Promosi Kesehatan tentang “Promosi Kesehatan Dalam Peningkatkan Pemberian

ASI Ekslusif Di Posyandu Wilayah 4 Binaan Puskesmas Karang Kitri Bekasi

Tahun 2018”ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami

berterima kasih kepada Ibu Astrid Novita dan Ibu Rindu selaku Dosen mata

kuliah Promosi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Promosi Kesehatan. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan ini terdapat kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan

demi perbaikan Laporan ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mohon maaf jika ada kata-

kata yang salah atau kurang berkenan.

Jakarta, Februari 2018

Penyusun

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5
2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif.......................................... 5
2.2 ASI Ekslusif.................................................................................... 9
2.3 Sistem Perncernaan Bayi Baru Lahir.............................................. 23
2.4 Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian ASI Ekslusif................ 24
2.5 Mitos dan Fakta............................................................................... 30
2.6 Dampak tidak Diberikan ASI Eklusif 0-6 Bulan............................ 33
BAB III ANALISIS SITUASI................................................................... 36
3.1 Keadaan Umum.............................................................................. 36
3.2 Situasi Kesehatan............................................................................ 40
3.3 Kegiatan Program Kesehatan Di Puskesmas.................................. 42
3.4 Data Pola Penyakit.......................................................................... 44
BAB IV ANALISA MASALAH................................................................. 47
4.1Perumusan Masalah ........................................................................ 47
4.2 Prioritas Masalah............................................................................ 47
4.3 Analisa Masalah ............................................................................. 49
BAB V PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
5.1 Tujuan Promosi Kesehatan ............................................................ 50
5.2 Sasaran Promosi Kesehatan............................................................ 50
5.3 Isi Promosi Kesehatan..................................................................... 50
5.4 Metode Promosi Kesehatan............................................................ 50
5.5 Media Promosi Kesehatan.............................................................. 50
5.6 Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan........................................... 51

vi
5.7 Anggaran yang diperlukan.............................................................. 51
5.8 Monitoring dan Evaluasi Promosi Kesehatan................................. 51

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Kk Dan Kepadatan


Penduduk Menurut Kelurahan Puskesmas Karang Kitri Kota Bekasi
Tahun 2016................................................................................................
39
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Di Wilayah
Kerja Pkm Karang Kitri Tahun 2016.........................................................
39
Table 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Wilayah
Kerja Pkm Karang Kitri Tahun 2016.........................................................
40
Tabel 4 Jumlah Dan Jenis Sarana Pendidikan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016.......................................................
41
Tabel 5 Jumlah Penduduk Kelompok Khusus/Rentan Di Wilayah Kerja
Pkm Karang Kitri Tahun 2016..................................................................
41
Tabel 6 Jumlah Penduduk/ Keluarga Non Miskin Dan Miskin Di
Wilayah Kerja Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016................................
41
Tabel 7 Sarana Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Pkm Karang
Kitri Tahun 2016........................................................................................
42
Table 8 Ketenagaan / Karyawan Di Pkm Karang Kitri Tahun 2016........
43
Tabel 9 Pembiayaan Kesehatan Di Pkm Karang Kitri Tahun 2016........
43

viii
61

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat dilihat dari seiring dengan
pertambahan umur, tahapan yang dilalui sesuai dengan umur mereka,
ditandai lewat kemajuan aktivitas yang diperlihatkannya. Bayi yang
diberikan makanan tambahan semi padat maupun padat pada usia
sebelum 6 bulan maka akan berbahaya bagi bayi hal tersebut akan
mempengaruhi tumbuh kembang bayi, bayi yang diberikan susu formula
lebih sering menderita kurang gizi salah satu faktor penyebab tingginya
angka kematian bayi adalah status gizi bayi. Status gizi bayi dapat
ditingkatkan melalui ASI secara eksklusif selama 6 bulan, guna dapat
menurunkan angka kematian bayi di Indonesia setiap tahunnya (Fikawati,
2015).
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkatkan
bila bayi hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan nya.
Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta
lamanya pemberian ASI eksklusif bersama sama dengan makanan padat
setelah bayi berumur 6 bulan.
Berdasarkan hal-hal di atas, WHO atau UNICEF membuat deklarasi
yang di kenal dengan Deklarasi Innocenti( Innocenti Declaration). Deklarasi
yang dilahirkan di Innocenti, italia tahun 1990 ini bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberi ASI.
Deklarasi yang juga ditanda tangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut.
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu
makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI
eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6
bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pedamping/padat
yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun
atau lebih. Pemberi makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai
62

dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan


sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat
mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan
pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa
pemberian makanan padat/ tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negative terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan pertumbuhan nya.
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahun terdapat 1-
1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara eksklusif
kepada bayinya. ASI esklusif sangat penting sekalibagi bayi usia 0-6 bulan
karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat berguna.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO ) tahun 2016 masih menunjukkan
rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38 %. Di
Indonesia meskipun sejumlah besar perempuan (96%) menyusui anak
mereka dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang berusia di
bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat anak-anak
mendekati ulang tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI
Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka
angka tersebut masihlah jauh dari target. Berdasarkan data yang
dikumpulkan International Baby Food Action Network (IBFAN) 2014,
Indonesia menduduki peringkat ke tiga terbawah dari 51 negara di dunia
yang mengikuti penilaian status kebijakan dan program pemberian makan
bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pinem (2010) di kota Medan
yang menyebutkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian
ASI ekslusif yang paling dominan adalah faktor iklan, faktor budaya, dan
faktor pengetahuan. Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi
tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pemberian ASI
63

dengan tidak ekslusif salah satunya dapat mengakibatkan bayi kekurangan


gizi. Hasil studi makanan pendamping ASI (MP-ASI) menunjukan bahwa
baik kualitas maupun kuantitas MP-ASI masih dibawah Angka Kecukupan
Gizi (AKG), rendahnya mikronutrien hanya memenuhi kurang lebih 20%
dari AKG (Depkes, 2002).
Upaya pemerintah untuk meningkatkan ASI ekslusif terbukti dengan
ditetapkanya Undang-Undang (UU) Kesehatan nomor 36 tahun 2009
tentang ASI ekslusif. Pasal 128 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap bayi
berhak mendapatkan ASI ekslusif sejak dilahirkan sampai enam bulan,
kecuali atas indikasi medis. Pasal 200 juga menerangkan bahwa setiap orang
yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI ekslusif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat 2 dipidana penjara paling lama
1 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00.
Keberhasilan pemberian ASI ekslusif memerlukan dukungan dari
berbagai pihak yang terdiri dari keluarga khususnya ayah, pemerintah,
tenaga kesehatan dan kader kesehatan masyarakat. Kader kesehatan
mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong dirinya mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Peran kader juga ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan melalui
kegiatan yang dilakukan posyandu (Efendi, 2009). Kader kesehatan tidak
hanya diharapkan untuk dapat menyelesaikan setiap masalah-masalah yang
dihadapinya, namun diharapkan dapa menyelesaikan masalah-masalah
umum yang terjadi di masyarakat dan amat mendesak untuk diselesaikan
(Hamid dkk, 2010)
Menteri koordinator kesejakteraan rakyat (Menko Kesra) Prof Dr Alwi
Shihab dalam Setiyowanto (2007) mengutarakan posyandu sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan juga melanjutkan
pemberian ASI sampai usia 24 bulan disertai pemantauan pertumbuhan
mulai bayi lahir sampai usia 60 bulan. Semua kegiatan posyandu tergantung
pada kader posyandu.
64

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas dan dalam


penelitian ini agar terlaksananya ASI eklusif, maka kami kelompok
Mengangkat Tema “Peningkatkan pemberian ASI ekslusif di posyandu
wilayah 4 binaan puskesmas Karang kitri Bekasi”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Mengeksplorasi bagaimana pengalaman kader kesehatan dalam promosi
kesehatan mengenai program ASI ekslusif
b. Bagaimana pengetahuan yang dimiliki Ibu Trimester 3 dan Ibu menyusui 6
bulan terhadap pentingnya ASI bagi bayi.
1.2.2 Tujuan Khusus

a. Tereksplorasinya makna dan arti ASI Ekslusif bagi Kader Kesehatan, Ibu
Trimesetr 3, Ibu menyusui 6 bulan.
b. Tereskplorasinya berbagai hal yang dibutuhkan kader kesehatan, Ibu
Trimesetr 3, Ibu menyusui 6 bulan terkait upaya promosi kesehatan
mengenai program ASI ekslusif.
c. Tereksplorasinya hambatan kader dalam meningkatkan program ASI
eklusif dimasyarakat
d. Tereksplorasinya hamabatan bagi Ibu Trimester 3 dan Ibu menyusui 6
bulan dalam mewujudkan program ASI ekslusif.
65

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif


A. Pengertian ASI Ekslusif

ASI eksklusif adalah Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan


makanan lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk,
madu, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia
enam bulan. ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang
sangat ideal komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik
kualitas maupun kwantitasnya. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
bayi yaitu merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan
yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan
melindungi bayi dari penyakit diare , juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit
alergi lainnya.
ASI mengandung tiga unsur penting bagi pertumbuhan bayi yang
dampaknya akan dirasakan sampai dewasa. Pada kolostrum (ASI yang
pertama kali keluar) terkandung unsur-unsur penting tersebut. Tiga unsur
penting yang dapat ditemukan dalam ASI antara lain kemak dengan
kadar 3,5%-4,5%, karbohidrat dengan kandunganutama laktosa dengan
kadar 7%, dan protein dengan kadar 0,9%. Selain tiga unsur tersebut,
didalam ASI juga terkandung vitamin yang dibutuhkan oleh bayi.
Vitamin yang terkandung dalam ASI yaitu K, E dan D.
Selain tergantung suhu dan kelembaban udara, serta berat
badan dan aktivitas bayi, rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari
berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama usianya hingga 140-160
ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI
66

saja karena dua sebab yaitu kandungan air dalam ASI yang diminum
bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi
dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya
mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum - cairan kental kekuningan),
tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan
cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih
tinggi biasanya akan „keluar‟ pada hari ketiga atau keempat.
Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan
bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya
sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-
bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna
hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut
lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya.
Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak
membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa.

B. Manfaat ASI dan Keuntungan Menyusui


ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat atau sifat-sifat
diantaranya sebagai berikut :
1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang
ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat.
yang bermanfaat untuk:
a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis
vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
67

d. Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium,


magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi
bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
4. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat
menyebabkan alergi pada bayi.
5. ASI meningkatkan kecerdasan. Pemberian ASI ekslusif mendorong
meningkatkan kecerdasan melalui pertumbuhan otak yang optimal.
Hal ini terjadi karena ASI mengandung nutrient khusus yang
diperlukan otak bayi untuk tumbuh secara cepat dan optimal.
Nutrient khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat
dalam susu sapi, seperti: taurin, laktosa dan asam lemak ikatan
panjang (AA, DHA, omega 3 dan omega 6).
6. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara
ibu dan bayi.
Selain memberikan manfaat yang baik bagi bayi, menyusui dengan
bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
1. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya.
2. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit
yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan
anak.
3. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
4. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
5. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk
beberpa bulan (menjarangkan kehamilan).
6. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
68

C. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak konstan atau tidak sama dari waktu ke waktu.
Menurut Roesli, diantara faktor yang mempengaruhi komposisi ASI
adalah stadium laktasi yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu :
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamae. Kolostrum ini berlangsung sekitar tiga sampai
empat hari setelah ASI pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai
karakteristik yaitu cairan ASI lebih kental dan berwarna lebih
kuning dari pada ASI mature. Lebih banyak mengandung protein
dimana protein pada umumnya adalah gamaglobulin. Lebih banyak
mengandung antibody dibandingkan dengan ASI mature dan dapat
memberikan perlindungan pada bayi sampai usia enam bulan. Kadar
karbohidrat dan lemaknya lebih rendah daripada ASI mature. Lebih
tinggi mengandung mineral terutama sodium dibandingkan ASI
mature. Ph lebih alkali. Total energinya hanya 58 kalori/ 100 ml
kolostrum. Vitamin yang larut lemak lebih banyak dbandingkan ASI
mature sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal. Lipidnya lebih
banyak mengandung kolesterol dan lecitinin dibandingkan ASI
mature. Volume kolostum berkisar 150-300 ml/ 24 jam.
2. ASI Peralihan
Air Susu peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum
sampai menjadi ASI mature. ASI peralihan berlangsung dari hari ke
empat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Beberapa
karakteristik ASI peralihan meliputi kadar protein lebih rendah,
sedangkan kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan
kolostrum serta volume ASI peralihan ini lebih tinggi dibandingkan
dengan kolostrum.
69

3. ASI Mature
ASI Mature adalah ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh
atau setelah minggu ke tiga sampai minggu ke empat dan seterusnya.
Komposisi ASI masa ini relatif konstan. Karakteristik dari ASI
mature ini adalah Cairan berwarna kekuning- kuningan. Tidak
menggumpal bila dipanaskan. Ph 6,6-6,9. Terdapat antimicrobial
faktor. Kadar air dalam ASI mature 88 gram/ 100 ml. Volume ASI
mature antara 300- 850 ml/ 24 jam.

2.2 ASI Ekslusif


A. Pengertian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air
putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi yang dibutuhkan
bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif
mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit
yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta
mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan
kelahiran.
ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI
terkandung nutrien- nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara
lain. Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada
ASI. Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya
sedikit sekali terdapat dalam susu sapi. Asam Lemak ikatan panjang
(DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak utama dari
ASI yang terdapat sedikit dalam susu sapi.
70

ASI Eksklusif juga dapat meningkatkan jalinan kasih sayang


karena bayi yang sering berada dalam dekapan ibu akan merasa kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram yang akan
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian
dan percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
Pemberian ASI eklusif selama 6 bulan memberikan manfaat
kepada bayi yang meliputi :
1. Melindungi dari infeksi gastrointestinal
2. Bayi yang mendapat ASI ekslusif selama enam bulan tingkat
pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif hanya empat
bulan.
3. ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan
kekurangan zat besi
Bayi yang dilahirkan sangat sehat, pada umur 6 bulan akan
mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan
pada waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat
yang sangat dibutuhkan adalah:
1. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
2. Calsium (Cl)
3. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis, maka hal
ini tidak menjadi masalah.
4. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.
5. Fe (zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran
sebagian Fe ikut terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung
di dalam ASI. Oleh sebab itu apabila gizi makanan ibu cukup baik, dan
anak diberi ASI hingga 6 bulan, zat-zat tersebut sudah dapat
mencukupi. Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain sampai
usia 6 bulan ini disebut ASI eksklusif. Disamping itu ASI juga
mempunyai keunggulan yakni mengandung immunoglobin yang
memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubuh ibu.
71

Immuboglobin ini dapat bertahan pada anak sampai dengan bayi berusia
6 bulan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan
khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi
oleh:
1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daera pedesaan menjadi renggang
setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek,
kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan keluarga secara
berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya tetap
tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat
makanan bayi tidak dapat diwariskan.
2. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan
teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung
makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti
ASI dengan makanan olahan lain.
3. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi
menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu
lebih baik dari ASI
4. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena
tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar
dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
5. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak
sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih
tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.
6. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan
kecantikannya akan hilang.
7. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum
semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi
72

agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta


praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi
yang baru lahir.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan kegagalan dalam
pemberian ASI eksklusif adalah:
1. Faktor intern dari ibu
Seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu
merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting
susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting
susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria
yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui
bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan
menghasilkan ASIdalam jumlah yang relatif lebih sedikit
dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.
2. Faktor dari pihak bayi
Seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi
lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih
telalu lemah apabila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi
yang dalam keadaan sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan
ibu mengenai cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai
aspek kehidupan kota telah membawa pengaruh terhadap banyak para
ibu untuk tidak menyusui bayinya, padahal makanan penganti yang
bergizi tinggi jauh dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan
pengetahuuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan
ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu
formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya
akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini
karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi
lebih tinggi. Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian
73

anak pada ibu –ibu yang lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 %


lebih rendah daripada ibu – ibu yang buta huruf. Demikian juga di
Indonesia bahwa pemberian makanan padat yang terlalu
dini.Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang berpendidikan
rendah, agaknya faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah
sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia
dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan
dan memerlukan , maka “let down reflex” (reflex keluar) akan
terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan,
maka pengisapan akan tidak terbatas dan “du demand” (permintaan)
akan menolong pengeluaran ASI.
Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat
rendah produksi ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami
malnutrisi. Alasan lain ibu – ibu tidak menyusui bayinya adalah karena
ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya ibu
merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk
potongan dan ukuran tubuhnya.
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan
penggunaan ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari
berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan
mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersaliin,
ibu menyusui dan bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap
sementara penaggung jawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah
sakit, rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada
bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu
memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya
pelayanan rawaat disebahagian besar rumah sakit /klinik bersalin.
Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI
eksklusif pada bayi diantaranya adalah:
74

1. Perubahan Sosial Budaya


Perubahan sosial budaya ini dapat dicontohkan misalnya ibu
bekerja atau memiliki kesibukan sosial lainnya. Selain itu budaya
meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan
susu formula kepada anaknya.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat dicontohkan seorang ibu takut
kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita dan mungkin seorang
ibu merasa tertekan batinnya.
3. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit apabila menyusui bayinya karena payudaranya terasa
nyeri apabila digunakan untuk menyusui.
4. Kurangnya petugas kesehatan
Sedikitnya jumlah petugas kesehatan membuat masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat memberikan
ASI.
5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Keterangan yang Salah
Keterangan yang salah datangnya dari petugas kesehatan yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.
Adapun factor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif
diantaranya:
1. Pendampingan kader posyandu
Pelaksanaan program ASI eksklusif tidak lepas dari peran
serta kader dan petugas kesehatan. Salah satunya Pembentukan
Kelompok Pendukung ASI. dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Kelompok pendukung ASI memberikan pengetahuan pada Ibu
tentang pentingnya memberikan ASI Eksklusif pada bayi
75

sehinggadapat meningkatkan kecerdasan dan pertumbuhan,


melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan
menghindarkan bayi dari alergi dan diare.
Untuk mencapai tujuan dan strategi yang telah ditetapkan,
maka tugas KP-ASI sebagai berikut :
1) Memberikan nasihat praktis kepada ibu-ibu hamil dan
menyusui tentang perawatan payudara, cara menyusui yang
baik dan benar, manfaat ASI danmenyusui secara eksklusif dan
nasehat tentang cara mengatasi permasalahanyang ditemui pada
waktu menyusui.
2) Memberikan dukungan psikologis kepada ibu menyusui
sehingga menimbulkanrasa percaya diri pada ibu dan
memotivasi agar: Ibu yakin bahwa dapat menyusui, ASI adalah
yang terbaik, dan ibu dapat memproduksi ASI yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
3) Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi dan
mengerti bahwa perubahan itu adalah normal.
4) Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku
bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seorang (overt behaviour). Dari pengalaman
pengertian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
76

3. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi
indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan
yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam
mengawali atau memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan
membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi
persoalan atau masalah, dalam hal ini menghadapi proses
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Demikian sebaliknya dengan
usia yang belum memasuki usia dewasa maka kemungkinan
kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi
perubahan dan adaptasi selama melahirkan.
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang
persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh. Dari
kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan
seseorang lebih tanggap adanya persalinan yang bermasalah atau
terjadi insiden selama proses persalinan terjadi dan keluarga dapat
segera mengambil tindakan secepatnya. Tingkat pendidikan turut
menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan
memakai pengetahuan, demikian halnya dengan persiapan
menghadapi
persalinan dan proses pengasuhan bayi.
5. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk
kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak
belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada persiapan
menghadapi persalinan dan pengasuhan bayi. Ibu yang bekerja di
luar rumah akan sangat kesulitan membagi waktu untuk
memberikan ASInya kepada bayi yang masih sangat
77

membutuhkan. Kondisi seperti ini seringkali ibu dan para orangtua


memberikan susu formula senagai pengganti ASI.
6. Promosi Oleh Tenaga Kesehatan
Hak seorang bayi adalah menyusu kepada ibunya. Sebagai
promotor kesehatan, bidan diharapkan mampu memberikan
pendidikan pada ibu menyusui. Pendidikan lebih baik diberikan
sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan-
persiapan ibu menyusui.
Lingkup promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu
menyusui meliputi kebersihan diri, istirahat, seksual, pemberian
ASI, nutrisi bagi
bayi, pendidikan kesehatan gizi ibu menyusui, dan meyakinkan
pada ibu menyusui bahwa tidak ada pantangan makan selama
menyusui. Sebagai contoh terdapat mitos yang sudah beredar
sejak dulu bahwa ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang
berbau amis karena akan menyebabkan ASInya amis. Disinilah
tugas bidan untuk meluruskan mitos tersebut bahwa justru
makanan yang amis dibutuhkan oleh ibu menyusui karena
mengandung protein tinggi melalui promosi kesehatan.
Keberhasilan komunikasi antara petugas kesehatan dan
pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan
bagi keduabelah pihak, khususnya timbulnya empati atau ikut
merasakan apa yang sedang dialami oleh pasien. Pada promosi
kesehatan pada ibu menyusui petugas kesehatan diberi pelatihan
mengenai berkomunikasi yang baik secara efektif dengan ibu-ibu
(ibu menyusui) dan keluarganya sehingga dapat membantu
menumbuhkan kepercayaan diri khususnya pada ibu menyusui dan
meningkatkan kepercayaan terhadap tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatannya serta keterampilan mengenai
menyusui yang baik.
78

7. Dukungan Keluarga
Faktor psikologis ibu dalam menyusui sangat besar pengaruhnya
terhadap proses menyusui dan produksi ASI. Ibu yang stres,
khawatir bisa menyebabkan produksi ASI berkurang.Hal ini karena
sebenarnya yang berperan besar dalam memproduksi ASI itu
adalah otak, otak yang mengatur dan mengendalikan ASI.Sehingga
apabila mengiginkan ASI dalam jumlah yang banyak otak harus
distel dan diset bahwa kita mampu menghasilkan ASI sebanyak
yang kita mau. Dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas
kesehatan dan dukungan keluarga menjadi penentu timbulnya
motivasi ibu dalam menyusui. Dukungan keluarga dapat diberikan
dalam beberapa bentuk, yaitu:
1) Dukungan informasional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan emosional.
Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan,
baik ketika memulai maupun melanjutkan menyusui.Sebagai
langkah awal mereka membutuhkan bantuan sejak kehamilan
dan setelah melahirkan.Mereka membutuhkan dukungan
pemberian ASI hingga 2 tahun, perawatan kesehatan maupun
dukungan dari keluarga dan lingkungannya. Keluarga terutama
suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau
kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran
pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan emosi dan perasaan ibu.
8. Pengewasan dari Puskesmas
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberi layanan
(fasilitas kesehatan) justru melemahkan upaya peningkatan ASI
Eksklusif. Hasil Rapid Assessment 2010, dan Kinerja USAID
2012, ditemukan masih banyak rumah sakit pemerintah dan swasta,
79

puskesmas, serta bidan praktik menerima sponsor susu formula dan


membagikan hadiah berupa sampel susu formula, tas kit,
kalender, ballpoint, blok note, poster, bahkan umrah dan haji.
Dari pendampingan KINERJA terungkap bahwa IMD dan ASI
Eksklusif sudah menjadi prioritas program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) di 19 kabupaten/kota dampingan, namun tidak
dibarengi oleh anggaran, aturan yang memberi sanksi kepada
petugas yang mempromosikan susu formula, dan budaya organisasi
yang tidak mendukung ASI Eksklusif, sehingga cakupan IMD dan
ASI Eksklusif tetap rendah bahkan cenderung menurun sesuai
konteks di atas. Temuan KINERJA berikutnya, fungsi pemerintah
daerah dalam monitoring dan pengawasan pelaksanaan IMD dan
ASI Eksklusif, serta larangan susu formula di pelayanan
kesehatan dan masyarakat masih lemah.
Pemerintah belum terlibat dalam mendorong partisipasi aktif
pihak swasta dan masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan
rendahnya komitmen petugas kesehatan menjalankan program
karena menganggap IMD dan ASI Eksklusif adalah program
pemerintah pusat. Hasil assesment USAID- KINERJA untuk
supply side (sisi pemberi pelayanan) tingkat dinas kesehatan dan
puskesmas ke bawah ditemukan:
1) Rendahnya anggaran yang mendukung program ASI Eksklusif
2) Bervariasinya komitmen, pemahaman dan keterampilan
petugas tentang standar pelayanan IMD dan ASI Eksklusif
3) Terbatasnya waktu dan sarana petugas untuk memberikan
konseling dan bimbingan kepada penerima layanan
4) Gencarnya promosi susu formula oleh petugas kesehatan di
layanan Kesehatan
5) Ketersediaan dan fasilitas ruang laktasi di pelayanan kesehatan
terlebih di fasilitas umum belum memadai
80

6) Pendampingan dan pengawasan pada tingkat puskesmas ke


bawah jauh dari optimal.
9. Pendekatan Sistem Evalusi Program ASI eksklusif di Posyandu
Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan
pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang
ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem.
Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu
masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap
permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan
bagian lain dalam masalah
tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah
lainnya.
Unsur-unsur atau komponen dasar sistem adalah:
1) Input ialah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem
tersebut.
Untuk input diperlukan Recources dan output dapat
diperluas menjadi impact. Di luar komponen daerah terdapat
lingkungan (ekonomi, sosial, budaya) yang mempengaruhi
sistem tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh situasi itu sendiri,
dan para pelaksana sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan apabila ingin berhasil dengan baik. Dalam
manajemen mempunyai lima unsur (5M), yaitu:
a. Man
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah
yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan
dan manusia
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa
ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen
81

timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama


untuk mencapai tujuan.
b. Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat
pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh
karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting
untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional.
c. Material
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang
lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan,
tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
d. Machine
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan
atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efesiensi kerja. Sedangkan metode adalah
suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
manajer. Sebuah metode
daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan- pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia
82

dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.


Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri
e. Market
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan
produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila
barangyang diproduksi tidak laku, maka proses produksi
barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan
dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas
dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen
dan daya beli (kemampuan) konsumen.
2) Proses ialah kumpulan elemen/bagian yang berfungsi
mengubah masalah menjadi keluaran yang direncanakan.
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal
dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses
ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab
pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan
cara bagaimana pelayanan dilakukan.
3) Output ialah kumpulan elemen/bagian yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Output
adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk
manajemen kesehatan, output dikenal dengan nama pelayanan
kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam
83

jangka pendek, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi


setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek.
4) Feed back (balikan) ialah kumpulan elemen/bagian yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan
bagi sistem tersebut.

2.3 Sistem Perncernaan Bayi Baru Lahir


1. Ukuran lambung bayi baru lahir
Ukuran lambung bayi baru lahir, hanya sebesar kelereng. Hanya
mampu menampung cairan sebesar 60-90 ml. Ukuran lambung ini
bertambah menjadi sebesar telur di usia 1 bulannya. Jadi, bayi baru lahir
menyusu sangat sedikit karena memang ukuran lambungnya masih kecil
dan belum mampu untuk menampung lebih banyak makanan.
Biasanya bayi baru lahir akan menyusu dalam jumlah sedikit tapi
lebih sering. Ini merupakan cara bayi dalam memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Beranjak besar, bayi akan menyusu lebih banyak tapi
frekuensi menyusunya menurun. ASI adalah yang terbaik diberikan pada
saat ini karena mengandung kadar lemak yang tinggi, sehingga dapat
memberikan kalori yang cukup untuk bayi.
2. Sistem pencernaan bayi belum matang
Pada awal-awal kehidupan bayi, ia belum mempunyai semua
enzim yang ia butuhkan untuk mencerna makanan. Walaupun bayi baru
lahir dapat mencerna karbohidrat, protein, dan lemak, akan tetapi
pankreas bayi belum sepenuhnya berkembang. Pankreas bayi baru lahir
belum bisa menghasilkan enzim yang diperlukan untuk memecah
karbohidrat kompleks atau pati sampai bayi berusia sekitar 3 bulan.
Namun, bayi terbantu dengan adanya enzim dalam ASI dan air liur bayi.
Selain itu, secara fisik, katup kerongkongan bayi juga masih belum
sempurna. Katup ini mengontrol masuknya makanan dari mulut ke
lambung bayi. Sehingga, makanan yang sudah ada di lambung bayi
dapat dengan mudah naik lagi ke kerongkongan. Akibatnya bayi sering
84

gumoh, tapi ini merupakan hal yang umum terjadi. Ginjal bayi juga
belum sepenuhnya matang, sehingga bayi berisiko mengalami dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan ketidakcukupan penyerapan nutrisi.
3. Bayi belum bias melindungi dirinya dari infeksi
Normalnya, saluran pencernaan manusia mempunyai lapisan lendir
yang mampu melindunginya dari mikroba dan kontaminan lain yang
mungkin ada dalam makanan. Namun, sistem perlindungan ini belum
sepenuhnya terbentuk pada bayi baru lahir. Sehingga, saluran
pencernaan bayi belum siap dalam melawan bakteri dan patogen yang
masuk. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi.
Akan tetapi, antibodi yang terdapat dalam ASI mampu membantu
bayi menciptakan perlindungan untuk dirinya. Karena itu, ibu menyusui
disarankan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai bayi
berusia 6 bulan. Pada usia ini, lapisan lendir pada saluran pencernaan
bayi sudah terbentuk hampir sempurna dan antibodi juga sudah mulai
diproduksi dalam tubuh bayi.
ASI juga mengandung faktor pertumbuhan usus yang membantu
bayi dalam mengembangkan bakteri baik dalam usus. Sehingga, ASI
sangat penting untuk membantu pematangan pencernaan bayi.

2.4 Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian ASI Ekslusif


Keberhasilan pemberian ASI eksklusif 6 bulan tidak saja menjadi
tanggung jawab orang tua tetapi juga tanggung jawab Pemerintah. Atas
dasarhal tersebut dan merujuk pada Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009Tentang Kesehatan pasal 129 ayat dua (2) mengamanatkan
kepadaPemerintah untuk menetapkan kebijakan yang mengatur dan
menjamin terpenuhinya pemberian ASI eksklusif 6 bulan.
Kebijakan tersebut tertuangdalam Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 Tentang Pemberian ASIEksklusif yang berlaku sejak tanggal 1
Maret 2012.
85

Merujuk pakar kebijakan publik yaitu May & Walt merumuskan empat
komponen kebijakan yaitu konten, konteks, proses dan aktor.
Komponenkonten menyangkut hal-hal teknis dan institusi yaitu organisasi
publik danswasta yang menjadi sasaran kebijakan. Konten Peraturan
Pemerintah Nomor33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif terdiri
dari 10 bab, 43pasal dan 55 ayat serta mengandung tujuh pokok pikiran
yaitu:
1. Tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah (provinsi
dankabupaten/kota).
2. Air susu ibu eksklusif yang mencakup kewajiban ibu memberikan ASI
eksklusif, inisiasi menyusui dini, donor asi, informasi dan edukasi, serta
sanksi administratif.
3. Ketentuan penggunaan susu formula
4. Pemberian ASI eksklusif di tempat kerja dan tempat umum
5. Dukungan masyarakat
6. Pendanaan
7. Pembinaan dan pengawasan.
Sesuai komponen konten institusi, PP Nomor 33 Tahun 2012
mengamanatkan tanggung jawab kepada Pemerintah Pusat,
PemerintahProvinsi, Pemerintah Daerah, ketentuan di fasilitas pelayanan
kesehatanpemerintah dan swasta, ketentuan bagi produsen dan distributor
susu formula,organisasi profesi kesehatan, pengelola tempat kerja dan
tempat saranaumum. Konteks yaitu lingkungan atau setting tempat dimana
kebijakan dibuatdan diimplementasikan. Secara kontekstual Peraturan
Pemerintah Nomor 33Tahun 2012 mencakup tiga hal, yaitu:
1. Menjamin pemenuhan hak bayiuntuk mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan sampai usia enam bulandengan memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangannya.
2. Melindungi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
3. Mmeningkatkan dukungan dan peran keluarga, masyarakat, Pemerintah
Daerahdan Pemerintah Pusat terhadap pemberian ASI eksklusif.
86

Negara menjamin perlindungan dan kesejahteraan serta pemenuhan


hak-hakanak tanpa diskriminasi yang dituangkan dalam UU Nomor 35
Tahun 2014 perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Termasuk kategori anak yaitu bayi dalam kandungan,
bayi baru lahir sampaiseseorang berusia sebelum 18 tahun. Perlindungan
anak adalah segalakegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapathidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai harkatdan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Lahirnya UU Nomor 23 Tahun 2002 jauh setelah Indonesia
meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak pada tanggal 25 Agustus 1990 melalui
Keppres RI Nomor 36 Tahun 1990. Perumusan dan penyusunan UU Nomor
23 Tahun2002 melalui perjuangan panjang demi mewujudkan peraturan
perundanganyang memihak kepada kepentingan terbaik anak. Perjuangan
tersebut berjalanseiring dengan pasang surut berbagai kepentingan dan
situasi multi krisisberkepanjangan di segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia.
1. Keharusan Ibu Melahirkan Memberikan ASI Eksklusif
kepadabayinya dalam Perspektif Perlindungan Anak
Setiap ibu melahirkan dianugerahi air susu yang mampu
mencukupikebutuhan bayinya usia 0-6 bulan tanpa perlu tambahan
makanan danminuman lain selain ASI saja. Telah dijelaskan diatas
bahwa ASImengandung berbagai zat kekebalan dan antibodi yang
dibutuhkan bayisehingga bayi dapat terhindar dari kerentanan penyakit.
Bayi yangmendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan memiliki ketahanan
hidup lebihlama daripada bayi yang tidak mendapatkannya sehingga ASI
mampu memperkecil resiko kematian bayi. Dengan demikian status
kesehatanbayi dapat dicapai secara optimal agar bayi memiliki
kesempatan hidup,tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan
usianya.
87

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 6


mengharuskanibu melahirkan memberikan ASI eksklusif kepada bayi
yangdilahirkannya. Selain ibu melahirkan, keberhasilan pemberian
ASIeksklusif ditentukan juga oleh dukungan keluarga terutama suami.
Halini diperkuat oleh Ramadani dan Hadi (tahun 2010) dalam
penelitiannyayang berjudul “Dukungan Suami dalam Pemberian ASI
Eksklusif diWilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatera
Barat” mengungkap bahwa dukungan suami akan meningkatkan
keberhasilanASI eksklusif dua kali lebih besar. Suami adalah orang
terdekat ibu yangbanyak berperan selama masa kehamilan, persalinan
dan perawatan bayitermasuk pemberian asi. Produksi asi sangat
dipengaruhi kondisiemosional dan psikologis ibu melahirkan dimana
pada saat tersebut sangat diperlukan dukungan suami. Tanggung jawab
orang tuamemberikan ASI eksklusif sejalan dengan Pasal 45 (1)
yangmenyebutkan orang tua dan keluarga bertanggung jawab
menjagakesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan.
Secara tegaspada Pasal 45B UU Nomor 35 Tahun 2014 menyatakan
bahwaPemerintah, Pemerintah daerah, masyarakat dan orang tua
wajibmelindungi anak dari perbuatan yang dapat mengganggu kesehatan
dantumbuh kembang anak. Memberikan ASI secara eksklusif sampai
bayiberusia 6 bulan merupakan salah satu praktek menjaga kesehatan
anaksejak lahir serta mengoptimalkan fungsi tumbuh kembang anak
sejakdini.

2. Kewajiban Tenaga Kesehatan Melakukan Inisiasi Menyusui


Dinidalam Perspektif Perlindungan Anak
Inisiasi menyusui Dini atau yang biasa disebut IMD
merupakanupaya meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
dengan carameletakkan bayi baru lahir secara tengkurap di dada atau
perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.
88

Dalam laporan penelitian Noer, Fatimah Muis tahun 2011


disebutkan manfaat IMD antara lain, menurunkan kematian bayi sebesar
2,25 kalipada umur 28 hari pertama kehidupan, membantu
meningkatkanproduksi asi dan lama menyusui, berpeluang delapan kali
lebih besarmencapai keberhasilan ASI eksklusif serta mempersiapkan
mental ibuuntuk menyusui karena sudah terjalin ikatan jiwa dengan
bayinya sejak lahir.
Besarnya manfaat dan kontribusi IMD dalam keberhasilan
ASIeksklusif maka sudah sepatutnya IMD menjadi prosedur tetap bagi
petugas penolong persalinan.17 Tanggung jawab petugas
kesehatanmelakukan IMD dipertegas dalam pasal 9 ayat (1) PP Nomor
33 Tahun2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif yang berbunyi tenaga
kesehatandan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib
melakukaninisiasi menyusui dini terhadap bayi yang baru lahir kepada
ibunyapaling singkat selama 1 (satu) jam.
Keharusan melakukan IMD bagi tenaga kesehatan di
fasilitaspelayanan kesehatan sejalan dengan UU Nomor 35 Tahun 2014
TentangPerlindungan Anak pada Pasal 44 Ayat 1 (satu) yaitu Pemerintah
danPemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakanupaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar
setiap anakmemperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam
kandungan.Lebih lanjut dijelaskan pada Ayat 3 (tiga) bahwa Upaya
kesehatan yangkomprehensif sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 (satu)
meliputi upayapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif baik untuk
pelayanankesehatan dasar maupun rujukan. Inisiasi menyusui dini
merupakan salahsatu wujud upaya promosi kesehatan sesuai amanat
Pasal 44 Ayat 3 (tiga)UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
89

3. Tempat Kerja dan Tempat Sarana Umum Wajib


MendukungProgram ASI Eksklusif
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemberian ASI
eksklusifmerupakan bentuk perlindungan anak karena ASI dapat
melindungi anakdari berbagai penyakit dan kematian agar anak dapat
hidup sehat secarafisik, mental, spiritual dan sosial. Dukungan
pemberian ASI eksklusifdalam rangka memberikan perlindungan anak
terutama perlindungankesehatan mutlak diberikan dimana saja tidak
terkecuali di tempat kerjadan tempat sarana umum.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012Pasal 30 Ayat 1 (satu)
menyatakan pengurus tempat kerja danpenyelenggara tempat sarana
umum harus mendukung ASI Eksklusif.Dilanjutkan pada Ayat 2 (dua)
kebijakan mendukung ASI Eksklusifdisesuaikan dengan peraturan
perusahaan atau melalui perjanjian kerjaantara serikat pekerja dengan
perusahaan. Kemudian pada Ayat 3 (tiga)disebutkan bahwa pengurus
tempat kerja atau penyelenggara saranaumum harus menyediakan
fasilitas khusus untuk menyusui dan ataumemerah asi sesuai dengan
kondisi dan kemampuan perusahaan. Pasal34 mewajibkan pengurus
tempat kerja untuk memberikan kesempatankepada ibu yang bekerja
untuk memberikan asi eksklusif kepada bayiatau memerah asi selama
waktu kerja di tempat kerja. Selanjutnya padaPasal 35 menyebutkan
tempat kerja wajib membuat peraturan internalyang mendukung
keberhasilan asi eksklusif.
Termasuk tempat kerja sesuai Pasal 31 PP Nomor 33 Tahun 2012
meliputi perusahaan dan perkantoran milik Pemerintah,
PemerintahDaerah dan Swasta. Termasuk tempat sarana umum sesuai
Pasal 32 PPNomor 33 Tahun 2012 meliputi fasilitas pelayanan
kesehatan, hotel dan penginapan, tempat rekreasi, terminal, stasiun,
bandar udara, pusatperbelanjaan, tempat pengungsian dan lain
sebagainya. Kedua pasaltersebut secara tegas menjelaskan bahwa
institusi Pemerintah dan swastaserta tempat sarana umum baik yang
90

dikelola oleh Pemerintah maupunswasta tunduk pada kewajiban untuk


mendukung ASI Eksklusif. Ha inisejalan dengan Pasal 25 (1) Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2014 yangberbunyi kewajiban dan tanggung
jawab masyarakat terhadapperlindungan anak dilaksanakan melalui
kegiatan peran masyarakatdalam penyelenggaraan perlindungan anak.

2.5 Mitos Dan Fakta


1. Mampu Bersihkan Usus Bayi yang Baru Lahir
Bayi kerap kali mengalami diare pada saat ibu memberinya ASI. Kondisi
seperti ini memang wajar terjadi. Biasanya terjadi pada usia hingga 1-1,5
bulan. Usus bayi yang baru lahir karena belum terpakai jadi masih
memiliki rongga-rongga yang harus diperbaiki dengan ASI. Pada saat di
kandungan sistem pencernaan bayi kan tidak terpakai. Usus jadinya
tidak bekerja. Nah, ASI ini membersihkan usus-usus. Reaksinya dengan
diare itu. Untuk itu, ibu tidak perlu khawatir dan menjadi tidak percaya
diri pada kualitas ASI yang dimiliki.
2. ASI wanita dengan Hepatitis B Masih Bisa Dikonsumsi Bayinya
Padahal, pasca melahirkan ibu masih bisa menyusui bayinya tanpa
khawatir adanya proses penularan hepatitis B. Asal putingnya tidak
terluka, tidak berdarah, ya nggak apa-apa. Yang perlu dikhawatirkan
virusnya ini masuk ke tubuh bayi melalui darah yang diisap. Sementara
itu, penularan langsung melalui Air Susu Ibu (ASI) dikatakan
kemungkinannya sangat rendah. Maka dari itu, ketika menyusui anak
sebaiknya diusahakan agar puting ibu tidak terluka, caranya dengan
memerhatikan posisi ibu dan bayi yang tepat saat menyusui.
3. ASI Tetap Lancar Saat Ibu Berpuasa
Bagi ibu menyusui dengan anak usia di atas 6 bulan, tetap dibolehkan
berpuasa. Strategi agar ASI tetap lancar saat puasa adalah tetap makan
seperti biasa yakni tiga kali sehari. Sarapan diganti saat sahur, makan
siang di waktu berbuka, dan makan malam dilakukan sehabis tarawih.
Selama tidur semalaman, jangan lupa letakkan air minum di sisi tempat
91

tidur. Perlu diketahui, hanya ibu dengan keadaan gizi yang sangat buruk
saja yang tidak dapat memproduksi ASI cukup.
4. ASI Bisa Terpapar Kafein
Kualitas ASI juga bergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu.
Karena itu ibu menyusui sebaiknya tidak mengonsumsi kopi atau
minuman lain yang mengandung kafein, karena ASI yang dihasilkan
bisa memengaruhi detak jantung bayi menjadi lebih cepat. ASI yang
mengandung kafein juga membuat bayi lebih sering kencing karena
ginjalnya bekerja lebih keras.
5. ASI Lebih Lancar di Malam Hari
Prolaktin merupakan hormon penting yang dibutuhkan dalam produksi
ASI. Menyusui di malam hari membuat hormon ini lebih aktif, sehingga
produksi ASI tidak tersendat. Menyusui malam penting untuk
keberhasilan ASI eksklusif, karena prolaktin memang lebih aktif di
malam hari.
6. ASI Dijemur Jadi Darah
Sempat beredar kabar jika ASI dijemur maka akan berubah menjadi
darah. Hal ini dikaitkan dengan keharusan seorang anak berbakti kepada
ibunya, karena ketika ia meminum ASI sama dengan ia meminum darah
ibu. Faktanya, hal itu sama sekali tidak berhubungan. Perubahan warna
ASI ketika dijemur dikarenakan adanya reaksi kimia antara kandungan
vitamin dan beberapa unsur-unsur ASI itu sendiri. Bahkan ASI yang
dijemur pun warnanya tidak merah.
7. Tak Terpengaruh Ukuran Payudara
Ukuran payudara tidak mempengaruhi berapa banyak ASI yang bisa
dihasilkan, karena ukuran payudara lebih tergantung pada jumlah
pendukung dan lemak jaringan fibrosa dari jumlah kelenjar susu. Karena
itu wanita dengan payudara besar tidak selalu menghasilkan ASI lebih
banyak. Namun ukuran payudara biasanya akan meningkat selama
kehamilan, terutama selama trimester ketiga saat alveoli (sel yang
92

memproduksi ASI) dan milk duct (saluran yang membawa ASI ke


puting) tumbuh dan berkembang secara signifikan.
8. Payudara Implan Tetap Bisa Menyusui
Posisi implan dan tempat ASI diproduksi memiliki jaringan yang
berbeda, sehingga tidak memengaruhi pemberian ASI, asalkan tidak
bocor. Implan payudara tidak mempengaruhi ASI, karena implan ini
biasanya dimasukkan ke lemak. Karena itu pemberian ASI oleh
perempuan yang menggunakan implan payudara baru bisa berbahaya
jika implannya bocor atau pecah sehingga bisa meracuni ASI.
9. ASI Wanita dengan HIV Bisa Dikonsumsi Bayinya
Jika seorang ibu mengidap HIV, ia tetap bisa menyusui anaknya dengan
didampingi obat antiretroviral (ARV). Jika ibu yang positif HIV, maka
sejak awal kehamilannya harus sudah mengonsumsi obat ARV agar
virus yang ada dalam tubuh ibu tidak ditularkan pada anaknya. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ibu yang positif HIV di
Afrika Selatan.nIbu yang positif HIV bisa menyusui anaknya secara
eksklusif asalkan si ibu mengonsumsi obat ARV sejak awal
kehamilannya.
10. Apapun Bentuk Putingnya, ASI Tetap Bisa Keluar
Puting susu hanyalah sebuah marker atau penanda saja yang terletak
pada payudara ibu. Namun, masih banyak masyarakat yang menduga
bahwa ASI dikeluarkan dengan cara disedot dari puting. Sebenarnya
terjadi adalah ASI keluar dengan cara diperah dari area yang berwarna
hitam (areola), bukan disedot dari putingnya. Jadi apapun bentuk
putingnya, ASI masih bisa keluar.
11. ASI Lebih Banyak di Salah Satu Payudara
Hampir 3/4 dari seluruh ibu di dunia memproduksi lebih banyak ASI di
payudara kanannya. Hal ini bisa terjadi karena faktor kebiasaan atau
faktor biologis, seperti kelenjar air susu di salah satu payudara lebih
banyak sehingga dapat memproduksi ASI lebih banyak pula. Kebiasaan
ibu yang lebih suka menyusui di salah satu payudara saja, misalnya
93

karena kenyamanan posisi saat menggendong bayi, juga bisa memicu


kondisi ini. Akibatnya, salah satu payudara lebih sering dikosongkan
dibandingkan payudara yang lain. Payudara yang sering dikosongkan
akan lebih cepat memproduksi kembali ASI.
12. Terapi bagi Bayi Kuning
Kuning pada bayi baru lahir sering disebut hiperbilirubinemia,
merupakan kulit yang kuning akibat bilirubin dalam darah yang
meningkat setelah lahir. Kulit kuning ini sendiri merupakan fisiologis
bila mulai timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dengan kadar yang rendah.
Terapi terbaik untuk kondisi bayi kuning adalah dengan lebih sering
memberikan ASI dan anak dijemur di bawah matahari pada pukul 9
pagi.
13. Diminati Pria Dewasa
Bukan cuma bayi yang mengonsumsi ASI, orang dewasa pun
belakangan banyak yang menyukainya. Para binaragawan di Amerika
Serikat mengonsumsi ASI sebagai pengganti suplemen protein dan
penambah energi. Sebagian pria lainnya mengonsumsi ASI untuk alasan
kesehatan. Para ahli meragukan khasiat ASI pada orang dewasa.
Menurutnya, ASI tidak tepat digunakan sebagai pengganti suplemen
karena komponen pada ASI secara alami ditujukan untuk bayi.

2.6 Dampak Tidak Diberikan ASI Ekslusif 0-6 Bulan


1. Resiko Keracunan
Zaman dahulu banyak ibu percaya jika air ASI kurang maka perlu
ditambah dengan pemberian air putih untuk bayi. Padahal sebenarnya
hal ini tidak diperlukan bahkan cenderung beresiko.
Apabila air yang diminumkan ke bayi tercemar bakteri, sangat
bahaya karena sistem pertahanan tubuh bayi belum siap menghadapi
bakteri jahat dalam air putih. Meskipun air sudah direbus, bisa saja yang
terkena bakteri adalah media pemberian airnya seperti
dot/gelas/sendoknya.
94

Alasan selanjutnya, karena ginjal bayi belum sempurna kinerjanya.


Apabila mendapat asupan air putih, akibatnya pipis bayi akan membawa
keluar serta elektrolit dalam darah.
Contoh elektrolit yang keluar antara lain natrium dan sodium.
Semakin banyak natrium yang terbuang, maka resiko kejang pada bayi
makin meningkat. Sedangkan semakin banyak sodium terbuang maka
aktivitas otak bayi akan terganggu, ujungnya bayi akan mengalami
gejala keracunan.
Oleh sebab itu, sebelum bayi berusia 6 bulan sebenarnya kita tak
perlu menambah apapun selain ASI saja.
2. Resiko alergi makanan
Usia 4-6 bulan kondisi usus bayi masih “terbuka”, antibodi (sIgA)
dari ASI bertugas melapisi organ pencernaan bayi serta memberikan
kekebalan pasif, agar mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi
sebelum penutupan usus terjadi.
Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan penutupan usus
terjadi saat bayi berusia 6 bulan. Maka sebelum usia tersebut tak
diperlukan makanan dan cairan lainnya agar tak meningkatkan resiko
alergi.
3. Bayi berisiko mengalami obesitas atau kegemukan
Pemberian makanan pendamping ASI sebelum bayi 6 bulan sering
dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan
pada anak-anak. Termasuk jika bunda memberi tambahan susu formula
di samping ASI. Meski terlihat lucu, bayi yang mengalami obesitas
dikarenakan mengonsumsi selain ASI sesungguhnya belum tentu sehat.
Maka sebaiknya percayakan ASI saja sebelum bayi memasuki usia 6
bulan.
4. Produksi ASI Ibu dapat berkurang
Makin banyak makanan dan minuman selain ASI yang diterima
bayi maka berpotensi bayi akan mengurangi permintaan untuk menyusu
95

ASI. Hal ini berdampak pada produksi ASI ibu yang bisa saja berkurang
dan menurun jumlahnya.
5. Persentasi keberhasilan KB alami menurun
Pemberian ASI eksklusif biasanya sangat efektif dalam mencegah
kehamilan secara alami. Jika bayi sudah diberikan makanan dan
minuman selain ASI, biasanya bayi tidak lagi menyusu secara eksklusif
sehingga persentasi keberhasilan KB alami ini akan menurun.
6. Bayi berisiko tidak mendapatkan nutrisi optimal seperti ASI
Pada umumnya makanan pendamping ASI yang diberikan
bentuknya bubur encer atau cair yang mudah ditelan bayi. MPASI
seperti ini mengenyangkan bayi tapi sebenarnya nutrisi yang
dikandungnya tidak memadai. Demikian juga pemberian susu formula di
samping pemberian ASI, sebenarnya tak diperlukan lagi karena gizi
yang dapat diserap dari susu formula tidak sebanyak yang dapat diserap
dari ASI. Akhirnya bayi sebelum usia 6 bulan bisa jadi hanya menimbun
lemak dari makanan dan minuman yang diberikan selain ASI.
96

BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 KEADAAN UMUM


3.1.1 Keadaan Geografi
Puskesmas Karang Kitriberada di bagian barat Kecamatan Bekasi
Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 444.15 Ha, yang berada di tanah
daratan.
Secara administratif Puskesmas Karang Kitri berbatasan dengan :
a. Utara : Kel. Bekasi dan Kel. Duren Jaya
b. Selatan : Kel. Sepanjang Jaya dan Kel.Pengasinan
c. Barat : Desa Jati Mulya
d. Timur : Kel. Margajaya dan Kec. Bekasi Selatan
Secara administrative, kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi
Timur terdiri dari 26 RW, 166 RT, 13.698 KK, bahwa pada tahun 2016
luas tanah seluruhnya seluas 242.174 ha2. Jarak tempuh dari kelurahan
Margahayu kepusat kota Bekasi adalah 5 km. jumlah penduduk menurut
jenis kelamin data Kelurahan Margahayu Kota Bekasi Tahun 2016 adalah
64.171, laki-laki 31.629 dan wanita 32.764.

3.1.2 Keadaan Demografi


a. Jenis kepercayaan/Agama
- Pemeluk agama Islam : 63.328 jiwa (98,69%)
- Pemeluk agama Kristen : 788 jiwa (1,23%)
- Pemeluk agama Buddha : 45 jiwa (0,07%)
- Pemeluk agama Hindu : 10 jiwa (0,02%)
b. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Wilayah kerja Puskesmas Karang Kitripada
tahun 2016 adalah64.171 jiwa dalam 444.50 Km2 yang terbagi dalam
26 RW, terdiri dari laki-laki sebanyak 31.629 jiwa dan perempuan
97

sebanyak 32.764 jiwa, dengan jumlah rumah tangga13.698 KK. Untuk


lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH KK DAN
KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KELURAHAN
PUSKESMAS KARANG KITRI
KOTA BEKASI
TAHUN 2016

NO KELURAHAN LUAS JUMLAH JML JML RATA- KEPADATAN


WILAYAH RW RT PENDUDUK RT RATA PENDUDUK
JIWA/RT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Margahayu 444.50 26 - 64.171 13.698 4.70 145
Puskesmas 444.50 26 - 64.171 13.698 4.70 145
SUMBER : Hasil pendataan Puskesmas Karang Kitri 2016

3.1.3 Mata Pencarian


Mata pencarian di wilayah kerja Puskesmas Karang Kitri sebagian
besar adalah petani dan buruh tani, selebihnya merupakan karyawan
pabrik, pedagang/wirausaha, PNS, peternak, dan lain sebagainya. Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Karang Kitri berdasarkan mata
pencariannya tercantum pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA
PENCARIAN DI WILAYAH KERJA PKM KARANG
KITRI TAHUN 2016

NO MATA PENCARIAN JUMLAH

1 PEDAGANG/WIRAUSAHA
2 PNS
5 KARYAWAN SWASTA
3 BURUH
4 PETERNAKAN
5 LAIN-LAIN
SUMBER: Profil Desa
98

3.1.4 Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja PKM Karang Kitri
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Table 3
JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PKM KARANG KITRI
TAHUN 2016

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1 TK -
2 SD/MI 12.750
3 SMP 526
4 SMA 1.043
5 DIPLOMA III/AKADEMI 978
6 UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 874
7 S2/S3 -
7 LAIN-LAIN -
SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sebagian


besar penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Karang Kitri adalah
tamatan SD/MI sebesar 12.750 orang.
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Karang
Kitriadalah sebagai berikut:

Tabel 4
JUMLAH DAN JENIS SARANA PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG KITRI
TAHUN 2016
99

NO Sarana Pendidikan Jumlah


1 SD 5
2 SMP/SLTA 8
3 SMA/SLTA 7
JUMLAH 20
SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016

3.1.5 Penduduk Kelompok Rentan


Dalam pelaksanaan program di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Plawad telah ditemukan kelompok sasaran khusus / rentan, berdasarkan
proyeksi seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5
JUMLAH PENDUDUK KELOMPOK KHUSUS/RENTAN
DI WILAYAH KERJA PKM KARANG KITRI TAHUN 2016
N KELURAHAN BUMIL BULIN BUFAS BAYI BALITA WUS
O
1 Marhagayu 1.279 1.221 1.286 1.215 5.269 2
SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016

3.1.6 Jumlah Penduduk Miskin


Kelompok sasaran lain dalam bidang kesehatan yang menjadi
perhatian yaitu Keluarga Miskin (Gakin) melalui Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yaitu sebanyak :

Tabel 6
JUMLAH PENDUDUK/ KELUARGA NON MISKIN DAN MISKIN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG KITRI TAHUN 2016
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK
NO KELURAHAN
NON GAKIN GAKIN NON GAKIN GAKIN
1 Margahayu 39.010 25.161 12.972 717

PUSKESMAS 39.010 25.161 12.972 717


SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sasaran Gakin sebesar 25.161
jiwa dengan jumlah KK 717 atau 39,2% diwilayah kerja Puskesmas
Karang Kitri.
100

3.2 SITUASI KESEHATAN


3.2.1 Sarana Kesehatan
Di wilayah kerja Puskesmas Karang Kitri terdapat sarana
pelayanan kesehatan yang sangat membantu dalam pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, di antaranya:

Tabel 7
SARANA PELAYANAN KESEHATAN
DI WILAYAH KERJA PKM KARANG KITRI TAHUN 2016

NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH


1 Posyandu Pratama 0 SUMBER:
2 PosyanduMadya 37 Data
3 Posyandu Purnama 7
Proyeksi
4 Posyandu Mandiri 4
5 Posbindu 14 Puskesmas
6 Rumah sakit Swasta 5 Karang Kitri
7 Rumah Bersalin 0 Tahun 2016
8 Balai pengobatan 24 jam 14
9 Praktek Dokter Perseorangan 4
10 Praktek Dokter Bersama 5
11 Pengobatan Tradisional 14
12 Puskesmas dgn PONED 1
13 Lab Kesehatan 5
14 Ambulance 1
15 Sepeda Motor 4
16 Laptop 7 3.2.2 Ketenagaan /
17 Wireless 2 Karyawan
Table 8
KETENAGAAN / KARYAWAN DI PKM KARANG KITRI
TAHUN 2016
NO JABATAN/TUGAS JUMLAH KETERANGAN
1 Kepala Puskesmas 1 PNS
2 Kepala TU 1 PNS
3 Dokter Spesialis 4 PNS
4 Dokter Umum 4 PNS
5 Dokter Gigi 2 PNS
6 Bidan 9 PNS 6/ PTT 3
7 Perawat Umum 5 PNS
101

8 Perawat Gigi 3 PNS 2 / 1 Magang


9 Apoteker 1 PNS
10 Tenaga Gizi 1 PNS
11 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 PNS
12 Tenaga Analisis 1 PNS
13 Tenaga Non Kesehatan 6 PNS 1/ 1 TKK/ 4 Magang
14 Tenaga Kebersihan 1 Magang
15 Tenaga Keamanan 1 Magang
SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016

3.2.3 Pembiayaan Kesehatan


Dalam melaksanakan kegiatan program puskesmas selain sarana dan
prasarana juga adanya dukungan dana. Pada anggaran dana tahun 2016
pembiayaan kesehatan di Puskesmas Karang Kitri diantaranya :
Tabel 9
PEMBIAYAAN KESEHATAN
DI PKM KARANG KITRI
TAHUN 2016

JENIS SUMBER JUMLAH KET


NO
BIAYA PENERIMAAN PENGELUARAN
1 BOK 197.100.000 197.100.000
3 JKN 1.470.288.526 1.470.288.526
4 APBD 420.000.000 420.000.000
JUMLAH TOTAL 2.087.388.526 2.087.388.526
SUMBER: Data Proyeksi Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016

3.3 KEGIATAN PROGRAM KESEHATAN DI PUSKESMAS


3.3.1 Upaya Kesehatan Perorangan
Upaya Kesehatan Perorangan meliputi :
 Pemeriksaan rutin rawat jalan di Puskesmas
 Pemberian pelayanan gigi
 Pemberian pengobatan
 Melaksanakan pemeriksaan rutin melalui Puskesmas Keliling
(PUSLING)
 Melaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
102

 Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan


setingkatnya
 Melaksanakan kegiatan Kelurahan “Universal Child Immunization”
 Melaksanan pembinaan bagi pasien dengan ganguan kejiwaan
 Pelayanan laboratorium ( Gula Darah, Urine, HB, Golongan Darah )
 Pelayanan kasus gawat darurat
 Penanganan kasus rujukan
3.3.2 Upaya Bina Jaringan Pelayanan Kesehatan
Kegiatan upaya bina jaringan pelyanan kesehatan meliputi :
 Pembinaan Puskesmas Keliling (Pusling)
 Pembinaan Puskesmas Pembantu (Pustu)
 Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
 Pembinaan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
 Pembinaan Klinik Swasta
3.3.3 Upaya Kesehatan Masyarakat
Kegiatan upaya kesehatan masyarakat meliputi :
 Kegiatan rutin seperti pemeriksaan kesehatan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan, dan pemeliharaan ibu menyusui dan neonatus,
yaitu dilakukan di dalam gedung maupun luar gedung.
 Pendataan bumil,bulin, bufas, bayi, termasuk juga bumil resti.
 Penyuluhan kesehatan baik di dalam gedung mau pun di luar gedung.
 Melaksanakan kegiatan posyandu
 Kegiatan Audit Perinatal (AMP)
 Bekerja sama dengan PLKB dalam pelayanan akseptor KB (pil, suntik,
implant, IUD, MOW/MOP)
 Deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan anak pra
sekolah (TK)
 Melaksanakan kegiatan rujukan kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut
 Pencatatan dan pelaporan kegiatan KIA / KB
 Pembentukan desa SIAGA
103

 Pembinaan Kesehatan Lansia


 Pembinaan keluarga rawan melalui puskesmas
 Pembuatan asuhan keperawatan
 Pemeriksaan anak SD dan yang sederajat
 Pelatihan dokter kecil
 Pembinaan guru UKS dan dokter kecil
 Pelatihan kader kesehatan remaja
 Pembinaan kesehatan remaja
 Pendataan sarana-sarana kesehatan lingkungan
 Pemeliharaan sarana-sarana kesehatan lingkungan dan rumah sehat
termasuk pengambilan sampel air
 Membantu membuat perijinan bagi Tempat Pembuangan Makanan
(TPM)
 Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Penemuan dini penyakit baik di dalam gedung maupun diluar gedung
 Kegiatan pencegahan penyakit (PSN)
 Pemantauan KLB
 Melaksanakan rujukan kasus DBD
 Pemeriksaan dan pengobatan penyakit kusta
 Pengadaan logistik obat (OAT, Oralit)
 Pengelolaan vaksin di puskesmas
 Melaksanakan kegiatan bulan imunisasi pada bayi dan ibu hamil
 Melaksankan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
 Pemantauan status gizi (gizi baik, gizi kurang, gizi buruk)
 Pemeriksaan tinggi badan anak sekolah (TBAS)
 Pelaksanaan Klinik Konsultasi Graha Semesta
 Melaksanakan kerjasama lintas sektor
 Melaksanakan pelayanan kasus gawat darurat

3.4 DATA POLA PENYAKIT


3.4.1 Kunjungan Rawat Jalan
104

JUMLAH KUNJUNGAN
BULAN Umu AsKe JamK KesD K Puslin
UKS BPJS Pustu Total
m s es a S g
Jan 1007 103 45 202 46 67 1 492 93 2056
Feb 1682 126 44 182 64 66 636 145 2945
Mar 1831 276 53 168 16 76 584 102 3106
Apr 1865 153 49 197 19 84 2 601 294 3264
Mei 1547 57 29 150 14 57 438 210 2502
Jun 1626 19 19 112 7 36 516 105 2440
Jul 1054 12 12 103 8 35 1 376 218 1819
Agust 1420 98 23 120 7 48 436 116 2268
Sept 1404 24 14 81 1 37 573 64 2198
Okt 1526 20 19 98 2 49 687 30 2431
Nov 1517 16 27 97 1 42 1 515 16 2232
Des 1369 4 21 71 5 131 1 415 134 2151
JUMLA
17848 908 355 1581 190 728 6 6269 1527 29412
H

3.4.2 10 Besar Masalah Pada Masyarakat Binaan Puskesmas Karang Kitri Tahun 2016
NO JENIS MASALAH JUMLAH
1 TB 25 Kasus
2 Balita Pnemoni 78 Kasus
3 HIV/AIDS 12 Kasus
4 Diare Pada Anak 480 Kasus
5 Kusta 6 Kasus
6 Campak 13 Kasus
7 DBD 91 Kasus
8 Filiriasis 0 Kasus
9 Tidak Asi EKs 525 Kasus
10 Gizi Buruk 4 Kasus
105

Jumlah Jenis dan Tujuan Rujukan

TUJUAN RUJUKAN
NO JENIS RUJUKAN JUMLAH
RSUD SWASTA
1 Penyakit Dalam 184 120 64
2 Poli Anak 51 42 9
3 Poli Mata 75 49 26
4 Ob-gyn 65 56 9
5 THT 24 16 8
6 Bedah 56 39 17
7 Kulit Kelamin 29 24 5
8 Gigi dan Mulut 5 4 1
9 Syaraf 66 46 20
10 Jantung 79 57 22
11 0rtopedi 19 18 1
106

12 Paru 70 60 10
13 Radiologi 4 3 1
14 Laboratorium 3 2 1
15 URM 1 1 -
16 Urologi 30 20 10
17 IGD 119 85 34
18 Jiwa 29 20 9
19 Hemodialisa 10 7 3
TOTAL 919 669 250

BAB IV
ANALISA MASALAH

4.1 Perumusan Masalah


Dari hasil Hasil Analisa dan pengumpulan data mengenai kesehatan
masyarakat terkait dengan ASI EKSKLUSIF maka Kami Mahasiswi Pasca
Sarjana sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Memilih Puskesmas
Karang Kitri Bekasi didapatkan sepuluh besar penyakit rawat jalan pada
tahun 2017, diantaranya adalah :
1. Tidak ASI Ekslusif : 42,5 %
2. Diare Pada Anak : 38,8 %
3. Dbd : 7,3 %
4. Balita Pnemoni : 6,3 %
5. Tb : 2,0 %
6. Campak : 1,6 %
7. Hiv/Aids : 0,9 %
107

8. Kusta : 0,4 %
9. Gizi Buruk : 0,3 %
10. Filiriasis :0 %

4.2 Prioritas Masalah


Penentuan prioritas masalah adalah untuk mengetahui sejauh mana
masalah itu penting dan apakah masalah tersebut dapat teratasi. Dalam
menentukan prioritas masalah kelompok memakai metode Delbeq (dengan
memberikan skoring 1-10).
1. Beratnya masalah
2. Luasnya masalah
3. Bermusimkah

Menentukan Prioritas Masalah Kesehatan


No Kriteria Beratnya Luasnya Bermusimkah Jumlah Prioritas
Masalah Masalah Masalah
1. Rendahnya 7 9 8 24 I
ASI Ekslusif
2. Diare pada 8 7 6 21 II
anak
3. DBD 7 6 7 20 III

4. Balita pnemoni 9 5 5 19 IV
5. TB 8 5 4 17 V
6. campak 7 5 3 15 VI
7. HIV/AIDS 6 4 3 13 VII
8. Kusta 6 4 2 12 VIII
9. Gizi buruk 4 4 3 11 XI
10. Filiriasis 6 2 2 10 X

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas utama


dalam masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Karang Kitri Bekasi
108

adalah masalah rendahnya pemberian ASI Eksklusif. ASI eksklusif


merupakan pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI merupakan makanan yang
disiapkan untuk bayi mulai masa kehamilan payudara sudah mengalami
perubahan untuk memproduksi ASI. Kandungan ASI terdiri lemak,
karbohidrat, protein, vitaminm, zat besi, kalsium, mineral. ASI sangat banyak
manfaat nya bagi bayi yaitu mengandung komposisi yang tepat,
meningkatkan kecerdasan bagi bayi, Mengandung zat protektif, Antibodi,
Imunitas seluler. Selain itu ASI juga bermanfaat bagi ibu yaitu Aspek
kesehatan ibu, Aspek keluarga berencana, Aspek psikologis.

4.3 Analisa Masalah


Dari perumusan masalah dan prioritas masalah kesehatan yang terjadi di
wilayah puskesmas karang kitri bekasi di dapatkan bahwa masalah kesehatan
yang menjadi prioritas masalah adalah rendahnya pemberian Asi Ekslusif
yang di sebabkan oleh faktor pekerjaan orang tua (ibu menyusui yang
bekerja), pendidikan, pengetahuan, mitos dan perilaku. Dalam hal ini faktor
paling dominan adalah ibu menyusui yang bekerja, tidak sedikit ibu pekerja
menomorduakan kebutuhan nutrisi bayi nya, ibu pekerja sadar akan
pentingnya ASI tetapi karna terbatas nya waktu bersama anak nya sehingga
mereka memilih cara yang instan yaitu dengan memberikan susu formula.
Tetapi tak jarang juga ibu menyusui bisa membagi waktu antara bekerja dan
waktu memberikan ASI untuk anaknya, misalnya dengan membawa bayi ke
tempat kerja, membawa alat pompa ASI tetapi ASI yang di produksi tidak
mencukupi kebutuhan minum bayi, sehingga memilih untuk memberikan
susu formula untuk bayi nya.
Maka dari data tersebut kami menganalisa bahwa pekerjaan ibu-ibu
menyusui mempengaruhi rendahnya angka keberhasilan pemberian ASI
Eklsusif di wilayah kerja puskesmas karang kitri bekasi. Dari analisis data
tersebut maka di anggap perlu untu melakukan tindakan promotif guna untuk
109

mencegah terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif yang semakin


tinggi. Untuk itu di lakukan promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan
pada ibu hamil trimester ahir dan ibu-ibu yang memiliki bayi usia di bawah 6
bulan di wilayah kerja puskemas karang kitri bekasi.

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dari 35 responden masyarakat Kabupaten


Bogor sebanyak 30 responden (85%) belum mengetahui bahwa merokok dapat
menyebabkan hipertensi dan masih kurangnya pemahaman tentang hubungan
antara rokok dengan penyakit hipertensi.
Perilaku merokok yang semakin-semakin mengkhawatirkan karena tidak
hanya orang tua saja yang merokok tetapi anak remaja pun sudah merokok ini
merupakan hasil pengamatan kelompok kami di wilayah Kabupaten Bogor, Hal
ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya
merokok terhadap kesehatan khususnya penyakit Hipertensi. Maka dengan ini
kelompok memutuskan untuk mengadakan program kepada penderita hipertensi
yang masih merokok yaitu " Hidup Sehat Tanpa Rokok" Dengan B2LM (Berhenti
Bertahap atau Berhenti Langsung perilaku Merokok).
Niat yang kokoh untuk berhenti merokok secara total akan menguatkan
perokok untuk mengontrol perilakunya dalam kondisi apapun pada saat akan
merokok (Mirnawati et al., 2018). Strategi klien yang sudah berhasil berhenti
110

merokok dalam menangani adiksi nikotin adalah dengan mengurangi jumlah


rokok perharinya, menunda waktu merokok saat pagi hari, melaksanakan aktifitas
fisik, dengan berolahraga dipagi hari, jalan-jalan disekitar rumah, keladang, bersih
bersih rumah, makan permen, minum air mineral. Strategi klien yang sudah
berhasil berhenti merokok dalam menangani efek pustus nikotin sulit konsentrasi
adalah dengan menyarankan untuk beristirahat sejenak dari aktifitasnya,
mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayuran segar, minum banyak air
untuk menjaga otak terhidrasi, olah raga dan mendapatkan banyak udara
segar.menghibur diri, mencari aktifitas positif seperti olah raga, makan makanan
yang manis (Ng & Moule, 2019).
Menurut peneliti, Dengan adanya program “ Hidup Sehat Tanpa Rokok “
Dengan B2LM ( Berhenti Bertahap atau Berhenti Langsung Perilaku Merokok )
dapat membuat sedikit demi sedikit adanya perubahan dan kesadaran masyarakat
terhadap bahayanya perilaku merokok terhadap penyakit hipertensi. Terkait
dengan cakupan dan harus adanya komitmen dari semua pihak untuk
mempertahankan hidup sehat tanpa rokok di Kabupaten Bogor. Karena terlihat
bahwa penerapan hidup sehat tanpa rokok yang belum terealisasikan, melihat
seluruh kalangan remaja dan dewasa masih banyak yang belum mengetahui
bahaya perilaku merokok terhadap penyakit hipertensi. Jadi dengan di adakan
program B3LM (Berhenti Bertahap atu Berhenti Langsung perilaku Merokok )
diharapkan nantinya masyarakat dan penderita hipertensi yang masih merokok
untuk berhenti merokok agar menekan tinggnya peningkatan penyakit hipertensi
dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat di Kabupaten
Bogor.
111

BAB VI
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

6.1 Tujuan Promosi Kesehatan


1. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI Ekslusif
2. Meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif

6.2. Sasaran Promosi Kesehatan


1. Ibu yang memiliki bayi dan balita
2. Ibu hamil Trimester 3
3. Kader

6.3. Isi Promosi Kesehatan


1. Pengertian ASI Ekslusif
2. Tujuan pemberian ASI Ekslusif
3. Dampak tidak diberikan ASI Ekslusif
4. Manfaat ASI Ekslusif
5. Mitos
112

6.4. Metode Promosi Kesehatan


1. Ceramah
2. Diskusi

6.5. Media Promosi Kesehatan


1. Leaflet
2. Laptop 1 buah
3. Infocus
4. Materi Penyuluhan

6.6. Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan


1. Tanggal pelaksanaan : 17 Februari 2018
2. Waktu Pelaksanaan : disesuaikan
3. Tempat Pelaksanaan : Posyandu masing-masing RW
4. Teknis kegiatan
1) Menghubungi Bidan Desa bahwa akan ada penyuluhan ASI Ekslusif
yang dilakukan di posyandu
2) Mempersiapkan materi, alat bantu, dan peserta sekaligus menyebarkan
absensi kepada peserta
3) Setelah peserta berkumpul, segera memperkenalkan diri dan
menyampaikan maksud tujuan
4) Melakukan pre-test sebelum kegiatan penyuluhan dimulai
5) Memberikan penyuluhan
6) Melakukan tanya jawab
7) Melakukan post-test setelah penyuluhan
GANT CHART
PENYULUHAN PENINGKATKAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
No Deskripsi Kegiatan Minggu Person in
Penyuluhan Peningkatkan 1 2 3 4 5 6 7
Charge
Pemberian ASI Ekslusif
113

1 Sosialisasi rencana kegiatan

didaerah sasaran
2 Penentuan tempat kegiatan

intervensi
3 Pengurusan perizinan kegiatan
4 Konfirmasi jumlah peserta
5 Cross cek ketersediaan alat dan

bahan intervensi
6 Perbanyak dokumen atau bahan

intervensi
7 Pelaksanaan Kegiatan

6.7. Anggaran yang diperlukan


Terlampir
6.8 Monitoring dan Evaluasi Promosi Kesehatan
1. Perserta kegiatan diberikan pre tes untuk melihat seberapa tinggi
pengetahuan peserta.
2. Adanya satu panitia khusus yang mengawasi jalannya pemberian materi
kepada peserta, sehingga dapat diketahui apakah media promosi yang
panitia sediakan efektif atau tidak sebagai media promosi kesehatan
3. Setelah diberikan penyuluhan, peserta diberikan post tes untuk melihat
seberapa tinggi pengetahuan peserta diberikan penyuluhan.
4. Mengevaluasi kehadiran dan keaktifan ibu bayi balita, ibu hamil
trimester 3, dan kader pada saat pemberian penyuluhan
114

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dari 35 responden masyarakat Kabupaten
Bogor sebanyak 30 responden (85%) belum mengetahui bahwa
merokok dapat menyebabkan hipertensi dan masih kurangnya
pemahaman tentang hubungan antara rokok dengan penyakit
hipertensi.
2. Berdasarkan analisis kelompok didapatkan 1 poin prioritas masalah
yaitu perilaku merokok pada pasien Hipertensi, Pada penelitian yang
telah banyak dilakukan, dijelaskan bahwa efek akut yang disebabkan
oleh merokok antara lain meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah dengan adanya peningkatan kadar hormon epinefrin dan
norepinefrin karena aktivasi sistem saraf simpatis. Banyak penelitian
juga mengatakan bahwa efek jangka panjang dari merokok adalah
peningkatan tekanan darah karena adanya peningkatan zat inflamasi,
disfungsi endotel, pembentukan plak, dan kerusakan vaskular.
3. Perilaku merokok merupakan masalah yang kami hadapi selama
pengawatan di wilayah Kabupaten Bogor, hal ini disebabkan karena
masih banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa merokok dapat
menyebabkan hipertensi, kurangnya kesadaran dan pengetahuan
tentang bahaya merokok. Maka alternatif penyelesaian masalah yang
peneliti ingin lakukan adalah dengan menjalankan program “ Hidup
Sehat Tanpa Rokok “ Dengan B2LM ( Berhenti Bertahap atau
Berhenti Langsung Perilaku Merokok).
Diharapkan dengan adanya program ini membantu menekan perokok
untuk berhenti merokok dan terhindar dari penyakit hipertensi khususnya
di wilayah Kabupaten Bogor.

7.2. Saran

7.2.1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

1. Dinas kesehatan bekerja sama dengan puskesmas untuk melaksanakan


program Berhenti bertahap dan berhenti langsung perilaku merokok bagi
masyarakat pengidap penyakit Hipertensi yang masih merokok untuk
menekan peningkatan penyakit Hipertensi, dengan cara dibuat menjadi
beberapa kelompok, setiap kelompok ditunjuk satu orang untuk
mengawasi program tersebut agar berjalan dengan lancar dan untuk
melaporkan kegiatan tersebut kepada pukesmas.
2. Bekerja sama dengan puskesmas untuk pemeriksaan tekanan darah dan
pola hidup bersih dan sehat serta menghentikan kebisaan merokok untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut di kalangan masyarakat.
3. Bekerja sama dengan puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang
cara mencegah penyakit Hipertensi dengan cara membuat kelompok
belajar masyarakat.

7.2.2. Puskesmas Kecamatan Tajurhalang

Bekerjasama dengan Aparat setempat untuk mengecek kesehatan


masyarakat secara berskala (Skrining) dengan posbidu (pos binaan
terpadu) agar derajat kesehatan masyarakat meningkat.

7.2.3. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Memberikan pembekalan materi PBL 2 sebelum terjun kelapangan


dengan baik untuk menghindari kekeliruan serta kekurangan data.

7.2.4. Peneliti Selanjutnya

1. Mempersiapkan data lebih banyak sebelum penelitian

62
2. Mempersiapkan waktu dengan baik untuk melakukan penelitian

3. Penelitian yang telah dilakukan ini dapat dijadikan sebagai bahan


pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti

4. Penelitian ini dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya

63
DAFTAR PUSTAKA

1
LAMPIRAN
1. Daftar Nama dan Biodata Peserta Promosi Kesehatan, meliputi: Nama,
NPM, Tempat Tanggal Lahir dan Alamat dilengkapi pas photo
menggunakan almamater.

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK


PROMOSI KESEHATAN
P.S. SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelompok : 6
Lokasi PBL : Jakarta Selatan

Nama : Dheva Nurlita Sari


NPM : 01180000002
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 2000
No. Telepon : 0812-9440-0225
Alamat : Jl.Jeruk Gg.H.Keman Rt 11/01

2. Daftar Hadir Mata Kuliah Promosi Kesehatan

DAFTAR HADIR MAHASISWA


PROMOSI KESEHATAN

2
P.S. SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Wilayah Kerja Praktik : Jakarta Selatan


Tahun Ajaran : 2018/2019

No NPM NAMA DAFTAR HADIR


MAHASISWA 1 2 3 4 5

1. 01180000002 Dheva Nurlita Sari


2. 01180000015 Dina Ghassani
3. 01180000010 Ervina Dyah A

No NPM NAMA DAFTAR HADIR


MAHASISWA 6 7 8 9 10

1. 01180000002 Dheva Nurlita Sari


2. 01180000015 Dina Ghassani
3. 01180000010 Ervina Dyah A

No NPM NAMA DAFTAR HADIR


MAHASISWA 11 12 13 14

1. 01180000002 Dheva Nurlita Sari


2. 01180000015 Dina Ghassani
3. 01180000010 Ervina Dyah A

3. Daftar Hadir Bimbingan

3
DAFTAR HADIR BIMBINGAN
PROMOSI KESEHATAN
P.S. SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Tahun Ajaran : 2018/2019


Kelompok : 6
Lokasi PBL : Jakarta Selatan
Waktu Bimbingan : 7 januari 2021 Pukul 15.40 WIB

No NPM Nama Mahasiswa Paraf


1 01180000002 Dheva Nurlita Sari
2 01180000015 Dina Ghassani
3 01180000010 Ervina Dyah Azrinindita
Uraian Bimbingan:
1) Uraikan gambaran penyakit pneumonia di wilayah Jakarta Selatan
(kejadian, masalah kesehatan dan penyebab)
2) Uraikan dampak apabila pneumonia dibiarkan terjadi
3) Uraikan dengan lebih jelas dan dihubungkan dengan kejadian pneumonia
di wilayah Jakarta Selatan
4) Dilampirkan dengan dokumentasi google form
5) Jelaskan dampak dan perlihatkan urgentnya masalah kesehatan akibat
pneumonia sehingga penting untuk diteliti
6) 1 tabel untuk 1 masalah

Jakarta, 7 Januari 2018


Dosen Pembimbing Akademik

(Agustina Sari, S.ST. M.Kes)

4
4. Instrumen Lapangan

5. Dokumentasi umum

Anda mungkin juga menyukai