Anda di halaman 1dari 2

MEMBANGUN KEPERCAYAAN PUBLIK ATAS VAKSIN COVID-19

LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tanggal 6 Oktober 2020, Presiden menandatangani dan mengeluarkan Peraturan


Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan program
vaksinasi untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Perpres tersebut menetapkan bahwa
pemerintah akan mempersiapkan pengadaan, distribusi, serta pelaksanaan vaksinasi.

Wakil Menteri Hukum dan HAM Prof Edward OS Hiariej menegaskan, mengacu pada
Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, menjelaskan
dalam  UU tersebut, ada kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan warga negara ketika
masa wabah, salah satunya mengikuti vaksinasi, "Ketika kita mengatakan vaksinasi ini
kewajiban maka secara mekanisme jika ada warga negara tidak mau divaksin bisa kena
sanksi pidana. Bisa denda, bisa penjara, bisa juga kedua-duanya," tuturnya.

Namun Berdasarkan survey yang dilakukan oleh LITBANG KOMPAS pada periode
(27/12/20) sampai (9/1/21) sebanyak 31% responden mengaku tak percaya vaksin COVID-19
aman bagi kesehatan, bahkan 1% di antaranya sangat tidak percaya pada keamanan vaksin,
dan 23% mengaku tidak tau atas keamanan vaksin COVID-19. Temuan ini di lakukan
terhadap 2000 responden di 34 provinsi di Indonesia. (LITBANG KOMPAS, 2021)

Alasan penolakan vaksin COVID-19 paling umum adalah terkait dengan keamanan vaksin
(30%); keraguan terhadap efektifitas vaksin (22%); ketidakpercayaan terhadap vaksin (13%);
kekhawatiran adanya efek samping seperti demam dan nyeri (12%); dan alasan keagamaan
(8%) mengenai vaksin haram dan tidak sesuai dengan kaidah agama turut berkontribusi
dalam hal ini (Survey Penerimaan Vaksin COVID-19, 2020). Maka penting untuk
mengedukasi dan sosialisasi kepada masyarakat perihal serba serbi vaksin Covid-19,
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin yang akan membantu
keberhasilan program pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19.

PERTANYAAN TERHADAP MASALAH


Apa yang menyebabkan masyarakat ragu terhadap vaksin?
PEMBAHASAN
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya
atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingg aman, yang apabila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (KemenKes, 2020).
Vaksin COVID-19 itu sendiri sudah mulai diteliti oleh para ahli sejak awal tahun 2020 lalu,
barulah pada awal tahun 2021 beberapa vaksin COVID-19 sudah dapat digunakan secara
masal dengan izin penggunaan darurat dari WHO. Pada taggal 13 Januari 2021 Di
Indonesia sudah memulai tahap pertama program vaksin COVID-19, pemberian vaksin ini
diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, Dengan efektivitas vaksin 67%. Sampai saat ini
indonesia sudah memasuki Tahap 4 program pemberian vaksin dengan sasaran masyarakat
dan pelaku perokonomian. (KemenKes, 2021).
Perlu diketahui bahwa vaksin yang akan disebarkan di Indonesia harus dipastikan lulus uji
klinis dan evaluasi dari BPOM terlebih dahulu. Mengenai kandungannya, vaksin COVID-19
Sinovac mengandung virus yang sudah dimatikan (inactivated virus), bukan virus hidup atau
dilemahkan. Vaksin ini pun tidak mengandung boraks, formalin, merkuri, dan pengawet.
Proses pengembangan vaksin corona tentu membutuhkan proses yang sangat panjang. proses
yang dilakukan ini untuk memastikan keamanan dan efektivitas dari vaksin. Pengembangan
vaksin harus melalui berbagai tahapan. Adapun tahap pengembangan vaksin yang dilakukan
adalah sebagai berikut : Pertama-tama, dilakukan penelitian dasar terhadap virus, dan sel-sel
yang terkait dengan virus tersebut. Dilanjutkan dengan uji praklinis, yaitu pengujian di
dalam sel, dan dilanjutkan pada hewan percobaan. Kemudian masuk pada proses uji klinis,
yang terbagi menjadi 3 fase. Pada tahap uji klinis ini, vaksin akan dinilai dan dipastikan
aman untuk diberikan pada manusia, serta menentukan dosis yang tepat. Berbagai tahapan
tersebut adalah upaya berbasis medis dan ilmiah, yang bertujuan untuk memastikan vaksin
aman dan efektif untuk diberikan pada masyarakat.
Selain mempertanyakan kemanan vaksin, masyarakat juga mengkhawatirkan vaksin ini dari
segi agama, apakah vaksin ini halal atau tidak. Menjawab hal tersebut MUI Pusat pada
tanggal 8 Januari 2021, menetapkan bahwa vaksin COVID-19 produksi Sinovac, yang
diajukan proses sertifikasinya oleh PT. Bio Farma, adalah SUCI & HALAL. Hal ini
disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Fatwa KH. Asrorun Niam Sholeh.
Tantangan terbesar penyelenggaraan vaksinasi COVID-19 bukan menggelar kegiatan vaksin.
Tapi, untuk meyakinkan masyarakat agar mau divaksin. Mengapa sulit diyakinkan? Karena
masih banyak masyarakat yang keras kepala tidak mau di vaksin sebab membaca berita hoax
terkait vaksin. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus melaporkan
sebaran hoaks yang menyangkut soal vaksin COVID-19. Hingga Kamis (22/4//2021)
sebanyak 1.211 hoaks vaksin covid-19 ditemukan di berbagai platform media sosial.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Widiyawati menyatakan
rendahnya literasi menjadi salah satu faktor merebaknya hoax vaksinasi Covid-19 di
Indonesia. Terkait dengan itu, hoax harus ditangani dari hulu ke hilir. Misalnya, masyarakat
harus dibekali dengan literasi digital bahwa semua yang ada di internet itu benar. Dia
mengklaim Kemenkes telah melakukan edukasi hingga penguatan literasi terkait isu
kesehatan. Widiyawati juga menyarankan masyarakat melihat kanal resmi Kemenkes untuk
mengetahui sebuah kebenaran informasi. Dia memastikan pihaknya akan terus memperbarui
informasi seputar informasi yang menjadi polemik di tengah masyarakat.
SARAN/REKOMENDASI
Di era digital saat ini, informasi dapat menyebar dengan sangat cepat dan tanpa batas. Jadi,
perlu lebih waspada dan bijak dalam menyaring informasi, termasuk informasi tentang vaksin
COVID-19. Selain itu, perlu diingat bahwa vaksin adalah salah satu langkah pencegahan,
bukan pengobatan. Jadi, meski akan menerima vaksin COVID-19, kamu tetap harus
menerapkan protokol pencegahan COVID-19 lainnya, seperti rutin mencuci tangan,
memakai masker, menerapkan physical distancing, dan menghindari keramaian.
Keberhasilan 100 % vaksin dalam mengendalikan COVID-19 tidak secara otomatis,
mengingat tingkat efikasi dari masing-masing jenis vaksin belum ada yang mencapai angka
tersebut. Pencapaian kekebalan komunitas melalui program vaksinasi masih harus disertai
penerapan protokol kesehatan sesuai imbauan WHO dan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai