Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TOTOK WAJAH


UNTUK MENGURANGI KECEMASAN IBU NIFAS
DI PUSKESMAS BANJARHARJO
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2022

Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktik Kebidanan Fisiologis Stase 5

Disusun Oleh :
DARWI
NIM : P20624822083

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Totok Wajah
Untuk Mengurangi Kecemasan Ibu Nifas Di Puskesmas Banjarharjo Kabupaten
Brebes. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Laporan ini dipergunakan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik
Kebidanan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan di Politeknik Kementerian
Kesehatan Tasikmalaya.
Laporan ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Yang Terhormat:
1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST., M.Keb, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
4. Hj. Dyah Widiyastuti, SST., M.Keb, selaku Dosen Pembimbing
5. dr. Hero Irawan, selaku Kepala Puskesmas Banjarharjo
6. Hesti Purnami, SST., MH.Kes, Selaku Bidan Kordinator Puskesmas Banjarharjo
7. Aidah Ulya, SST, Selaku Pembimbing Lapangan
8. Kedua orang tua (Bapak Sohandi dan Ibu Casripah) dan Suami tercinta (Anggit
Gunawan, S.Kep., Ners) dan anak-anaku tersayang (Reza Rizki Syabibi dan
Dzaki Kenzie Wijaya), yang telah memberikan dukungan, motivasi dan do’anya.
9. Teman-teman kelompok Puskesmas Banjarharjo yang telah bekerja sama dan
menjaga kekompakan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan laporan
selanjutnya. Akhirnya semoga laporan praktik stase 4 ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi peminat dalam pelayanan pada ibu bersalin.

Brebes, Desember 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... iii
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.Tujuan ....................................................................................................... 2
C.Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
A. Persalinan ................................................................................................ 3
B. Nyeri Persalinan ...................................................................................... 6
C.Rebozo ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang yang menganggap bahwa kehamilan, persalinan dan masa
setelah persalinan (nifas) adalah kodrat yang harus dilalui oleh wanita. Namun
kenyataannya bagi beberapa wanita, melahirkan dapat menjadi episode yang
dramatis dan traumatis yang sangat menentukan kehidupannya, karena ibu yang
mengalami stress, perasaan sedih dan takut akan mempengaruhi emosional dan
sensivitas ibu pada masa nifas. (Janiwarty, 2014).
Masa nifas adalah masa yang diawali dengan proses lahirnya plasenta dan
diakhiri dengan kembalinya organ-organ reproduksi pada keadaan sebelum
hamil yang terjadi selama 6-8 minggu setelah persalinan. Ibu mengalami
perubahan fisik maupun psikologis dari hamil hingga bersalin dan perubahan
menjadi orang tua menyebabkan terjadinya krisis yang membutuhkan adaptasi,
namun jika adaptasi ini tidak berhasil maka ibu akan mengalami kecemasan.
(Astuti, 2015).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia menunjukkan bahwa sebesar
6% atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia untuk usia 15 tahun ke atas
mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
kecemasan dan depresi (Depkes,2014).
Padila (2014), menyebutkan bahwa 70% wanita biasanya mengalami
fenomena postpartum awal atau sering disebut dengan postpartum blues.
Keadaan seperti ini terjadi selama 3-6 bulan bahkan beberapa kasus terjadi
hingga 1 tahun pertama postpartum.
Kecemasan merupakan suatu kondisi yang bersifat emosional sebagai tanda
peringatan keadaan fisik seseorang terhadap terjadinya suatu masalah. Ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala kecemasan yaitu
istirahat yang cukup, makan sesuai kebutuhan, dan dianjurkan untuk
berolahraga ringan agar dapat melemaskan otot. (Hawari, 2013).
Salah satu terapi komplementer untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan
totok wajah. Totok wajah dilakukan dengan cara melakukan penekanan dengan
ujung jari pada titik-titik akupuntur pada wajah yang bertujuan untuk membantu
melancarkan aliran energi dalam tubuh, dan meningkatkan kekebalan tubuh,

3
sehingga membuat tubuh menjadi lebih rileks dan menjernihkan pikiran serta
melembutkan kulit (Indrawati, 2015).
Berdasarkan penelitian Sumantri (2014) menyebutkan bahwa penilaian
kecemasan 24 jam setelah dilakukan totok wajah mayoritas tidak ada
kecemasan sebanyak 84,61%. Totok wajah berpengaruh secara signifikan
terhadap penurunan skor kecemasan pada ibu nifas. Rekomendasi bagi fasilitas
pelayanan persalinan untuk bisa menerapkan totok wajah bagi ibu nifas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan totok wajah untuk mengurangi
kecemasan ibu nifas di Puskesmas Banjarharjo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat membuat
rumusan masalah “Bagaiamana penerapan asuhan komplementer dengan
menggunakan terapi totok wajah untuk mengurangi kecemasan pada ibu bersalin
di Puskesmas Banjarharjo tahun 2022?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien post partum dengan
terapi totok wajah untuk mengurangi kecemasan di Puskesmas Banjarharjo
tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif secara terfokus pada asuhan
kebidanan nifas di Puskesmas Banjarharjo tahun 2022.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif secara terfokus pada asuhan
kebidanan nifas di Puskesmas Banjarharjo tahun 2022
c. Mampu melakukan analisis yang tepat pada asuhan kebidanan nifas di
Puskesmas Banjarharjo tahun 2022
d. Mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai kebutuhan pada
asuhan kebidanan nifas di Puskesmas Banjarharjo tahun 2022
e. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
f. Memberdayakan klien atau masyarakat dalam menjaga masa nifas yang
sehat berdasarkan studi literature dan evidence based

3
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Seacara teoritis laporan ini diharapkan dapat memberi informasi demi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kebidanan mengenai asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan kecemasan.
2. Manfaat Praktis
Seacara praktis laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan cemas
berdasarkan jurnal yang terbaru mengenai terapi totok wajah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil) yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Nunung, 2013).
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan mulai dari setelah bayi lahir sampai dengan kembalinya tubuh dalam
keadaan seperti sebelum hamil yang terjadi selama 6-8 minggu setelah
persalinan (Maryunani, 2015).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi bagi ibu dan bayi,
mendukung dan memperkuat keyakinan ibu untuk melaksanakan perannya,
serta mencegah, mendiagnosa secara dini, melakukan pengobatan dengan
segera pada komplikasi yang dialami ibu, dan merujuk ke tenaga ahli jika
diperlukan. (Astuti, 2015).
3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Peran dan tanggung jawab bidan terhadap klien dalam masa nifas yaitu
bidan menjadi teman terdekat dan pendamping ibu nifas dalam menghadapi
saat-saat kritis masa nifas dan memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu
dan keluarga. Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi masa
nifas (Sulistyawati, 2011).
4. Tahapan Masa Nifas
Menurut Sri Astuti (2015) periode masa nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium Dini (Immediate Postpartum) : 0 – 24 jam postpartum.
Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Peran bidan
yaitu melakukan pemeriksaan kontraksi, pengeluaran lochea, tekanan darah
dan suhu secara teratur.

3
b. Puerperium Intermediate (Early Postpartum) : 1 – 7 hari postpartum
Yaitu masa dimana kepulihan menyeluruh organ-organ reproduksi yang
lamanya sekitar 6-8 minggu. Peran bidan yaitu memastikan involusi uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, tidak demam, dan cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Puerperium Remote (Late Postpartum) : 1 - 6 minggu postpartum
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, masa ini
biasanya berlangsung 3 bulan bahkan lebih lama sampai tahunan. Peran
bidan yaitu tetap memberikan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
5. Perubahan-Perubahan Masa Nifas
Menurut Maryunani (2015), perubahan-perubahan masa nifas meliputi :
a. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan fisik terjadi pada organ reproduksi, payudara, perkemihan,
pencernaan, kardiovaskuler dan musculoskeletal.
1) Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus
Involusi merupakan proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil yang dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba TFU. Involusi uterus terjadi ketika plasenta lahir
sampai 6 minggu postpartum.
b) Lochea
Lochea terjadi selama proses involusi uterus. Hal ini terjadi
karena involusi mengakibatkan lapisan desidua yang mengelilingi
plasenta menjadi nekrotik kemudian keluar bersama dengan sisa
cairan campuran darah. Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya yaitu : rubra, sanguinolenta, serosa, dan
alba.
c) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan. Pada masa nifas biasanya
terdapat luka jalan lahir. Luka pada vagina biasanya tidak luas dan
akan sembuh dengan sendirinya, kecuali terjadi infeksi.
2) Sistem Pencernaan
Pada masa nifas biasanya ibu akan mengalami konstipasi yang
disebabkan karena ketika persalinan alat pencernaan mengalami tekanan

3
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih,
kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh
3) Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan ibu akan mengalmi kesulitan buang air
kecil selama 24 jam pertama. Kemungkinan disebabkan adanya spasme
sfingter dan edema leher kandung kemih setelah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
4) Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, diafragma pelvis, serta fesia yang meregang secara
berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali sehingga uterus kadang
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
stelah persalinan.
5) Sistem Endokrin
Perubahan hormon yang terjadi pada masa nifas antara lain Human
Chorionic Gonadotropin (HCG), Hormon pituitary dan hipotalamik
pituitary ovarium. Pada masa nifas terjadi penurunan hormon estrogen
sehingga aktivitas prolaktin juga meningkat dapat yang memengaruhi
kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
6) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta
dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali pada proporsi normal. Umumnya, terjadi pada 3-5 hari
postpartum.
b. Perubahan Psikologi masa nifas
1) Patofisiologi perubahan psikologi masa nifas
Setelah melahirkan, ibu akan mengalami perubahan fisik dan
psikologis yang mengakibatkan adanya beberapa perubahan emosi,
sementara ia harus menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Perubahan
psikologi pada masa nifas terjadi karena pengalaman persalinan,
tanggung jawab peran sebagai ibu dan adanya kehadiran bayi. Sehingga,
ibu nifas membutuhkan mekanisme penanggulangan untuk mengatasi

3
perubahan fisik dan ketidaknyamanan selama postpartum dan perubahan
hubungan dengan keluarga.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor–faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain :
a) Respon dan dukungan keluarga
b) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan inspirasi
c) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
d) Pengaruh budaya
3) Masalah psikologis yang sering terjadi
Banyak ibu nifas yang mengalami perasaan kekecewaan setelah
melahirkan dan keraguan akan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan membesarkan anak secara efektif. Masalah yang sering terjadi
seperti :
a) Ansietas
Keadaan cemas (ansietas) akan diliputi perasaan takut, mudah marah,
mudah tersinggung, keringat berlebih, dyspnea, dan insomnia.
Kejadian pada adolesen dan ibu dengan riwayat depresi akan
meningkatkan gangguan ini.
b) Postpartum Blues
Postpartum blues merupakan depresi pada masa nifas yang terjadi
pada hari ke 3-10 dengan tanda gejala seperti menangis, merasa
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Adanya
perasaan kehilangan secara fisik setelah melahirkan yang menjurus
pada perasaan sedih yang dapat menjadi makin parah oleh adanya
ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress atau kecemasan yang tidak
diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau
penanganan dari petugas yang tidak sesuai.
c) Depresi postpartum
Depresi postpartum merupakan stress pasca persalinan yang lebih
berat dari postpartum blues dengan gejala yang terjadi pada 3 bulan
postpartum atau sampai bayi berusia 1 tahun. Tanda dan gejalanya
yaitu, tidak dapat tidur/tidak nafsu makan, merasa tidak berdaya,
panik, bingung, mudah marah, cemas, tidak mampu merawat diriya
sendiri,
dan menyangkal kehadiran bayi yang telah dilahirkannya.

3
4) Pencegahan dan Asuhan Gangguan Psikologi
Upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan
psikologi pada masa nifas, yaitu dengan dukungan emosional dan
psikologis dari pasangan dan keluarga dengan cara membantu ibu dalam
menyelesaikan tugas-tugas di rumah agar ibu mempunyai waktu untuk
mengasuh anaknya, melakukan kegiatan yang dapat membuat tubuh
menjadi lebih rileks seperti tidur, senam, dan pijat.
Petugas kesehatan berperan untuk penyediaan asuhan dan
dukungan pasca persalinan seperti, melakukan KIE, memberikan
dorongan pada keluarga untuk senantiasa memberikan dukungan,
membantu dan mengunjunginya untuk menawarkan bantuan.
5) Perubahan Parenting
Penyesuaian ibu dalam masa postpartum menurut Reva Rubin
(1963), terdiri atas 3 fase, yaitu :
a) Taking in
Periode ketergantungan yang terjadi pada hari ke 1-2 setelah
melahirkan, dimana sifat ibu biasanya pasif dan bergantung,
energi difokuskan pada perhatian ke tubuhnya atau dirinya.
b) Taking hold
Periode ini berlangsung hari ke 3-10 post partum, ibu mengalami
kekhawatiran terhadap ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya, ibu merasa lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah teknik komunikasi
yang baik, dukungan moril, pendidikan kesehatan tentang perawatan
dirinya dan bayi.
c) Letting go
Fase dimana ibu mulai menerima tanggung jawab peran barunya,
berlangsung setelah 10 hari postpartum. Pada masa ini, ibu mulai
dapat beradaptasi, terjadi peningkatan perawatan diri dan bayinya, ibu
merasa lebih percaya diri, dan lebih mandiri akan pemenuhan
kebutuhan bayinya.

3
B. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas kepribadian masih tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. (Hawari,2011)
2. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Hawari (2013), faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan yaitu :
1) Biologi
Model biologis menjelaskan bahwa ekspresi emosi melibatkan struktur
anatomi di dalam otak. Aspek biologis yang menjelaskan gangguan
ansietas adalah adanya pengaruh neurotransmitter.
2) Psikologi
Konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu
id dan superego. Maturitas individu, tipe kepribadian, dan pendidikan
juga mempengaruhi tingkat ansietas seseorang. Ketegangan yang dapat
menyebabkan ansietas adalah peristiwa traumatic individu seperti
peristiwa-peristiwa bencana, konflik emosional individu yang tidak
terselesaikan dengan baik, dan konsep diri terganggu.
3) Social Budaya
Riwayat gangguan ansietas dalam keluarga akan memengaruhi proses
individu dalam bereaksi terhadap konflik dan cara mengatasi ansietas.
Dikatakan bahwa sosial budaya, potensi stress, serta lingkungan
merupakan faktor yang memengaruhi ansietas.
b. Faktor pencetus
Menggambarkan stressor pencetus sebagai stimulus yang dipersepsikan
oleh indivividu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping. Faktor pencetus dapat berupa gangguan biologi
(fisik), psikologi, social budaya,
c. Neurofisiologis Kecemasan
Neurofisiologi kecemasan sebagai berikut respon sistem saraf otonom
terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas involunter pada
tubuh, termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Secara fisiologi situasi

3
stress akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan
mengaktifkan dua jalur utama stres, yaitu sistem endokrin dan sistem saraf
otonom (simpatis dan parasimpatis). Anterior hipotalamus akan
melepaskan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang akan
menginstruksikan kelenjar hipofisis untuk mensekresikan
Adrenocorticotropin Hormone (ACTH), mengaktifkan zona fasikulata
korteks adrenal untuk mensekresikan hormon glukortikoid yaitu kortisol.
Hormon kortisol berperan dalam memperkuat pengaruh stress terhadap
emosi seseorang.
d. Gejala Klinis Kecemasan
Keluhan yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan antara lain :
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
4) Gangguan pola tidur, mimpi buruk/ menegangkan
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya tinnitus, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala.
e. Tingkat Kecemasan
Gejala klinis gangguan kecemasan setiap orang berbeda sehingga dalam
Janiwarty (2013) tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4 kategori yaitu
ringan, sedang, berat, dan panik.
1) Kecemasan Ringan (Mild Anxiety)
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari.Kecemasan ringan masih mampu memotivasi individu untuk
belajar dan memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreaifitas.
2) Kecemasan Sedang (Moderate Anxiety)
Memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Perhatian seseorang menjadi selektif, namun bisa melakukan
sesuatu yang positif lewat arahan dari orang lain.
3) Kecemasan Berat (Severe Anxiety)
Kecemasan berat ditandai lewat sempitnya persepsi seseorang. Selain itu,
memiliki perhatian yang terpusat, dimana semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan.

3
4) Panik
Kepanikan muncul karena kehilangan kendali diri dan detail perhatian
kurang. Ketidakmampuan melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Misalnya peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi, dan hilangnya
pikiran rasional, disertai dengan disorganisasi kepribadian.
Secara klinis gangguan panik ditegakkan oleh paling sedikit 4 dari
12 gejala–gejala di bawah ini :
a) Sesak nafas
b) Jantung berdebar-debar
c) Nyeri atau rasa tak enak di dada
d) Rasa tercekik atau sesak
e) Pusing, vertigo
f) Perasaan seakan-akan lingkungan tidak realistik
g) Kesemutan
h) Rasa aliran panas atau dingin
i) Berkeringat banyak
j) Rasa akan pingsan
k) Menggigil atau gemetar
l) Merasa takut mati, gila atau khawatir akan melakukan tindakan
secara tidak terkendali.
f. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2013), manajemen penatalaksanaan kecemasan pada
tahap pencegahan memerlukan metode pendekatan yang bersifat holistik
baik farmakologi maupun non farmakologi.
1) Penatalaksanaan Farmakologi
Psikofarmakologi yaitu pengobatan untuk stress, cemas, dan
depresi dengan memakai obat-obatan. Cara kerjanya dengan
memutuskan jaringan psiko-neuro-imunologi. Terapi psikofarmaka yang
banyak dipakai adalah obat anti cemas seperti Diazepam, Clobazam, dsb.
2) Penatalaksanaan non Farmakologi
a) Makanan
Jadwal makan hendaknya teratur pagi, siang, dan malam serta menu
makanan hendaknya bervariasi, berimbang dan hangat. Sebab,
makanan dingin dapat menurunkan daya tahan atau kekebalan tubuh.
b) Tidur

3
Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan keletihan fisik dan
mental. Tidur lebih awal dan jangan bangun terlalu siang akan
membuat tubuh tampak segar dan sejahtera.
c) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental, tidak perlu lama-lama melakukan kegiatan, bila badan sudah
berkeringat dianggap dapat cukup memadai, dan kemudian mandilah
dengan air hangat.
d) Agama
Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan
seseorang erat kaitannya dengan imunitas atau kekebalan fisik
maupun mental.
e) Rekreasi
Rekreasi bersama keluarga merupakan sarana komunikasi yang
efisien dan efektif untuk menjalin dan mempererat kasih sayang antara
anggota keluarga.
f) Relaksasi
Untuk mengatasi kecemasan dapat digunakan teknik relaksasi yaitu
relaksasi dengan melakukan pijat/pijatan, mendengarkan musik yang
menenangkan, dan menulis catatan harian.
g) Pijat
Jika gejala kecemasan ditemukan, maka dapat dilakukan pemijatan
pada titik-titik akupuntur untuk mengurangi gejala yang dikeluhkan.
g. Penilaian Terhadap Kecemasan
Menurut Hawari (2013), parameter penilaian terhadap tingkat kecemasan
menggunakan Hamilton Rating Scale Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini
mempunyai lima parameter penilaian yaitu :
1) Skor < 14 : tidak ada kecemasan
2) Skor 14-20 : kecemasan ringan
3) Skor 21-27 : kecemasan sedang
4) Skor 28-41: kecemasan berat
5) Skor 42-56 : kecemasan berat sekali.

C. Terapi Komplementer Pada Asuhan Kebidanan Ibu Postpartum Dengan


Kecemasan Menggunakan Terapi Totok Wajah

3
1. Pengertian
Terapi totok merupakan salah satu metode terapi yang berasal dari
Tiongkok. Sistem kerja terapi totok adalah dengan menotok beberapa titik
tertentu pada wajah seperti pelipis dekat mata, garis senyum, dahi atas, tengah
dahi, yang dipercaya dapat membuat wajah dan tubuh akan terasa lebih rileks
sehingga meminimalisir stres dan ketegangan tubuh (Indrawati, 2015).
Totok wajah adalah pemijatan dan penekanan di beberapa titik di wajah.
Proses ini berfungsi untuk mengendurkan sekaligus memelihara bentuk otot-
otot di wajah. (Yao, 2016).
2. Manfaat totok wajah
Indrawati (2015), mengatakan bahwa manfaat terapi totok wajah, antara lain :
a. Merangsang sirkulasi darah, membuat wajah terlihat lebih segar dan bersih.
b. Merangsang regenerasi sel kulit wajah
c. Membuat otot-otot wajah menjadi lebih kenyal
d. Meredakan beberapa keluhan penyakit, seperti sakit kepala, ketegangan, dan
rasa lelah.
3. Waktu melakukan totok wajah
Menurut Indrawati (2015), ibu nifas dapat melakukan terapi totok wajah
mulai hari ke tiga, tetapi pada ibu yang menjalani operasi sesar, sebaiknya ibu
menunggu 1-2 minggu atau setelah luka operasi sembuh. Terapi dapat
dilakukan 1 minggu sekali selama 5-10 menit. Waktu terbaik untuk melakukan
totok adalah malam hari sebelum tidur, agar ibu dapat beristirahat dengan tidur
yang berkualitas. Totok wajah dapat dilakukan oleh ibu sendiri atau dengan
bantuan suami atau keluarga.
4. Titik - titik totok wajah
Sebelum mulai totok wajah, sebaiknya ketahui terlebih dulu titik-titik totok
wajah, yaitu dahi, atas mata, bawah mata, pipi dan dagu

3
5. Cara melakukan Terapi Totok Wajah
Totok wajah dapat dilakukan dengan berbagai cara yang aman, tidak
melukai kulit atau menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pemijatan totok wajah pada ibu nifas, antara
lain :
a. Kebersihan
b. Bagian-bagian yang tidak dapat di pijat seperti kulit wajah yang
hipersensitiv, iritasi kulit, dan penderita inflamasi akut.
c. Pasien dalam keadaan gawat
d. Penderita Diabetes Mellitus
Cara melakukan totok wajah pada ibu nifas:
1) Bersihkan tangan sebelum melakukan totok
2) Olesi telapak tangan dengan minyak zaitun atau yang lain seperti Jasmine
Flower Oil, Rosa Damascena Flower Oil), secukupnya agar terasa licin.
3) Lakukan pengurutan dari bawah mandibulla (dagu) ke atas sampai
zigomatic bone (tulang pipi) dengan kedua tangan dimulai dari sisi kanan,
dilanjutkan pada sisi kiri secara bergantian, lakukan sebanyak 4 kali.
4) Melakukan massase dengan membentuk zigomatic bone (tulang pipi)
dari arah dalam keluar sebanyak 4 kali.

3
5) Lakukan penekanan pada temporalit (pelipis) menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah dengan gerakan memutar sedangkan ibu jari diletakkan pada
os Frontal (dahi) untuk menahan beban
6) Lakukan pengurutan pada bagian frontal (dahi) dengan jempol sebatas
Supracillia (alis) ke atas rambut sebanyak 4 kali, kemudian menekan daerah
anterior fontanel turun 2 cm kemudian tekan hingga mencapai bagian os
fontalis (ubun-ubun)
7) Mengurut bagian os frontal (dahi) ke samping di mulai dari pertengahan titik
yintang keluar. Lakukan sebanyak 8 kali.
8) Lakukan penekanan dengan memutar pada orbital region, sebanyak 7 kali.
9) Kemudian jari turun kebawah menuju mandibulla, lalu tekan dagu samping
(depressor labii inferioris muscle) dilanjutkan totok pada orbicularis oris
muscle, mulut samping, hidung, hidung atas, rahang, tengah kuping atau
pada bagian superficial temporal artery, pelipis dan dahi. Lakukan sebanyak
3 kali.
10) Gosok kedua telapak tangan, kemudian tarik bagian zigomatic dari bagian
bawah mandibulla, lakukan penekanan pada telinga yaitu tekan pada
superficial temporal artery kemudian lakukan pemijatan mengitari daun
telinga
11) Lakukan pemijatan pada kepala dengan ibu jari berada pada bagian atas dahi
dan jari-jari lainnya melingkupi kepala, lakukan pijatan secara memutar
sebanyak 4 kali
12) Lakukan pemijatan pada pundak dari tengah ke samping kemudian tekan
pundak atas ke bawah,
13) Kedua tangan masuk menyangga leher kemudian pijat leher secara
bergantian
14) Pada tahap terakhir melakukan pemijatan pundak dari lengan atas
kearah leher

D. Patofisiologi Totok Wajah Terhadap Kecemasan Ibu Nifas


Gejala kecemasan yang dialami ibu nifas meliputi perasaan cemas,
ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan murung,
gejala somatik (otot), gejala somatik (sensorik), gejala kardiovaskuler, gejala
pernafasan, gejala pencernaan, gejala urogenital, gejala autonom dan penilaian
dari sikap wawancara.

3
Banyak faktor yang menyebabkan kecemasan pada ibu nifas. Salah satu terapi
komplementer untuk mengurangi kecemasan adalah dengan totok wajah. Totok
wajah dapat mengurangi kecemasan, karena terapi ini dapat membantu
melancarkan aliran darah, mengurangi ketegangan otot, dan membantu ibu merasa
lebih rileks. Dengan melakukan terapi totok selama 5-10 menit, yang dilakukan
malam hari sebelum tidur, saat ibu bangun di pagi hari akan merasa rileks dan
bugar karena istirahat dan tidurnya berkualitas.
Totok wajah dapat dilakukan oleh ibu sendiri atau dengan bantuan keluarga
atau suami, sehingga ibu merasa mendapat kasih sayang, perhatian dan
dukungan, yang tentunya akan mengurangi masalah kecemasan selain dari terapi
totok wajah. Menurut penjelasan ilmiah, penurunan keluhan kecemasan ibu nifas
dapat terjadi karena tekanan yang dilakukan dalam totok wajah berguna untuk
mengirim sinyal yang menyeimbangkan sistem saraf atau melepaskan bahan
kimia seperti endorfin yang mengurangi rasa sakit dan stress, membawa
relaksasi dan mendukung proses penyembuhan di semua sistem lain.

E. Hasil Penelusuran Artikel Ilmiah Terkait asuhan Komplementer Totok Wajah


Terhadap Kecemasan Pada Ibu Nifas
Menurut Sumantri dkk (2016), terkait dengan Penurunan Kecemasan Ibu
Nifas Menggunakan Totok Wajah Di Fasilitas Pelayanan Persalinan di wilayah
kecamatan Wonogiri, dengan hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh totok
wajah terhadap penurunan kecemasan ibu nifas dan totok wajah sangat efektif
untuk responden dengan kecemasan ringan.
Yuwati (2015), terkait Pengaruh Perawatan Wajah Melalui Teknik Totok
Wajah Untuk Mendukung Kesehatan Di Putri Kedaton Griya Kecantikan Dan
Spa, dengan hasil penelitiannya bahwa totok wajah dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit dan perawatan kecantikan seseorang.
Sulistyorini, dkk (2019), terkait Efektivitas Kombinasi Terapi Totok Wajah
Dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Kecemasan Ibu Post Partum Dalam
Perawatan Bayi, dengan hasil bahwa terapi totok wajah dengan aromaterapi
lavender memberikan pengaruh yang besar terhadap penurunan skor kecemasan
pada ibu post partum dalam melakukan perawatan bayi yang dialami oleh
responden.
Juariah dan Iwi (2021), terkait Korelasi Totok Wajah pada Ibu Hamil
dengan Acne Vulgaris di Wilayah Kerja Puskesmas Rawalele Kabupaten Subang
tahun 2021, dengan hasil bahwa ada perbedaan rata-rata skor klasifikasi Acne

3
Vulgaris antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan totok wajah. Dengan
kesimpulan bahwa totok wajah dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap Acne vulgaris pada kehamilan.
Widiyanti, dkk (2021), terkait Penyuluhan Dan Pelatihan Totok Wajah
Untuk Mengurangi Kecemasan Ibu Nifas Di Puskesmas Metro Pusat, dengan
hasil terjadi peningkatan pengetahuan ibu nifas tentang masa nifas dan
kecemasan dan manfaat totok wajah, serta ibu nifas memiliki keterampilan
melakukan totok wajah untuk mengurangi kecemasan atau stress pada masa
nifas.
Puteri, dkk (2022), terkait Education About Face Acupressure And Its
Application To Pregnant Women, dengan hasil bahwa setelah diberi edukasi
materi, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi terdapat kenaikan persentase
pengetahuan totok wajah. Ibu hamil antusias menerapkan edukasi tentang totok
wajah dengan mampu menjelaskan dan mempraktekkan secara baik dan benar.
Edukasi telah berhasil diberikan sebagai upaya pemberian pengetahuan,
menambah pemahaman sekaligus penerapan totok wajah secara langsung agar
lebih relaksasi, merawat diri dan janin dalam kandungan.
Menurut Ceria, dkk (2021), terkait Cantik Alami Dengan Totok Wajah,
dengan hasil totok wajah bisa mempercantik secara alami karena dapat
melancarkan peredaran darah dan ada banyak saluran energi yang secara
anatomis merupakan persimpangan penting saraf, vena, arteri, dan ligamen di
wajah di aktifkan dengan gerakan massage dan teknik totok wajah yaitu: di
antara kedua alis di atas tulang hidung, di atas alis, di sisi kepala dan bagian
luar mata, di dalam rongga hidung, di samping hidung, di bawah kedua telinga,
di dahi serta di pelipis dan kepala.
Miraturrofi’ah (2022), terkait Efektifitas Terapi Komplementer Tuina
Akupoin Dan Facial Loving Touch Dalam Meningkatkan Produksi ASI, dengan
hasil kedua intervensi efektif meningkatkan produksi ASI (p-value Grup I =
0.000 < 0.05 & Grup II = 0.000 < 0.05), namun kelompok intervensi Tuina
Akupoint memiliki nilai rata-rata produksi ASI lebih besar yaitu 8.0
dibandingkan kelompok intervensi. Terapi komplementer Tuina Akupoint dapat
dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi ASI.
Lailiyah, dkk (2017), terkait Pengaruh Terapi Totok Wajah Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Ibu Postpartum Dengan Sectio Caesarea Di
RSUD Kota Surakarta, dengan hasil bahwa totok wajah terbukti dapat
menurunkan nyeri pada pasien postpartum dengan sectio caesarea di RSUD

3
Kota Surakarta. Totok wajah terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri
pasien postpartumdengan sectio caesarea.
Anggraini (2022), terkait Efektivitas Kombinasi Totok Wajah Dengan
Musik Klasik Terhadap Depresi, Cemas, Stress, Nyeri Dan Kadar Kortisol Pada
Remaja Dismenore Primer, dengan hasil terdapat penurunan kadar kortisol,
nyeri, depresi, cemas dan stress saat diberikan totok wajah dan musik klasik,
Namun lebih efektif penurunannya jika dikombinasikan antara totok wajah dan
musik klasik.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, Judistiani. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Erlangga

Hartono, Radyanto Iwan. 2012. Akupresur untuk Berbagai Penyakit.


Yogyakarta: Rapha Publising

Hawari, D., 2013, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Indrawati, Eka Dian. 2015. Tampil Cantik dan Sehat dengan Totok. Yogyakarta:
Flashbook

Indriyani, D., Asmuji., Wahyuni, S. (2016). Edukasi Postnatal. yogyakarta:


transmedika.

Janiwarty, B dan Pieter, H.Z (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori
dan Terapannya. Yogyakarta Rapha Publishing. Complement Med
2016;22:903-910.

Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.

Kwan, H. Kartawidjaja. 2010. Totok Aura/ Wajah Meridian 312 Cantik Deep
Beauty. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Marmi. (2016). Intranatal Care : Auhan Kebidanan ada Persalinan.yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In Media

Murwati, Henik Istiqomah. 2014. Pengaruh lama dan frekuensi massage teraphi
ibu nifas terhadap depresi postpartum di wilayah kerja Dinas kabupaten
Klaten. Laporan penelitian. Surakarta: Poltekkes Kemenkes Surakarta (6
November 2017)

Nunung, S, N. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung : PT. Rafika Aditama

3
Padila (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Prawiroharjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Sukanta, P, O. 2008. Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus

Sulistyawati 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta, Salemba


Medika.

Suryaningsih, M., Fatmawati E, dan Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi.


Yogyakarta: Celeban Timur.

Sumantri,dkk. 2016. Penurunan Kecemasan Ibu Nifas Menggunakan Totok


Wajah Di Fasilitas Pelayanan Persalinan. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan
Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

Wahyuni, Elly Dwi. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Wiwiek, W. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Pada Ibu Postseksio Sesarea di Rumah Sakit Unipdu
Medika Jombang, 5 (2)

Yao, Luo Zhong. 2016. Akupresur mandiri estetika wajah dan tubuh. Jakarta:
PT Legacy Utama Kreasindo

Anda mungkin juga menyukai