DISUSUN OLEH :
Sasmika
NIM. P07224316034
1
LEMBAR PENGESAHAN
SASMIKA
NIM. P07224316034
Mengetahui,
Pembimbing Institusi Bidan Koordinator
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Antenatal
Care Terintegrasi. Penyusunan Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan
Timur
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan
Timur
4. Ratna Wati,SST selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini
5. Rusiah Dewi, SST selaku pemilik Lahan Praktek Klinik Ayu Husada
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan
dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini
6. Rusiah Dewi, SST selaku Bidan Koordinator di Puskesmas Sambutan
tempat peneliti melakukan praktek lapangan yang telah memberikan
dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan
material dan moral
9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
2
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga Laporan Komprehensif ini
membawah manfaat bagi pengembangan ilmu.
Sasmika
3
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................5
PENDAHULUAN ...................................................................................................5
BAB II ......................................................................................................................8
1. Pengertian ..................................................................................................8
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah terjadi
penurunan yaitu dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, turun
menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka
ini sudah mendekati sasaran RPJMN 2004-2009 yaitu 226/100.000 KH, dan
diupayakan terus untuk mencapai target pencapaian MDG 102/100.000 KH
pada tahun 2015. Penyebab langsung dari kematian ibu adalah perdarahan
(28%), hipertensi dalam kehamilan (24%), infeksi (11 %), abortus tidakaman
(5%) dan persalinan lama (5%).
Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memilik akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan bila terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga
berencana (Kemenkes RI, 2014).
Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68
persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat
kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97
persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program
keluarga berencana (KB) mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia
(RISKESDAS, 2013).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu
hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir
seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa
5
kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan
kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi
ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali
pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen.
Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%)
dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%)
(RISKESDAS, 2013).
Oleh karenanya perlu intervensi selama kehamilan Indonesia saat ini
menduduki peringkat ke-107 dari 179 negara pada tahun 2007 dalam Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana awalnya lebih
disebabkan oleh tingkat kesehatan, utamanya terhadap stimulasi otak dini
janin dan asupan gizi pada ibu hamil.
Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan
antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK
dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan
pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity
yang ada. Selanjutnya akan menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi
setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar
pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan,
strategi, kegiatan dari program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk
tim pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi
kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan
sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing
program guna mewujudkan Making Pregnancy Safer.
Data K1 dan K4 dari Puskesmas Remaja Samarinda pada tahun 2018
yaitu dari sasaran ibu hamil sebanyak 917 jiwa, tercatat K1 sejumlah 768 jiwa
(83,75%) dan K4 sebanyak 737 jiwa (80,37%)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ibu mempunyai masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan?
6
2. Apakah ibu mendapat pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling?
3. Apakah ibu telah merencanakan persalinannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Deteksi dan antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin
terjadi dalam kehamilan.
2. Pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling yang harus ibu dapatkan
pada kehamilan yaitu nutrisi ibu, IMD dan ASI Eksklusif, perawatan tali
pusat, penggunaan alat kontrasepsi, imunisasi tetanus, pemberian tablet
Fe, pencegahan penyakit malaria dan IMS
3. Persiapan persalinan yang ibu rencanakan bertujuan agar dapat
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan
D. Manfaat Penelitian
1. Menjadi pedoman umum bagi penentu kebijakan di daerah melaksanakan
program pelayanan asuhan antenatal yang terintegrasi.
2. Meningkatkan efektivitas pola kerjasama antar unit atau program yang
akan diintegrasikan dalam model pelayanan asuhan antenatal
terintegrasidi masa mendatang.
3. Meningkatkan efek sinergi dalam rangka mencapai target penurunan
angka kematian ibu dan perinatal melalui berbagai kegiatan intervensi
yang ada dalam model pelayanan asuhan antenatal terintegrasi sesuai
dengan karakteristik kebutuhan dan potensi yang tersedia di daerah atau
fasilitas kesehatan.
4. Menjadi panduan/pedoman bagi pemberi pelayanan dalam melaksanakan
asuhan antenatal terintegrasi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Tujuan Kunjungan
8
d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)
3. Jadwal Kunjungan
9
B. Konsep Dasar Teori
a. Definisi
10
kehamilan, kadar Hb cenderung menurun. Maka dari itu, setiap ibu
hamil diberi 1 tablet Fe per hari selama 3 bulan berturut-turut. Dengan
demikian, kadar Hb ibu hamil diharapkan tetap stabil dalam keadaan
normal.
Selain pemeriksaan Hb, dilakukan juga pengukuran LILA
yang dimaksudkan untuk mendeteksi adanya KEK pada ibu
hamil. Lingkar lengan atas menjadi patokan dalam penentuan
status gizi ibu hamil dikarenakan pertambahan BB ibu
hamil meliputi pertambahan BB ibu, BB janin, air ketuban, dan
penimbunan cairan yang sering terjadi pada ibu hamil, sehingga
pertambahan BB ibu hamil tidak cukup akurat untuk menilai status
gizinya. Adapun penanganan KEK pada ibu hamil adalah dengan
pemberian PMT.
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK
(Infeksi Saluran Kemih)
d. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK
(Infeksi Saluran Kemih) dalam Kehamilan : melakukan skrining
dengan anamnesa terarah dan pemeriksaan fisik dan penunjang bila
tersedia, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada infeksi
berulang.
e. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) : skrining dengan pemeriksaan
Lab dan rapid test, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada
infeksi berulang.
f. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT) : mencegah
penularan HIV pada WUS, mencegah KTD pada ibu yang HIV(+),
PMTCT, pemberian dukungan psikologis pada keluarga yang HIV(+).
g. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK) : melakukan KIE
tentang kesehatan lingkungan, repellent (obat nyamuk) dan
tanaman repellent, pemberian kelambu berinsektisida di daerah
endemis, skrining darah malaria di daerah endemis dan diulang jika
memperlihatkan tanda gejala malaria, dan terapi kina.
11
h. Peningkatan Intelegensia Janin pada Kehamilan (Brain
Booster) : masih dalam pembahasan, dimulai pada usia kehamilan
>20 minggu, pemberian ADIK (Asam folat, DHA, Iodium, dan
Kalsium) pada ibu hamil, dan stimulasi auditorik janin.
i. Penatalaksanaan TB dalam ANC (TB-ANC) : Program
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy)
tanpa Strepsomycin selama 6 – 8 bulan. Program DOTS adalah
dengan pemberian obat-obatan TBC yang terdiri dari : Isoniasid
(INH), Rifamficin, Pirasinamid (untuk BTA), Etambutol (jika
resisten terhadap INH) dan Streptomycin (dapat menembus barier
placenta dan merusak saraf pendengaran janin).
j. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan : kecacingan dalam
kehamilan dapat menimbulkan anemia ibu dan janin, dilakukan
uji feses di daerah yang tinggi angka kecacingannya, kemudian
dilakukan terapi pada ibu yang cacingan setelah trimester
pertama.
(Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016)
12
e. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang ada.
(Kemenkes RI, 2010).
13
1) 20 mgg pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5kg
2) 20 mgg berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.
14
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari
120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/ menit menunjukan
adanya gawat janin.
6) Skrinning dan Pemberian Imunisasi TT (T6)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
1) Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8
bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap
2) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana
biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan
Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah
diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling
sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada
saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu
kemudian).
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4
minggu. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
15
e. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen Interval Lama perlindungan % Perlindungan
Pada kunjungan -
TT 1 -
antenatal pertama
4 minggu setelah 3 tahun
TT 2 80
TT1
6 bulan setelah 5 tahun
TT 3 95
TT2
1 tahun setelah 10 tahun
TT 4 99
TT3
1 tahun setelah 25 tahun/seumur
TT 5 99
TT4 hidup
Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
7) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T7)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat
yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat
besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah
yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan
dan perkembangan janin.
16
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama
kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah
salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil. Ibu hamil
dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11 gr %.
Bahaya anemia pada ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada
keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya
(Wibisono, Hermawan,dkk 2009).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk
anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak
mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin
terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi
dalam tubuh (Wibisono,Hermawan dkk,2009). Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai
berikut:
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Dalam pemeriksaan HbSAg pada ibu hamil, Inveksi hepatitis B
(HBV) dapat berakibat pada keadaan kronis atau carier, dengan
peningkatan resiko untuk hepatitis aktif kronis, penyakit hati kronis,
sirosis hati, dan karsinoma hepatoseluler (Varney, Helen dkk. 2009).
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada ibu dengan hepatitis saat
hamil adalah batu empedu, yang sering menimbulkan penyakit kuning
17
selama kehamilan. Ini terjadi pada 6% dari semua kehamilan,
sebagian karena perubahan garam empedu selama kehamilan. Selain
itu, kantung empedu mengosongkan diri lebih lambat selama
kehamilan, yang berarti cairan empedu menggenang lebih lama di hati
dan risiko batu empedu pun naik.
18
bisa diberikan saat itu, vaksin harus diberikan dalam waktu 2 bulan
setelah kelahiran. Bayi yang diberi vaksin serta HBIG memiliki lebih
dari 90% peluang untuk terlindungi dari infeksi hepatitis B seumur
hidupnya.Jika bayi baru lahir Anda tidak menerima dosis HBIG di 12
jam pertama setelah kelahirannya, Anda harus memastikan bahwa ia
akan menerimanya saat berusia satu bulan. Dosis vaksin ketiga harus
diterima bayi Anda pada usia enam bulan untuk memastikan
perlindungan sepenuhnya. Ia juga akan ditawarkan dosis booster
dengan vaksinasi pra-sekolah pada sekitar usia 3 tahun dan 4
bulan. Ketiga suntikan HBV diperlukan untuk perlindungan seumur
hidup.
19
2. Konsep Dasar Teori Kekurangan Energi Kronis (KEK) Kehamilan
a. Definisi
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA < 23,5 cm
(Depkes RI,2012).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dan
Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang
kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis (WHO, 2011). KEK
adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energy (Departemen Gizi dan
Kesmas FKMUI, 2010). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah
keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori
dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.
b. Etiologi
Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dilatar belakangi oleh
kehamilan dengan satu atau lebih keadaan “4 Terlalu”, yaitu :
1. Terlalu muda (usia < 20 tahun)
2. Terlalu tua (usia > 45 tahun)
3. Terlalu sering (jarak antara kelahira < 2 tahun)
4. Terlalu banyak (jumlab anak > 3 orang)
Selain itu ada pula faktor lainnya yang dapat menyebabkan KEK,
antara lain :
1. Faktor Sosial Ekonomi
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang
20
berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain
semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari
penghasil tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa
jenis makanan lainnya.
b) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena
dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c) Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umunya
mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi
sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak
mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat
penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2010)
d) Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada
umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada
kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/hari. Jika ibu
tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dan
sebagainya, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga
baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
2. Faktor Biologis
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2012: 3). Karena pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi
21
selama kehamilan (Soetjiningsih, 2011: 96). Sehingga usia yang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun,
sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
keluarga dapa t mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih
dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih
tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun (Manuaba, 2010).
c) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable). (Mochtar, 2011). Paritas
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah
melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas
viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada
waktu lahir.
- Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
- Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mencapai
batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun/kehamilan yang
terlalu sering dapat menyebakan gizi kurang karena dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi
belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2010).
d) Berat Badan Saat Hamil
Berat badan pada trimester ke-2 dan ke-3 pada ibu hamil
dengan gizi baik dianjurkan 0,4kg perminggu, sedangkan pada
22
ibu hamil dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan masing-
masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg perminggu (Sarwono, 2013).
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat
badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk
menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar
kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju
pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu
kekurangan gizi pertambahannyahanya 7-8 kg dengan akibat
akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Erna, dkk,
2010).
c. Patofisiologi
Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh
akan energi tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi
yang lebih besar dari kebutuhan energi individu normal. Hal ini
dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan
energi untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya.
Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energi pada ibu hamil kurang
dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu, tetapi
juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus menerus, maka
tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein amino yang
digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama
energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.
23
d. Manifestasi Klinik
Ibu dengan KEK adalah ibu dengan salah satu tanda atau beberapa tanda dan
gejala berikut (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 2, 2012) :
1. Lingkar lengan atas sebelah kiri < 23,5 cm
2. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
3. Tinggi badan ibu < 145 cm
4. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
5. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
6. Ibu menderita anemia (HB < 11 gr%)
7. Kurang cekatan dalam bekerja
8. Sering terlihat lemah, letih, lesu dan lunglai
9. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara premature atau jika
lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya
rendah atau < 2.500 gram.
e. Komplikasi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat menyebabkan
resiko dan komplikasi (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 2,
2012) antara lain :
1. Pada ibu
a. Ibu lemah dan kurang nafsu makan
b. Perdarahan pada masa kehamilan
c. Anemia
d. Kemungkinan terjadi infeksi semakin tinggi
2. Pada waktu persalinan
a. Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama
b. Persalinan sebelum waktunya (premature)
c. Perdarahan postpartum
d. Persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat
3. Pada janin
24
a. Keguguran (abortus)
b. Bayi lahir mati
c. Cacat bawaan
d. Keadaan umum dan kesehatan bayi baru lahir kurang
e. Anemia pada bayi
f. Asfiksia intra partum
g. BBLR
4. Pada ibu menyusui
a. Produksi/volume ASI berkurang
b. Anemia
c. Kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi
d. Ibu lemah dan kurang nafsu makan
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ibu hamil dengan dengan KEK menurut Depkes RI
(2012) yaitu dengan cara penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dimana PMT yang dimaksudkan adalah berupa makanan tambahan
bukan sebagai pengganti makanan utama sehari hari.
Makanan tambahan pemulihan ibu hamil dengan KEK adalah makanan
bergizi yang diperuntukan bagi ibu hamil sebagai makanan tambahan untuk
pemulihan gizi, mkanan tambahan ibu hamil diutamakan berupa sumber
protein hewani maupun nabati misalnya seperti ikan, telur, daging, ayam,
kacang-kacangan dan hasil olahan seperti temped an tahu. Makanan
tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut, berbasis
makanan lokal dapat diberikan makanan keluarga atau makanan kudapan
lainnya.
Adapun Penatalakasanaan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis
menurut para ahli lainnya, yaitu :
25
1. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
a. Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan
merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan
janin dan tubuhnya sendiri (Notoadmojo, 2008).
Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan
selama hamil harus mendapat tambahan protein, mineral dan energi
(chinue, 2011).
PORSI
BAHAN JENIS
HIDANGAN
MAKANAN HIDANGAN
SEHARI
Nasi 6 porsi Makan pagi
Sayuran 3 mangkok Nasi, 1,5 porsi
(150gr)
Buah 4 potong Ikan/daging 1
potong sedang
(40gr)
Tempe 3 potong Sayur 1 mangkok
Daging 3 potong Buah 1 potong
Susu 2 gelas Selingan
Minyak 5 sendok teh Selingan
Gula 2 sendok teh Susu 1 gelas dan
buah 1 potong
sedang.
Makan siang :
Nasi 3 porsi
(300gr)
Lauk, sayur dan
buah sama dengan
pagi.
26
Selingan :
Susu 1 gelas dan
buah 1 potong
sedang
Makan malam :
Nasi 2,5 porsi
(250gr)
Lauk, buah dan
sayur sama dengan
pagi/siang
Selingan :
Susu 1 gelas
27
b. Cara mengolah makanan menurut Proverawati (2011)
- Jangan terlalu lama menyimpan makanan
- Sayuran segara dihabiskan setelah diolah
- Susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena dapat
menyebabkan hilangnya vitamin B.
- Jangan member garam pada ikan atau daging sebelum dimasak
- Makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak jangan
terlalu panas
3. Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu dilakukan
(Saifuddin,2013) adalah :
a. Rujuk untuk konsultasi
b. Perencanaan sasuai kondisi ibu hamil
c. Minum tablet zat besi atau tambah darah. Ibu hamil setiap hari harus
minum satu tablet tambah darah (60 mg) selama 90 hari mulai minggu
ke-20.
4. Periksa kehamilan secara teratur.
Setiap wanita hamil mengadapi komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya secara teratur
kepada tenaga kesehatan agar resiko pada waktu melahirkan dapat
dikurangi. Pelayanan prenatal yang dilakukan adalah minimal Antenatal
Care 4 kali dengan ditambah kunjungan rumah bila ada komplikasi oleh
bidan.
28
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan Utama
29
lebih tegang dari biasanya dan mengalami sering kencing (Mochtar,
2011)
kanker payudara.
isoimunisasi
30
Riwayat pembedahan : Seksio Cesaria
(Mochtar, 2011)
asma)
5. Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 + 7 hari
31
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia
2008)
6. Riwayat Obstetrik
N Abnor
sua Ana U Jeni BB/ Laktas
o Peny Pnlg Tmpt Peny JK H M malita Peny
mi k K s PB i
s
7. Riwayat Kontrasepsi
(HPHT).
32
2. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
3. Pemeriksaan kehamilan
5. Imunisasi
Pola Keterangan
Nutrisi Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300
Eliminasi Biasanya BAK sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
Istirahat Sebaiknya tidur 1-2 jam lebih lama dari biasnya saat malam
(Eisenberg, 2005).
Aktivitas Namun pada saat hamil ibu akan mengalami mudah lelah karena
Personal - Kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
33
Hygiene mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis.
Seksualitas - Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu yang
2009).
pernikahan sah/tidak
34
i. Najman dalam Salmah (2006) menyatakan bahwa kehamilan yang
maupun janinnya.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
35
a. Klien yang menurut kategori BMI berada pada rentang obesitas
Cooper, 2009)
Kategori BMI Kg Lb
(Varney, 2008)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
36
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak
polip, tidak tampak peradangan (Tambunan dkk, 2011).
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis, geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak pembesaran
tonsil (Tambunan dkk, 2011; Uliyah dkk, 2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret (Tambunan
dkk, 2011; Uliyah dkk, 2008).
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring, tidak
tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
(Prawirohardjo, 2009; Tambunan dkk, 2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan, 2011).
Payudara : Tampak perubahan warna pada aerola dan mengalami
hiperpigmentasi (Dewi dan Tri Sunarsih, 2010).
Abdomen : Tampak linea alba yang membentang dari simpisis
(Prawirohardjo, 2009)
37
Anus : tidak ada hemoroid
Palpasi
(Prawirohardjo, 2009).
(Prawirohardjo, 2009).
(Prawirohardjo, 2009).
2009).
2009).
melenting
38
Leopold II : Teraba bagian panjang dan keras seperti
digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
Sunarsih, 2010).
2010).
Auskultasi
Dada :
39
Abdomen : Bising peristaltik usus : 5 – 35 x/menit (Varney,
2008)
Perkusi
3. Pemeriksaan Khusus
40
Pemeriksaan panggul : Keadaan panggul terutama
4. Pemeriksaan Penunjang
akurat bagi seorang wanita terlambat haid karena tes ini sensiti
antenatal. (Varney,2008)
Pemeriksaan USG :
Diagnosis :
41
janin tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin.
G : Gravida
p : premature
a : abortus
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.
42
V. INTERVENSI
diidentifikasi.
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya (Dewi dan Tri Sunarsih,
2010).
43
Rasional: Pada saat hamil, ibu akan mengalami mudah lelah karena
dikurangi.
44
VI. IMPLEMENTASI
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
VII. EVALUASI
bentuk SOAP.
45
BAB III
TINJAUAN KASUS
46
DAFTAR PUSTAKA
Nurjasmi, E., & Dkk (Eds.). (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Seksi Gizi Subdir Bina Yankes, 2009. Mencegah Ibu Hamil Kurang Energi
Kronis (KEK) dengan gizi seimbang.