Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TERINTEGRASI


DI PUSKESMAS SAMBUTAN SAMARINDA

DISUSUN OLEH :
Sasmika
NIM. P07224316034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN FISIOLOGIS TERINTEGRASI


Asuhan kebidanan pada Ny ”A” umur 29 tahun GIIIP2002 usia kehamilan 6 Minggu
2 hari telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing
institusi di Puskesmas Sambutan Samarinda

Samarinda, Agustus 2019


Mahasiswa,

SASMIKA
NIM. P07224316034

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Bidan Koordinator

Ratna Wati, SST Rusiah Dewi, SST


NIP. NIP.

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Antenatal
Care Terintegrasi. Penyusunan Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan
Timur
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan
Timur
4. Ratna Wati,SST selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini
5. Rusiah Dewi, SST selaku pemilik Lahan Praktek Klinik Ayu Husada
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan
dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini
6. Rusiah Dewi, SST selaku Bidan Koordinator di Puskesmas Sambutan
tempat peneliti melakukan praktek lapangan yang telah memberikan
dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan
material dan moral
9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

2
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga Laporan Komprehensif ini
membawah manfaat bagi pengembangan ilmu.

Samarinda, Agustus 2019


Penulis

Sasmika

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................1

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................4

BAB I .......................................................................................................................5

PENDAHULUAN ...................................................................................................5

A. Latar Belakang ..............................................................................................5

B. Rumusan Masalah .........................................................................................6

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................7

BAB II ......................................................................................................................8

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................8

A. ANC (Ante Natal Care) ................................................................................8

1. Pengertian ..................................................................................................8

2. Tujuan Kunjungan .....................................................................................8

3. Jadwal Kunjungan .....................................................................................9

B. Konsep Dasar Teori ....................................................................................10

1. Konsep Dasar Teori Antenatal Terintegrasi ............................................10

2. Konsep Dasar Teori Kekurangan Energi Kronis (KEK) Kehamilan ......20

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester I ....29

BAB III ..................................................................................................................46

TINJAUAN KASUS ..............................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................v

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah terjadi
penurunan yaitu dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, turun
menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka
ini sudah mendekati sasaran RPJMN 2004-2009 yaitu 226/100.000 KH, dan
diupayakan terus untuk mencapai target pencapaian MDG 102/100.000 KH
pada tahun 2015. Penyebab langsung dari kematian ibu adalah perdarahan
(28%), hipertensi dalam kehamilan (24%), infeksi (11 %), abortus tidakaman
(5%) dan persalinan lama (5%).
Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memilik akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan bila terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga
berencana (Kemenkes RI, 2014).
Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68
persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat
kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97
persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program
keluarga berencana (KB) mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia
(RISKESDAS, 2013).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu
hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir
seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa

5
kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan
kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi
ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali
pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen.
Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%)
dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%)
(RISKESDAS, 2013).
Oleh karenanya perlu intervensi selama kehamilan Indonesia saat ini
menduduki peringkat ke-107 dari 179 negara pada tahun 2007 dalam Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana awalnya lebih
disebabkan oleh tingkat kesehatan, utamanya terhadap stimulasi otak dini
janin dan asupan gizi pada ibu hamil.
Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan
antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK
dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan
pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity
yang ada. Selanjutnya akan menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi
setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar
pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan,
strategi, kegiatan dari program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk
tim pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi
kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan
sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing
program guna mewujudkan Making Pregnancy Safer.
Data K1 dan K4 dari Puskesmas Remaja Samarinda pada tahun 2018
yaitu dari sasaran ibu hamil sebanyak 917 jiwa, tercatat K1 sejumlah 768 jiwa
(83,75%) dan K4 sebanyak 737 jiwa (80,37%)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ibu mempunyai masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan?

6
2. Apakah ibu mendapat pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling?
3. Apakah ibu telah merencanakan persalinannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Deteksi dan antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin
terjadi dalam kehamilan.
2. Pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling yang harus ibu dapatkan
pada kehamilan yaitu nutrisi ibu, IMD dan ASI Eksklusif, perawatan tali
pusat, penggunaan alat kontrasepsi, imunisasi tetanus, pemberian tablet
Fe, pencegahan penyakit malaria dan IMS
3. Persiapan persalinan yang ibu rencanakan bertujuan agar dapat
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan

D. Manfaat Penelitian
1. Menjadi pedoman umum bagi penentu kebijakan di daerah melaksanakan
program pelayanan asuhan antenatal yang terintegrasi.
2. Meningkatkan efektivitas pola kerjasama antar unit atau program yang
akan diintegrasikan dalam model pelayanan asuhan antenatal
terintegrasidi masa mendatang.
3. Meningkatkan efek sinergi dalam rangka mencapai target penurunan
angka kematian ibu dan perinatal melalui berbagai kegiatan intervensi
yang ada dalam model pelayanan asuhan antenatal terintegrasi sesuai
dengan karakteristik kebutuhan dan potensi yang tersedia di daerah atau
fasilitas kesehatan.
4. Menjadi panduan/pedoman bagi pemberi pelayanan dalam melaksanakan
asuhan antenatal terintegrasi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANC (Ante Natal Care)

1. Pengertian

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil


untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah
ibu hamil normal atau bermasalah. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &
Susilawati, 2013).
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pelayanan Antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi
sedini mungkin serta ditangani secara memadai.

2. Tujuan Kunjungan

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.

8
d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)

3. Jadwal Kunjungan

Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya


terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan setiap 6
minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2
minggu dan sesudah 36 minggu.
Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
a. Satu kali pada trimester pertama
b. Satu kali pada trimester kedua
c. Dua kali pada trimester ketiga.
(Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan,persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post
partum sehat dannormal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan
antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna
meningkatkan kualitaspelayanan antenatal.

9
B. Konsep Dasar Teori

1. Konsep Dasar Teori Antenatal Terintegrasi

a. Definisi

Pelayanan Antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal


rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai
prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.
Tujuan ANC terintegrasi adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, menjalani kehamilan yang
sehat, bersalin dengan selamat (well health mother), dan bayinya lahir sehat
(well born baby).
Agar ibu dapat menjalani kehamilan yang sehat, pada saat pelayanan
antenatal dilakukan skrining untuk mendeteksi secara dini risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi. Setelah ditemukan risiko atau komplikasi
yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janinnya, segera dilakukan
penanganan baik itu berupa asuhan mandiri, kolaborasi maupun rujukan
dengan mempertahankan kondisi ibu dan janin tetap dalam keadaan optimal.
Dengan demikian, tujuan akan well born baby dan well health mother dapat
tercapai (Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016).

b. ANC terintegrasi terdiri dari :

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) : dilakukan


dengan pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS),
baik pada catin ataupun pada ibu hamil.
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika) : dilakukan
dengan pemeriksaan Hb rutin pada ibu hamil, yaitu 2 kali selama
kehamilan, pada trimester pertama dan trimester kedua. Hal ini
dilakukan untuk mendeteksi anemia dalam kehamilan terkait
dengan peristiwa haemodilusi dalam kehamilan. Semakin tua usia

10
kehamilan, kadar Hb cenderung menurun. Maka dari itu, setiap ibu
hamil diberi 1 tablet Fe per hari selama 3 bulan berturut-turut. Dengan
demikian, kadar Hb ibu hamil diharapkan tetap stabil dalam keadaan
normal.
Selain pemeriksaan Hb, dilakukan juga pengukuran LILA
yang dimaksudkan untuk mendeteksi adanya KEK pada ibu
hamil. Lingkar lengan atas menjadi patokan dalam penentuan
status gizi ibu hamil dikarenakan pertambahan BB ibu
hamil meliputi pertambahan BB ibu, BB janin, air ketuban, dan
penimbunan cairan yang sering terjadi pada ibu hamil, sehingga
pertambahan BB ibu hamil tidak cukup akurat untuk menilai status
gizinya. Adapun penanganan KEK pada ibu hamil adalah dengan
pemberian PMT.
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK
(Infeksi Saluran Kemih)
d. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK
(Infeksi Saluran Kemih) dalam Kehamilan : melakukan skrining
dengan anamnesa terarah dan pemeriksaan fisik dan penunjang bila
tersedia, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada infeksi
berulang.
e. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) : skrining dengan pemeriksaan
Lab dan rapid test, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada
infeksi berulang.
f. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT) : mencegah
penularan HIV pada WUS, mencegah KTD pada ibu yang HIV(+),
PMTCT, pemberian dukungan psikologis pada keluarga yang HIV(+).
g. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK) : melakukan KIE
tentang kesehatan lingkungan, repellent (obat nyamuk) dan
tanaman repellent, pemberian kelambu berinsektisida di daerah
endemis, skrining darah malaria di daerah endemis dan diulang jika
memperlihatkan tanda gejala malaria, dan terapi kina.

11
h. Peningkatan Intelegensia Janin pada Kehamilan (Brain
Booster) : masih dalam pembahasan, dimulai pada usia kehamilan
>20 minggu, pemberian ADIK (Asam folat, DHA, Iodium, dan
Kalsium) pada ibu hamil, dan stimulasi auditorik janin.
i. Penatalaksanaan TB dalam ANC (TB-ANC) : Program
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy)
tanpa Strepsomycin selama 6 – 8 bulan. Program DOTS adalah
dengan pemberian obat-obatan TBC yang terdiri dari : Isoniasid
(INH), Rifamficin, Pirasinamid (untuk BTA), Etambutol (jika
resisten terhadap INH) dan Streptomycin (dapat menembus barier
placenta dan merusak saraf pendengaran janin).
j. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan : kecacingan dalam
kehamilan dapat menimbulkan anemia ibu dan janin, dilakukan
uji feses di daerah yang tinggi angka kecacingannya, kemudian
dilakukan terapi pada ibu yang cacingan setelah trimester
pertama.
(Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016)

c. Pelayanan Antenatal Terpadu

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif


dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Tujuan umum adalah : untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat,bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif danberkualitas, termasuk
konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,konseling KB dan pemberian ASI.
b. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
c. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
d. Melakukan intervensi terhadap kelainan /penyakit / gangguan pada ibu hamil sedini
mungkin.

12
e. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang ada.
(Kemenkes RI, 2010).

d. Standar Asuhan Antenatal

Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "10T".

1) Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan ( T1 )

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum


hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13, 9
kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk
ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu
sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara
tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung
IMT anda yakni :

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2


Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber : (Prawirohadjo, 2013)
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan
bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III
perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4
kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks
masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan
optimal, yaitu:

13
1) 20 mgg pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5kg
2) 20 mgg berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.

(Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi


faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul.
2) Ukur Tekanan Darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar
normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 -
120/80 mmHg.
3) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas-LILA) (T3)
Pelayanan antenatal 10 T yang berkualitas, meliputi juga
pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK.
Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan
hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid
terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang
normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan
dalam HPHT.
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin/DJJ (T5)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. pemeriksaan ini

14
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari
120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/ menit menunjukan
adanya gawat janin.
6) Skrinning dan Pemberian Imunisasi TT (T6)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
1) Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8
bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap
2) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana
biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan
Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah
diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling
sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada
saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu
kemudian).
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4
minggu. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)

15
e. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen Interval Lama perlindungan % Perlindungan
Pada kunjungan -
TT 1 -
antenatal pertama
4 minggu setelah 3 tahun
TT 2 80
TT1
6 bulan setelah 5 tahun
TT 3 95
TT2
1 tahun setelah 10 tahun
TT 4 99
TT3
1 tahun setelah 25 tahun/seumur
TT 5 99
TT4 hidup
Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
7) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T7)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat
yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat
besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah
yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan
dan perkembangan janin.

8) Pemeriksaan Laboratorium (T8)


Pelayanan antenatal 10 T yang berkualitas, juga termasuk
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan
laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin
darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi (malaria,
HIV dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah

16
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama
kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah
salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil. Ibu hamil
dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11 gr %.
Bahaya anemia pada ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada
keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya
(Wibisono, Hermawan,dkk 2009).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk
anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak
mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin
terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi
dalam tubuh (Wibisono,Hermawan dkk,2009). Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai
berikut:
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Dalam pemeriksaan HbSAg pada ibu hamil, Inveksi hepatitis B
(HBV) dapat berakibat pada keadaan kronis atau carier, dengan
peningkatan resiko untuk hepatitis aktif kronis, penyakit hati kronis,
sirosis hati, dan karsinoma hepatoseluler (Varney, Helen dkk. 2009).
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada ibu dengan hepatitis saat
hamil adalah batu empedu, yang sering menimbulkan penyakit kuning

17
selama kehamilan. Ini terjadi pada 6% dari semua kehamilan,
sebagian karena perubahan garam empedu selama kehamilan. Selain
itu, kantung empedu mengosongkan diri lebih lambat selama
kehamilan, yang berarti cairan empedu menggenang lebih lama di hati
dan risiko batu empedu pun naik.

Penderita hepatitis B saat hamil, diperkirakan lebih rentan


mengalami ketuban pecah dini, diabetes gestasional, dan/atau
mengalami perdarahan berat pada akhir kehamilan. Ada juga
peningkatan risiko komplikasi persalinan seperti plasenta
abrupsio dan kematian bayi saat lahir. (dr.Yusra Firdaus dala Ajeng
Quamila, 2017).
Sembilan dari sepuluh bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
Hepatitis B akan menjadi carier seumur hidup bila tidak mendapat
imunisasi. Ada beberapa peningkatan risiko tertentu saat persalinan,
seperti bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat rendah (BBLR),
atau kelainan anatomi dan fungsi tubuh bayi (terutama pada infeksi
hepatitis B kronis).Risiko lainnya adalah bayi Anda bisa terinfeksi
saat lahir. Bayi mungkin terinfeksi hepatitis B saat lahir jika ibu
positif memiliki virusnya. Biasanya, penyakit ini diteruskan ke anak
yang terkena paparan darah dan cairan vagina ibu selama proses
persalinan (dr.Yusra Firdaus dala Ajeng Quamila, 2017). Satu dari
empat bayi akan meninggal karena gangguan hati di massa dewasa,
sedang 19 dari 20 bayi yang mendapat imunisasi akan mendapat
perlindungan seumur hidup (Fadlun, 2012).
Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan agar semua bayi menerima vaksin, terlepas dari
kondisinya.

Jika bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis, Immunoglobulin


HBIG juga akan diberikan dalam 12 jam pertama kelahiran sebagai
“amunisi” tambahan untuk mencegah hepatitis pada bayi.Jika tidak

18
bisa diberikan saat itu, vaksin harus diberikan dalam waktu 2 bulan
setelah kelahiran. Bayi yang diberi vaksin serta HBIG memiliki lebih
dari 90% peluang untuk terlindungi dari infeksi hepatitis B seumur
hidupnya.Jika bayi baru lahir Anda tidak menerima dosis HBIG di 12
jam pertama setelah kelahirannya, Anda harus memastikan bahwa ia
akan menerimanya saat berusia satu bulan. Dosis vaksin ketiga harus
diterima bayi Anda pada usia enam bulan untuk memastikan
perlindungan sepenuhnya. Ia juga akan ditawarkan dosis booster
dengan vaksinasi pra-sekolah pada sekitar usia 3 tahun dan 4
bulan. Ketiga suntikan HBV diperlukan untuk perlindungan seumur
hidup.

9) Tatalaksana Kasus (T9)


Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus kasus yang tidak dapat ditangani di rujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
10) Temu wicara / Konseling (T10)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal yang meliputi :
1) Kesehatan Ibu
2) Perilaku hidup bersih dan sehat.
3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan.
(Kemenkes RI, 2010)

19
2. Konsep Dasar Teori Kekurangan Energi Kronis (KEK) Kehamilan

a. Definisi
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA < 23,5 cm
(Depkes RI,2012).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dan
Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang
kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis (WHO, 2011). KEK
adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energy (Departemen Gizi dan
Kesmas FKMUI, 2010). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah
keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori
dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.

b. Etiologi
Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dilatar belakangi oleh
kehamilan dengan satu atau lebih keadaan “4 Terlalu”, yaitu :
1. Terlalu muda (usia < 20 tahun)
2. Terlalu tua (usia > 45 tahun)
3. Terlalu sering (jarak antara kelahira < 2 tahun)
4. Terlalu banyak (jumlab anak > 3 orang)
Selain itu ada pula faktor lainnya yang dapat menyebabkan KEK,
antara lain :
1. Faktor Sosial Ekonomi
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang

20
berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain
semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari
penghasil tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa
jenis makanan lainnya.
b) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena
dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c) Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umunya
mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi
sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak
mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat
penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2010)
d) Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada
umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada
kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/hari. Jika ibu
tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dan
sebagainya, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga
baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
2. Faktor Biologis
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2012: 3). Karena pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi

21
selama kehamilan (Soetjiningsih, 2011: 96). Sehingga usia yang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun,
sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
keluarga dapa t mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih
dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih
tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun (Manuaba, 2010).
c) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable). (Mochtar, 2011). Paritas
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah
melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas
viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada
waktu lahir.
- Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
- Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mencapai
batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun/kehamilan yang
terlalu sering dapat menyebakan gizi kurang karena dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi
belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2010).
d) Berat Badan Saat Hamil
Berat badan pada trimester ke-2 dan ke-3 pada ibu hamil
dengan gizi baik dianjurkan 0,4kg perminggu, sedangkan pada

22
ibu hamil dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan masing-
masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg perminggu (Sarwono, 2013).
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat
badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk
menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar
kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju
pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu
kekurangan gizi pertambahannyahanya 7-8 kg dengan akibat
akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Erna, dkk,
2010).

c. Patofisiologi
Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh
akan energi tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi
yang lebih besar dari kebutuhan energi individu normal. Hal ini
dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan
energi untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya.
Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energi pada ibu hamil kurang
dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu, tetapi
juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus menerus, maka
tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein amino yang
digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama
energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.

23
d. Manifestasi Klinik
Ibu dengan KEK adalah ibu dengan salah satu tanda atau beberapa tanda dan
gejala berikut (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 2, 2012) :
1. Lingkar lengan atas sebelah kiri < 23,5 cm
2. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
3. Tinggi badan ibu < 145 cm
4. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
5. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
6. Ibu menderita anemia (HB < 11 gr%)
7. Kurang cekatan dalam bekerja
8. Sering terlihat lemah, letih, lesu dan lunglai
9. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara premature atau jika
lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya
rendah atau < 2.500 gram.

e. Komplikasi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat menyebabkan
resiko dan komplikasi (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 2,
2012) antara lain :
1. Pada ibu
a. Ibu lemah dan kurang nafsu makan
b. Perdarahan pada masa kehamilan
c. Anemia
d. Kemungkinan terjadi infeksi semakin tinggi
2. Pada waktu persalinan
a. Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama
b. Persalinan sebelum waktunya (premature)
c. Perdarahan postpartum
d. Persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat
3. Pada janin

24
a. Keguguran (abortus)
b. Bayi lahir mati
c. Cacat bawaan
d. Keadaan umum dan kesehatan bayi baru lahir kurang
e. Anemia pada bayi
f. Asfiksia intra partum
g. BBLR
4. Pada ibu menyusui
a. Produksi/volume ASI berkurang
b. Anemia
c. Kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi
d. Ibu lemah dan kurang nafsu makan

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ibu hamil dengan dengan KEK menurut Depkes RI
(2012) yaitu dengan cara penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dimana PMT yang dimaksudkan adalah berupa makanan tambahan
bukan sebagai pengganti makanan utama sehari hari.
Makanan tambahan pemulihan ibu hamil dengan KEK adalah makanan
bergizi yang diperuntukan bagi ibu hamil sebagai makanan tambahan untuk
pemulihan gizi, mkanan tambahan ibu hamil diutamakan berupa sumber
protein hewani maupun nabati misalnya seperti ikan, telur, daging, ayam,
kacang-kacangan dan hasil olahan seperti temped an tahu. Makanan
tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut, berbasis
makanan lokal dapat diberikan makanan keluarga atau makanan kudapan
lainnya.
Adapun Penatalakasanaan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis
menurut para ahli lainnya, yaitu :

25
1. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
a. Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan
merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan
janin dan tubuhnya sendiri (Notoadmojo, 2008).
Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan
selama hamil harus mendapat tambahan protein, mineral dan energi
(chinue, 2011).
PORSI
BAHAN JENIS
HIDANGAN
MAKANAN HIDANGAN
SEHARI
Nasi 6 porsi Makan pagi
Sayuran 3 mangkok Nasi, 1,5 porsi
(150gr)
Buah 4 potong Ikan/daging 1
potong sedang
(40gr)
Tempe 3 potong Sayur 1 mangkok
Daging 3 potong Buah 1 potong
Susu 2 gelas Selingan
Minyak 5 sendok teh Selingan
Gula 2 sendok teh Susu 1 gelas dan
buah 1 potong
sedang.
Makan siang :
Nasi 3 porsi
(300gr)
Lauk, sayur dan
buah sama dengan
pagi.

26
Selingan :
Susu 1 gelas dan
buah 1 potong
sedang
Makan malam :
Nasi 2,5 porsi
(250gr)
Lauk, buah dan
sayur sama dengan
pagi/siang
Selingan :
Susu 1 gelas

b. Istirahat lebih banyak


Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara mengurangi
kegiatan yang melelahkan siang 4 jam/hari, malam 8 jam/hari (Wiryo,
2012).
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT yaitu pemberian tambahan makanan disamping makanan yang
dimakan sehari-hari untuk mencegah kekurangan energi kronis (Chinue,
2010). Pemberian PMT untuk memenuhi kalori dan protein, serta variasi
menu dalam bentuk makanan. Pemenuhan kalori yang harus diberikan
dalam program PMT untuk ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis
sebesar 600-700 kalori dan protein 15-20 mg (Nurpudji, 2011).
a. Contoh makanan antara lain :
- Susu ibu hamil
- Makanan tinggi protein, contoh susu, roti dan biji-bijian.
- Buah dan sayur yang kaya vitamin C
- Sayuran berwarna hijau tua, buah dan sayuran lainnya (Nanin Jaja,
2014).

27
b. Cara mengolah makanan menurut Proverawati (2011)
- Jangan terlalu lama menyimpan makanan
- Sayuran segara dihabiskan setelah diolah
- Susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena dapat
menyebabkan hilangnya vitamin B.
- Jangan member garam pada ikan atau daging sebelum dimasak
- Makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak jangan
terlalu panas
3. Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu dilakukan
(Saifuddin,2013) adalah :
a. Rujuk untuk konsultasi
b. Perencanaan sasuai kondisi ibu hamil
c. Minum tablet zat besi atau tambah darah. Ibu hamil setiap hari harus
minum satu tablet tambah darah (60 mg) selama 90 hari mulai minggu
ke-20.
4. Periksa kehamilan secara teratur.
Setiap wanita hamil mengadapi komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya secara teratur
kepada tenaga kesehatan agar resiko pada waktu melahirkan dapat
dikurangi. Pelayanan prenatal yang dilakukan adalah minimal Antenatal
Care 4 kali dengan ditambah kunjungan rumah bila ada komplikasi oleh
bidan.

28
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester

I. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian :

Waktu pengkajian :

Nama pengkaji :

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama : Nama Suami :

Umur : usia <18 tahun dan >35 tahu n Umur :

memerlukan pengawasan antenatal

tambahan (Fraser and Cooper, 2009).

Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :

Agama : Agama :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat :

2. Keluhan Utama

Umumnya klien merasakan mual dan muntah pada pagi hari.

Terkadang ibu mengalami ngidam dan tidak suka mencium makanan

yang menyengat. Ibu juga mengeluh mudah lelah, payudara menjadi

29
lebih tegang dari biasanya dan mengalami sering kencing (Mochtar,

2011)

3. Riwayat Kesehatan Klien

Mengkaji riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita

klien yang dapat mempengaruhi atau memperberat/diperberat oleh

kehamilannya. Perlu pengkajian tentang riwayat penyakit menular,

penyakit menurun, dan penyakit menahun pada klien.

Penyakit sistem reproduksi : Penyakit Ginekologi, tumor/

kanker payudara.

Penyakit kardiovaskuler : Penyakit jantung, hipertensi

Penyakit darah : Anemia, leukemia,

isoimunisasi

Penyakit paru-paru : TBC, asma broncial

Penyakit saluran pencernaan : Haemoroid

Penyakit hati : Hepatitis

Penyakit Ginjal dan saluran kencing : Gagal ginjal

Penyakit endokrin : Diabetes mellitus

Penyakit saraf : Epilepsi

Penyakit jiwa : Psikosis

Penyakit sistem imunologi : Penyakit autoimun

Penyakit infeksi : IMS, infeksi TORCH, ISK

Riwayat alergi : Alergi antibiotik

30
Riwayat pembedahan : Seksio Cesaria

(Mochtar, 2011)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan

dengan keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan

dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal

(Fraser and Cooper, 2009)

Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM,

hemofilia) menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS) menahun (jantung,

asma)

Riwayat kehamilan kembar juga memiliki insidens lebih tinggi

pada keluarga tertentu (Fraser and Cooper, 2009)

5. Riwayat Menstruasi

Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien. Wanita

seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implementasi

sebagai periode sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini

sangat berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami (Varney, 2008).

Siklus : 28 + 7 hari

Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)

31
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia

kehamilan dan perkiraan taksiran partus (Varney,

2008)

6. Riwayat Obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

N Abnor
sua Ana U Jeni BB/ Laktas
o Peny Pnlg Tmpt Peny JK H M malita Peny
mi k K s PB i
s

7. Riwayat Kontrasepsi

Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian

terakhir dengan kehamilan.

8. Riwayat Kehamilan Saat Ini

Menurut Varney (2008) riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk

mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan setiap

keluhan seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid terakhir

(HPHT).

1. Keluhan tiap trimester

32
2. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)

3. Pemeriksaan kehamilan

4. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan

5. Imunisasi

9. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300

kalori perhari, dengan komposisi menu seimbang (cukup mengandung

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air).

Cairan : paling sedikit 8 gelas berukuran 250 ml/hari. Cairan ekstra

juga membantu melembutkan kulit, mengurangi kemungkinan

konstipasi, mengeluarkan racun dan produksi sisa dari tubuh,

mengurangi pembengkakan yang berlebihan dan mengurangi resiko

ISK. (Heidi Murkoff, dkk, 2006)

Eliminasi Biasanya BAK sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

membesar. Akan hilang pada trimester kedua kehamilan. Sedangkan

BAB mengalami Konstipasi/obstipasi karena tonus otot usus menurun

oleh pengaruh hormon steroid (Mochtar, 2011).

Istirahat Sebaiknya tidur 1-2 jam lebih lama dari biasnya saat malam

(Eisenberg, 2005).

Aktivitas Namun pada saat hamil ibu akan mengalami mudah lelah karena

menurunnya BMR (Basal metabolic Rate ) (Prawirohardjo, 2009).

Personal - Kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

33
Hygiene mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis.

Perawatan diri meliputi kebersihan badan, kebersihan mulut, kebersihan

pakaian (Hidayat, 2008)

Kebiasaan - Kebiasaan minum alcohol, jamu-jamuan, obat-obatan, perokok aktif

maupun pasif, narkoba dan kepemilikan binatang peliharaan merupakan

salah satu pencetus gangguan kehamilan yang memperlukan

pengawasan antenatal tambahan (Myles ed. 14, 2009)

Seksualitas - Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu yang

pernah mengalami keguguran, namun beberapa wanita kehilangan

gairah seksualnya ketika hamil (Wendy Rose-Neil, 2005).

- Sebaiknya hubungan seksual diperbolehkan setelah kehamilan 16

minggu, karena pada saat itu plasenta sudah terbentuk. Hubungan

seksualitas saat akhir kehamilan dapat dilakukan semampu ibu.

Kandungan sperma (prostatglandin) dapat merangsang kontraksi uterus,

oleh karena itu disarankan untuk menggunakan kondom (Manuaba,

2009).

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Riwayat pernikahan : pernikahan keberapa, lama menikah, status

pernikahan sah/tidak

b. Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap kehamilan.

Kehamilan direncanakan atau tidak, diterima/tidak.

34
i. Najman dalam Salmah (2006) menyatakan bahwa kehamilan yang

tidak diinginkan bisa berdampak pada kesehatan mental baik ibu

maupun janinnya.

c. Bagaimana psikis ibu menghadapi kehamilannya

d. Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar. Apakah

ibu percaya terhadap mitos atau tidak.

e. Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan

masyarakat yang dapat merugikan atau memberikan pengaruh

negatif pada kehamilan ibu.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

Nadi : 60-100 x/menit

Pernapasan : 16-24 x/menit

Suhu : 36,0 – 37,50C

Antropometri : Berat Badan Sebelum Hamil:

Berat Badan Saat ini : normalnya selama kehamilan

pertambahan berat badan 7 – 12 kg

Tinggi Badan : >145 cm

LILA : > 23,5 cm (Depkes RI, 2008)

35
a. Klien yang menurut kategori BMI berada pada rentang obesitas

lebih beresiko mengalami komplikasi kehamilan (Frase and

Cooper, 2009)

b. Menurut institute of Medicine (1990) batasan yang

direkomendasikan untuk peningkatan berat badan ibu hamil

berdasarkan BMI sebelum hamil yakni :

Total Peningkatan BB yang


Kategori Berat-Tinggi Badan
direkomendasikan

Kategori BMI Kg Lb

Rendah < 19,8 12,5- 18 28-40

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16 25-35

Overweight 26 – 29 7 – 11,5 15-25

Obesitas >29 >7 >15

(Varney, 2008)

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit


kepala, distribusi dan karakteristik lainnya (Tambunan
dkk, 2011).
Wajah : Untuk mengetahui keadaan wajah, pucat atau tidak ada
oedema dan cloasma gravidarum atau tidak
(Wiknjosastro, 2007).
Mata : Konjungtiva pucat atau tidak, sclera kuning atau tidak,
mata cekung atau tidak (Saifuddin, 2006).

36
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak
polip, tidak tampak peradangan (Tambunan dkk, 2011).
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis, geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak pembesaran
tonsil (Tambunan dkk, 2011; Uliyah dkk, 2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret (Tambunan
dkk, 2011; Uliyah dkk, 2008).
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring, tidak
tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
(Prawirohardjo, 2009; Tambunan dkk, 2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan, 2011).
Payudara : Tampak perubahan warna pada aerola dan mengalami
hiperpigmentasi (Dewi dan Tri Sunarsih, 2010).
Abdomen : Tampak linea alba yang membentang dari simpisis

pubis sampai umbilikus dapat menjadi gelap yang biasa

disebut linea nigra. Peningkatan regangan pada kulit

abdomen, paha, dan payudara, menimbulkan garis-garis

yang berwarna merah atau kecoklatan pada daerah

tersebut yang dikenal dengan nama striae gravidarum

(Dewi dan Tri Sunarsih, 2010).

Genetalia Eksterna : Pada saat hamil akan timbul tanda Chadwick

dimana terjadi perubahan warna menjadi

kebiruan pada vulva, vagina, serviks

(Prawirohardjo, 2009)

37
Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak

tampak varices (Ambarwati dkk, 2009).

Palpasi

Kepala : tidak terjadi oedema, tidak teraba massa

(Prawirohardjo, 2009).

Wajah : tidak terjadi oedema (Prawirohardjo, 2009).

Mata : tidak terjadi pembengkakan palpebra

(Prawirohardjo, 2009).

Telinga : tidak terjadi fraktur tulang telinga

(Prawirohardjo, 2009).

Hidung : tidak terjadi fraktur (Prawirohardjo, 2009).

Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena

jugularis, dan kelenjar limfe (Prawirohardjo,

2009).

Dada : tidak ada benjolan atau massa (Prawirohardjo,

2009).

Abdomen : palpasi Leopold I-IV : (Mochtar, 2011)

Leopold I : TFU setinggi 1-2 jari diatas symphisis, pada

fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang

melenting

38
Leopold II : Teraba bagian panjang dan keras seperti

papan pada sebelah kanan/kiri ibu dan dibagian sebaliknya

teraba bagian kecil janin

Leopold III : Pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan

melenting. Bagian ini masih/sudah tidak dapat

digoyangkan.

Leopold IV : Konvergen

Genetalia Eksterna : tidak terjadi pembengkakan (Dewi dan Tri

Sunarsih, 2010).

Anus : tidak terjadi hemoroid (Dewi dan Tri Sunarsih,

2010).

Ekstremitas : Tidak teraba oedema, reflex Homan sign (-)

(Varney 2008; Ambarwati dkk, 2009).

Auskultasi

Dada :

a. Suara nafas : Biasanya pada 90 % hingga 95 % wanita hamil akan

terdengar murmur sistolik pendek yang semakin jelas terdengar

selama inspirasi maupun ekspirasi (Varney,2008)

b. Bunyi jantung I dan II : BJ I terdengar jelas dan terdengar mur

mur (Varney, 2008).

39
Abdomen : Bising peristaltik usus : 5 – 35 x/menit (Varney,

2008)

Denyut Jantung Janin (DJJ) : 120 – 160x/menit

Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-160


x/menit, interval teratur tidak lebih dari 2
punctum maximal, 2 jari bawah pusat (kuadran
bawah kiri/kanan) (Mochtar, 2012). Apabila DJJ
kurang dari 100 atau lebih dari 160 permenit
dapat terjadi mengindikasikan terjadi gangguan
kondisi kesehatan janin (Sondakh, 2013).

Perkusi

Dada : umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena suara

resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru yang

normalnya bergaung dan bernada rendah dan suara

dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung dan paru-

paru (Soemantri, 2007).

Abdomen : daerah suprapubis redup jika kandung kemih distensi

atau pada wanita jika uterus membesar (Swartz, 2005).

Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep (+), Trisep

(+). (Varney 2008).

3. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan kontraksi uterus/his : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : tidak dilakukan

40
Pemeriksaan panggul : Keadaan panggul terutama

penting pada primigravida, karena panggulnya belum pernah diuji

dalam persalinan, sebaliknya pada multigravida anamnesa mengenai

persalinan yang gampang dapat memberikan keterangan yang berharga

mengenai keadaan panggul. (UNPAD, 2005)

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Tes urine saat ini dapat dikatakan

akurat bagi seorang wanita terlambat haid karena tes ini sensiti

terhadap kadar hCG dibawah 50 mIU. Dilakukan pada awal kunjungan

antenatal. (Varney,2008)

PP Test, Protein Urine, Glukosa Urine

Pemeriksaan Laboratorium : Hb ≥ 12gr% (Cunningham, 2006)

Pemeriksaan USG :

Pemeriksaan diagnostik lainnya : tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Diagnosis :

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi

(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosis kebidanan.

Diagnosis : G...Papah usia kehamilan..... minggu

41
janin tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin.

G : Gravida

P : Para -> a : aterm

p : premature

a : abortus

h : hidup (Varney, 2006)

Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang

berupa USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini

kehamilan merupakan kehamilan intrauterin.

Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang

sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang

menyertai diagnosis.

Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan

berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Untuk menentukan tindakan segera yang perlu diambil berdasarkan

diagnosa dan masalah yang ada.

42
V. INTERVENSI

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah

diidentifikasi.

1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional: Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya (Dewi dan Tri Sunarsih,

2010).

2. Berikan informasi tentang perubahan fisik pada ibu trimester I

Rasional: Penambahan kenormalan perubahan ini dapat menurunkan

kecemasan dan membantu meningkatkan penyesuaian aktivitass

perawatan diri (Doenges, dkk, 2005).

3. Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester I

Rasional: Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu

mampu mendeteksi dini tanda yang dapat membahayakan keselamatan

ibu dan janinnya (Salmah, 2006).

4. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil.

Rasional: Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin

tinggi untuk pertumbuhan janin (Manuaba, 2009).

5. Berikan KIE ibu untuk tidak melakukan aktivitas berat.

43
Rasional: Pada saat hamil, ibu akan mengalami mudah lelah karena

menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate) (Prawirohardjo, 2009).

Wanita hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari asal bersifat

ringan. Kelelahan harus dicegah hingga pekerjaan harus diselingi

dengan istirahat (UNPAD, 2005).

6. Berikan KIE ibu untuk istirahat yang cukup.

Rasional: Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan

dengan pertumbuhan jaringan ibu/janin (Doenges, dkk, 2005).

7. Berikan KIE ibu untuk meningkatkan personal hygiene.

Rasional : Mencegah ibu mengalami resiko infeksi oleh kuman dan

persiapan ibu untuk menyusui (Doenges, dkk, 2005).

8. Berikan KIE latihan ringan secara teratur, seperti jalan kaki.

Rasional: Hal ini dapat meningkatkan peristaltik dan membantu

mencegah terjadinya konstipasi (Doenges, dkk, 2005).

9. Tambahkan suplemen kalsium setiap hari bila asupan produk susu

dikurangi.

Rasional: Membantu dalam memperbaiki keseimbangan

kalsium/fosfor dan menurunkan kram otot (Doenges, dkk, 2005).

10. Jadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

Rasional: Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk

mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera guna

memungkinkan tindakan preventif atau korektif (Henderson, 2005).

44
VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

45
BAB III

TINJAUAN KASUS

46
DAFTAR PUSTAKA

Nurjasmi, E., & Dkk (Eds.). (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Wiknojosastro. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, A. B. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Keseshatan Maternal


Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba. (2002). Penyakit Kandungan, Keluarga Berencana Untuk Pendidikan


Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono, 2003. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono dkk. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP- SP.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Seksi Gizi Subdir Bina Yankes, 2009. Mencegah Ibu Hamil Kurang Energi
Kronis (KEK) dengan gizi seimbang.

Anda mungkin juga menyukai