1. Tetanus
Atrofi otot yaitu terjadinya penurunan fungsi otot karena otot mengecil
atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Otot yang mengalami atrofi akan
mengalami pengurangan ukuran sampai 25% dari ukuran semula. Atrofi dapat
disebabkan oleh penyakit poliomielitis yang merusakkan syarag yang
mengkoordinasi otot dan keadaan tertentu, misalnya sakit yang membuat
seseorang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama.. Penanganan
dilakukan berdasarkan penyebab, melakukan olah raga disertai fisioterapi,
mengkonsumsi makanan bernutrisi.
5. Hipertrofi Otot
Hipertrofi otot merupakan kebalikan dari atrofi otot, yaitu otot menjadi
besar dan lebih kuat. Hipertrofi otot dapat disebabkan oleh aktivitas otot yang
berlebihan seperti bekerja dan berolahraga. Umumnya terjadi pada atlet binaraga
dan kebugaran. Mungkin orang menganggap ini hal biasa, namun ini adalah
sebuah kelainan otot yang berupa meningkatnya massa otot. Hal ini terjadi atas
faktor nutrisi, usia dan latihan.
6. Distrofi otot
Distrofi otot yaitu penyakit kronis pada otot yang terjadi sejak anak-anak,
diduga merupakan penyakit bawaan (genetis). Tidak terdapat pengobatan spesifik
untuk penyakit ini dan gejalanya meliputi kelelahan, tidak dapat bergerak dan
tidak memliki keseimbangan. Penyakit yang umumnya masuk dalam kategori ini
adalah Duchenne, Myotonia, Becker, Limb Girdle dan oculopharyngeal.
7. Polio (Poliomyelitis)
Polio adalah kelainan otot akibat infeksi dari virus polio. Infeksi ini sering
menyerang anak-anak dan menyebabkan kelumpuhan. Infeksi menular melalui
makanan, ari dan tangan yang terkontaminasi. Polio pada awalnya dapat tidak
bergejala, namun bila timbul dapat terjadi gejala sakit tenggorokan, demam, nyeri
dan kaku otot hingga dapat mengakibatkan kelumpuhan otot. Penanganan yang
dapat dilakukan bersifat suportif dengan pemberian antibiotik, antinyeri, alat
bantu pernapasan dan fisioterapi. Namun sebaiknya dilakukan pencegahan
sebelum terjadi infeksi sebagaimana yang sudah dianjurkan pemerintah, yaitu
pemberian vaksin polio.
8. Myastenia gravis
Myastenia gravis termasuk salah satu kelainan otot dimana saraf tidak
dapat mempengaruhi kerja otot. Penyebab myastenia gravis adalah autoimun. Hal
ini dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terkena pada usia diatas 40
tahun.
Gejala yang terjadi berupa otot yang terasa lemah dan lelah tanpa disertai
rasa nyeri. Otot yang terserang dapat dari otot-otot kecil seprti otot wajah dan
pernapasan. Penanganan dapat dengan penggunaan obat antikolinesterase untuk
mengembalikan kekuatan otot, dan pemberian imunosupresan untuuk
menghambat efek autoimun.
karena adanya peradangan pada otot leher akibat gerakan yang salah atau
hentakan secara mendadak. Leher menjadi sakit dan kaku apabila digerakkan.
Gejala yang dirasakan berupa nyeri otot dan kaku leher hingga dasar punggung.
Penanganan yang dilakukan adalah penggunaan obat nyeri dan obat-obatan atau
salep relaksan.
10. Terkilir
Disebabkan oleh kerja otot antagonis, dimana cara kerja ini menyebabkan
gerakan yang kacau, sehingga ujung tulang tidak kembali pada tempatnya.
13. Rhabdomyolysis
14. Fibromyalgia
16. Strain
17. Myotinia
pada kondisi ini otot melakukan relaksasi lebih lambat setelah mengalami
stimulasi atau kontraksi. Hal ini menyebabkan masalah saat manusia meepas
genggaman tangan, dan saat berdiri dari posisi duduk atau tidur. Pengobatannya
termasuk pemberian obat, fisioterapi dan antikonvulsan.
18. Myofascial Pain Syndrome
kondisi ini merupakan kelainan otot kronis yang menyebabkan rasa sakit dan
terbakar pada titik picu yang merupakan titik sensitif pada otot. Hal ini dapat
menyebabkan kekakuan, simpul pada otot dan tidak bisa tidur karena rasa sakit.
Keadaan ini dapat diatasi dengan kortikosteroid, injeksi botulinum dan pijatan dan
fisioterapi.
19. Talipes
Talipes juga disebut sebagai kaki rata dimana otot yang menunjang
lengkungan tubuh melemah dan menyebabkan kerataan pada daerah lengkungan
karena adanya tekanan ke bawah. Terdapat dua jenis dari kerataan kaki, yaitu
kaku dan fleksibel. Jenis fleksibel merupakan jenis yang tidak menyebabkan rasa
sakit dan tidak memiliki gejala. Bisa diatasi dengan menggunakan sepatu korektif
(seatu khusus untuk memperbaiki keadaan kaki yang tidak normal ini),
menggerakkan badan (olah raga) dan pijatan.
20. Tendonitis
Sumber :