Anda di halaman 1dari 4

Kontraksi Otot :

Penjelasan dan Proses Terjadinya

Tulang dan otot merupakan komponen – komponen yang menyusun tubuh kita sehingga bisa
mempunyai fungsi secara maksimal. Tanpa adanya kedua komponen tersebut, pastinya kita
tidak akan bisa melakukan gerakan – gerakan atau pun beraktivitas normal sehari – hari
seperti sekarang ini sobat. Untuk itu anda perlu tau bagaimana sebenarnya cara kerja otot
yang ada di dalam tubuh kita.

Adapun mekanisme kerja otot itu sendiri memiliki cara kerja khusus untuk berkontraksi. Dan
kontraksi pada otot tersebut biasanya akan menimbulkan terjadinya banyak gerakan.

Pada umumnya otot mulai berkontraksi apabila terkena suatu rangsangan. Ada pun kontraksi
otot tersebut biasanya disebut dengan nama “ model pergeseran filamen “ ( sliding filament
mode ). Ada pun proses terjadinya kontraksi otot tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kontraksi otot diawali dengan adanya implus saraf. Pada saat datangnya implus,
sinapsis atau daerah hubungan antara sistem saraf pada manusia dan serabut otot yang
dipenuhi oleh asetil kolin.
2. Proses yang kedua, setelah asetil kolin ini akan membereskan ion – ion kalsium
( Ca2 ) ke serabut otot.
3. Proses yang ketiga, ion kalsium akan bersenyawan dengan molekul, troponin, dan
tropomiosin yang menyebabkan adanya sisi aktif ada silamen yang tipis ( aktin) .
4. Proses yang ke empat, kepala miosin ( filament tebal ) , segera bergabung dengan
fialmen tipis tepat pada sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin tersebut ,
disebut sebagai jembatan penyebrangan ( cross bridges ) .
5. Setelah terbentuk jembatan penyebrangan tersebut, kemudian akan membebaskna
sejumalh energi dan akan mengiriakn energi tersebut ke arah filament tipis. Proses
inilah yang menyebababkan filament tipis tersebut mengerut. Secara keseluruhan
sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun ikut berkerut. Kemudian kepala
miosin tersebut akan lepas dari filament tipis. Itulah yang membuat terjadinya
kontraksi otot.

Peristiwa yang berlangsung tersebut disebut dengan model geseran filamen kontraksi otot.
Menurut model yang ada ini, filamen yang halus dan filamen yang kasar tidak akna
mengalami suatu perubahan ukuran dari panjangnya selama kontraksi otot itu berlangsung
dalam tubuh.

Ketika bagian – bagian dari sel otot sedang dalam kondisi istirahat ( relaksasi ) , maka tempat
yang digunakan untuk mengikat miosin pada bagian filamen yang halus akan dihambat oleh
suatu protein regular yang bernama tropomiosin. Pada protein regulator lainnya yakni
troponin yang bersifat komplek akan melakukan pengontrolan di posisi tropomiosin yang ada
pada bagian filamen halus tersebut.

1
Agar bagian sel pada otot dapat mengalami kontraksi, maka tempat yang digunakan untuk
proses pengikatan miosin di bagian aktin wajib terbuka. Tempat yang digunakan untuk proses
pengikatan di aktin bisa terbuka ketika ion kalsium melakukan pengikatan troponin yang
akan mengubah suatu interaksi diantara bagian troponin dan juga trompomiosin.

Mekanisme Kontraksi Otot


Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot dipicu oleh impuls
saraf Struktur miosin dan aktin pada saat kontraksi dan relaksasi otot.
Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf.
Pada saat datang impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi
oleh asetil kolin. Asetilkolin ini akan merembeskan ion kalsium ke serabut otot & ion
kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebabkan
adanya sisi aktif pada filamen tipis (aktin).
Kepala miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan filamen tipis tepat pada sisi aktif.
gabungan sisi aktif dengan kepala miosin disebut jembatan penyeberangan (cross bridges).
Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan tersebut membebaskan sejumlah energi
dan menyampaikan energi tersebut ke arah filamen tipis.
Proses ini menyebabkan filamen tipis mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut
yang mengakibatkan otot pun  berkerut. Kepala miosin akan lepas dari filamen tipis.

Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka
filamen tipis akan lepas dari filamen tebal. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali.
Proses ini berulang sampai beberapa kali dalam jangka waktu satu detik.
Jadi, kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada rangsangan
maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak
memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat.

Energi untuk Kontraksi Otot


ATP (adenosin trifosfat) merupakan sumber energi bagi otot. Akan tetapi, jumlah yang
tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam waktu beberapa detik saja.
Otot vertebrata (daerah tulang belakang) mengandung lebih banyak cadangan energi fosfat
yang tinggi berupa kreatin fosfatsehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang segera
dipakai untuk membentuk ATP dari ADP.
Persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi
dengan cara oksidasi karbohidrat.
Cadangan karbohidrat di dalam otot adalah glikogen. Glikogen dapat diubah dengan segera
menjadi glukosa. Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel
yang berlangsung dalam mitokondria yang menghasilkan ATP.
Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau tidak terus menerus, glukosa dapat dioksidasi
sempurna menghasilkan CO2 dan H2O dengan respirasi aerob.
Apabila kontraksi otot cukup intensif dan terus menerus maka suplai oksigen oleh darah ke
dalam otot tersebut tidak cepat dan banyak untuk mengoksidasikan glukosa. Oleh karena itu,
penyediaan energi bagi kontraksi otot didapatkan dari proses respirasi anaerob, suatu proses
yang tidak memerlukan oksigen. Keuntungan proses ini dapat menyediakan energi bagi
kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah energi yang diberikan relatif sedikit
dibandingkan proses aerob.

2
Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi asam laktat dengan sejumlah energi. Energi
ini digunakan untuk membentuk kembali kreatin fosfat, yang nantinya dapat menghasilkan
energi untuk membentuk ATP.
Asam laktat yang tertimbun di dalam otot akan segera berdifusi pada sistem peredaran darah.
Apabila penggunaan otot terus menerus, pembentukan asam laktat yang banyak akan
menghambat kerja enzim dan menyebabkan kelelahan (fatigue)

Jenis Kontraksi Otot

 Kontraksi Isometric (iso berarti tetap, metric berarti jarak) adalah kontraksi dimana
otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak tampak suatu gerakan yang
nyata tetapi didalam otot ada tegangan dan semua tenaga yang dikeluarkan dalam otot
akan diubah menjadi panas. Kontraksi demikian disebut juga kontraksi statis (static
contraction). Contoh gerakan isometric, misalnya latihan mendorong tembok seolah
hendak merobohkannya.
 Kontraksi Isotonic adalah tipe kontraksi yang disebabkan memanjang atau
memendeknya otot-otot. Dalam kontraksi ini tampak terjadi suatu gerakan dalam

3
anggota-anggota tubuh. Tipe kontraksi ini disebut juga dengan dynamic contraction.
Contohnya saat latihan menggunakan barbell.
 Kontraksi Isokonetik juga bersifat konsentrik, artinya saat berkontraksi otot
memendek. !etapi tegangan yang timbul karena memendeknya otot dengan kecepatan
(kinetic) yang tetap adalah maksimal pada semua sudut persendian. Kontraksi
isokinetik ini banyak ditemui pada beberapa cabang olahraga, misalnya gerakan
lengan pada renang gaya bebas.
 Kontraksi Eksentrik biasanya terjadi pemendekan atau panjang otot tetap. Akan
tetapi adakalanya ada perpanjangan otot pada waktu kontraksi

Guna mendukung proses pergerakan pada otot agar bisa bekerja lebih keras dan juga lama,
maka pada mitokondria dari sel otot harus lebih banyak membutuhkan glukosa dan juga
oksigen. Oleh sebab itu, maka detak jantung yang ditimbulkan dan nafas yang dilakukan akan
menjadi lebih cepat. Glukosa dan juga oksigen sendiri akan dipakai sebagai bahan untuk
membantu proses respirasi sel sehingga dapat menghasilkan ATP. (baca juga : fungsi enzim
amilase)

Walaupun detak jantung yang dihasilkan dan nafas yang dilakukan terasa lebih cepat, namun
masih tetap dibutuhkan beberapa waktu bagi glukosa dan juga oksigen untuk mencapai
bagian sel pada otot. Jika menginginkan tersedianya energi dengan lebih cepat, maka
glukogen yang ada pada bagian otot bisa dipecah dalam bentuk glukosa dan juga asam laktat.

Dalam keadaan normal akan membutuhkan oksigen yang nantinya digunakan dalam proses
memecah karbohidrat dan juga proses sintesis ATP. Namun, dalam proses pemecahan
glikogen bisa dilakukan tanpa adanya oksigen, yakni melewati suatu tahapan fermentasi asam
laktat.

Dapat diambil kesimpulan bahwa mekanisme kontraksi otot di atas sangat berpengaruh
terhadap kinerja secara keseluruhan dari rangka, sistem gerak, dan anggota tubuh lainnya
yang sudah saya jelaskan secara detail dan rinci dengan pendeskripsian yang tersusun baik
sehingga mudah untuk dimengerti. Sampai disini dulu ya artikel kali ini yang membahas
mengenai mekanisme kontraksi otot. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai