Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI
MODUL MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh :

Zainul Arifin I 1011131008


Metha Husada Persiwi I 1011131047
Syarif Syauqiannur I 1011141002
Shintya Dewi I 1011141012
Josephine Johan Liauw I 1011141021
Afifah Kartikasari I 1011141043
Farah Dhaifina Fitri I 1011141056
Rizal Mukhlisin I 1011141062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Otot merupakan alat gerak aktif tubuh.dan memiliki kemampuan untuk
berkontraksi dan memiliki sifat kontraktilitas yang tinggi. Sifat kontraktilitas
disebabkan sel-sel otot memiliki protein kontraktil, yaitu aktin dan myosin.
Kontraksi otot tersebut akan menggerakkan tulang tempat otot tersebut melekat
sehingga tubuh mampu melakukan aktivitas atau pekerjaan motorisnya Kontraksi
otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi
jika otot sedang beristirahat..1
Mekanisme kontraksi otot yang dikenal berupa sliding filament
mechanism. Mekanisme ini tidak mengubah panjang dari masing – masing
filamen baik aktin maupun miosin. Aktin di kedua sisi sarkomer bergeser ke arah
pertengahan pita A selama kontraksi. Aktin juga menarik pita Z ke tempat filamen
tersebut bergerak sehingga sarkomer memendek. Pita H yang tidak dicapai oleh
pergerakan aktin menjadi lebih kecil ketika aktin ini mendekat satu sama lain,
bahkan dapat hilang (pita H) jika aktin saling bertemu. Pita I yang terdiri dari aktin
yang tidak saling tumpang tindih dengan miosin berkurang lebarnya sehingga
semakin banyak aktin yang tumpang tindih dengan miosin. Seperti telah
dipaparkan sebelumnya, kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam
sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin. Rangsangan
yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi).
Kontraksi ini memerlukan energi.1
Pada praktikum fisiologi kali ini, terdapat 2 jenis tes yang dilakukan yaitu
Muscular Performance Test dan pengukuran beban maksimum yang dapat di
tahan oleh otot-otot biseps atau lengan pada berbagai sudut sendi. Pengukuran
pada muscular performance test dilakukan yaitu pada gerakan Push up Test, Sit
up Test, dan Vertical Jump Test. Latihan ini untuk mengetahui kekuatan otot
pada probandus. Sedangkan pada pengukuran beban maksimum yang dapat di
tahan oleh otot otot biseps atau lengan pada berbagai sudut sendi, digunakan
dumbbell. Latihan ini dilakukan pada berbagai sudut yaitu 20o,45o,60o,90o dan
120o untuk mengetahui berat beban maksimum yang mampu ditahan pada setiap
sudut posisinya akan bervariasi, karena adanya perbedaan posisi sudut sendi
yang mengubah panjang otot saat berkontraksi. Setiap latihan ini dilakukan pada
probandus laki-laki dan wanita untuk melihat perbedaan kekuatan otot
berdasarkan jenis kelamin.

2
1.2 Tujuan Praktkum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk:
1 Menilai dan menganalisa kemampuan fungsi otot dengan menggunakan
beberapa test kemampuan otot
2 Mengetahui dan menguji konsep bahwa perbedaan/perubahan sudut
sendi berpengaruh terhadap panjang otot dan berat beban maksimum
yang mampu di tahan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontraksi Otot Rangka


Kontraksi otot melibatkan dua proses pada serabut otot yang terdiri atas:2
1. Depolarisasi sarcoplasma karena adanya interaksi asetilkolin dengan
reseptornya
2. Adanya power stroke dari protein kontraktil otot
Melekatnya asetilkolin dengan reseptornya menyebabkan terbukanya
kanal natrium pada membran plasma sel otot sehingga terjadi aktivitas listrik
yang menjalar hingga ke struktur tubulus T. Adanya aktivitas listrik menyebabkan
struktur protein dihidropiridin yang sensitif terhadap stimulasi elektrik menjadi
berubah, sehingga kanal-kanal kalsium pada ujung lateral reticulum sarcoplasmic
yang ditutupinya menjadi terbuka.2
Terbukanya kanal kalsium menyebabkan ion kalsium yang tersimpan
pada reticulum sarcoplasmic keluar menuju ke sarkoplasma dan berikatan pada
troponin di serabut halus. Setelah berikatan, struktur troponin akan berubah
sehingga mengekspos myosin binding space.2

Gambar 1. Mekanisme Terbukanya Myosin Binding Site.2


Pada saat yang bersamaan, kepala myosin yang sudah teraktivasi
melalui energi yang dihasilkan oleh hidrolisis ATP, akan berikatan pada aktin dan
menyebabkan terjadinya power stroke, yaitu terjadinya penarikan molekul aktin
mendekati kepada garis M pada sarkomer otot. Hidrolisis ATP yang akan
menghasilkan ADP+Pi (fosfat anorganik), dimana ADP akan melekat pada
kepala myosin hingga akhir dari power stroke kemudian terlepas dan posisinya
akan digantikan oleh molekul ATP yang baru.2
Melekatnya molekul ATP yang baru akan menyebabkan terjadinya
pelepasan kepala myosin dari aktin dan siklus ini terus berulang pada serabut

4
yang tebal pada otot. Proses kontraksi otot tidak terjadi secara sinkron, yaitu
ketika salah beberapa kepala myosin berikatan pada aktin, yang lainnya akan
terlepas. Hal ini memungkinkan terjadinya pemendekan sarkomer yang optimal,
dimana terdapat beberapa kepala myosin yang melanjutkan proses power stroke
yang telah terjadi sebelumnya, tanpa menyebabkan pemanjangan kembali dari
sarkomer. Relaksasi otot terjadi ketika tidak adanya ikatan asetilkolin dengan
reseptornya, menyebabkan tidak adanya potensial listrik yang menyebabkan
lepasnya kalsium tambahan dan protein Ca-ATPase memompakan kalsium
kembali kedalam reticulum sarcoplasmic.Tidak adanya kalsium menyebabkan
troponin kembali pada posisi awalnya menutupi Myosin binding site pada aktin.2
Pemendekan sarkomer akibat adanya ikatan antara myosin dan aktin
menyebabkan terjadinya ketegangan pada serabut otot yang bersangkutan.
Ketegangan ini akan diteruskan pada bagian jaringan ikat yang tidak ikut serta
dalam proses kontraksi. Ketegangan dari otot dipengaruhi oleh banyak serabut
otot yang ikut berkontraksi dan ketegangan dari tiap serabut otot yang
berkontraksi Banyak serabut otot ditentukan oleh seberapa besar kekuatan otot
yang diperlukan, jika semakin besar kekuatan otot yang diperlukan maka akan
semakin banyak motor unit yang akan direkrut untuk ikut serta oleh kontrol
persarafan pusat. Ketegangan tiap serabut otot dipengaruhi oleh frekuensi
rangsangan saraf pada otot dan panjang otot sebelum kontraksi.2
Otot dapat diaktivasi oleh beberapa potensial aksi karena otot
memerlukan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan satu siklus
kontraksinya dimana potensial aksi dan masa refrakter dari neuron yang
memepersarafinya telah lama berakhir. Ada dua cara frekuensi saraf yang tinggi
dapat meningkatkan ketegangan otot, pertama tembakan potensial aksi kedua
yang terjadi sebelum siklus kontraksi otot selesai akan menambah kembali
jumlah kalsium didalam sel. Kadar kalsium yang tinggi kembali memungkinkan
untuk terbukanya myosin binding space yang terdapat pada aktin. Kedua , otot
memiliki sifat elastis yang akan kembali lagi ke bentuk awalnya setelah
kontraksi.Akan tetapi jika mendapat potensial aksi selanjutnya sebelum terjadi
hal itu, maka ketegangan otot akan bertambah dengan adanya tegangan residual
dari kontraksi sebelumnya.1
Panjang serabut otot yang optimal memungkinkan terjadi keluaran tenaga
yang maksimal. Hal ini didukung oleh adanya Length-tension Relationship yang
menyatakan bahwa apabila panjang serabut otot menjadi lebih pendek atau
panjang dari optimal maka akan terjadi penurunan dari keluaran tenaga otot
tersebut, karena akan terjadi ikatan antara molekul aktin dan myosin yang tidak
maksimal. Pada serabut otot yang lebih pendek terjadi tumpang tindih antara
molekul aktin yang berdekatan sehingga jumlah ikatan antara aktin-myosin akan
menurun dan jarak antara 2 garis Z yang memendek akan menyebabkan
halangan bagi sarkomer untuk memendek lebih lanjut, sebaliknya serabut otot
yang lebih panjang menyebabkan kurangnya jumlah aktin yang dapat berikatan
pada myosin karena terjadi pemanjangan pita-A dari sarkomer.1

5
Permulaan dan pelaksanaan kontraksi otot terjadi berdasarkan beberapa
langkah berikut:3
1. Potensial aksi berjalan beriringan dengan saraf motorik hingga ke
ujungnya di serat otot
2. Pada setiap ujung, saraf menyekresikan sejumlah kecil neurotransmitter
acetylcholine.
3. Acetylcholine beraksi di daerah lokal membran serat otot untuk membuka
beberapa kanal “acetylcholinegated” melalui molekul protein yang berada
di membran.
4. Terbukanya gerbang kanal acetylcholine mengizinkan ion sodium dalam
jumlah besar berdifusi ke bagian interior dari membran fiber otot.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membran fiber otot sama seperti
potensial aksi berjalan sepanjang membran serat saraf.
6. Potensial aksi mendepolarisasi membran sel, dan banyak listrik potensial
aksi mengalir melewati bagian tengah fiber otot. Hal ini menyebabkan
retikulum sarcoplasmis melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang
telah disimpan dalam retikulum.
7. Ion kalsium ini menginisiasikan untuk menarik gaya antara filamen aktin
dan miosin, menyebabkan “slide along slide”, yang mana merupakan
proses kontraksi.
8. Setelah beberapa saat, ion kalsium terpompa kembali ke retikulum
endoplasmic, dan tersimpan di dalam reticulum hingga potensial aksi otot
yang baru datang; hilangnya ion kalsium dari miofibril menyebabkan
kontraksi otot berhenti (relaksasi).

2.2 Latihan Kekuatan Otot


Kemampuan kerja otot adalah kekuatan maksimumnya (yaitu
kemampuan maksimum otot menghasilkan gaya pada satu kontraksi otot), yang
disebut juga muscle strength dan daya tahan otot dalam mempertahankan
kontraksi yang disebut sebagai muscle atau endurance. Pada latihan otot, prinsip
latihan yang sangat penting adalah progressive overload principle. Maksut prinsip
ini adalah agar otot dapat meningkatkan kekuatannya harus diberi beban kerja di
atas beban kerja yang biasa dilakukan oleh otot tersebut, dan selanjutnya setelah
otot tersebut menjadi lebih kuat maka beban yang diberikan harus lebih tinggi
lagi untuk menghasilkan kemampuan yang lebih meningkat. Dengan
menerapkan program latihan yang memperhatikan prinsip ini, maka otot
senantiasa akan memperoleh rangsangan yang memungkinkannya berubah,
atau dengan kata lain mengalami adaptasi latihan.4
Latihan beban dapat dilakukan dengan menggunakan beban dari berat
badan sendiri (beban dalam) atau menggunakan beban luar yaitu beban bebas
(free weight) seperti dumbell, barbell, atau mesin beban (gym machine). Bentuk
latihan yang menggunakan beban dalam yang paling banyak digunakan seperti
chin-up, push-up, sit-up, pull-up ataupun back-up, sedangkan menggunakan

6
beban luar sangatlah banyak dan bervariasi sesuai dengan tujuan latihan serta
perkenaan ototnya.4
Push-up adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk
menguatkan otot bisep maupun trisep Otot-otot yang bekerja pada saat push up
antara lain:5
a. Otot Pectoralis Major
Otot pectoralis major merupakan otot utama yang mendorong otot-otot
bagian tubuh atas yang lain saat melakukan push up saat bangkit dari
posisi rendah.
b. Otot Triceps
Otot triceps terletak pada bagian belakang lengan atas. Otot ini sangat
penting dalam melakukan gerakan mendorong yang dilakukan oleh
lengan. Dalam push up, otot ini bertugas dalam pergerakan lengan. Untuk
memaksimalkan latihan pada otot triceps, disarankan agar melakukan
push up dengan jarak kedua lengan yang tidak terlalu lebar.
c. Otot-otot Deltoid
Otot deltoid merupakan otot-otot pada bahu yang membantu otot
pectoralis major dalam mendorong dan menurunkan tubuh selama
melakukan gerakan push up. Otot-otot deltoid sebenarnya merupakan
kelompok otot yang lemah dibandingkan dengan kelompok otot di
sekitarnya, meskipun begitu otot-otot deltoid sangatlah penting
peranannya dalam setiap gerakan bahu.
d. Otot Serratus Anterior
Otot ini disebut juga otot sayap dan terletak di bawah ketiak di samping
dada.Fungsi otot sayap adalah untuk mendorong bahu depan dan area di
sekitar tulang rusuk selama melakukan latihan push up.
e. Otot Coracobrachialis
Otot ini terletak pada daerah bahu dekat otot biseps, pada lengan atas.
Otot ini termasuk otot yang sempit dan berfungsi dalam mendorong
lengan atas depan yang pada akhirnya akan mendorong tubuh bagian
atas. Gerakan tersebut sangat penting ketika melakukan push up.
Sit up merupakan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan serta
kekuatan otot-otot abdominal. Otot-otot yang digunakan pada saat melakukan sit
up adalah sebagai berikut:8
a. M .internal oblique yang berperan sebagai penggerak utama dalam
pembengkokkan punggung.
b. M. external oblique yang berperan sebagai fleksor punggung dan rotasi
punggung menuju arah yang berlawanan.
c. M. transverses abdominis yang berperan untuk menstabilkan batang
tubuh ketika melakukan kerja berat.
d. M. rectus abdominis yang berperan sebagai fleksor utama punggung dan
membantu memfleksikan punggung ke lateral
Vertical jump adalah suatu tindakan mengangkat tubuh dari pusat
gravitasi bumi lebih tinggi dalam bidang vertikal. Seseorang dikatakan telah

7
melakukan vertical jump jika posisi pendaratan tepat berada di tempat asal.
Tujuan utama dari vertical jumpa adalah mencapai ketinggian maksimal. Tes
vertical jumpdapat digunakan untuk mengetahui daya ledak otottungkai
seseorang.6
Terdapat beberapa fase vertical jump, yaitu countermovement,
propulsion, flight, landing. Counter movement merupakan awal gerakan dimana
pada fase ini diawali dengan berdiri tegak lalu melakukan fleksi hip, knee
dan ankle joint. Propulsion merupakan lanjutan dari gerakan counter movement
dimana gerakan ini diawali dengan fleksi hip, knee dan ankle joint menuju
gerakan take off. Flight diawali gerakan take off menuju landing. Landing terdiri
dari gerakan landing untuk menuju end of the movement.7
Dalam melakukan vertical jump, otot merupakan salah satu komponen
yang dapat menghasilkan gerakan. Kekuatan otot yang maksimal sangatlah
penting bagi peningkatan pada vertical jump. Secara anatomi, gerakan dan
otot-otot utama yang terlihat secara langsung yaitu dari otot tungkai atas
sampai otot tungkai bawah. Pada tungkai terdapat beberapa macam otot
dan salah satunya adalah otot quadriceps yang berfungsi sebagai
penopang, pada saat berjalan, berlari, menendang, melompat, naik turun
tangga maupun stabilisasi pada saat melakukan aktifitas ataupun latihan.
Otot quadriceps merupakan salah satu otot pada sendi lutut. Terkait dengan
fungsinya dalam menghasilkan gerakan ekstensi lutut, otot ini merupakan
otot yang berperan penting dalam menghasilkan gerakan vertical jump. Oleh
karena itu agar dapat melakukan gerakan vertical jump yang maksimal maka
dibutuhkan kekuatan otot quadriceps yang maksimal pula sehingga
menghasilkan penampilan otot yang optimal dan resiko cidera pada saat
melakukan gerakan dapat diminimalisir.7
Dumbblle merupakan salah satu latihan beban yang menggunakan alat
berat dumbblle. Otot lengan dilatih dengan menggunakan beban agar terdapat
peningkatan kekuatan otot. Dumbblle adalah suatu alat atau beban yang
berguna untuk meningkatkan otot pada lengan. Melakukan dumbblle dapat
dilakukan dengan cara posisi berdiri atau duduk, tangan memegang dumbblle kiri
dan kanan sejajar bahu, kemudian naik dan turunkan dumbblle. Jadi dummblle
adalah latihan kekuatan otot lengan menggunakan beban yang berupa
dummblle. Otot yang bekerja pada saat praktikum ini diantaranya adalah M.
brachialis, M. biceps brachii, M. brachioradialis dan M. pronator teres.5

2.3 Kelelahan otot


Kontraksi otot yang kuat dan berlangsung lama mengakibatkan keadaan
yang dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan otot meningkat seiringnya deplesi
glikogen otot. Oleh karena itu, kelelahan merupakan hasil dari ketidakmampuan

8
serat otot dalam proses kontraktil dan metabolisme untuk terus menyuplei output
yang sama. Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang
berkontraksi mengakibatkan kelelahan otot hampir sempurna dalam 1 atau 2
menit karena kehilangan suplai nutrient, terutama oksigen.3

BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan

9
1. Karton berukuran 60x30 cm dengan gambar busur deraat
2. Beban (dumbbell) berbagai ukuran
3. Meja
4. Matras
5. Skala ukur yang ditempel di dinding
6. Stopwatch

3.2 Cara Kerja


a. Praktikum Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh
Otot Bisep pada Berbagai Sudut Sendi
1) Lengan orang percobaan (OP) diletakkan di depan karton atau
fleksometer, dengan lengan atas (bahu hingga siku) mendatar di
permukaan meja.
2) Lengan bawah diangkat hingga siku fleksi setinggi 20o,
berpatokan pada garis di kertas atau penunjuk fleksometer.
3) Berat beban yang akan mampu ditahan oleh propandus pada
posisi tersebut diperkirakan.
4) Dumbell yang sesuai beratnya diletakkan pada telapak tangannya.
OP harus berusaha menahan beban tersebut sesuai dengan
posisi atau sudut awalnya.
5) Jika OP masih bisa menahan beban, sedikit demi sedikit beban
ditambahkan hingga ia tak lagi dapat menahan beban tersebut.
6) Langkah 1-4 diulangi untuk sudut selanjutnya, serta lengan yang
lain.
7) Hasil Percobaan dicatat ke dalam tabel untuk selanjutnya
dilaporkan.
b. Praktikum Muscle Performence ( Sit Up dan Push up)
1) Sit Up
a) Kaki OP ditahan agar tetap menempel di matras.
b) Lutut OP dibengkokkan membentu sudut 90o.
c) Kedua tangan OP diletakkan di belakang leher.
d) Siku OP diangkat mencapai atau menyentuh lutut.
e) Punggung OP harus kembali ke matras.
f) Gerakan tersebut diulangi hingga satu menit dan dicatat
banyaknya sit up untuk setiap OP.
2) Push Up
Laki-laki:
a) Siku OP diluruskan.
b) Jari kaki OP diletakkan di atas matras; pinggul, kaki, dan
punggung OP diluruskan.
c) Gumpalan tangan diletakkan di bawah dada kemudian bagian
dada dan bagian tubuh di atas digenjot naik turun.
d) Jumlah push up yang dapat dilakukan selama 1 menit dihitung
dan disajikan dalam tabel.

10
e) Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.
Perempuan:
a) Lutut OP diletakkan di atas matras.
b) Posisi tungkai bawah diangkat kira-kira setinggi 450 dan
disilangkan.
c) Pinggul dan punggung diluruskan.
d) Push up dilakukan dengan posisi bahu sama tingginya dengan
siku.
e) Jumlah push up yang dapat dilakukan selama 1 menit dihitung
dan disajikan dalam tabel.
f) Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.
3) Vertical Jump
a) Orang Percobaan (OP) berdiri pada sisi dinding dengan tumit
merapat ke dinding, selanjutnya tangan diangkat hingga
ekstensi maksimal dan diukur jangkauan tangan maksimal
propandus tersebut.
b) Orang Percobaan (OP) melompat setinggi mungkin.
c) Jangkauan lompatan OP setelah melompat diukur dan dicatat
serta disajikan dalam tabel.
d) Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

11
4.1.1 Praktikum Muscle Performance ( Sit Up, Push up, dan Vertical Jump )
1. Sit up
No. Nama Jenis Umur Banyaknya Skor Hasil
Kelamin
1 Zainul Arifin L 22 37 22 Fair
2 Rizal Mukhlisin L 19 35 6 Poor
3 Metha Husada P P 20 23 0 Poor
4 Josephine J.L P 19 23 0 Poor

2. Push up
No Nama Jenis Umur Population Repetitions Score Rating
Kelamin average
1 Rizal L 19 45 20x 14 Poor
2 Zainul L 22 41 5x 1 Poor
3 Farah P 18 27 14x 27 Fair
4 Shintya P 19 26 20x 39 Average

3. Vertical jump
Berat Mean
Jenis Selisih
No. Nama Badan Score Rating Power
Kelamin Jarak
(kg) (kg m/s)
Syarif L 125 kg 44 cm 30 Fair 581
1.
Syauqiannur
2. Rizal M L 53 kg 60 cm 83 Good 458
Afifah P 62 kg 27 cm 20 Fair 109
3.
Kartikasari
Farah P 43 kg 29 cm 28 Fair 87
4.
Dhaifina Fitri

4.1.2 Praktikum Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh


Otot Bisep pada Berbagai Sudut Sendi
Nama Umur Jenis Tanga 20º 45 º 60 º` 90 º 120 º
Kelamin n
Syrif 19 Pria Kanan 9,5 Kg 12,5 Kg 12,5 Kg 12,5 Kg 12,5 Kg
Syauqi Kiri 8,5 Kg 12,5 Kg 12,5 Kg 12,5 Kg 12,5 Kg
Shintya 19 Wanita Kanan 5,5 Kg 5,5 Kg 10,5 Kg 10,5 Kg 10,5 Kg
Dewi Kiri 4,5 Kg 4,5 Kg 7,5 Kg 7,5 Kg 7,5 Kg

12
14

12

10

8
Kanan
6 Kiri

0
20 45 60 90 120

Gambar 2. Grafik pengukuran beban maksimum pada pria

12

10

6 Kanan
Kiri
4

0
20 45 60 90 120

Gambar 3. Grafik pengukuran beban maksimum pada wanita

4.2 Pembahasan
4.2.1 Praktikum Muscle Performance ( Sit Up, Push up, dan Vertical Jump )
1. Sit up
Sit up merupakan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan
ketahanan serta kekuatan otot-otot abdominal. Otot-otot yang digunakan
pada saat melakukan sit up adalah sebagai berikut:8
a. M. internal oblique yang berperan sebagai penggerak utama dalam
pembengkokkan punggung.

13
b. M. external oblique yang berperan sebagai fleksor punggung dan rotasi
punggung menuju arah yang berlawanan.
c. M. transverses abdominis yang berperan untuk menstabilkan batang
tubuh ketika melakukan kerja berat.
d. M. rectus abdominis yang berperan sebagai fleksor utama punggung dan
membantu memfleksikan punggung ke lateral
Latihan sit up menggambarkan efek dari perubahan panjang lengan
beban dengan usaha yang dilakukan. Ketika punggung difleksikan, gerakan
ini dikenai gaya yang berlawanan, yang berasal dari berat badan pada pusat
gravitasi. Ketika badan mendekati suhu horizontal, lengan beban menjadi
lebih panjang, oleh karena itu usaha yang dibutuhkan untuk menggerakkan
badan menjadi lebih besar.Selain itu, lengan beban dapat dibuat menjadi
lebih panjang, jika memindahkan pusat gravitasi dari pusat batang tubuh
menjadi lebih dekat ke kepala, dengan memindahkan lengan kebelakang
leher atau dengan menambah massa tubuh.8

Gambar 4. Gerakan sit up

Berdasarkan tabel hasil praktikum sit up didapatkan bahwa kedua


probandus perempuan dan satu probandus laki-laki mendapatkan penilaian
poor sementara pada satu probandus laki-laki mendapatkan penilaian fair.
Perbedaan penilaian yang didapatkan dikarenakan terdapat perbedaan
ketahanan dan kekuatan pada masing-masing individu. Selain itu, pada
umumnya wanita memiliki total massa otot yang lebih rendah dibandingkan
laki-laki serta memiliki massa otot yang lebih rendah dibandingkan dengan
total massa tubuh.9 Laki-laki juga memiliki serat otot yang lebih banyak dan
besar dibandingkan perempuan yang merupakan hasil dari total massa otot
yang lebih besar.10

2. Push up
Terdapat dua fase dalam melakukan push-up, pushing phase dan
lowering phase. Pada pushing phase, gerakan terjadi pada sendi siku, bahu,
dan scapula. Pada siku, terjadi ekstensi, kekuatan terletak pada otot tricep
brachii. Pada sendi bahu, adduksi horizontal terjadi. Gerakan ini terjadi ketika
lengan atas bergerak secara horizontal ke arah garis medial tubuh. Musculus

14
pectoralis major, deltoidea, bisep, dan coracobrachialis berkontraksi selama
adduksi horizontal. Pada sendi bahu, abduksi scapula terjadi selama pushing
phase. Hal ini berarti scapula bergerak kel lateral (protraksi). Musculus
serratus anterior dan pectoralis minor memberikan kekuatan saat protraksi.11
Lowering phase, pada fase ini otot yang sama pada pushing phase
aktif, tapi kali ini bersifat eksentrik. Sebagai contoh, pada siku, fleksi terjadi
saat menurunkan tubuh (lowering), secara eksentrik trisep memungkin
terjadinya gerakan ini. Pada sendi bahu, abduksi horizontal terjadi, secara
eksentrik dikontrol oleh musculus pectoralis major, deltoidea, bisep, dan
coracobrachialis. Pada scapula, adduksi scapula, atau retraksi terjadi,
dimana serratus anterior dan pectoralis minor secara eksentrik dikontrol.11
Pada push-up, rangkaian kegiatan tersebut menggunakan otot
pectoralis major dan triceps brachii. Pada dasarnya push up tidak terlalu
memengaruhi otot biceps karena otot biceps berkontraksi efektif jika lengan
dalam keadaan supinasi. Push up merupakan kegiatan yang biasa dilakukan
dan biasa dikondisikan pada program-program yang bertujuan meningkatkan
daya tahan tubuh bagian atas. Kegiatan ini merupakan kegiatan dasar yang
menargetkan otot pectoralis major dan triceps brachii, serta otot scapular
yang berperan sebagai stabilator.12,13
Berdasarkan dengan data hasil sebelumnya didapatkan bahwa pada
Rizal dan Zainul adalah poor serta pada Shintya average dan pada fina
adalah fair. Dapat dilihat bahwa perempuan memiliki kategori push-up yang
lebih baik dibanding laki-laki. Pada penelitian yang telah ada, dikatakan
bahwa daya tahan otot pada laki-laki lebih baik, diduga hal tersebut terkait
dengan kekuatan kualitatif pada perempuan seperti curah jantung, ventilasi
paru, dan kekuatan otot bervariasi antara 66,6% dan 75% dari kekuatan
kualitatif laki-laki. Selain itu, laki-laki juga memiliki distribusi serat otot slow-
oxidative yang lebih banyak daripada perempuan.
Sedangkan penelitian yang menyatakan bahwa daya tahan otot pada
perempuan lebih baik, meyakini bahwa ada keterlibatan esterogen serta
kaitan antara besar massa otot dengan kemungkinan terjadinya kelelahan
otot. Esterogen dipercaya berperan dalam memproteksi otot dari kegiatan-
kegiatan yang dapat merusak otot. Kadar esterogen pada perempuan juga
berperan dalam memetabolisme lemak untuk menjadi energi pada kegiatan
yang berlangsung selama dua jam atau lebih, berbeda pada laki-laki dimana
lemak baru mulai dimetabolisme setelah empat jam ke atas. Teori bahwa
massa otot berpengaruh terhadap kelelahan otot juga menyatakan bahwa
daya tahan pada perempuan lebih baik dibandingkan pada laki-laki. Teori
tersebut mengatakan bahwa perempuan yang umumnya memiliki massa otot
lebih rendah daripada laki-laki, dengan anggapan bahwa pada suatu kerja
yang sama, otot perempuan mengeluarkan gaya yang lebih rendah. Kerja
yang lebih rendah ini, menyebabkan oksigen yang diperlukan serta
penekanan mekanik pada pembuluh darah juga lebih kecil, sehingga
mengurangi kebutuhan dan pasokan darah ke otot.14

15
Pada praktikum ini terlihat bahwa repetisi dan rating pada probandus
perempuan lebih baik dari laki-laki. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh
posisi push-up laki-laki dan perempuan yang berbeda. Push-up pada posisi
wanita lebih mudah daripada posisi laki-laki, karena berat badan akan
diangkat dalam jarak yang lebih pendek dan posisi sendi yang
memungkinkan otot-otot siku dan bahu untuk mempermudah gerakan. Oleh
karena itu, pusp-up dalam pada posisi pria lebih membutuhkan banyak
tenaga daripada dalam posisi wanita.15

3. Vertical jump
Hasil skor good atau average didapatkan dari perbandingan dengan
orang-orang seusia probandus. Praktikum vertical jump dilakukan oleh 4
orang probandus yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap probandus. Hal ini dapat
terjadi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah perbedaan kondisi fisik
tiap probandus. Manusia memiliki persentase slow twitch muscle fiber dan
fast twitch muscle fiber yang berbeda-beda. Fast twitch muscle fiber memiliki
ukuran diameter kira-kira dua kali lebih besar dari pada slow twitch
muscle fiber. Fast twitch muscle fiber juga memiliki enzim-enzim yang
dapat melakukan pelepasan energi dalam waktu singkat dan oleh
karenanya, fast twitch muscle fiber mampu menciptakan daya maksimal
hanya dalam waktu singkat, bahkan daya yang dihasilkan sebesar
kurang lebih 2 kali lipat dari slow twitch muscle fiber. Karena vertical jump
adalah aktivitas yang bekerja hanya dalam waktu singkat dan cepat, maka
untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan komposisi fast twitch muscle
fiber lebih tinggi dibandingkan slow twitch muscle fiber.16
Aktivitas fisik juga mempengaruhi hasil dari vertical jump. Seseorang
yang sering melakukan latihan fisik akan memiliki kekuatan otot yang lebih
besar. Faktor lain yang juga berperan dalam hasil dari vertical jump adalah
berat badan. Berat badan probandus tentunya akan berpengaruh pada gaya
tarik gravitasi probandus. Semakin besar beratnya, maka gaya tarik
gravitasinya semakin besar sehingga selisih lompatan yang dihasilkan akan
lebih kecil dibandingkan yang memiliki berat badan lebih kecil.16

4.1.2 Praktikum Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh


Otot Bisep pada Berbagai Sudut Sendi
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran beban maksimum yang
dapat dicapai atau diperoleh otot bisep tangan kanan maupun tangan kiri dan
menggunakan 5 posisi sudut yang berbeda yaitu 200, 450, 600, 900, dan juga
1200. Otot yang bekerja pada saat praktikum ini diantaranya adalah M. brachialis,
M. biceps brachii, M. brachioradialis dan M. pronator teres. Praktikum ini
menggunakan 2 Probandus terdiri dari 1 Laki-laki dan 1 Perempuan, yang
mengangkat Dumbble dengan ketinggian menyesuaikan sudut yang telah

16
disediakan serta menggunakan tes daya tahan otot ini secara bergantian, tangan
kanan dan tangan kiri. 17
Berdasarkan data tabel yang diperoleh, terlihat bahwa terdapat
perbedaan antara kekuatan maksimum dari tangan kanan dan tangan kiri, hal ini
terjadi karena probandus 1 dan 2 ini dalam aktivitas sehari-seharinya lebih
banyak menggunakan (melatih) tangan kanannya dibandingkan tangan kirinya.
akibatnya timbul adaptasi otot tangan kanan terhadap latihan yang sering
digunakan, sehingga terjadi penambahan jumlah dan ukuran serat otot pada
tangan kanan.
Perbedaan antara pria dan wanita juga dapat dilihat pada kemampuan
mengangkat beban maksimum ini, berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat
dilihat bahwa probandus pria dapat mengangkat bebab maksimum lebih berat
dibandingkan probandus wanita. Hal ini disebabkan oleh komposisi otot pada
pria lebih besar dari wanita. Perbedaannya terdapat pada hormon yaitu
testosteron yang di sekresikan oleh testis pria yang memiliki efek anabolik yang
kuat terhadap penyimpanan protein yang sangat besar di setiap tempat dalam
tubuh, terutama di dalam otot, jadi otot pria akan tumbuh lebih besar daripada
otot pada wanita.3
Pada praktikum ini, selain pengukuran terhadap perbedaan jenis kelamin
serta tangan kiri dan kanan, ditinjau pula dari sudut sendinya. Hasil yang
diperoleh dalam praktikum menunjukkan bahwa pada sudut 200, probandus tidak
mampu untuk mengangkat beban yang lebih berat dibanding sudut yang
mendekati siku karena semakin pendek jarak antara beban ke siku, maka besar
gaya yang harus dikeluarkan oleh otot bisep semakin kecil dan semakin besar
sudut, maka semakin dekat jarak antara beban dengan siku. Hal ini sesuai pula
dengan hasil praktikum, yaitu pada sudut 600 probandus dapat mengangkat
beban yang lebih berat dikarenakan jarak beban dari siku semakin dekat, dan
pada sudut 900 beban berada di posisi paling dekat dengan siku sehingga berat
beban yang dapat ditahan adalah berat beban yang paling maksimal.3

17
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Hasil penilaian sit up pada probandus laki-laki lebih baik daripada probandus
perempuan dikarenakan laki-laki memiliki total massa otot yang lebih besar
serta serat otot yang lebih banyak dan besar.
2. Performa push up pada wanita lebih baik dibaningkan laki-laki hal ini dapat
dikarenakan probandus laki-laki yang sudah kelelahan akibat test lain yang
telah dilakukan, factor umur dan juga dipengaruhi oleh posisi pada saat push-
up dilakukan berbeda antaea laki-laki dan wanita.
3. Pada praktikum vertical jump, dapat disimpulkan bahwa hasil dari vertical
jump dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu persentase fast twitch
muscle fiber, latihan fisik, dan berat badan
4. Pada pengukuran beban maksimum yang dapat dicapai atau diperoleh otot
bisep tangan kanan maupun tangan kiri, menggunakan 5 posisi sudut yang
berbeda yaitu 200, 450, 600, 900, dan juga 1200. Berdasarkan hasil, dapat
dilihat perbedaan kekuatan pada tangan kanan dan kiri dikarenakan adaptasi
otot tangan kanan yang sering digunakan pada probandus. Kemudian
perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kemampuan mengangkat beban
karena komposisi otot pria lebih besar. Sudut juga mempengaruhi hasil
praktikum karena semakin pendek jarak antara beban ke siku, maka besar
gaya yang harus dikeluarkan oleh otot bisep semakin kecil.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Human Physiology from Cells to System: Muscle


Physiology. 7ed. Canada: Brooks/Cole Cengage Learning, P. 280-82.
2010.
2. Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H.Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley;2009.
3. Guyton, Hall AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;
2008.
4. Irianto. Panduan Gizi Lengkap untuk Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Andi Offset. 2007.
5. Sukadiyanto dan Muluk, Dangsina. 2010. Melatih Fisik Bandung: Lubuk
Agung.
6. Paul Grimshaw, et al. Sport and Exercise
Biomechanics.Taylor and Francis : New York, 2007.
7. Australian Physiotherapy Association, Position Statement:
Evidence regarding therapeutic exercise in physiotherapy. APA,
Melbourne, Australia, 2006.
8. Hamilton, Luttgens K. Kinesiology. 10th ed. New York: Mc. Graw Hill
Companies; 2002.
9. Janssen I, Heymsfield S, Wang Z, Ross R. "Skeletal muscle mass and
distribution in 468 men and women aged 18–88 yr". Journal of Applied
Physiology. 89 (1): 81–88. 2000. Available from URL:
http://jap.physiology.org/content/89/1/81. Diakses pada tanggal 07
Desember 2016.
10. Muscle Types and Sex Difference. Available from URL:
http://staff.washington.edu/griffin/musclephys.txt. Diakses pada tanggal
07 Desember 2016.
11. Thompson and Floyd. Manual of Structural Kinesiology 18th Edition. Mc
Graw-Hill: Washington DC; 2011.
12. Delavier, F. Strength Training Anatomy. (3rd ed.). Human Kinetics;2010.
13. Medrano IC, Ballester EM, Tortosa LM. Comparison of the Effects of an
Eight WeekPush-Up Program Using Stable Versus Unstable Surfaces.
Diakses tanggal 6 Desember, 2016 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3537455/
14. A. Krishna Ernanda, Ermita Isfandiary Ibrahim Ilyas.Hubungan Jenis
Kelamin dengan Daya Tahan Otot pada Mahasiswa Kedokteran Angkatan
2011.Jakarta: FKUI Press ;2014
15. Hamilton, Cuttgens K. Kinesiology 10 th ed. New York:Mc.Graw Hill
Companies; 2002.
16. Fletcher, C. Dane. Slow-Twitch vs. Fast-Twitch Muscle Fiber Training.
2007.
17. Snell RS. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012.

19
LAMPIRAN

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai